Share

Tamu tak Diundang

Author: Nurmasari
last update Last Updated: 2022-06-07 22:10:27

Vivi seketika tertawa mendengar jawaban Ferdi, lalu menggelengkan kepalanya pelan.

"Nah, kalau ketawa kan cantik. Kayaknya Bu Dosen ini udah lama nggak ketawa," ujar Ferdi.

"Sok tau kamu!" 

"Lho, emang saya tempe kok, bukan tahu." Ferdi berusaha membuat wanita di hadapannya tertawa lagi.

"Garing!" 

"Yaudah, saya pamit dulu. Jangan lupa nanti malam di rumah saja ya!"

"Memang kenapa? Bukan urusan kamu juga," jawab Vivi ketus.

"Yasudah kalau nggak peduli, bodo amat juga." 

Ferdi melenggang pergi meninggalkan Vivi sendirian. 

*******

Bu Vera menemui Vivi yang sedang duduk nonton TV dengan wajah sumringah, lalu dia tersenyum ke arah anaknya itu. 

Vivi yang melihat tingkah ibunya jadi risih, dia segera memegang dahi ibunya dengan telapak tangannya. 

"Gak panas, aku kira Mama lagi demam."

"Siapa juga yang lagi sakit," ujar Bu Vera.

"Terus Mama kenapa senyum-senyum sendiri? Kesambet hantu?"

"Hust! Kamu itu ngaco, Vi. Itu di ruang tamu ada temen kamu dateng."

Vivi mengerutkan keningnya. "Temen? Perasaan aku gak janjian ketemuan sama siapapun malem ini."

"Temuin aja dulu. Cowok, cakep pula. Sopan banget pula, mana bawa oleh-oleh martabak kesukaan mama."

Perempuan yang sedari tadi sibuk memeluk bantal sofa sambil menonton TV itu langsung terperanjat mendengar ucapan mamanya. 

"Emangnya siapa sih?" tanya Vivi sambil langsung bergegas ke ruang tamu.

Betapa terkejutnya dia saat melihat seorang lelaki memakai kemeja kotak-kotak sedang duduk santai sambil memainkan ponselnya.

"Kamu? Ngapain kamu di sini?" tanya Vivi langsung.

"Ya bertamu lah, emang gak boleh?" jawab lelaki di depannya saat menyadari kehadiran Vivi.

"Maksud saya, ada perlu apa kamu ke sini?" 

"Lho ... Lho, ada tamu kok malah ditanya begitu? Bukannya ditawarin minum," ujar Bu Vera menghampiri anaknya sambil membawa nampan berisi minuman.

"Diminum dulu Nak Ferdi kopinya. Silakan dinikmati cemilan seadanya ini," ujar Bu Vera sambil memandang ke arah lelaki muda di hadapannya.

"Jangan ketus-ketus kalau jadi cewek," ujar Bu Vera pada anaknya sembari sedikit berbisik.

Vivi mendengkus kesal. Dia menatap nyalang ke arah Ferdi, namun yang ditatap seperti tak punya dosa, dengan santai menyeruput kopi yang baru saja dihidangkan untuknya. 

"Tau rumah saya dari mana?" 

"Kebetulan saya ngikutin Bu Vivi pas pulang dari kampus beberapa hari yang lalu."

"Dalam rangka apa ke sini?" Vivi bertanya, dia sedikit gusar dengan lawan bicaranya.

"Ini hari sabtu kan?" Ferdi balik bertanya.

"Iya."

"Ya saya berarti gak salah hari buat ngapelin gebetan baru saya."

Vivi menepuk jidatnya dan menatap tajam ke arah Ferdi. "Kamu tau umur saya berapa?"

Lelaki di hadapannya mengangguk. 

"Saya yakin kamu gak beneran tau," ujar Vivi. "biar saya kasih tau ...."

Ucapan Vivi terjeda saat lelaki di hadapannya mengangkat tangannya, memberi isyarat agar dosennya itu berhenti bicara.

"Vivi Maharani, lahir di Jakarta 27 tahun yang lalu, penyuka warna hijau dan pembaca setia novel Asma Nadia, lulusan S2 di Universitas Nugraha jurusan Akuntansi dengan predikat cum laude. Anak tunggal dari Ibu Vera dan Bapak Sugito. Makanan kesukaannya adalah bakso, mie ayam, seblak dan beberapa makanan pedas lain. Minuman kesukaannya adalah es cappucino. Penyuka film action dan sering insomnia." 

"Sudah?" Vivi setengah mati tak menunjukkan keterkejutannya atas apa yang mahasiswanya katakan, karena semua hal yang dijabarkan adalah benar.

"Masih kurang?" Ferdi bertanya.

"Sudah cukup." Perempuan berkulit putih itu memaksakan sebuah senyuman di bibirnya. "Kamu pernah kuliah jurusan informatika ya?" 

Lelaki yang kini sibuk dengan HP-nya itu mengangguk.

"Sebentar, saya angkat telepon dulu, penting." 

Setelah melihat anggukan dan isyarat tangan yang mempersilakannya mengangkat telepon, Ferdi langsung berjalan menuju pojok ruang tamu, di depan lukisan pemandangan yang menghiasi dinding.

Tok ... Tok ... Tok....

Tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk, Vivi melirik ke arah Ferdi yang masih sibuk berbicara di telepon, lalu dia bangkit dari tempat duduknya untuk membukakan pintu.

Banyak banget tamu malam ini perasaan. Siapa lagi sih yang dateng? Vivi membatin.

Cekrek, pintu ruang tamu terbuka, tampaklah sepasang sejoli berdiri sambil berpegangan tangan.

"Lulu? Rey? Tumben ke sini. Silakan masuk," ujar Vivi sambil menyembunyikan keterkejutannya dan rasa lain yang mendesak di hatinya.

Lulu dan Rey melangkah masuk, lalu melihat gelas kopi dan Ferdi yang baru saja menutup teleponnya.

"Oh ... lagi ada tamu ya, Kak?" tanya Lulu. "Kami nganggu dong?" 

Rey tampak tidak suka dengan keberadaan Ferdi. Yang dia tahu, Vivi tidak pernah memberi peluang laki-laki lain untuk masuk ke kehidupannya karena belum move on.

"Nggak kok," jawab Vivi. "Sebentar aku panggil mama dulu, dia mungkin kangen sama ponakannya yang cantik ini. Nikahan kamu kemarin mama lagi gak enak badan, jadi gak bisa dateng."

"Sekarang udah mendingan?" 

"Udah sembuh kok." Vivi tersenyum. "Oh iya, kenalin ini Ferdi. Ferdi, kenalin ini Lulu sepupu aku, disebelahnya Rey, suaminya Lulu."

Ferdi menyalami dua orang di hadapannya. "Ferdi, calon suaminya Vivi."

Rey seketika mendelik ke arah lelaki yang dia taksir masih jauh lebih muda darinya.

Vivi ingin marah dengan pengakuan Ferdi, tapi dia juga senang dengan ucapan Ferdi barusan karena hal itu pasti membuat hati Rey panas.

"Udah punya calon nih, buruan nyusul," ledek Lulu.

Vivi hanya tersenyum. "Duduk dulu semuanya, aku panggil mama dulu ya."

Ketika Vivi sudah tak terlihat punggungnya, Rey mulai bertanya-tanya pada lelaki yang duduk di sofa tak jauh darinya. Dia ingin tahu tentang lelaki itu, apakah lebih kaya dan keren darinya atau tidak.

"Udah kerja atau masih kuliah, Ferdi?" Rey mulai bertanya.

"Kerja sambil kuliah," jawabnya.

Rey tersenyum mengejek, kerja sambil kuliah biasanya tipikal orang miskin yang orangtuanya tidak mampu membiayai anaknya kuliah.

"Kerja di mana?" 

"Maaf, ini hal yang cukup privasi bagi saya."

"Kamu tumbenan kepo sama orang, Sayang?" tanya Lulu.

"Ya biar ada obrolan aja sambil nunggu Vivi manggil tante Vera," jawab Rey memberi alasan. 

"Iya juga sih." Lulu mengangguk. "Memang Ferdi kuliah di mana?"

"Di tempat Vivi mengajar, saya mahasiswanya."

Mendengar hal itu Rey tak kuasa tertawa. "Mahasiswanya? Mahasiswa berani deketin dosennya dan mau nikah sama dosennya?"

"Ya, kan dalam agama gak ada larangan untuk itu. Yang dilarang itu kalau nikah beda agama dan nikah saat perempuan sudah hamil, itu tidak akan sah. Harus nikah ulang pas perempuan sudah melahirkan."

Seketika wajah Lulu berubah pias, dia menatap Rey dan memberikan kode untuk tidak bertanya apapun lagi. Tapi Rey berpura-pura tak mengerti kode dari istrinya.

"Umur kalian pasti beda jauh," celetuk Rey.

"Umur gak masalah, dulu Nabi Muhammad SAW saja menikah dengan Khadijah umurnya beda jauh."

Rey terdiam, dia menyadari lawan bicaranya ini orang yang pandai hingga dapat menjawab dengan cepat dan telak ucapannya tanpa tersulut emosi sedikitpun.

Related chapters

  • Pesona (bukan) Perawan Tua   Cium Tangan

    “Eh, ada pengantin baru bertamu. Nggak bulan madu nih?” Bu Vera datang menghampiri Lulu dan Rey di ruang tamu.Perempuan paruh baya itu langsung memeluk ponakannya. “Kemarin tante sakit, jadi gak bisa ke pernikahan kalian. Tante minta maaf ya. Selamat menempuh hidup baru.”“Iya, Tante, gak papa. Yang penting sekarang Tante udah sehat,” ujar Lulu saat Bu Vera telah melepaskan pelukannya.Bu Vera kemudian menyalami Rey sekilas tanpa melihat ke arahnya sekalipun. Sementara Rey tahu diri mengapa Bu Vera bersikap demikian, namun dia tidak mau ambil pusing dan berpura-pura bahwa tidak mengenal Bu Vera sebelumnya.Vivi datang menghampiri mereka dengan membawa minuman, lalu menyuguhkannya tanpa berucap sepatah katapun. Dia masih kaget akan kedatangan tamu-tamu yang tak diundang ini ke rumahnya. Pertama adalah mahasiswa baru yang sok pintar dan menjengkelkan, kedua adalah sepupu dan mantan pacarnya yang baru saja menikah. Mereka semua membuat hati Vivi jengah sebenarnya, namun dia mencoba mene

    Last Updated : 2022-06-07
  • Pesona (bukan) Perawan Tua   Ide Jahat Rey

    “Sayang, menurut kamu mendingan yang ini atau yang itu?” Lulu bertanya pada Rey sambil memperlihatkan beberapa jenis susu ibu hamil.Mereka sedang berapa di sebuah Indom*rt yang agak jauh dari kediaman Lulu, sengaja memilih tempat yang jauh agar tidak bertemu dengan para tetangga atau teman-teman Lulu yang mengetahui bahwa mereka baru saja menikah.“Terserah kamu aja. Kan yang minum kamu,” jawab Rey acuh tak acuh.“Kok kamu gitu sih jawabnya?” Lulu memanyunkan bibirnya, tanda dia kesal dengan ucapan suaminya barusan.“Iya, maaf. Gitu aja kesel. Kan emang kamu yang minum susunya, kamu sukanya rasa apa? Pilih aja rasa yang kamu suka,” ucap Rey sambil mengelus lembut pucuk kepala Lulu, membuat istrinya tersenyum tipis.“Aku suka rasa coklat, tapi takutnya bikin enek,” ujar Lulu. “Apa pilih rasa strawberry aja kali ya?”“Ya udah beli rasa strawberry aja.”“Tapi ini ada rasa vanila juga,” ujar Lulu lagi sambil kembali melihat-lihat varian rasa susu ibu hamil di rak pajangan.Rey menepuk da

    Last Updated : 2022-06-07
  • Pesona (bukan) Perawan Tua   Ferdi VS Rey

    Rey memandangi handphone-nya, dia menunggu status WA atau status FB Vivi tentang pacarnya yang kecelakaan, namun hingga malam hari, tak juga dia mendapati status yang ditunggunya tersebut, padahal dia sudah bolak-balik mengecek handphone.“Masa si Ferdi bisa selamat sih? Gak mungkin kayaknya. Harusnya minimal lecet-lecet gitulah kena aspal,” ujar Rey bermonolog sendiri. Tak lupa dia kembali mengecek handphone, lalu membersihkan riwayat pencarian akun FB Vivi agar tidak ketahuan Lulu.“Dari siang perasaan ngeliatin HP mulu , emang ada apaan sih? Tumbenan banget,” ujar Lulu yang menghempaskan tubuhnya duduk di samping suaminya.“Eh, gak apa-apa, kok,” jawab Rey gelagapan.“Coba sini liat HP-nya.” Lulu langsung merebut handphone Rey dan memeriksanya.Bersih. Tak ada apa-apa dan tak ada sesuatu yang mencurigakan. Lulu mengechek riwayat aplikasi yang digunakan, bersih. Semua sudah dihapus oleh Rey. Lulu pun mengembalikan handphone suaminya setelah lelah memeriksa

    Last Updated : 2022-08-01
  • Pesona (bukan) Perawan Tua   Rey Menemui Vivi

    “Ti-tidak.” Rey menjawab dengan terbata. Dia berusaha sekuat tenaga menutupi rasa bingung dan takutnya jika Ferdi benar-benar melaporkannya ke polisi.Lulu memicingkan mata, menatap heran ke arah suaminya.“A-aku ada perlu sebentar, mau ke kafeku,” ujar Rey mencari alasan untuk segera ke luar rumah, menghindari kemungkinan Lulu akan bertanya lebih jauh. Dia buru-buru menyambar kunci mobil di atas nakas, mengecup kening Lulu sekilas, lalu segera pergi.Rey memutar otaknya di sepanjang perjalanan yang entah dimana tempat yang dituju, dia berusaha mencari cara agar Ferdi tidak melaporkan perbuatannya ke polisi.“Aku gak mau dipenjara,” ujar Rey sambil memukul stir mobil. Suara klakson terdengar panjang. Rey membuang napas kasar, mengatur emosinya agar bisa berpikir jernih.“Vivi ….” Rey menjentikkan jari setelah mendapatkan sebuah ide. Dia segera melajukan mobilnya ke Universitas Nugraha, tempat dimana Vivi mengajar.

    Last Updated : 2022-08-01
  • Pesona (bukan) Perawan Tua   Pengakuan Rey

    “Ferdi….” Rey berteriak memanggil Ferdi seraya menghampirinya.Ferdi menoleh, alisnya terangkat, dia memandangi lelaki berbaju necis itu melangkah ke arahnya. Rey terdiam ketika sudah berada tepat di hadapan Ferdi. Dia canggung. Untuk sejenak Rey mencari kata-kata yang tepat untuk meminta maaf.“Udah pulang kuliah?” Tanya Rey sok akrab. Dia mencoba berbasa-basi untuk mengurangi rasa groginya.“Udah.” Ferdi menjawab singkat sambil terus memandangi Rey penuh tanya.“Ada yang mau saya omongin sama kamu,” ucap Rey. “Buat masalah kemarin, saya minta maaf.”Ferdi tertawa mendengar perkataan Rey. Pada akhirnya lelaki sombong yang sempat tak mengakui kejahatannya itu malah menemuinya untuk meminta maaf. Sungguh lucu bukan? Kemana lelaki yang kemarin justru malah mengancam untuk melaporkannya balik ke polisi atas pencemaran nama baik? “Jadi ngaku nih kalau kamu pelakunya?” Ferdi bertanya memas

    Last Updated : 2022-08-01
  • Pesona (bukan) Perawan Tua   Pertemuan Pertama Rey dan Lulu

    Siang itu matahari sedang semangat menyinari bumi, pukul sepuluh pun rasanya seperti sudah tengah hari.Saat itu, Rey sedang mengantarkan pesanan sebuah perusahaan yang tak jauh dari restoran miliknya, dia sengaja mengantarkannya sendiri dibantu oleh seorang karyawan pria saja. Selain karena restoran kecil yang Rey bangun belum memiliki banyak karyawan, Rey juga ingin melihat perusahaan besar yang sudah menjadi idamannya sejak dulu. Dia pernah punya mimpi untuk menjadi karyawan di perusahaan tersebut, namun mimpi itu pupus karena dia hanya tamatan SMA. "Ayo cepat. Bawakan makanan di bagasi ke dalam," ujar Rey pada seorang karyawan yang diajaknya, Zul."Siap, Pak." Zul dengan sigap memindahkan kotak-kotak makanan yang telah dipesan oleh perusahaan tersebut dari bagasi mobil ke depan meja resepsionis perusahaan.Rey pun membantu karyawannya itu karena pesanan yang mereka bawa cukup banyak. Tidak kurang dari seratus kotak makanan. Saat sedang mondar

    Last Updated : 2022-08-01
  • Pesona (bukan) Perawan Tua   Pertemuan Kedua

    “Kamu mau pesan apa, Jes?” Tanya Diana pada Jessica yang duduk di sampingnya.“Hmm … pesen apaan ya? Menunya pada so sweet gini sih? Nasi goreng cinta, jus kasih sayang, terus …. Apalagi ini? Cappucino rindu, kopi mantan.” Jessica tertawa setelah membaca menu makanan yang tertera pada kertas di atas meja. “Kayaknya yang punya restoran ini bucin banget orangnya. Tapi kreatif sih, ditambah lagi interior dan hiasan restoran yang bikin restoran ini bagus sampe viral gitu di Instagram.”“Dia malah komenin restorannya. Ayo buruan pesen ah, udah laper nih. Eh, BTW, kamu yang traktir ya, Lu?” Diana berkata sambil melirik ke arah Lulu.“Tenang. Aku yang traktir. Gratis kita makannya di sini karena kebetulan aku juga tahu pemilik restorannya.” Lulu menjawab sambil tersenyum. “Ah, serius Lu? Sejak kapan kamu punya kenalan wirausahawan kayak dia? Sampe punya restoran yang viral pula.” Jessica bertanya sambil menyenggol lengan Lulu yang duduk tak jauh d

    Last Updated : 2022-08-04
  • Pesona (bukan) Perawan Tua   Rey dan Lulu Jadian

    Dua bulan berlalu setelah pertemuan kedua Rey dan Lulu di restoran Janji Hati. Mereka pun semakin dekat dan sering berbalas pesan via WA. Lulu juga dua minggu sekali mampir ke restoran Rey untuk sekadar makan dan berfoto di tempat yang masih viral di medsos itu.“Lulu.” Rey memanggil perempuan dengan rambut panjang tergerai yang duduk di hadapannya. “Iya,” sahut Lulu tanpa mengalihkan pandangan dari handphone di genggamannya.“Aku suka sama kamu sejak pertama kita ketemu. Kamu mau nggak jadi pacar aku?” Tanya Rey sambil menatap lekat ke arah Lulu.Lulu yang kini sedang meminum jus pun sampai tersedak mendengar penuturan Rey.“Kamu nembak aku? Serius?” tanya Lulu.Rey mengangguk mantap. “Mau nggak?” Sebenarnya Lulu sudah mulai menyukai Rey, meskipun dulu dia tidak ada rasa sama sekali pada lelaki di hadapannya itu. Namun semakin berjalannya waktu, Lulu merasa nyaman dan senang dengan p

    Last Updated : 2022-08-15

Latest chapter

  • Pesona (bukan) Perawan Tua   Rey dan Lulu Jadian

    Dua bulan berlalu setelah pertemuan kedua Rey dan Lulu di restoran Janji Hati. Mereka pun semakin dekat dan sering berbalas pesan via WA. Lulu juga dua minggu sekali mampir ke restoran Rey untuk sekadar makan dan berfoto di tempat yang masih viral di medsos itu.“Lulu.” Rey memanggil perempuan dengan rambut panjang tergerai yang duduk di hadapannya. “Iya,” sahut Lulu tanpa mengalihkan pandangan dari handphone di genggamannya.“Aku suka sama kamu sejak pertama kita ketemu. Kamu mau nggak jadi pacar aku?” Tanya Rey sambil menatap lekat ke arah Lulu.Lulu yang kini sedang meminum jus pun sampai tersedak mendengar penuturan Rey.“Kamu nembak aku? Serius?” tanya Lulu.Rey mengangguk mantap. “Mau nggak?” Sebenarnya Lulu sudah mulai menyukai Rey, meskipun dulu dia tidak ada rasa sama sekali pada lelaki di hadapannya itu. Namun semakin berjalannya waktu, Lulu merasa nyaman dan senang dengan p

  • Pesona (bukan) Perawan Tua   Pertemuan Kedua

    “Kamu mau pesan apa, Jes?” Tanya Diana pada Jessica yang duduk di sampingnya.“Hmm … pesen apaan ya? Menunya pada so sweet gini sih? Nasi goreng cinta, jus kasih sayang, terus …. Apalagi ini? Cappucino rindu, kopi mantan.” Jessica tertawa setelah membaca menu makanan yang tertera pada kertas di atas meja. “Kayaknya yang punya restoran ini bucin banget orangnya. Tapi kreatif sih, ditambah lagi interior dan hiasan restoran yang bikin restoran ini bagus sampe viral gitu di Instagram.”“Dia malah komenin restorannya. Ayo buruan pesen ah, udah laper nih. Eh, BTW, kamu yang traktir ya, Lu?” Diana berkata sambil melirik ke arah Lulu.“Tenang. Aku yang traktir. Gratis kita makannya di sini karena kebetulan aku juga tahu pemilik restorannya.” Lulu menjawab sambil tersenyum. “Ah, serius Lu? Sejak kapan kamu punya kenalan wirausahawan kayak dia? Sampe punya restoran yang viral pula.” Jessica bertanya sambil menyenggol lengan Lulu yang duduk tak jauh d

  • Pesona (bukan) Perawan Tua   Pertemuan Pertama Rey dan Lulu

    Siang itu matahari sedang semangat menyinari bumi, pukul sepuluh pun rasanya seperti sudah tengah hari.Saat itu, Rey sedang mengantarkan pesanan sebuah perusahaan yang tak jauh dari restoran miliknya, dia sengaja mengantarkannya sendiri dibantu oleh seorang karyawan pria saja. Selain karena restoran kecil yang Rey bangun belum memiliki banyak karyawan, Rey juga ingin melihat perusahaan besar yang sudah menjadi idamannya sejak dulu. Dia pernah punya mimpi untuk menjadi karyawan di perusahaan tersebut, namun mimpi itu pupus karena dia hanya tamatan SMA. "Ayo cepat. Bawakan makanan di bagasi ke dalam," ujar Rey pada seorang karyawan yang diajaknya, Zul."Siap, Pak." Zul dengan sigap memindahkan kotak-kotak makanan yang telah dipesan oleh perusahaan tersebut dari bagasi mobil ke depan meja resepsionis perusahaan.Rey pun membantu karyawannya itu karena pesanan yang mereka bawa cukup banyak. Tidak kurang dari seratus kotak makanan. Saat sedang mondar

  • Pesona (bukan) Perawan Tua   Pengakuan Rey

    “Ferdi….” Rey berteriak memanggil Ferdi seraya menghampirinya.Ferdi menoleh, alisnya terangkat, dia memandangi lelaki berbaju necis itu melangkah ke arahnya. Rey terdiam ketika sudah berada tepat di hadapan Ferdi. Dia canggung. Untuk sejenak Rey mencari kata-kata yang tepat untuk meminta maaf.“Udah pulang kuliah?” Tanya Rey sok akrab. Dia mencoba berbasa-basi untuk mengurangi rasa groginya.“Udah.” Ferdi menjawab singkat sambil terus memandangi Rey penuh tanya.“Ada yang mau saya omongin sama kamu,” ucap Rey. “Buat masalah kemarin, saya minta maaf.”Ferdi tertawa mendengar perkataan Rey. Pada akhirnya lelaki sombong yang sempat tak mengakui kejahatannya itu malah menemuinya untuk meminta maaf. Sungguh lucu bukan? Kemana lelaki yang kemarin justru malah mengancam untuk melaporkannya balik ke polisi atas pencemaran nama baik? “Jadi ngaku nih kalau kamu pelakunya?” Ferdi bertanya memas

  • Pesona (bukan) Perawan Tua   Rey Menemui Vivi

    “Ti-tidak.” Rey menjawab dengan terbata. Dia berusaha sekuat tenaga menutupi rasa bingung dan takutnya jika Ferdi benar-benar melaporkannya ke polisi.Lulu memicingkan mata, menatap heran ke arah suaminya.“A-aku ada perlu sebentar, mau ke kafeku,” ujar Rey mencari alasan untuk segera ke luar rumah, menghindari kemungkinan Lulu akan bertanya lebih jauh. Dia buru-buru menyambar kunci mobil di atas nakas, mengecup kening Lulu sekilas, lalu segera pergi.Rey memutar otaknya di sepanjang perjalanan yang entah dimana tempat yang dituju, dia berusaha mencari cara agar Ferdi tidak melaporkan perbuatannya ke polisi.“Aku gak mau dipenjara,” ujar Rey sambil memukul stir mobil. Suara klakson terdengar panjang. Rey membuang napas kasar, mengatur emosinya agar bisa berpikir jernih.“Vivi ….” Rey menjentikkan jari setelah mendapatkan sebuah ide. Dia segera melajukan mobilnya ke Universitas Nugraha, tempat dimana Vivi mengajar.

  • Pesona (bukan) Perawan Tua   Ferdi VS Rey

    Rey memandangi handphone-nya, dia menunggu status WA atau status FB Vivi tentang pacarnya yang kecelakaan, namun hingga malam hari, tak juga dia mendapati status yang ditunggunya tersebut, padahal dia sudah bolak-balik mengecek handphone.“Masa si Ferdi bisa selamat sih? Gak mungkin kayaknya. Harusnya minimal lecet-lecet gitulah kena aspal,” ujar Rey bermonolog sendiri. Tak lupa dia kembali mengecek handphone, lalu membersihkan riwayat pencarian akun FB Vivi agar tidak ketahuan Lulu.“Dari siang perasaan ngeliatin HP mulu , emang ada apaan sih? Tumbenan banget,” ujar Lulu yang menghempaskan tubuhnya duduk di samping suaminya.“Eh, gak apa-apa, kok,” jawab Rey gelagapan.“Coba sini liat HP-nya.” Lulu langsung merebut handphone Rey dan memeriksanya.Bersih. Tak ada apa-apa dan tak ada sesuatu yang mencurigakan. Lulu mengechek riwayat aplikasi yang digunakan, bersih. Semua sudah dihapus oleh Rey. Lulu pun mengembalikan handphone suaminya setelah lelah memeriksa

  • Pesona (bukan) Perawan Tua   Ide Jahat Rey

    “Sayang, menurut kamu mendingan yang ini atau yang itu?” Lulu bertanya pada Rey sambil memperlihatkan beberapa jenis susu ibu hamil.Mereka sedang berapa di sebuah Indom*rt yang agak jauh dari kediaman Lulu, sengaja memilih tempat yang jauh agar tidak bertemu dengan para tetangga atau teman-teman Lulu yang mengetahui bahwa mereka baru saja menikah.“Terserah kamu aja. Kan yang minum kamu,” jawab Rey acuh tak acuh.“Kok kamu gitu sih jawabnya?” Lulu memanyunkan bibirnya, tanda dia kesal dengan ucapan suaminya barusan.“Iya, maaf. Gitu aja kesel. Kan emang kamu yang minum susunya, kamu sukanya rasa apa? Pilih aja rasa yang kamu suka,” ucap Rey sambil mengelus lembut pucuk kepala Lulu, membuat istrinya tersenyum tipis.“Aku suka rasa coklat, tapi takutnya bikin enek,” ujar Lulu. “Apa pilih rasa strawberry aja kali ya?”“Ya udah beli rasa strawberry aja.”“Tapi ini ada rasa vanila juga,” ujar Lulu lagi sambil kembali melihat-lihat varian rasa susu ibu hamil di rak pajangan.Rey menepuk da

  • Pesona (bukan) Perawan Tua   Cium Tangan

    “Eh, ada pengantin baru bertamu. Nggak bulan madu nih?” Bu Vera datang menghampiri Lulu dan Rey di ruang tamu.Perempuan paruh baya itu langsung memeluk ponakannya. “Kemarin tante sakit, jadi gak bisa ke pernikahan kalian. Tante minta maaf ya. Selamat menempuh hidup baru.”“Iya, Tante, gak papa. Yang penting sekarang Tante udah sehat,” ujar Lulu saat Bu Vera telah melepaskan pelukannya.Bu Vera kemudian menyalami Rey sekilas tanpa melihat ke arahnya sekalipun. Sementara Rey tahu diri mengapa Bu Vera bersikap demikian, namun dia tidak mau ambil pusing dan berpura-pura bahwa tidak mengenal Bu Vera sebelumnya.Vivi datang menghampiri mereka dengan membawa minuman, lalu menyuguhkannya tanpa berucap sepatah katapun. Dia masih kaget akan kedatangan tamu-tamu yang tak diundang ini ke rumahnya. Pertama adalah mahasiswa baru yang sok pintar dan menjengkelkan, kedua adalah sepupu dan mantan pacarnya yang baru saja menikah. Mereka semua membuat hati Vivi jengah sebenarnya, namun dia mencoba mene

  • Pesona (bukan) Perawan Tua   Tamu tak Diundang

    Vivi seketika tertawa mendengar jawaban Ferdi, lalu menggelengkan kepalanya pelan."Nah, kalau ketawa kan cantik. Kayaknya Bu Dosen ini udah lama nggak ketawa," ujar Ferdi."Sok tau kamu!" "Lho, emang saya tempe kok, bukan tahu." Ferdi berusaha membuat wanita di hadapannya tertawa lagi."Garing!" "Yaudah, saya pamit dulu. Jangan lupa nanti malam di rumah saja ya!""Memang kenapa? Bukan urusan kamu juga," jawab Vivi ketus."Yasudah kalau nggak peduli, bodo amat juga." Ferdi melenggang pergi meninggalkan Vivi sendirian. *******Bu Vera menemui Vivi yang sedang duduk nonton TV dengan wajah sumringah, lalu dia tersenyum ke arah anaknya itu. Vivi yang melihat tingkah ibunya jadi risih, dia segera memegang dahi ibunya dengan telapak tangannya. "Gak panas, aku kira Mama lagi demam.""Siapa juga yang lagi sakit," ujar Bu Vera."Terus Mama kenapa senyum-senyum sendiri? Kesambet hantu?""Hust! Kamu itu ngaco, Vi. Itu di ruang tamu ada temen kamu dateng."Vivi mengerutkan keningnya. "Temen

DMCA.com Protection Status