Home / Romansa / Pesona Teman Papa / 3. Daniel Jagland

Share

3. Daniel Jagland

last update Last Updated: 2023-08-15 15:33:55

Beku. 

Selama beberapa saat Delotta membeku di tempat. Antara terkejut dan tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Namun, kontras dengan Delotta yang tercengang, pria itu malah tersenyum. 

"Delotta Armisen. Welcome to Jagland Blue Corp, semoga kamu betah bekerja di sini. Silakan duduk," sambut Daniel penuh dengan kehangatan.

Untuk ukuran petinggi perusahaan, Delotta akui pria itu terlalu ramah. Padahal posisi Delotta saat ini sebagai karyawan biasa. Gadis muda itu menelan saliva, meskipun terlihat ramah dia tetap terintimidasi oleh tatapan mata biru bak telaga itu. 

"Te-terima kasih, Pak." Deg-degannya beberapa saat lalu beralasan sekarang. Bahkan saat ini jantungnya makin berdegup kencang. "Sebelumnya saya minta maaf untuk kejadian waktu itu. Saya benar-benar minta maaf." 

Gara-gara itu kepanikan Delotta serta merta melanda. Siapa yang menyangka jika orang itu ternyata bosnya?

"Oh, no problem. Itu udah berlalu kan? Saya harap kamu bisa bekerja di sini dengan nyaman. Kalau ada sesuatu yang membuat kamu kurang aman atau kurang berkenan, kamu bisa memberitahu saya. Jangan sungkan." 

Kening Delotta berkerut samar. Apa setiap karyawan baru akan diperlakukan seperti ini? Apa semua bos seperti Daniel? Mungkin Delotta perlu menanyakannya pada Tya nanti. 

"Oh. Iya, Pak. Terima kasih atas perhatiannya." 

Delotta merasa risih saat Daniel menatapnya begitu intens. Entah apa yang pria itu lihat. Namun, pandangan menilai yang Daniel layangkan membuatnya ingin buru-buru lari menjauh. 

"Apa saya boleh kembali ke tempat kerja saya sekarang, Pak?" tanya Delotta. Mendekam dan melakukan sesuatu di dalam kubikel, dia rasa lebih baik daripada duduk di kursi empuk depan direktur. 

"Oh iya. Oke. Kamu belajar yang baik, ya. Jangan sungkan bertanya jika ada sesuatu yang kamu nggak bisa."

"Baik, Pak. Sekali lagi terima kasih." Delotta berdiri ingin segera keluar dari tempat itu. Namun, baru beberapa langkah Daniel memanggilnya lagi. Serta-merta Delotta menoleh dan memutar setengah tubuhnya. 

"Berapa usia kamu?" tanya Daniel seolah memastikan. 

"22 tahun, Pak," sahut Delotta, bingung. Apa umur hal yang penting?

"22 tahun ...." Daniel mengangguk-angguk. "Kamu masih sangat muda." 

'Meski begitu saya pantas bersanding dengan Anda.' Rasanya Delotta ingin menjawab seperti itu. Tapi, suaranya tertelan. 

Daniel Jagland tidak setua papanya, tapi juga tidak pantas disebut masih muda. Dia itu lebih mirip om-om. Ya, Delotta merasa dia lebih cocok dipanggil Om. 

"Saya nggak nyangka kalau kamu cepat dewasa." 

Ucapan Daniel kali ini membuat Delotta mengernyit. "Maksudnya gimana, Pak?" 

Pria itu malah terkekeh. Makin membuat gadis berambut cokelat itu bingung. "Dulu kamu masih segini saat masih suka bermain dengan saya." 

Delotta benar-benar memutar tubuhnya sekarang. Menghadap pria itu lagi. "Maksud Pak Daniel apa ya?"  Dia benar-benar tidak mengerti. 

"Ya, kamu pasti nggak ingat saya karena kamu masih 4 atau 5 tahun. Saya lupa. Tapi dulu itu kamu selalu panggil saya dengan sebutan

Om Ganteng." 

Mata bulat Delotta mengerjap. Dia menatap Daniel lebih seksama dan mencoba mengingat sosok itu lagi. Ada cukup banyak orang yang dia panggil om. Dua adik dan teman-teman papa contohnya. 

Daniel terkekeh. "Jangan terlalu berpikir keras mengingat saya. Nanti juga kamu akan ingat dengan sendirinya." 

Gadis berkulit putih di depan Daniel itu meringis. "Pak Daniel benar. Ah, ingatan saya memang payah. Saya jadi merasa tidak enak karena lupa." 

"Tidak masalah."

"Tapi saya yakin, Pak Daniel ini salah satu teman papa. Dan karena itu saya berada di sini." 

Delotta sedikit kecewa. Padahal dia sempat berpikir bisa diterima di perusahaan ini karena usahanya sendiri. 

"Saya memang teman papa kamu. Tapi, percayalah untuk masuk ke perusahaan saya tidak mudah. Calon karyawan harus melalui beberapa tahapan tes terlebih dulu. Nilai dari tes-tes itulah yang akan menentukan diterima atau tidaknya calon karyawan. Jadi, meskipun kamu anak teman saya, jika nilai kamu di bawah rata-rata, perusahaan ini tidak akan menerima." 

Penjelasan Daniel cukup membuat Delotta merasa lega. Entah itu benar atau tidak, yang pasti perasaannya sedikit tenang. Bahkan bibirnya tanpa sadar melengkung. 

"Terima kasih, Pak, sudah memberi kesempatan saya untuk bergabung di perusahaan ini." 

Senyum Delotta cepat menulari Daniel. Pria itu beranjak mendekat, dan tanpa diduga memeluk gadis itu selama beberapa saat. 

Terang saja hal itu membuat Delotta terkejut bukan main. Jantungnya kembali berdetak cepat. Dada bidang Daniel dan rengkuhannya begitu hangat dan ... entahlah, ini perasaan apa. Rasanya sekujur tubuhnya bergetar. Padahal pelukan itu hanya berlangsung sebentar. 

"Selamat bekerja, dan kalau kamu sudah ingat saya, kamu boleh kok memanggil saya Om lagi," ujar Daniel sebelum menjauh. 

Kepala Delotta mengangguk kaku seperti robot. Jiwanya seolah melayang, terbang entah ke mana. Begitu berhasil keluar dari ruang direktur, dia menekan dadanya yang bertalu-talu. 

"Delotta, kamu baik-baik saja?" tanya Sandra di meja kerjanya. Dahi mulusnya sampai berkerut melihat wajah merah gadis itu. 

Dengan cepat Delotta menggeleng. "Saya baik-baik saja, Bu. Maaf, permisi. Saya kembali ke ruangan staf dulu." 

"Hm, oke. Selamat bekerja. Oh iya, saya tadi meletakkan beberapa pekerjaan sekaligus contohnya," ucap Sandra memberi tahu. 

"Oh iya, Bu." 

Daniel Jagland. Delotta terus merapalkan nama itu berulang di kepala. Berusaha mengingat sisa memori masa kecilnya. Namun, dia tak kunjung menemukan titik terang. Kepalanya menggeleng, menyerah. Dia memutuskan membuka dokumen yang menumpuk di meja. 

"Hai, anak baru, butuh bantuan?" 

Suara seseorang mengalihkan perhatiannya. Delotta mengangkat wajah dan dibuat terkesima sesaat. Di depannya muncul sesosok pria tinggi dengan rambut cepak. Wajahnya bersih dan terlihat licin. Meski begitu dia tampak begitu gentle. Delotta bisa memperkirakan usianya sekitar 30 tahunan. Mungkin sama seusia Daniel. Apa di kantor ini banyak memiliki koleksi pria tampan dan matang?

"H-hai," sapa Delotta sedikit tergagap. Dan saat pria itu mengulurkan tangan, Delotta menyambutnya dengan riang. 

"Aku Steve, ketua tim di sini. Kamu Delotta?" Pria itu memperkenalkan diri. Sama halnya dengan Daniel, dia juga lumayan ramah.

Delotta mengangguk. "Mohon bantuannya, Pak Steve."

"Just Steve, tanpa embel-embel 'pak' oke?" 

"Itu nggak sopan. Anda ketua tim kami. Sementara saya masih anak magang." 

Steve terkekeh. Ada cerukan yang cukup dalam saat dia terkekeh, dan itu menambah ketampanannya. Delotta makin terkesima saja. 

"Baiklah. Aku nggak akan memaksa. Tadi, kamu habis dari ruangan Pak Daniel?" 

"Ya. Kami hanya saling sapa." Delotta mengambil satu dokumen contoh. 

"Tumben sekali. Beliau jarang melakukan itu. Sepertinya kamu spesial." Mata legam steve menatap Delotta penuh selidik. 

"Saya bukan martabak, Pak," kelakar Delotta, membuat Steve lagi-lagi terkekeh. 

"Kamu lucu, Delotta. Aku yakin kita akan jadi tim yang baik. Well, kalau begitu selamat bekerja. Jangan sungkan bertanya pada rekanmu kalau ada sesuatu yang nggak kamu pahami. Tanya sama aku langsung juga boleh," ujar pria berkulit cerah itu sambil mengerlingkan mata. 

"Baik, Pak. Terima kasih." 

Delotta menunduk dan tersenyum sendiri begitu Steve menjauh. Dia merasa bakal betah di kantor ini. Banyak pemandangan segar. Tiap hari bisa cuci mata gratis. Tya harus tahu ini!

____

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Allwera Molle
ceritanya asyiiikkk
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pesona Teman Papa   4. Teman Papa

    Tidak ada yang lebih tepat lagi selain Ricko, papanya untuk Delotta tanyai mengenai Daniel Jagland. Jadi ketika mendengar sang papa sudah pulang ke rumah, gadis 22 tahun itu langsung menghambur ke ruang kerja Ricko di lantai bawah. Saat suara besar sang papa menyahuti ketukan pintu, Delotta menyelinap masuk ke ruang tersebut. Dia tersenyum manis melihat Ricko duduk di kursi sambil membolak-balik sebuah berkas. Tanpa menoleh pria 47 tahun itu bersuara. "Ada apa, Sayang? Tumben kamu langsung menemui papa ke sini." Delotta mendekat dengan dua tangan yang saling bertaut di belakang punggung. Tangan itu terlepas saat dia sampai di dekat meja Ricko. "Papa, udah tiga hari aku kerja di Jagland Blue Corp. Papa tau kan?" tanya Delotta. Saat dirinya mulai bekerja Ricko memang tidak ada di rumah. Pria itu sedang melakukan perjalanan bisnis ke Sidney. "Tau. Daniel memperlakukanmu dengan baik kan?" Delotta mengangguk, meskipun Ricko tidak memperhatikan. "Apa benar saat aku masih kecil

    Last Updated : 2023-08-16
  • Pesona Teman Papa   5. Om Ganteng

    "Kamu ingat boneka Barbie yang kakinya patah terus kamu nangis kencang?" Mata Delotta mengerjap mendengar pertanyaan papanya. Dia sangat ingat dengan kejadian itu. Gadis itu melirik pria di sampingnya yang tersenyum simpul, seperti tengah menyembunyikan sesuatu. Saat ini dirinya dan Daniel serta Ricko tengah makan siang di restoran yang dekat dengan gedung kantor Ricko. "Tentu aku ingat papa. Bahkan aku minta sama papa buat mengoperasi Anna." Anna adalah nama barbie kesayangan Delotta. "Siapa yang memberimu boneka itu?" tanya Ricko sambil mencacah olahan daging pada piringnya. "Papa, kan?" Ada nada keraguan dari ucapannya sendiri. Apalagi saat sang papa malah melirik Daniel. "Bukan papa. Coba kamu ingat lagi." Kening Delotta berkerut, berusaha mengingat. Kalau bukan Ricko mungkin pamannya atau ... sontak matanya membola ketika teringat seseorang yang memberi boneka cantik itu. Dia tidak percaya, tapi—buru-buru Delotta menoleh dan menatap Daniel yang tampak sibuk mengunyah maka

    Last Updated : 2023-08-16
  • Pesona Teman Papa   6. Deg-degan

    "Yakin dia seusia bokap lo?"Setelah melihat dan bertemu Daniel Jagland, Tya meragukan ucapan Delotta. Beberapa menit lalu Tya memaksa untuk dikenalkan dengan Daniel saat tersadar dari rasa terkesimanya.Tya menarik tangan Delotta mendekati Daniel yang tampak sendirian di depan Bulgari Store. Dengan tidak tahu malunya gadis itu mendorong bahu Delotta sampai Daniel sadar dengan kehadiran mereka. "Otta? Kamu di sini?" tanya Daniel dengan tatapan takjub juga terkejut. Delotta meringis, ingin rasanya dia menjitak kepala Tya yang membuatnya malu dan norak seperti ini. "I-iya, Om. Jalan-jalan sama teman." Sebuah cubitan kecil di pinggangnya membuatnya kaget. Delotta melirik sebal Tya di sebelahnya yang memberinya kode lewat mata. Nyebelin banget. "Om, kenalin ini teman Otta. Namanya Tya." Delotta baru saja mengenalkan sahabatnya itu, tapi dengan tidak sabar Tya merangsek maju seraya nengulurkan tangan. "Halo, Om. Kenalin, aku teman Otta. Seneng deh bisa ketemu Om di sini," ujar Tya de

    Last Updated : 2023-08-27
  • Pesona Teman Papa   7. Memilih Menu

    "Mengundang Daniel makan malam?"Dahi Ricko berkerut dalam ketika Delotta mengusulkan ide itu. "Dalam rangka apa?" "Dalam rangka dia sudah memberikan putrimu ini pekerjaan dan juga atas kebaikannya saat mengajariku bekerja." Mungkin terdengar mengada-ngada, tapi keinginan mengundang makan malam Daniel begitu kuat. Siapa tahu setelah ini Daniel akan mengajaknya makan malam berdua. Pikiran Delotta sudah melayang ke mana-mana. "Papa rasa itu nggak perlu." Ricko tidak terlalu menghiraukan dan kembali fokus ke kegiatannya membaca koran pagi. Menyebabkan bibir Delotta maju seketika. "Ih, papa mah pelit." "Kok gitu?""Bilang aja papa nggak mau kasih makan orang lain." Ricko menarik napas lalu menatap anaknya yang merajuk. "Orang lainnya itu siapa? Daniel loh ini, Otta. Ngapain kita repot-repot ngasih makan dia? Di rumahnya, dia sudah berkelimpahan makanan." Muka Delotta makin masam mendengar itu. "Aku tau, Pa. Tapi makan malam ini tujuannya buat berterima kasih sama dia." "Kamu lupa

    Last Updated : 2023-09-20
  • Pesona Teman Papa   8. Mpek-mpek

    Dua asisten rumah tangga melongo melihat Delotta masuk ke dapur. Majikan kecil itu datang tidak dengan tangan kosong. Ada satu jinjing plastik yang berisi bahan-bahan untuk membuat mpek-mpek di tangannya."Non Otta mau masak?" tanya Sari asisten rumah tangga yang berusia sekitar 40-an ketika Delotta meletakkan kantong plastik ke meja dapur."Yes, aku mau bikin mpek-mpek," sahut Delotta tersenyum lebar. Lalu membongkar isi belanjanya. Gadis itu tidak tahu jika dua asistennya saling pandang dan bingung. Mereka sangat tahu nona mudanya tidak pernah menyambangi dapur. Jangankan pegang kompor, pegang wajan saja tidak pernah. "Ini nyalainnya gimana, Bi?" Delotta melihat ada empat tombol di kompor tanam empat tungku. Sari mengerjap dan langsung membantu gadis itu menyalakan kompor. "Biar bibi aja yang masakin sama Ina, Non." Delotta buru-buru mengacungkan tangan. "Nggak boleh. Aku mau belajar bikin sendiri." "Nggak bahaya ta?" timpal Ina yang usianya lebih muda dari Sari. "Ish, Ina kam

    Last Updated : 2023-09-21
  • Pesona Teman Papa   9. Main

    Hingar bingar musik langsung tertangkap telinga Delotta ketika dia dan Tya memasuki salah satu kelab malam ibukota yang terletak di lantai lima sebuah mal. Kelab yang baru dibuka beberapa minggu lalu ini lumayan luas dengan interior dan lighting yang menawan. Sebuah bar besar melingkar di tengah-tengah kelab. Ditembak dengan lampu berwarna dari berbagai arah membuat gelas dan botol minuman yang berjejer di rak-rak seolah memantulkan cahaya itu lagi ke segala penjuru. "Tempatnya lumayan juga. Musik DJ-nya juga enak," komentar Delotta. Kepalanya tanpa sadar sudah mengikuti irama musik saja. Dia berhasil mengantongi izin dari Ricko dengan sedikit membual. Sebenarnya hal seperti ini bukan pertama kalinya bagi Delotta. Jika dulu ada alasan mengerjakan tugas kelompok. Sekarang dia harus memberi alasan lain. "Kampret, sejak kapan gue nangis kalau putus cinta?" umpat Tya ketika Delotta memberitahu alasan yang dia ajukan ke papanya. "Ahelah. Kalau nggak gitu gue nggak bakal dapat izin."

    Last Updated : 2023-09-22
  • Pesona Teman Papa   10. Mabuk

    Ini sial atau keberuntungan? Delotta memastikan penglihatannya tidak salah. Bahkan dia sampai harus mengucek mata. Papanya bilang Daniel ada di Singapura, jadi pria yang saat ini memeluk pinggangnya siapa? Jelmaan Daniel? Efek alkohol sepertinya mulai bekerja. Sampai-sampai orang lain Delotta melihatnya sebagai Daniel. "Otta kamu ke sini sama siapa?" Suara itu kembali menyentak Delotta. Dia berusaha berdiri dengan benar, juga berusaha mengembalikan fokusnya. "Kenapa aku lihat Om Daniel?" gumam Delotta sambil memukul-mukul kepalanya sendiri. "Hei, Otta cukup. Papamu tau kamu di sini?" Sontak Delotta mendongak dan terkejut. Jika sudah menyebut sang papa itu artinya pria itu benar-benar Daniel. "Dia sama saya, Pak." Tony baru bersuara setelah agak bingung dengan situasi itu. "Kamu yang bikin dia mabuk juga?" tanya Daniel lagi dengan nada tak suka yang teramat kental. Tony buru-buru mengibas-ngibaskan tangannya. "Bukan, Pak. Otta sendiri yang mau minum." "Lalu bagaimana kalian b

    Last Updated : 2023-09-23
  • Pesona Teman Papa   11. Sarapan Pagi

    Delotta bergerak pelan. Matanya masih terpejam dengan kesadaran yang belum sepenuhnya pulih, tapi sakit pada kepala terasa menyiksa. Kantuk yang masih bergelayut, kepala yang terasa mau pecah, membuatnya malas untuk segera bangun. Weekend membuatnya makin meninggikan selimut, tapi suara pintu terbuka membuat pikirannya bekerja seketika. Menyusul kemudian suara asing yang tiba-tiba terdengar. "Selamat pagi, Nona. Anda sudah bangun? Ini saya bawakan air minum dan obat pereda sakit kepala. Saya juga membawa pakaian ganti untuk Anda." Suara perempuan. Mata Delotta masih terpejam erat, tapi pikirannya terus berjalan dan berusaha mengingat kejadian apa yang telah menimpanya sebelum dia terlelap. Baiklah dia ingat bagian pergi ke kelab bersama Tya. Lalu berkenalan dengan dua laki-laki yang mengaku bernama Tony dan Marsal. Apa sekarang dirinya nyasar di rumah salah satu dari mereka? "Segeralah membersihkan diri. Tuan Daniel sudah menunggu Anda untuk sarapan." Orang itu kembali bersuara, ta

    Last Updated : 2023-09-24

Latest chapter

  • Pesona Teman Papa   Extra Part - Kebahagian Daniel-Delotta

    "Adik bayi itu dari angsa terbang, Mam?" Pertanyaan yang diajukan dengan nada khas balita itu membuat Dellota dan Daniel terkekeh. Kavia masih penasaran dengan kemunculan adik bayi. Gyan di sisi gadis kecil itu menarik napas panjang. "Bukan Kavia, kan aku udah bilang itu mitos." "Aku nggak tau mitos itu apa." Kavia tidak peduli dan meloncat ke bed ibunya. Seketika Daniel memekik tertahan. "Hati-hati, My Princess. Kamu bisa jatuh," ucapnya dengan dada yang masih berdebar kencang. "Aku cuma mau lihat adik bayi." Kavia bergerak ke sisi ibunya yang tengah menyusui adik barunya. "Mami, boleh aku ikut nenen juga sama mami?" Lagi-lagi Delotta terkekeh. Tangannya terjulur mengusap kepala Kavia dengan lembut. "Kavia kan udah jadi kakak, masa masih mau nenen ke mami?" "Kavia, nenen itu cuma buat bayi. Kita udah jadi kakak, udah besar. Kamu mau diejek sama teman-teman kalau masih nenen sama mami?" Gyan menggeleng tak habis pikir dengan keinginan adiknya. Namun Kavia lagi-lagi tak peduli

  • Pesona Teman Papa   Extra Part - Anak Ketiga

    Tangan Daniel menggenggam kemudi dengan erat. Gigi-gigi dalam rongga mulutnya gemeretakan menahan kesal. Beberapa kali dia menghela napas panjang untuk menghalau amarah akibat tingkah sekretarisnya. Dia tidak habis pikir bagaimana bisa seorang sekretaris baru seberani itu? Kepalanya penuh dengan Delotta sekarang. Beberapa hari belakangan wanita itu sering uring-uringan perkara sekretaris baru Daniel. Dan malam ini kekhawatiran Delotta terbukti. Daniel membelokkan kemudi ke kawasan rumah mewahnya. Pintu gerbang rumah terbuka saat sensor di sana mengenali mobilnya. Dia bergerak masuk melewati halaman taman yang luas, mengitari tugu air mancur warna-warni hingga mobilnya tepat berhenti di depan teras rumah. Dia turun begitu saja dari mobil dan memasuki rumah yang pintunya otomatis terbuka. Langkahnya berbelok ke kanan menuju jalan alternatif yang akan langsung menuju kamar pribadinya. Ketika tangannya menyentuh sebuah dinding berlapis marmer, dinding itu lantas bergerak terbuka. Danie

  • Pesona Teman Papa   Extra Part - Lembur

    Pekerjaan membuat Daniel harus tinggal lebih lama di kantor. Beberapa saat lalu dia baru saja mengakhiri panggilan video dengan istri dan anak-anaknya yang tengah bersiap tidur. Ini menjadi hal yang sulit untuknya. Dellota tengah hamil anak ketiga, tapi pekerjaan malah makin membuat pria itu sibuk. Tak jarang dia meninggalkan istri dan anak-anak keluar kota. Blue Jagland Indonesia makin melebarkan sayap. Bisnisnya mulai menggurita di beberapa sektor. Itu yang membuat Daniel makin sibuk. Sampai-sampai Gyan dan Kavia protes karena waktu bermain mereka dengan sang papi jadi berkurang. Tidak jarang weekend pun Daniel tetap bekerja."I'm sorry, Baby. Tapi semua ini memang sulit ditinggal," ucap Daniel suatu kali ketika Delotta protes tentang jam kerjanya yang makin tak masuk akal."Tapi kami juga butuh waktu kamu. Lima hari kerja memangnya nggak cukup? Kalau majunya perusahaan malah bikin kamu nggak punya waktu buat kami lebih baik perusahaan nggak usah maju aja." Delotta bersedekap tangan

  • Pesona Teman Papa   Extra Part - Gyan

    Delotta terkikik geli saat melihat Kavia tidur di lengan Daniel—yang juga ikutan tidur dengan lelap. Batita itu terlihat begitu nyaman tidur sambil memegangi lengan Daniel. Dalam keadaan begitu, keduanya tampak begitu mirip. Lima belas menit lalu Delotta sengaja menitipkan putrinya yang sudah dia dandani kepada Daniel. Bahkan dia juga berpesan untuk membawa Kavia jalan-jalan. Dan ternyata jalan-jalan mereka ke pulau kapuk. Delotta bersandar pada kusen pintu menatap mereka. Untuk semua alasan dia sangat bersyukur dengan keadaannya yang sudah sampai sejauh ini.Kepala Delotta menggeleng pelan sambil tersenyum melihat pemandangan itu. Tidak mau mengganggu, dia pun keluar. "Adek mana, Mam?" tanya Gyan saat melihat ibunya berjalan sendiri tanpa Kavia di gendongannya. "Lagi tidur sama papi," ujar Delotta pelan. "Kok tidur sih? Ini kan udah sore? Papi juga janji mau main bola sama aku." Wajah Gyan cemberut, pipi chubby-nya memerah. "Iya maafin, Papi. Nanti kalau Papi udah bangun kamu b

  • Pesona Teman Papa   Extra Part - Satu Lagi

    "Boleh satu lagi?" Delotta berjengit ketika Daniel mencium perutnya. Dia kaget dengan permintaan Daniel. Demi Tuhan! Kavia baru lepas dari asi eksklusif bisa-bisanya Daniel memintanya untuk memberi anak lagi. "Aku masih capek. Tenagaku masih perlu dipulihkan. Ya aku tau kamu memberiku bala bantuan. Tapi paling enggak tunggu sampai Kavia usia dua tahun?""Dua tahun? Bahkan hamil kedua saat Gyan umur satu tahun. Ayolah Sayang, kamu menikah bukan sama pria muda.""Ya, lalu?" Daniel menggigit bibir, tapi lantas menundukkan kepala sambil melukis gerakan abstrak dengan ujung jari di atas lengan Delotta. Mirip sekali dengan Gyan saat merajuk. "Kalau dilama-lamain lagi aku takut dikira sedang menggendong cucu nanti," ujar pria itu, yang mau tak mau membuat Delotta menyemburkan tawa. Daniel berdecak malas melihat reaksi istrinya. "Apanya yang lucu coba?"Delotta mengibas-ngibaskan tangan di depan wajah untuk meredakan tawa. "Maaf, Sayang." Segera mungkin Delotta mendekat dan menyelipkan t

  • Pesona Teman Papa   Extra Part - Kado

    "Ah!" Delotta menengadah sambil menggigit bibir. Rintihan lirihnya membuat suasana di sekitar makin panas. Peluh membanjiri kulit tubuhnya yang seputih susu. Pinggulnya terus bergerak maju mundur dengan tempo sedang. Di bawahnya, Daniel mengerang. Dua tangannya merangkum dada Delotta. Sesekali jarinya menjepit gemas dua puncak dada itu yang kadang mengeluarkan cairan asi. "Sayang, ini perlu dipumping lagi kayaknya deh," ucap Daniel saat jarinya merasakan basah ketika menekan puncak dada istrinya. "Sebentar lagi," sahut Delotta agak terbata. Melihat wajah memerah Delotta, Daniel tersenyum. Dia segera mengambil alih permainan. Ditariknya tubuh gadis itu sampai jatuh ke pelukannya. Lantas dari bawah pinggulnya bergerak menghantamkan miliknya lebih keras dan dalam sampai-sampai membuat Delotta terpekik. "Aku bantu," ucap pria itu memberikan hujaman demi hujaman. Erangan dan desahan Delotta makin menjadi. Dirinya yang memang sudah tidak bisa menahan diri lagi dengan cepat meraih kep

  • Pesona Teman Papa   Extra Part - Welcome To The World

    Daniel mencium pipi Delotta yang sedang mengoles selai pada sehelai roti. Dia lantas beranjak duduk di kursi makan paling ujung. Tepat di depannya ada satu tangkup sandwich segitiga dengan isian sayur. Tangannya meraih gelas panjang berisi air putih dan meneguknya hinga isinya tersisa setengah. Perlahan Delotta duduk di kursi. Perutnya yang sudah membesar membuatnya agak kesulitan bergerak. "Yakin bukan hari ini lahirannya?" tanya Daniel yang selalu seperti menahan sesuatu ketika Delotta bergerak. Ada rasa khawatir tiap kali melihat Delotta tampak kesusahan dengan perutnya yang makin besar. "Yakinlah. Masih sepuluh hari lagi kata dokter." Delotta menggigit roti selai cokelat yang dia buat tadi. "Tapi perut kamu kayak mau jatuh gitu aku liatnya." Delotta memutar bola mata. "Memang Om nggak pernah liat orang hamil sebelumnya?" "Ya, ya liat sih, tapi kan baru sekarang liat istri hamil." "Ya terus apa bedanya? Orang hamil ya begini, namanya juga udah bulannya. Wajar dong kalau peru

  • Pesona Teman Papa   111. Love You Forever

    Belum lengkap rasanya ke Santorini tanpa menikmati Oia sunset di atas ketinggian kota kecil di ujung utara pulau ini. Delotta merasa beruntung karena dia bisa melihat gradasi jingga yang memendar di langit dan bangunan-bangunan unik khas Cyclades berwarna putih bersama orang yang dia cintai. Delotta bisa merasakan kehangatan udaranya. Ditambah pelukan lengan kokoh Daniel di balik punggungnya. Senja terasa sempurna berkat itu. "Are you happy?" "Sure because of you." Tangan Delotta terulur menggapai wajah Daniel yang bersandar di bahunya. "Dia pasti senang juga," ucap Daniel sambil meraba perut Delotta. "Iya dong pasti. Kalau dia lahir kita bakal ke sini lagi kan, Om?" "Ke mana pun kamu mau. Tapi sekarang kita harus pulang ke hotel. Jalan-jalan hari ini cukup. Kamu butuh istirahat." Lelah, tapi cukup terbayarkan semuanya. Seharian ini Daniel menuruti semua keinginan istrinya untuk menjelajah pulau. Dimulai dari Desa Wisata Pygros—yang memiliki jalan-jalan sempit berliku, tembok b

  • Pesona Teman Papa   110. Pesta Pernikahan

    Tya memandang takjub potrait foto Daniel dan Delotta yang dipajang secara estetik di pintu masuk menuju ballroom hotel tempat resepsi pernikahan mereka diadakan. Ukiran inisial huruf D ganda bertinta emas di keramik berbentuk persegi panjang, terpasang cantik di sebelah foto itu dengan hiasan tabung panjang berisi lilin buatan dan segerombolan bunga mawar peony. Di foto itu, Daniel yang terlihat tampan tengah tertawa sambil menatap Delotta yang juga tengah tertawa lebar. Hanya melihat dari foto saja kebahagiaan mereka lantas menular. Di sepanjang dinding koridor setelah melewati petugas keamanan, foto mereka juga dipasang setiap jarak dua meter. "Ini kapan mereka foto beginian sih?" gumam Tya masih dengan tatap takjub. Beberapa tamu sudah melewatinya, meninggalkan gadis itu yang tampak masih mengamati pameran foto prewed ala-ala Daniel Delotta. "Lo mau di sini terus?" Pertanyaan itu membuat Tya menoleh. Dia menemukan Dave dengan setelan jas kupu-kupu berada di sebelahnya. "Dave

DMCA.com Protection Status