Share

Pesona (bukan) Perawan Tua
Pesona (bukan) Perawan Tua
Author: Nurmasari

Pernikahan Sepupu

Author: Nurmasari
last update Last Updated: 2022-06-07 22:08:36

"Eh, liat itu ada si Vivi, umurnya udah 27 tahun tapi belum nikah juga, diduluin sama sepupunya si Lulu," seru Bu Menik memulai obrolan gosip ibu-ibu kelompoknya.

"Padahal Vivi cantik ya? Gak mungkin sih kalau gak laku, paling dia pilih-pilih," timpal Bu Sari.

"Keburu tua nanti malah gak bisa punya anak pas nikah, anak saya aja 22 tahun udah nikah." Bu Della menambahi ucapan kedua rekannya dengan antusias.

"Aneh ya, padahal udah S2, dosen sih katanya tapi nggak nikah-nikah, nunggu apalagi coba?" Bu Ratna nampak sedikit berpikir dan melirik sekilas ke arah Vivi.

"Tapi nggak malu ya si Vivi dateng ke nikahan ponakannya, sendiri pula. Padahal ngajak temen cowok kan bisa gitu." Bu Menik menjabarkan idenya bila dia ada di posisi Vivi sekarang.

Vivi mendengar namanya sayup-sayup disebut oleh sekelompok ibu-ibu yang duduk melingkar di salah satu meja, di tengah-tengah tenda resepsi keponakannya, Lulu. Dia menarik napas dalam-dalam, kemudian melangkah menuju sekelompok ibu-ibu tersebut.

Ibu-ibu yang sedang asyik bergosip tak menyadari Vivi melangkah ke arah mereka, mereka terus saja berbicara ini-itu prihal Vivi.

"Ehm, kayaknya ada yang ngomongin saya nih," ucap Vivi sambil melihat satu per satu ibu-ibu di depannya.

"Namanya juga punya mulut, ya ngomong lah, masa diem aja," sahut Bu Ratna sedikit pelan, tapi Vivi dapat mendengarnya.

"Ngomongin depan orangnya langsung lebih enak lho, ngapain ngomongin di belakang?" Tantang Vivi sambil melempar senyuman penuh arti.

"Kamu kapan nikah?" tanya Bu Menik.

"Bu Menik kapan meninggal?" Vivi balik bertanya.

Wajah Bu Menik memerah menahan amarah yang membuncah, dia menatap tajam gadis yang berdiri di sampingnya.

"Maksud kamu apa? Nyumpahin saya mati? Jaga bicara kamu, ya! Orang berpendidikan tapi gak sopan sama orang yang lebih tua."

"Lho, kok Bu Menik marah? Saya kan cuma nanya, sama kayak Bu Menik nanya ke saya. Justru karena saya berpendidikan, jadi saya tahu kalau jodoh dan maut itu sama-sama rahasia Sang Kuasa, kita nggak tau kapan datangnya."

Ibu-ibu yang lain saling pandang dan berbisik-bisik.

"Anak saya baru umur 22 tahun udah nikah," ujar Bu Della.

"Itu sih karena kebobolan," celetuk Vivi. "Ups!" Dia menutup mulutnya seakan tak sengaja mengatakan hal demikian.

"Fitnah! Cucu saya itu lahir prematur, bukan karena kebobolan," sanggah Bu Della.

"Kalau prematur itu lahirnya tujuh bulan atau delapan bulan, ini prematur lahirnya 6 bulan, beratnya 3,2 kilo pula!"

Ibu-ibu yang lain terlihat memandang ke arah Bu Della, meminta penjelasan.

"Iya, sih. Biasanya bayi prematur paling gede 2 kilo lebih dikit." Bu Menik bicara pelan, diiringi tatapan tajam Bu Della ke arahnya.

Sejenak hening. Vivi tersenyum lebar sambil menunggu kata apalagi yang akan diucapkan ibu-ibu di hadapannya ini.

"Jangan kebanyakan pilih-pilih, nanti kamu jadi perawan tua," ucap Bu Sari.

"Emang dia udah jadi perawan tua, kan udah di atas 25 tahun," seru Bu Ratna sambil mencolek temannya itu.

'Siapa sih orang yang mencetuskan bahwa perempuan harus menikah sebelum usia 25 tahun karena usia tersebut adalah masa ovarium sedang bagus-bagusnya? Siapa pembuat batasan umur untuk istilah perawan tua itu?' Vivi menggerutu dalam hati.

"Yah, dia malah bengong, mungkin dia baru sadar kalau dia perawan tua," sindir Bu Menik.

Vivi mendelik mendengar perkataan Bu Menik.

"Maaf ya, Ibu-Ibu semuanya. Tua itu sebenarnya bukan masalah umur, tapi sikap. Ada lho yang sudah berumur tapi masih suka asal ngomong kayak anak kecil. Lagian, orang-orang yang nggak kenal saya masih banyak yang ngira saya umur 20 tahun, baby face."

Sekarang gantian ibu-ibu yang mendelik ke arah Vivi, namun dia hanya membalas dengan senyuman.

"Permisi ya ibu-ibu, saya mau foto sama pengantin dulu. Awas jangan kebanyakan ghibah, ntar masuk neraka lho."

Vivi pun melangkah anggun dengan balutan gamis kebaya yang modis, beberapa pasang mata lelaki tak berkedip melihat seorang perempuan cantik dengan make up yang sederhana melintas di hadapannya. Dia melangkah serupa model profesional di atas catwalk, matanya tertuju pada panggung tempat kedua mempelai pengantin duduk berdampingan. Ada seorang lelaki yang sampai menumpahkan air minumnya karena terlalu terpesona oleh aura kecantikan perempuan itu.

Beberapa lelaki ingin menghampirinya dan mengajaknya berkenalan, namun urung karena melihat kejadian barusan, saat Vivi berdebat dengan para ibu-ibu.

Vivi berhenti sejenak sebelum melangkahkan kaki di tangga panggung pengantin, meraih dua buah kotak kecil di tas cokelat yang dikenakannya, lalu sedikit tersenyum.

"Wah, ponakanku tersayang nikah. Selamat yaa," ucapnya sambil menyalami Lulu, kemudian memeluknya.

"Iya, alhamdulillah. Kak Vivi dateng sama siapa? Sendirian?" tanya Lulu sambil melihat ke arah belakang Vivi.

Vivi mengangguk sembari tersenyum. "Gak ada yang bisa dipercaya selain diri sendiri soalnya."

Tiba-tiba lelaki di sebelah Lulu seakan tersedak sesuatu hingga batuk.

"Suami kamu kayaknya keselek tuh, Lu. Perlu aku ambilin minum buat kalian?"

"Eh, gak usah, Kak. Nanti biar aku minta ambilin ke bridesmaid aja," jawab Lulu. "Kamu gak papa, Sayang?" tanyanya ke lelaki di sampingnya.

"Gak papa, kok. Paling cuma masuk angin, kebanyakan begadang ngapalin ijab qabul."

Lulu tersenyum mendengar jawaban Rey, dia menggenggam erat tangan lelaki yang baru beberapa jam jadi suaminya itu.

"Oh iya, Rey, Lu. Ini kado buat kalian berdua. Happyly ever after, ya!" Vivi menyerahkan sebuah kotak kecil pada Rey dan Lulu. "Aku sengaja bikin kadonya dua. Special."

"Makasih, Kak," ucap Lulu.

"Thank's, Vi." Rey berkata pelan.

"Sama-sama. Kakak pergi dulu ya, ada urusan soalnya."

"Gak mau foto bareng dulu, Kak?"

Vivi menggeleng. "Next time aja, kakak buru-buru."

Setelah kepergian Vivi, Rey meminta izin untuk pergi ke toilet. Di dalam toilet, dia dengan gugup membuka kado dari Vivi. Matanya terbelalak saat mendapati puluhan kertas bukti transfer yang tertata rapi di dalam kotak, sebuah kertas putih bertuliskan tinta merah menghiasi atasnya.

"Ini semua hutang kamu ke aku, hitung sendiri ya. Kurangi sejuta aja untuk amplop undangan aku ke kalian." Rey membaca pelan tulisan itu, seketika matanya terbelalak.

Lelaki itu hampir terjatuh jika tak berpegangan pada pintu toilet, dia memijat pelipisnya sambil mengacak-acak tumpukan kertas bukti transfer itu dengan geram. Dia kira selama ini Vivi tidak menghitung uang yang dikirimkan untuk modal usahanya yang berkali-kali bangkrut hingga dia sukses.

"Bahkan, jika aku menjual semua tempat usahaku berikut cabangnya, itu tidak akan bisa melunasi hutangku pada Vivi." Rey meremas kepalanya. "Sial!"

Rey segera membereskan kertas yang berserakan di toilet dan membuangnya ke tempat sampah, dia menarik napas panjang, menata dirinya agar seperti tak terjadi apa-apa.

Related chapters

  • Pesona (bukan) Perawan Tua   Modus Para Buaya

    "Sendirian? Mau gue antar pulang?" tanya seorang laki-laki yang baru saja menghampiri Vivi."Gak perlu, makasih sebelumnya," jawab perempuan berusia dua puluh tujuh tahun itu tanpa menoleh sedikitpun ke arah lawan bicaranya."Gak perlu sungkan, gue ambil mobil dulu ya?" tawarnya. "Oh iya, gue Anton. Nama kamu siapa?"Anton mengulurkan tangannya. Vivi melirik sekilas ke arah lelaki di sampingnya. Tinggi, putih, rambut cool, badan atletis dibalut oleh kemeja abu polos, tapi ... umurnya sudah pasti di bawahnya. Hal yang membuatnya langsung memalingkan muka sesaat setelah meliriknya."Vivi. Gak perlu, aku udah pesan Gr*b." Vivi menjawab tanpa menjabat tangan Anton, dia masih fokus memandang ke arah jalanan."Gak baik lho nolak niat baik orang." Anton melihat ke arah perempuan di sampingnya sambil menyunggingkan senyuman semanis mungkin."Lebih gak baik lagi kalau aku nyuruh driver balik padahal dia udah mau nyampe."Anton menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Iya juga sih. Kalau gitu, bo

    Last Updated : 2022-06-07
  • Pesona (bukan) Perawan Tua   Tamu tak Diundang

    Vivi seketika tertawa mendengar jawaban Ferdi, lalu menggelengkan kepalanya pelan."Nah, kalau ketawa kan cantik. Kayaknya Bu Dosen ini udah lama nggak ketawa," ujar Ferdi."Sok tau kamu!" "Lho, emang saya tempe kok, bukan tahu." Ferdi berusaha membuat wanita di hadapannya tertawa lagi."Garing!" "Yaudah, saya pamit dulu. Jangan lupa nanti malam di rumah saja ya!""Memang kenapa? Bukan urusan kamu juga," jawab Vivi ketus."Yasudah kalau nggak peduli, bodo amat juga." Ferdi melenggang pergi meninggalkan Vivi sendirian. *******Bu Vera menemui Vivi yang sedang duduk nonton TV dengan wajah sumringah, lalu dia tersenyum ke arah anaknya itu. Vivi yang melihat tingkah ibunya jadi risih, dia segera memegang dahi ibunya dengan telapak tangannya. "Gak panas, aku kira Mama lagi demam.""Siapa juga yang lagi sakit," ujar Bu Vera."Terus Mama kenapa senyum-senyum sendiri? Kesambet hantu?""Hust! Kamu itu ngaco, Vi. Itu di ruang tamu ada temen kamu dateng."Vivi mengerutkan keningnya. "Temen

    Last Updated : 2022-06-07
  • Pesona (bukan) Perawan Tua   Cium Tangan

    “Eh, ada pengantin baru bertamu. Nggak bulan madu nih?” Bu Vera datang menghampiri Lulu dan Rey di ruang tamu.Perempuan paruh baya itu langsung memeluk ponakannya. “Kemarin tante sakit, jadi gak bisa ke pernikahan kalian. Tante minta maaf ya. Selamat menempuh hidup baru.”“Iya, Tante, gak papa. Yang penting sekarang Tante udah sehat,” ujar Lulu saat Bu Vera telah melepaskan pelukannya.Bu Vera kemudian menyalami Rey sekilas tanpa melihat ke arahnya sekalipun. Sementara Rey tahu diri mengapa Bu Vera bersikap demikian, namun dia tidak mau ambil pusing dan berpura-pura bahwa tidak mengenal Bu Vera sebelumnya.Vivi datang menghampiri mereka dengan membawa minuman, lalu menyuguhkannya tanpa berucap sepatah katapun. Dia masih kaget akan kedatangan tamu-tamu yang tak diundang ini ke rumahnya. Pertama adalah mahasiswa baru yang sok pintar dan menjengkelkan, kedua adalah sepupu dan mantan pacarnya yang baru saja menikah. Mereka semua membuat hati Vivi jengah sebenarnya, namun dia mencoba mene

    Last Updated : 2022-06-07
  • Pesona (bukan) Perawan Tua   Ide Jahat Rey

    “Sayang, menurut kamu mendingan yang ini atau yang itu?” Lulu bertanya pada Rey sambil memperlihatkan beberapa jenis susu ibu hamil.Mereka sedang berapa di sebuah Indom*rt yang agak jauh dari kediaman Lulu, sengaja memilih tempat yang jauh agar tidak bertemu dengan para tetangga atau teman-teman Lulu yang mengetahui bahwa mereka baru saja menikah.“Terserah kamu aja. Kan yang minum kamu,” jawab Rey acuh tak acuh.“Kok kamu gitu sih jawabnya?” Lulu memanyunkan bibirnya, tanda dia kesal dengan ucapan suaminya barusan.“Iya, maaf. Gitu aja kesel. Kan emang kamu yang minum susunya, kamu sukanya rasa apa? Pilih aja rasa yang kamu suka,” ucap Rey sambil mengelus lembut pucuk kepala Lulu, membuat istrinya tersenyum tipis.“Aku suka rasa coklat, tapi takutnya bikin enek,” ujar Lulu. “Apa pilih rasa strawberry aja kali ya?”“Ya udah beli rasa strawberry aja.”“Tapi ini ada rasa vanila juga,” ujar Lulu lagi sambil kembali melihat-lihat varian rasa susu ibu hamil di rak pajangan.Rey menepuk da

    Last Updated : 2022-06-07
  • Pesona (bukan) Perawan Tua   Ferdi VS Rey

    Rey memandangi handphone-nya, dia menunggu status WA atau status FB Vivi tentang pacarnya yang kecelakaan, namun hingga malam hari, tak juga dia mendapati status yang ditunggunya tersebut, padahal dia sudah bolak-balik mengecek handphone.“Masa si Ferdi bisa selamat sih? Gak mungkin kayaknya. Harusnya minimal lecet-lecet gitulah kena aspal,” ujar Rey bermonolog sendiri. Tak lupa dia kembali mengecek handphone, lalu membersihkan riwayat pencarian akun FB Vivi agar tidak ketahuan Lulu.“Dari siang perasaan ngeliatin HP mulu , emang ada apaan sih? Tumbenan banget,” ujar Lulu yang menghempaskan tubuhnya duduk di samping suaminya.“Eh, gak apa-apa, kok,” jawab Rey gelagapan.“Coba sini liat HP-nya.” Lulu langsung merebut handphone Rey dan memeriksanya.Bersih. Tak ada apa-apa dan tak ada sesuatu yang mencurigakan. Lulu mengechek riwayat aplikasi yang digunakan, bersih. Semua sudah dihapus oleh Rey. Lulu pun mengembalikan handphone suaminya setelah lelah memeriksa

    Last Updated : 2022-08-01
  • Pesona (bukan) Perawan Tua   Rey Menemui Vivi

    “Ti-tidak.” Rey menjawab dengan terbata. Dia berusaha sekuat tenaga menutupi rasa bingung dan takutnya jika Ferdi benar-benar melaporkannya ke polisi.Lulu memicingkan mata, menatap heran ke arah suaminya.“A-aku ada perlu sebentar, mau ke kafeku,” ujar Rey mencari alasan untuk segera ke luar rumah, menghindari kemungkinan Lulu akan bertanya lebih jauh. Dia buru-buru menyambar kunci mobil di atas nakas, mengecup kening Lulu sekilas, lalu segera pergi.Rey memutar otaknya di sepanjang perjalanan yang entah dimana tempat yang dituju, dia berusaha mencari cara agar Ferdi tidak melaporkan perbuatannya ke polisi.“Aku gak mau dipenjara,” ujar Rey sambil memukul stir mobil. Suara klakson terdengar panjang. Rey membuang napas kasar, mengatur emosinya agar bisa berpikir jernih.“Vivi ….” Rey menjentikkan jari setelah mendapatkan sebuah ide. Dia segera melajukan mobilnya ke Universitas Nugraha, tempat dimana Vivi mengajar.

    Last Updated : 2022-08-01
  • Pesona (bukan) Perawan Tua   Pengakuan Rey

    “Ferdi….” Rey berteriak memanggil Ferdi seraya menghampirinya.Ferdi menoleh, alisnya terangkat, dia memandangi lelaki berbaju necis itu melangkah ke arahnya. Rey terdiam ketika sudah berada tepat di hadapan Ferdi. Dia canggung. Untuk sejenak Rey mencari kata-kata yang tepat untuk meminta maaf.“Udah pulang kuliah?” Tanya Rey sok akrab. Dia mencoba berbasa-basi untuk mengurangi rasa groginya.“Udah.” Ferdi menjawab singkat sambil terus memandangi Rey penuh tanya.“Ada yang mau saya omongin sama kamu,” ucap Rey. “Buat masalah kemarin, saya minta maaf.”Ferdi tertawa mendengar perkataan Rey. Pada akhirnya lelaki sombong yang sempat tak mengakui kejahatannya itu malah menemuinya untuk meminta maaf. Sungguh lucu bukan? Kemana lelaki yang kemarin justru malah mengancam untuk melaporkannya balik ke polisi atas pencemaran nama baik? “Jadi ngaku nih kalau kamu pelakunya?” Ferdi bertanya memas

    Last Updated : 2022-08-01
  • Pesona (bukan) Perawan Tua   Pertemuan Pertama Rey dan Lulu

    Siang itu matahari sedang semangat menyinari bumi, pukul sepuluh pun rasanya seperti sudah tengah hari.Saat itu, Rey sedang mengantarkan pesanan sebuah perusahaan yang tak jauh dari restoran miliknya, dia sengaja mengantarkannya sendiri dibantu oleh seorang karyawan pria saja. Selain karena restoran kecil yang Rey bangun belum memiliki banyak karyawan, Rey juga ingin melihat perusahaan besar yang sudah menjadi idamannya sejak dulu. Dia pernah punya mimpi untuk menjadi karyawan di perusahaan tersebut, namun mimpi itu pupus karena dia hanya tamatan SMA. "Ayo cepat. Bawakan makanan di bagasi ke dalam," ujar Rey pada seorang karyawan yang diajaknya, Zul."Siap, Pak." Zul dengan sigap memindahkan kotak-kotak makanan yang telah dipesan oleh perusahaan tersebut dari bagasi mobil ke depan meja resepsionis perusahaan.Rey pun membantu karyawannya itu karena pesanan yang mereka bawa cukup banyak. Tidak kurang dari seratus kotak makanan. Saat sedang mondar

    Last Updated : 2022-08-01

Latest chapter

  • Pesona (bukan) Perawan Tua   Rey dan Lulu Jadian

    Dua bulan berlalu setelah pertemuan kedua Rey dan Lulu di restoran Janji Hati. Mereka pun semakin dekat dan sering berbalas pesan via WA. Lulu juga dua minggu sekali mampir ke restoran Rey untuk sekadar makan dan berfoto di tempat yang masih viral di medsos itu.“Lulu.” Rey memanggil perempuan dengan rambut panjang tergerai yang duduk di hadapannya. “Iya,” sahut Lulu tanpa mengalihkan pandangan dari handphone di genggamannya.“Aku suka sama kamu sejak pertama kita ketemu. Kamu mau nggak jadi pacar aku?” Tanya Rey sambil menatap lekat ke arah Lulu.Lulu yang kini sedang meminum jus pun sampai tersedak mendengar penuturan Rey.“Kamu nembak aku? Serius?” tanya Lulu.Rey mengangguk mantap. “Mau nggak?” Sebenarnya Lulu sudah mulai menyukai Rey, meskipun dulu dia tidak ada rasa sama sekali pada lelaki di hadapannya itu. Namun semakin berjalannya waktu, Lulu merasa nyaman dan senang dengan p

  • Pesona (bukan) Perawan Tua   Pertemuan Kedua

    “Kamu mau pesan apa, Jes?” Tanya Diana pada Jessica yang duduk di sampingnya.“Hmm … pesen apaan ya? Menunya pada so sweet gini sih? Nasi goreng cinta, jus kasih sayang, terus …. Apalagi ini? Cappucino rindu, kopi mantan.” Jessica tertawa setelah membaca menu makanan yang tertera pada kertas di atas meja. “Kayaknya yang punya restoran ini bucin banget orangnya. Tapi kreatif sih, ditambah lagi interior dan hiasan restoran yang bikin restoran ini bagus sampe viral gitu di Instagram.”“Dia malah komenin restorannya. Ayo buruan pesen ah, udah laper nih. Eh, BTW, kamu yang traktir ya, Lu?” Diana berkata sambil melirik ke arah Lulu.“Tenang. Aku yang traktir. Gratis kita makannya di sini karena kebetulan aku juga tahu pemilik restorannya.” Lulu menjawab sambil tersenyum. “Ah, serius Lu? Sejak kapan kamu punya kenalan wirausahawan kayak dia? Sampe punya restoran yang viral pula.” Jessica bertanya sambil menyenggol lengan Lulu yang duduk tak jauh d

  • Pesona (bukan) Perawan Tua   Pertemuan Pertama Rey dan Lulu

    Siang itu matahari sedang semangat menyinari bumi, pukul sepuluh pun rasanya seperti sudah tengah hari.Saat itu, Rey sedang mengantarkan pesanan sebuah perusahaan yang tak jauh dari restoran miliknya, dia sengaja mengantarkannya sendiri dibantu oleh seorang karyawan pria saja. Selain karena restoran kecil yang Rey bangun belum memiliki banyak karyawan, Rey juga ingin melihat perusahaan besar yang sudah menjadi idamannya sejak dulu. Dia pernah punya mimpi untuk menjadi karyawan di perusahaan tersebut, namun mimpi itu pupus karena dia hanya tamatan SMA. "Ayo cepat. Bawakan makanan di bagasi ke dalam," ujar Rey pada seorang karyawan yang diajaknya, Zul."Siap, Pak." Zul dengan sigap memindahkan kotak-kotak makanan yang telah dipesan oleh perusahaan tersebut dari bagasi mobil ke depan meja resepsionis perusahaan.Rey pun membantu karyawannya itu karena pesanan yang mereka bawa cukup banyak. Tidak kurang dari seratus kotak makanan. Saat sedang mondar

  • Pesona (bukan) Perawan Tua   Pengakuan Rey

    “Ferdi….” Rey berteriak memanggil Ferdi seraya menghampirinya.Ferdi menoleh, alisnya terangkat, dia memandangi lelaki berbaju necis itu melangkah ke arahnya. Rey terdiam ketika sudah berada tepat di hadapan Ferdi. Dia canggung. Untuk sejenak Rey mencari kata-kata yang tepat untuk meminta maaf.“Udah pulang kuliah?” Tanya Rey sok akrab. Dia mencoba berbasa-basi untuk mengurangi rasa groginya.“Udah.” Ferdi menjawab singkat sambil terus memandangi Rey penuh tanya.“Ada yang mau saya omongin sama kamu,” ucap Rey. “Buat masalah kemarin, saya minta maaf.”Ferdi tertawa mendengar perkataan Rey. Pada akhirnya lelaki sombong yang sempat tak mengakui kejahatannya itu malah menemuinya untuk meminta maaf. Sungguh lucu bukan? Kemana lelaki yang kemarin justru malah mengancam untuk melaporkannya balik ke polisi atas pencemaran nama baik? “Jadi ngaku nih kalau kamu pelakunya?” Ferdi bertanya memas

  • Pesona (bukan) Perawan Tua   Rey Menemui Vivi

    “Ti-tidak.” Rey menjawab dengan terbata. Dia berusaha sekuat tenaga menutupi rasa bingung dan takutnya jika Ferdi benar-benar melaporkannya ke polisi.Lulu memicingkan mata, menatap heran ke arah suaminya.“A-aku ada perlu sebentar, mau ke kafeku,” ujar Rey mencari alasan untuk segera ke luar rumah, menghindari kemungkinan Lulu akan bertanya lebih jauh. Dia buru-buru menyambar kunci mobil di atas nakas, mengecup kening Lulu sekilas, lalu segera pergi.Rey memutar otaknya di sepanjang perjalanan yang entah dimana tempat yang dituju, dia berusaha mencari cara agar Ferdi tidak melaporkan perbuatannya ke polisi.“Aku gak mau dipenjara,” ujar Rey sambil memukul stir mobil. Suara klakson terdengar panjang. Rey membuang napas kasar, mengatur emosinya agar bisa berpikir jernih.“Vivi ….” Rey menjentikkan jari setelah mendapatkan sebuah ide. Dia segera melajukan mobilnya ke Universitas Nugraha, tempat dimana Vivi mengajar.

  • Pesona (bukan) Perawan Tua   Ferdi VS Rey

    Rey memandangi handphone-nya, dia menunggu status WA atau status FB Vivi tentang pacarnya yang kecelakaan, namun hingga malam hari, tak juga dia mendapati status yang ditunggunya tersebut, padahal dia sudah bolak-balik mengecek handphone.“Masa si Ferdi bisa selamat sih? Gak mungkin kayaknya. Harusnya minimal lecet-lecet gitulah kena aspal,” ujar Rey bermonolog sendiri. Tak lupa dia kembali mengecek handphone, lalu membersihkan riwayat pencarian akun FB Vivi agar tidak ketahuan Lulu.“Dari siang perasaan ngeliatin HP mulu , emang ada apaan sih? Tumbenan banget,” ujar Lulu yang menghempaskan tubuhnya duduk di samping suaminya.“Eh, gak apa-apa, kok,” jawab Rey gelagapan.“Coba sini liat HP-nya.” Lulu langsung merebut handphone Rey dan memeriksanya.Bersih. Tak ada apa-apa dan tak ada sesuatu yang mencurigakan. Lulu mengechek riwayat aplikasi yang digunakan, bersih. Semua sudah dihapus oleh Rey. Lulu pun mengembalikan handphone suaminya setelah lelah memeriksa

  • Pesona (bukan) Perawan Tua   Ide Jahat Rey

    “Sayang, menurut kamu mendingan yang ini atau yang itu?” Lulu bertanya pada Rey sambil memperlihatkan beberapa jenis susu ibu hamil.Mereka sedang berapa di sebuah Indom*rt yang agak jauh dari kediaman Lulu, sengaja memilih tempat yang jauh agar tidak bertemu dengan para tetangga atau teman-teman Lulu yang mengetahui bahwa mereka baru saja menikah.“Terserah kamu aja. Kan yang minum kamu,” jawab Rey acuh tak acuh.“Kok kamu gitu sih jawabnya?” Lulu memanyunkan bibirnya, tanda dia kesal dengan ucapan suaminya barusan.“Iya, maaf. Gitu aja kesel. Kan emang kamu yang minum susunya, kamu sukanya rasa apa? Pilih aja rasa yang kamu suka,” ucap Rey sambil mengelus lembut pucuk kepala Lulu, membuat istrinya tersenyum tipis.“Aku suka rasa coklat, tapi takutnya bikin enek,” ujar Lulu. “Apa pilih rasa strawberry aja kali ya?”“Ya udah beli rasa strawberry aja.”“Tapi ini ada rasa vanila juga,” ujar Lulu lagi sambil kembali melihat-lihat varian rasa susu ibu hamil di rak pajangan.Rey menepuk da

  • Pesona (bukan) Perawan Tua   Cium Tangan

    “Eh, ada pengantin baru bertamu. Nggak bulan madu nih?” Bu Vera datang menghampiri Lulu dan Rey di ruang tamu.Perempuan paruh baya itu langsung memeluk ponakannya. “Kemarin tante sakit, jadi gak bisa ke pernikahan kalian. Tante minta maaf ya. Selamat menempuh hidup baru.”“Iya, Tante, gak papa. Yang penting sekarang Tante udah sehat,” ujar Lulu saat Bu Vera telah melepaskan pelukannya.Bu Vera kemudian menyalami Rey sekilas tanpa melihat ke arahnya sekalipun. Sementara Rey tahu diri mengapa Bu Vera bersikap demikian, namun dia tidak mau ambil pusing dan berpura-pura bahwa tidak mengenal Bu Vera sebelumnya.Vivi datang menghampiri mereka dengan membawa minuman, lalu menyuguhkannya tanpa berucap sepatah katapun. Dia masih kaget akan kedatangan tamu-tamu yang tak diundang ini ke rumahnya. Pertama adalah mahasiswa baru yang sok pintar dan menjengkelkan, kedua adalah sepupu dan mantan pacarnya yang baru saja menikah. Mereka semua membuat hati Vivi jengah sebenarnya, namun dia mencoba mene

  • Pesona (bukan) Perawan Tua   Tamu tak Diundang

    Vivi seketika tertawa mendengar jawaban Ferdi, lalu menggelengkan kepalanya pelan."Nah, kalau ketawa kan cantik. Kayaknya Bu Dosen ini udah lama nggak ketawa," ujar Ferdi."Sok tau kamu!" "Lho, emang saya tempe kok, bukan tahu." Ferdi berusaha membuat wanita di hadapannya tertawa lagi."Garing!" "Yaudah, saya pamit dulu. Jangan lupa nanti malam di rumah saja ya!""Memang kenapa? Bukan urusan kamu juga," jawab Vivi ketus."Yasudah kalau nggak peduli, bodo amat juga." Ferdi melenggang pergi meninggalkan Vivi sendirian. *******Bu Vera menemui Vivi yang sedang duduk nonton TV dengan wajah sumringah, lalu dia tersenyum ke arah anaknya itu. Vivi yang melihat tingkah ibunya jadi risih, dia segera memegang dahi ibunya dengan telapak tangannya. "Gak panas, aku kira Mama lagi demam.""Siapa juga yang lagi sakit," ujar Bu Vera."Terus Mama kenapa senyum-senyum sendiri? Kesambet hantu?""Hust! Kamu itu ngaco, Vi. Itu di ruang tamu ada temen kamu dateng."Vivi mengerutkan keningnya. "Temen

DMCA.com Protection Status