Share

Diculik

Author: Rias Ardani
last update Last Updated: 2021-09-28 03:01:00

Part18

^pov Karin^

Flashback sedikit. Aisyah kita ganti Aisya

Sepulang Aisya dan Mas Yusuf dari rumah Bapak, Ibu mendekat ke arahku, ia duduk disampingku sambil tersenyum memandangi wajah mungil Emilia.

"Nak, apakah kamu benci dengan Aisya?" tanya Ibu.

Aku menggeleng. "Biar bagaimanapun, Aisya anak Ibu, yang berarti, adik Karin. Mana mungkin Karin bisa membenci saudara sendiri."

"Kalaupun kamu membencinya, Ibu bisa memaklumi, dia adalah petaka dalam rumah tangga kalian," ungkap Ibu, dengan mata mulai berkaca.

Aku tersenyum. "Perpisahan kami itu garis takdir, Bu. Aisya hanyalah korban cinta buta mas Yusuf, dia lah orang yang paling bersalah dalam hal ini," jawabku pelan.

"Tetap saja, Aisya juga berperan dalam hal ini."

"Iya, biarkan semesta yang menghukum mereka. Karin selalu berdoa, semoga adik Karin itu bahagia. Dan kembali menjadi wani
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
si karin juga tolol. ngapain juga keluar buang sampah malam2. terlalu rajin banget sih jadi orang
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Petaka Mendua   SAH

    Part19"Mas ..., aku mohon sadarlah, kamu sudah keterlaluan!" lirihku.Ya Allah, bagaimana jika anakku kehausan, sedangkan selama ini ia selalu aku berikan asi eksklusif."Mas, kasihan Emel, kalau dia haus bagaimana?" pekikku."Diam ..., buat apa kamu sok-sokan peduli dengan Emelia, nyatanya kamu tetap memilih memberikan keluarga broken home untuknya.""Mas, ini pilihan kamu saat itu, kamu yang terang-terangan menceraikanku! Untuk apalagi kita kembali bersama? Jika nyatanya aku sudah tidak punya rasa.""Rasa itu bisa tumbuh seiring waktu!" jawabnya dingin."Mas, kumohon pulangkan aku," lirihku."Aku tidak akan rela, kamu menikah dengan si Alif.""Mas, aku juga berhak bahagia, sadarlah! Yang kamu lakukan ini salah.""Aku tidak bisa, tidak akan pernah bisa, melihat kamu menjadi milik lelaki lain.""Egois, kamu jahat, mas."Mas Yusuf tida

    Last Updated : 2021-09-28
  • Petaka Mendua   Pengorbanan

    Part20Usai makan siang, aku dan mas Alif bersantai-santai di depan etalase toko yang terisi smartphone, dengan harga yang bervariasi, milik mas Alif."Dek, tuh Aisya ...." Mas Alif sambil menunjuk dengan bibirnya, ke arah Aisya yang terlihat berlari kecil dengan mengenakan gamis berwarna maroon serta kerudung warna senada. Ia terlihat begitu panik menuju ke arah toko kami."Kak, Ummi masuk rumah sakit," katanya dengan wajah panik."Seriusan? Kapan Aish?" tanyaku, yang juga mendadak panik."Tadi pagi, Aish tau dari Bu Romlah, ketemu di tukang sayur tadi. Ummi katanya di bawa ke rumah sakit, di kota.""Mas ...." Aku menatap sesaat wajah mas Alif.Mas Alif pun paham dengan pandanganku."Mas yang akan antar kalian, nanti mas akan minta Danang yang jaga toko. Kamu siap-siap dulu!" ucapnya dengan ramah.Aku mengangguk cepat. "Aish, Kakak siap-siap dulu, kamu tunggu disini? Atau

    Last Updated : 2021-09-28
  • Petaka Mendua   Tamparan

    Part21"Maaf, Rin."Abah berkata sambil menunduk.Aku enggan menggubris ucapan Abah, hatiku rasanya beku, menatap kecewa pada mereka."Setelah Aisya pulih, aku akan membawanya pulang ke rumah. Kalian tidak perlu repot-repot lagi menolak kehadirannya sebagai menantu, aku yang akan membantunya menggugat cerai mas Yusuf.""Karin, Abah tahu kamu kecewa, tapi tolong, jangan rusak kebahagiaan yang di impikan Aisya.""Kebahagiaan apa? Bah. Selama ini apakah mas Yusuf membahagiakan Aisya? Tidak. Bahkan kalian selalu menganggapnya tidak ada? Kan. Sejahat-jahatnya Aisya, dia tetap adik Karin, kalian menyakitinya, sama dengan menyakiti Karin," jawabku."Sayang, sudah!" bisik mas Alif, seraya memegang kedua bahuku dari belakang."Mas, aku sakit hati, melihat mereka memperlakukan Aisya seenaknya.""Karin, ini rumah tanggaku, kamu tidak berhak ikut campur!" ucap mas Yusuf, dingin.Aku men

    Last Updated : 2021-09-28
  • Petaka Mendua   Mengalah

    Part22"Ummi terlalu kecewa dengan Aisya, Ummi merasa, semenjak Yusuf menikah dengan Aisya, ia menjadi tidak terarah.""Umm, itu bukan alasan yang tepat, untuk mempermainkan Aisya seperti ini. Jika Ummi keberatan dengan hubungan mereka, kenapa tidak meminta anak Ummi, menceraikan Aisya terlebih dahulu? Jangan di gantung seperti itu."Ummi terdiam, rasanya aku lelah untuk menyalahkan mereka. Semua inti permasalahan ini, ada pada mas Yusuf.Aku enggan bicara pada Ummi dan Abah lagi, kutarik tangan mas Alif, membawanya keluar dari ruang rawat Ummi. Kemudian menuju ruangan Aisya di rawat."Terimakasih, Mas. Aisya kangen sekali, jangan tinggalin Aisya lagi ya!"Terdengar suara lirih Aisya, sepertinya ia sudah siuman. Kudorong pelan ruangannya, istri kedua mas Yusuf duduk di sofa, yang ada di pojokan ruangan."Kak Karin," lirih Aisya, seraya tersenyum manis, binar kebahagiaan begitu kentara di wajah A

    Last Updated : 2021-09-28
  • Petaka Mendua   Bukan perebut

    Part23"Ummi, maksud Ummi apa?" tanyaku bingung.Sulit untuk aku cerna, inti dari omongannya."Assalamualaikum," ucap seseorang dari luar."Walaikumsalam," jawabku dan Ummi bersamaan, sambil menoleh ke arah pintu. Sedangkan Abah, sedari tadi ia memilih untuk masuk ke dalam kamar.Dinda, wanita itu datang berkunjung, kemudian ikut duduk di ruang tamu, sambil melempar senyum kepada Ummi."Begini, Karin. Ummi tau, kamu kecewa. Tapi Ummi tidak bisa membiarkan Yusuf tidak memiliki keturunan. Apalagi, sekarang anak Ummi hanya Yusuf.""Memangnya Emelia itu bukan anak mas Yusuf?" tanyaku heran, seakan Emelia tidak dianggap ada."Jadi? Ini kecil ini, anak mas Yusuf? Lalu kamu?" Dinda langsung menyambar bagaikan petir.Dengan wajah terheran-heran, sepertinya Dinda tidak begitu banyak tau tentang kemelut keluarga kami semua ini."Kenapa Kaget? Tuh anak mas Yusuf sama aku!" jawabk

    Last Updated : 2021-09-28
  • Petaka Mendua   Tidak berujung

    Part24°pov Aisya°Masih begitu terasa nyeri, pasca operasi pencangkokan ginjal untuk Ummi.Namun hatiku berbunga-bunga, suami yang teramat aku rindukan, kini ada di depanku dengan pandangan wajah yang teramat khawatir menatapku."Kamu sudah siuman sayang?" tanyanya lembut, kemudian mencium mesra punggung tanganku, juga puncuk kepalaku.Aku tersenyum menatapnya. "Aku rindu!" bisikku pelan."Aku juga, sangat rindu! Maaf lama pergi, mas sempat merasa malu untuk kembali ke kampung," jawabnya pelan, kemudian wajah tampan nan rupawan itu menunduk."Tidak apa-apa, mas."Kemudian pintu terbuka, muncul sosok seorang wanita yang tidak aku kenali."Mas, siapa?" tanyaku, sambil melirik ke arah daun pintu. Tempat wanita itu berdiri.Mas Yusuf menoleh ke arahnya, kemudian kembali tersenyum menatapku."Dinda namanya, sepupu mas! Mungkin dia akan menema

    Last Updated : 2021-09-28
  • Petaka Mendua   Madu

    Part25°pov Aisya°"Mas, kamu hargain aku dong! Aku ini juga istri kamu, aku nggak mau di perkenalkan sebagai pembantu!" rengek Dinda."Memang pantes kok di kata pembantu! Norak soalnya!" cetus Bu Daung dengan mencibir."Heh, nggak usah ikut-ikutan dong! Makin runyam aja nih," sahut Dinda, masih pelan, tidak segalak di awal."Bu Daung, saya minta maaf atas ketidaknyamanan kalian," ucap mas Yusuf pelan.Bu Daung mendengus, mobil orang tua mas Yusuf memasuki pekarangan rumah kami.Ummi bergegas keluar dari mobil, kemudian menghampiriku yang diam membeku. Dari kejauhan pun, terlihat Ibuku berjalan menuju kemari.'Ya Allah, bakal rame nih rumah.' celetukku dalam hati."Sayang ..., Maafin Ummi ya, Nak."Aku tidak bergeming, masih diam seraya memeluk kedua lututku."Aisya, kita buka lembaran baru lagi, demi keluarga kita!" seru mas Yusuf.

    Last Updated : 2021-09-28
  • Petaka Mendua   Maaf

    Part26°pov Aisya°Aku tidak tahu, mengapa Dinda menganggapku mandul, aku juga tidak berani menuduh Ummi. Hanya seperti yang aku dengar saat itu, Dinda bilang Ummi mengatakan bahwa aku mandul.Mandul dari mana? Sedangkan aku pernah keguguran. Mungkin itu alasan mereka, agar Dinda, mau jadi istri kedua mas Yusuf."Aisya mandul Ummi, mas Yusuf, kalian bisa nyari perempuan yang sempurna.""Mandul bagaimana? Sa. Bukankah kamu pernah keguguran? Kok bisa mendadak mandul?" tanya Ibu, ia terlihat begitu bingung dengan pernyataanku."Aisya hanya mengulang tuduhan Dinda, katanya Aisya hamil, seakan Dinda sudah tahu segalanya.""Loh, kan Ummi yang ngasih tau!" jawab Dinda lugas dan jelas. Ummi menunduk, sedangkan Ibu menatap kecewa kepada Ummi."Maaf," lirih Ummi.Mas Yusuf pun tidak berani menatap wajah Ibu yang semakin masam."Apa sebenarnya tujuan Bu Hajah saya tidak perduli

    Last Updated : 2021-09-28

Latest chapter

  • Petaka Mendua   Panik

    Bab110 "Tenang," seru Dewi, yang sadar, dari tadi majikannya tidak tenang. "Apaan sih." Tania kesal. Ia pun mengetikkan sebuah pesan singkat, dan mengirimnya kepada Raka, yang tengah sibuk meeting. "Aku menyesal, telah ada di saat keluarga kamu butuh. Sedangkan kamu, ah sudahlah. Kadang, kebaikan tidak harus dibalas dengan hal yang sama." Membaca pesan singkat dari Tania, Raka merasa tidak nyaman hati. Meskipun faktanya, proyek ini masih bisa dihandle anak buahnya. Namun Raka yang selalu bertanggung jawab penuh dengan pekerjaannya, tidak ingin melakukan kesalahan sama sekali.Sebab itulah, dia tidak ingin meninggalkan proyek ini. Namun membaca pesan singkat itu, mendadak Raka menjadi gusar. Ia pun tidak konsen, memulai pekerjaannya hari ini.______ Tania dan Dewi yang sudah sampai di rumah Sari, pun mulai bertanya banyak, tentang hal yang menimpa Karin. Sari mulai menceritakan semuanya secara detail. Wanita paru baya it

  • Petaka Mendua   Tidak Tenang

    Bab109"Maaf? Ada apa?" tanya Karin, sembari melepaskan diri, dari pelukan Hanung."Ya maaf," Hanung menunduk. "Aku berburuk sangka pada kamu dan Emilia. Aku nggak nyangka aja, anak kecil itu begitu dewasa.""Aku juga tidak menyangka, dia akan menolakku. Tapi aku lega, dia tidak melupakanku sama sekali," ucap Karin, sembari menyeka air matanya."Setidaknya, aku bisa melepas rindu. Melihat dia tumbuh dengan baik saja, aku sudah merasa tenang. Meskipun di lubuk hati yang paling dalam, aku tidak bahagia, merelakannya tetap di sana. Tapi aku ...."Karin menghela napas berat, ia mulai kesulitan untuk bicara. Wajah bahagia Emilia, saat bertemu dia tadi, selalu terngiang diingatan Karin.Apalagi, saat Emilia berkata kangen, membuat Karin semakin merasakan sakit luar biasa."Ya Allah, anakku!" pekik Karin, membuat Hanung sedikit terkejut.Karin menangis dengan meraung, layaknya anak kecil. Bahkan, dia tidak lagi duduk diata

  • Petaka Mendua   Maaf

    Bab108"Ummi, Karin mohon!" pinta Karin, wanita itu pun berusaha bersimpuh.Namun Hanung mencegahnya."Mau memberikan Emilia baik-baik, atau lewat jalur hukum?" gertak Hanung.Mendengar ucapan suami baru Karin itu, Ummi melotot. Sedangkan Abah, berusaha untuk tetap tenang."Berani sekali kamu mengancam orang tua! Apakah kamu tidak di ajari Ibumu?" bentak Ummi.Mendengar dirinya disinggung. Sari hanya memusut dada, membesarkan rasa sabar, dan berpikir jernih."Ibu, istri saya ini, berhak atas anak ini. Dan Ibu, jangan coba menghalangi kami membawanya. Kecuali, Emilia menolaknya," terang Hanung dengan tegas.Ummi berjongkok, mensejajarkan wajahnya pada Emilia."Emil, kamu sayang Nenek, kan?" tanya Ummi.Emilia terisak. "Emilia sayang Nenek, juga Kakek. Tapi ...."Gadis kecil itu menghentikan ucapannya, dia menatap lekat wajah Neneknya yang sangat sedih."Tapi apa, Nak?" tanya Karin tidak sabar.

  • Petaka Mendua   Di Tolak

    Bab107Karin melangkah pelan, dia menuju pintu utama."Kak Karin," seru Aisya, yang baru keluar dari dapur.Karin berbalik badan, dan menoleh ke arah Aisya dengan terheran."Kamu ada disini?" tanya Karin, sambil mengucek matanya berkali-kali."Aish ....""Hhmm, ada apa?" Aisya tahu, bahwa Karin penasaran, dengan rumah yang kini dia tempati untuk tidur."Ini rumah teman Aish, kita kemalaman dijalan, kasihan Bang Hanung, sepertinya sangat lelah. Sedangkan perjalanan menuju kampung Abah, masih sangat jauh. Jadi, Aisya meminta izin teman umtuk menginap."Karin mengangguk. "Ayo tidur lagi," pinta Aish pada Karin.Karin pun percaya begitu saja, dan mau menuruti ucapan Aisya.Untung saja Aisya cepat tanggap, jika tidak, mungkin malam ini, mereka tidak jadi tidur lagi.Sebab jika Karin tahu, bahwa dia ada di kampungnya. Maka, dia akan terus mengomel hingga pagi, dan membuat kegaduhan.______Usai salat subu

  • Petaka Mendua   Penasaran

    Bab106Azzam meminta waktu, untuk berbicara dengan Aisya berdua saja."Ada apa?" tanya Aish, dia nampak sangat kesal, dengan keputusan Azzam, yang menolak memberikan alamat."Ummi dan Abah kembali ke kampung. Kata Ayah, mereka juga mengadakan sukuran, ulang tahun Emilia.""Kamu tidak bohongkan, Mas?" selidik Aisya. Seakan semua kebetulan, membuat Aisya meragu."Sebenarnya, Ummi dan Abah, sudah tiga hari ini, ada di kampung. Dan esok, adalah perayaan ulang tahun Emilia.""Alhamdulilah, Mas.""Eh, jadi dari tadi, Mas ngerjai aku?" pekik Aisya, yang tiba-tiba sadar.Azzam terkekeh. "Iya maaf."Bibir Aisya manyun, dia kesal, dengan ulah suaminya."Malam ini juga, kalian duluan saja ke kampung. Ibu beneran sakit.""Yakin, nggak lagi ngerjain aku?""Iya, bener.""Dirujuk ke rumah sakit beneran?""Iya, Mas akan langsung, menemui mereka nanti. Kamu bawa saja, kak Karin ke rumah kita. Tadi

  • Petaka Mendua   Pupus Lagi

    Bab105Melihat wajah Hanung yang sangat datar, menimbulkan tanya dihati Karin. Wanita itu, yang tadinya sangat bersemangat, kini tiba-tiba meredup, seperti lilin yang menyala, kemudian padam tertiup angin."Ada apa?" tanya Karin, dengan perasaan, yang mulai tidak nyaman."Karin, Emilia itu bagian dari masa lalu. Dan kami, kami masa depanmu!" ucap Hanung. Membuat Karin merasa syok, begitu juga dengan Aisya, yang tidak sengaja, mendengar ucapan Hanung."Mas, tega sekali kamu berkata begitu!" lirih Karin. "Tidak ada yang kata masa lalu buat anak. Emilia itu darah dagingku, cinta pertama dalam hidupku. Dia yang mengajari aku jadi Ibu. Dan kamu, memintaku melupakannya? Jahat kamu!" kata Karin dengan terisak."Bukan begitu, Karin. Mas tidak minta, kamu untuk melupakan Emilia. Aku mengerti, tidak ada mantan anak. Tapi tidak bisakah, kamu hanya fokus kepada kami? Dan Emilia, biarkan dia, hanya ada di hati kamu.""Apa? Maksudnya apa?""Ya, kam

  • Petaka Mendua   Mendapatkan Alamat

    Bab104"Suami kamu!"Aisya terdiam, melihat Azzam yang nampak kusut."Suami Aisya?" tanya Hanung pada Karin. Karin mengangguk.Sari memegang bahu Aish. "Hadapi, dan selesaikan baik-baik," ucap Sari."Iya, Aish. Bagaimana pun juga, dia masih suami kamu," timpal Karin.Meskipun rasa hati teramat berat, Aisya tetap, mengikuti saran mereka.Karin keluar dari mobil, membuka pintu pagar. Dan mobil Hanung pun, memasuki pekarangan rumah."Masuklah, Zam!" seru Karin, sembari berjalan, menuju ke arah rumahnya.Mobil Hanung pun menepi, mereka semua keluar. Sedangkan Karin, membuka pintu rumah.Azzam pun berjalan ke depan pintu pagar, semberi menatap istrinya, yang baru keluar dari mobil.Aisya melangkah, mendekati Azzam."Masuk dulu, Mas!" ucap Aisya dengan lembut.Azzam pun mengangguk, mengikuti langkah Aisya. Ada debaran rasa gugup, yang mengganggunya kini.Karin duduk bersama anaknya Aisy

  • Petaka Mendua   Pemakaman

    Bab103Saat itu, pukul 05.30 sore. Sesampainya Raka di rumah Sutina, hanya ada beberapa tetangga dekat rumah, yang berada di rumah duka.Raka menepikan mobilnya, bergegas keluar dan sedikit tergopoh. Di dalam rumah, ada keluarga besar Tania, juga Sutina dan Rina."Ayah!" lirih Raka. Sutina tidak mau menoleh ke arah Raka, begitu juga dengan Tania.Kedua wanita ini, merasa sangat terluka, dengan perlakuan Raka. Mereka merasa, Raka abai dan begitu mementingkan perasaannya sendiri."Ayah, maafkan Raka ....""Ibu," lirihnya, berusaha memegangi tangan Sutina. Sutina hanya bisa terisak, dia tidak mampu berkata-kata lagi.Secapat ini, Tuhan memisahkan mereka. Bahkan selama ini, Sutina merasa banyak salah dan berdosa pada suaminya.Namun apalah daya, mereka di pisahkan oleh maut, yang di perantai tangan anak kandungnya sendiri."Kamu kemana saja?" tanya Sutina dengan pelan, ketika Raka memeluk ibunya."Ma

  • Petaka Mendua   Kabar Duka

    Bab102Aisya menulis alamat Karin disecarik kertas. Sebab itulah, dia melupakan ponselnya, dan fokus memegangi alamat rumah Karin.Kini Aisya merasa was-was, kalau Azzam, akan datang menyusulnya ke rumah Karin.Ia pun kembali memencet tombol bell berulang kali, hingga pintu rumah, bercat putih itu kini terbuka."Kak Karin," pekik Aisya. Sambil melambaikan tangan.Karin yang melihat di depan pintu pagar itu Aisya, sedikit berlari ke dalam rumah, dan gegas meraih kunci pagar.Ia pun tidak sabar, ingin berpelukan dengan Aisya, adik yang sangat dia rindukan selama ini.Karin keluar rumah, dan membuka kunci pagar. Aisya mendorong pelan pagar, yang sudah tidak terkunci lagi.Mereka saling berpelukan, melepas sejuta rasa rindu yang mendalam.Sedangkan anak Aisya, hanya menatap heran.Kakak beradik itu menangis terisak, dan melupakan si kecil yang menatap heran pada mereka."Siapa Rin?" tanya Sari, yang

DMCA.com Protection Status