Share

Marah

Devan mendongak kaget. "K-kamu tahu?" gugupnya.

"Oo.. yaya..atau bisa jadi ada Rara Rara lain di luar sana. Benar bukan?"

"Ka-kamu tahu, kebenaran itu? Kamu tahu kalau Rara putri kita?"

Kiara mendesah, menyeringai mengejek.

"Kalaupun aku tahu, tak lagi penting untukmu kan? Karena itu kamu sengaja tidak memberitahuku supaya aku tak membencimu? Haha ... benar. Awalnya aku sudah memaafkanmu. Tapi ... kau membuat kesalahan yang sama, Van. Dan rasanya sulit untuk kembali menerima permintaan maafmu. Basi!"

Devan terdiam. Dia hendak berucap lagi, tapi Kiara memotongnya.

"Sudahlah. Aku mengantuk. Diamlah, atau kembali ke kamarmu sana," ucapnya lalu menuju seberang ranjang. Merebahkan dirinya dengan membelakangi Devan. Jujur perasaannya kalut. Sakit sekali, juga sesak. Rasanya dia ingin secepatnya tidur untuk melupakan hal buruk ini. Atau, semoga saja ini hanya bagian dari mimpi buruknya.

Diam-diam air matanya mengalir. Tak ada isakan. Karena sebe
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status