Share

2. Magang

last update Last Updated: 2023-08-15 14:48:10

Tawa lebar gadis berambut pendek di depannya membuat Delotta cemberut. Seolah-olah apa yang Delotta ceritakan adalah sebuah lawakan. 

"Untung lo nggak diseret keluar kayak kambing," ujar Tya, di sela tawanya. 

Tya Anggesta, gadis berambut pendek dengan tone kulit kecoklatan itu teman akrab Delotta sekaligus teman satu kuliahnya. Mereka lulus bersama, tapi Tya lebih beruntung karena sudah mendapat pekerjaan. 

"Malu tau. Tapi suer, dia ganteng banget."

"Tapi tua."

"Ish! Matang, bukan tua. Lo nggak liat aja sih."

"Jadi, setelah liat dia selera cowok lo berubah?" Tya bersedekap tangan dan mengangkat kedua alisnya. 

"Ya, enggak juga, sih." Ada nada ragu dari ucapan gadis 22 tahun itu. Pria tampan itu memang sudah tua, ah bukan. Matang. Ngomong-ngomong soal tua papanya jauh lebih tua. Delotta belum sempat tahu namanya, karena begitu berhasil keluar dari kamar super mewah itu, dia langsung izin ke papanya untuk pulang bersama Pak Budi, supir di keluarganya. 

Ranjang berderit ketika Delotta melempar diri di kasur. Bunyinya cukup berisik seperti ada yang patah. Kalau ranjang tidurnya di rumah, anti bunyi-bunyian begini. 

Baru beberapa saat rebah, sebuah tabokan yang tidak lumayan keras, tapi sakit mampir di kepalanya. Delotta refleks mengusap kepala. 

Tya, yang masih mengenakan pakaian kantor melotot dan berkacak pinggang. 

"Lo mau bikin ancur ranjang tidur gue? Kalau tidur biasa aja dong," omelnya sambil menunjuk muka Delotta. 

Bibir dengan warna nude milik Delotta mencebik. Masih mengusap kepala, gadis cantik itu bangkit. "Kalau lo udah dapat gaji pertama, selain traktir gue, lo juga perlu ganti nih ranjang deh. Ranjang tua masih dipake aja." 

"Iya. Abis itu gue makan nasi sama garam doang nunggu gajian berikutnya," sahut Tya nyolot lantas beranjak duduk di depan cermin rias. 

"Ih, nggak gitu juga kali." Delotta beringsut, menjulurkan kaki ke lantai. "Oh iya, gue besok udah mulai magang loh. Tebak di mana?" Dia tersenyum penuh misteri. 

Dahi Tya mengernyit. Lalu ujung matanya melirik Delotta—yang beberapa kali mengirim CV, tapi belum ada panggilan. Tya heran, ayah Delotta pemilik sebuah perusahaan besar. Namun, sahabatnya itu sama sekali tidak mau masuk ke perusahaan itu, meskipun di anak cabangnya. Delotta lebih memilih memasukkan lamaran ke perusahaan lain yang tidak tersenggol saham sang papa seperti Tya. 

"Sido Mancur Grup? TransKV grup? Atau Miyora?" 

Delotta menggeleng keras. "Bukan, tapi Jagland Blue Corp!" 

Mata Tya mengerjap. Gadis berambut pendek itu lantas tersenyum lebar. "Akhirnya CV lo ada yang goal juga! Congrats, babe." Dia merentangkan tangan dan Delotta sontak tenggelam ke pelukannya. 

"Gue bisa buktiin ke papa, kalau  gue bisa usaha sendiri." 

"Good Job, Ta. Gue ikut seneng."

"Here we go! Kita bakal jadi wanita karier yang kece badai!" seru Delotta girang. Kedua sahabat itu lantas melompat-lompat persis anak kecil. 

***

Mata Delotta menyipit saat memandang gedung menjulang di hadapannya. Beberapa saat lalu Ricko men-drop dia di depan gedung milik Jagland Blue Corp. Setelah melewati rangkaian tes tertulis dan wawancara, akhirnya gadis yang punya nama panggilan Otta itu bisa memasuki dunia kerja. 

Delotta menarik napas panjang sebelum melangkahkan kaki. Selain hari pertamanya kerja, dia juga akan melakukan penandatanganan kontrak kerja. Jadi, ketika masuk gedung dan bergabung dengan karyawan lain dalam satu lift, Delotta langsung menuju kantor HRD berada. 

Miss Lily sudah menunggu saat dia sampai di lantai lima. Setelah menyapa sekadarnya, wanita itu membawa Delotta ke ruang kerjanya. 

"Kontrak pertama magang kamu 6 bulan. Jika dalam jangka waktu tersebut kinerja kamu bagus. Tidak menutup kemungkinan akan ada pembaharuan kontrak lagi," terang Lily, sambil mempersiapkan berkas yang akan Delotta tanda tangani. "Nah, Delotta. Kamu bisa baca dulu perjanjian kontrak ini. Kalau ada yang belum paham bisa kamu tanyakan."

Dengan senyum lebar, Delotta menerima dokumen itu. Kertas berwarna putih dengan beberapa rangkap itu menyita perhatian Delotta selama beberapa waktu. Matanya dengan jeli membaca satu per satu poin yang ada di setiap pasal. Hingga ketika sampai pada nominal gaji, dia cukup tercengang. Untuk karyawan magang, gajinya cukup besar. Dari nominal itu Delotta sudah bisa membayangkan apa saja yang akan dia beli nanti.

"Jadi, ada yang ingin kamu tanyakan?" tanya Lily mengingat Delotta sejak tadi belum buka suara. 

"Nggak ada, Miss. Semua sudah jelas dan gampang dipahami." 

"Good. Kamu bisa tanda tangan sekarang."

Dengan senang hati, gadis berambut cokelat itu membubuhkan tandatangan segera. 

"Kamu akan bekerja di lantai 40. Berada di bawah kepemimpinan Pak Daniel langsung." 

Daniel Jagland. Tiba-tiba Delotta merasa deg-degan mendengarnya. Itu sama saja kinerjanya akan diawasi direktur. Sepertinya tidak ada yang lebih mengerikan lagi dari ini. 

Seakan tahu apa yang Delotta pikirkan, Miss Lily tertawa. "Kamu nggak usah tegang gitu. Pak Daniel orangnya baik. He's friendly. Ramah sama semua bawahannya." 

Delotta meringis, dalam hati mengaminkan ucapan Miss Lily. 

Setelah urusan tanda tangan kontrak beres, Delotta langsung diantar ke lantai 40. Di sana dia diterima salah satu staf wanita yang mengenalkan diri sebagai sekretaris Daniel, wanita dengan tinggi 165 senti itu sangat cantik. Lebih cantik karena make up sih. Delotta cukup tahu apa-apa yang dipakai wanita bernama Sandra itu. 

"Ini meja kerja kamu." Sandra menunjukkan sebuah ruang kerja mini yang sisi-sisinya dibatasi sebuah penghalang pendek. Ada sekitar 10 staf ada di sana. Hanya Sandra yang terpisah dari ruang staf itu. Meja kerjanya ada di ruang sebelah, tepatnya di lobi ruang direktur. 

"Gaes!" Sandra meminta perhatian para staf yang tampak sibuk di depan PC.  "Ini ada anak magang baru namanya Delotta. Tolong, kalian bantu dia." 

Beberapa tampak mengangguk. Ada yang hanya menyeringai dan juga mengangkat ibu jarinya saja. 

"Delotta, Pak Daniel sudah nunggu kamu di ruangannya. Beliau bilang, ingin bertemu kamu. Tolong, jaga sikap, ya, di sana nanti," ucap Sandra tersenyum. 

Delotta hanya mengangguk saja, dan ketika sekretaris itu membawanya ke ruang sebelah  Delotta mengikuti. 

Ruang direktur  memiliki dua pintu ganda yang cukup besar. Lebih dari itu lobinya juga lumayan luas. Meja kerja Sandra ada di salah satu sudut lobi, sudah seperti front desk. Bedanya dia memiliki akses yang berkaitan dengan direktur. 

Sandra mempersilakan Delotta masuk ke ruangan itu. Setelahnya dia menutup pintu lagi, meninggalkan Delotta di ruangan super mewah itu. 

Sambil mengawasi ruangan yang lebih mirip apartemen minus tempat tidur itu, Delotta melangkah pelan. Suara seseorang yang tampaknya tengah menelepon terdengar. 

Suaranya berat dan dalam, sesekali terselip tawa renyah. Dari suaranya, Delotta bisa menebak kalau direkturnya tidak terlalu renta. Paling tidak, mungkin seperti papanya. 

Gadis dengan tinggi 160 senti itu menyipit ketika tatapnya menangkap bagian belakang tubuh seorang pria dengan kemeja slim fit disambung pantalon yang terlihat licin. Pria itu menghadap dinding kaca besar. Sebelah tangannya tenggelam di saku celana, dan lainnya memegangi ponsel di telinga. 

"Selamat pagi, Pak," sapa Delotta, ragu, takut mengganggu. 

Beberapa detik lamanya tidak ada jawaban, tapi pria itu mengakhiri panggilan. Baru setelah itu berbalik. 

"Selamat pagi," sahut pria itu datar. Tatapnya bertemu langsung dengan mata Delotta yang perlahan pupilnya membesar. 

Bagaimana tidak? Daniel Jagland adalah pria yang pernah dia lihat di kamar mewah saat tersesat di pesta teman papanya tempo hari. 

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Bundanya Ichaekaaksay
wadidaw degdegan gak,,aduhh jgn sampai salting ya mom,,wkwk
goodnovel comment avatar
Allwera Molle
hee hee pasti seruuu deh
goodnovel comment avatar
Sediwati Gea
cerita nya seru
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pesona Teman Papa   3. Daniel Jagland

    Beku. Selama beberapa saat Delotta membeku di tempat. Antara terkejut dan tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Namun, kontras dengan Delotta yang tercengang, pria itu malah tersenyum. "Delotta Armisen. Welcome to Jagland Blue Corp, semoga kamu betah bekerja di sini. Silakan duduk," sambut Daniel penuh dengan kehangatan.Untuk ukuran petinggi perusahaan, Delotta akui pria itu terlalu ramah. Padahal posisi Delotta saat ini sebagai karyawan biasa. Gadis muda itu menelan saliva, meskipun terlihat ramah dia tetap terintimidasi oleh tatapan mata biru bak telaga itu. "Te-terima kasih, Pak." Deg-degannya beberapa saat lalu beralasan sekarang. Bahkan saat ini jantungnya makin berdegup kencang. "Sebelumnya saya minta maaf untuk kejadian waktu itu. Saya benar-benar minta maaf." Gara-gara itu kepanikan Delotta serta merta melanda. Siapa yang menyangka jika orang itu ternyata bosnya?"Oh, no problem. Itu udah berlalu kan? Saya harap kamu bisa bekerja di sini dengan nyaman. Kalau ada sesuat

    Last Updated : 2023-08-15
  • Pesona Teman Papa   4. Teman Papa

    Tidak ada yang lebih tepat lagi selain Ricko, papanya untuk Delotta tanyai mengenai Daniel Jagland. Jadi ketika mendengar sang papa sudah pulang ke rumah, gadis 22 tahun itu langsung menghambur ke ruang kerja Ricko di lantai bawah. Saat suara besar sang papa menyahuti ketukan pintu, Delotta menyelinap masuk ke ruang tersebut. Dia tersenyum manis melihat Ricko duduk di kursi sambil membolak-balik sebuah berkas. Tanpa menoleh pria 47 tahun itu bersuara. "Ada apa, Sayang? Tumben kamu langsung menemui papa ke sini." Delotta mendekat dengan dua tangan yang saling bertaut di belakang punggung. Tangan itu terlepas saat dia sampai di dekat meja Ricko. "Papa, udah tiga hari aku kerja di Jagland Blue Corp. Papa tau kan?" tanya Delotta. Saat dirinya mulai bekerja Ricko memang tidak ada di rumah. Pria itu sedang melakukan perjalanan bisnis ke Sidney. "Tau. Daniel memperlakukanmu dengan baik kan?" Delotta mengangguk, meskipun Ricko tidak memperhatikan. "Apa benar saat aku masih kecil

    Last Updated : 2023-08-16
  • Pesona Teman Papa   5. Om Ganteng

    "Kamu ingat boneka Barbie yang kakinya patah terus kamu nangis kencang?" Mata Delotta mengerjap mendengar pertanyaan papanya. Dia sangat ingat dengan kejadian itu. Gadis itu melirik pria di sampingnya yang tersenyum simpul, seperti tengah menyembunyikan sesuatu. Saat ini dirinya dan Daniel serta Ricko tengah makan siang di restoran yang dekat dengan gedung kantor Ricko. "Tentu aku ingat papa. Bahkan aku minta sama papa buat mengoperasi Anna." Anna adalah nama barbie kesayangan Delotta. "Siapa yang memberimu boneka itu?" tanya Ricko sambil mencacah olahan daging pada piringnya. "Papa, kan?" Ada nada keraguan dari ucapannya sendiri. Apalagi saat sang papa malah melirik Daniel. "Bukan papa. Coba kamu ingat lagi." Kening Delotta berkerut, berusaha mengingat. Kalau bukan Ricko mungkin pamannya atau ... sontak matanya membola ketika teringat seseorang yang memberi boneka cantik itu. Dia tidak percaya, tapi—buru-buru Delotta menoleh dan menatap Daniel yang tampak sibuk mengunyah maka

    Last Updated : 2023-08-16
  • Pesona Teman Papa   6. Deg-degan

    "Yakin dia seusia bokap lo?"Setelah melihat dan bertemu Daniel Jagland, Tya meragukan ucapan Delotta. Beberapa menit lalu Tya memaksa untuk dikenalkan dengan Daniel saat tersadar dari rasa terkesimanya.Tya menarik tangan Delotta mendekati Daniel yang tampak sendirian di depan Bulgari Store. Dengan tidak tahu malunya gadis itu mendorong bahu Delotta sampai Daniel sadar dengan kehadiran mereka. "Otta? Kamu di sini?" tanya Daniel dengan tatapan takjub juga terkejut. Delotta meringis, ingin rasanya dia menjitak kepala Tya yang membuatnya malu dan norak seperti ini. "I-iya, Om. Jalan-jalan sama teman." Sebuah cubitan kecil di pinggangnya membuatnya kaget. Delotta melirik sebal Tya di sebelahnya yang memberinya kode lewat mata. Nyebelin banget. "Om, kenalin ini teman Otta. Namanya Tya." Delotta baru saja mengenalkan sahabatnya itu, tapi dengan tidak sabar Tya merangsek maju seraya nengulurkan tangan. "Halo, Om. Kenalin, aku teman Otta. Seneng deh bisa ketemu Om di sini," ujar Tya de

    Last Updated : 2023-08-27
  • Pesona Teman Papa   7. Memilih Menu

    "Mengundang Daniel makan malam?"Dahi Ricko berkerut dalam ketika Delotta mengusulkan ide itu. "Dalam rangka apa?" "Dalam rangka dia sudah memberikan putrimu ini pekerjaan dan juga atas kebaikannya saat mengajariku bekerja." Mungkin terdengar mengada-ngada, tapi keinginan mengundang makan malam Daniel begitu kuat. Siapa tahu setelah ini Daniel akan mengajaknya makan malam berdua. Pikiran Delotta sudah melayang ke mana-mana. "Papa rasa itu nggak perlu." Ricko tidak terlalu menghiraukan dan kembali fokus ke kegiatannya membaca koran pagi. Menyebabkan bibir Delotta maju seketika. "Ih, papa mah pelit." "Kok gitu?""Bilang aja papa nggak mau kasih makan orang lain." Ricko menarik napas lalu menatap anaknya yang merajuk. "Orang lainnya itu siapa? Daniel loh ini, Otta. Ngapain kita repot-repot ngasih makan dia? Di rumahnya, dia sudah berkelimpahan makanan." Muka Delotta makin masam mendengar itu. "Aku tau, Pa. Tapi makan malam ini tujuannya buat berterima kasih sama dia." "Kamu lupa

    Last Updated : 2023-09-20
  • Pesona Teman Papa   8. Mpek-mpek

    Dua asisten rumah tangga melongo melihat Delotta masuk ke dapur. Majikan kecil itu datang tidak dengan tangan kosong. Ada satu jinjing plastik yang berisi bahan-bahan untuk membuat mpek-mpek di tangannya."Non Otta mau masak?" tanya Sari asisten rumah tangga yang berusia sekitar 40-an ketika Delotta meletakkan kantong plastik ke meja dapur."Yes, aku mau bikin mpek-mpek," sahut Delotta tersenyum lebar. Lalu membongkar isi belanjanya. Gadis itu tidak tahu jika dua asistennya saling pandang dan bingung. Mereka sangat tahu nona mudanya tidak pernah menyambangi dapur. Jangankan pegang kompor, pegang wajan saja tidak pernah. "Ini nyalainnya gimana, Bi?" Delotta melihat ada empat tombol di kompor tanam empat tungku. Sari mengerjap dan langsung membantu gadis itu menyalakan kompor. "Biar bibi aja yang masakin sama Ina, Non." Delotta buru-buru mengacungkan tangan. "Nggak boleh. Aku mau belajar bikin sendiri." "Nggak bahaya ta?" timpal Ina yang usianya lebih muda dari Sari. "Ish, Ina kam

    Last Updated : 2023-09-21
  • Pesona Teman Papa   9. Main

    Hingar bingar musik langsung tertangkap telinga Delotta ketika dia dan Tya memasuki salah satu kelab malam ibukota yang terletak di lantai lima sebuah mal. Kelab yang baru dibuka beberapa minggu lalu ini lumayan luas dengan interior dan lighting yang menawan. Sebuah bar besar melingkar di tengah-tengah kelab. Ditembak dengan lampu berwarna dari berbagai arah membuat gelas dan botol minuman yang berjejer di rak-rak seolah memantulkan cahaya itu lagi ke segala penjuru. "Tempatnya lumayan juga. Musik DJ-nya juga enak," komentar Delotta. Kepalanya tanpa sadar sudah mengikuti irama musik saja. Dia berhasil mengantongi izin dari Ricko dengan sedikit membual. Sebenarnya hal seperti ini bukan pertama kalinya bagi Delotta. Jika dulu ada alasan mengerjakan tugas kelompok. Sekarang dia harus memberi alasan lain. "Kampret, sejak kapan gue nangis kalau putus cinta?" umpat Tya ketika Delotta memberitahu alasan yang dia ajukan ke papanya. "Ahelah. Kalau nggak gitu gue nggak bakal dapat izin."

    Last Updated : 2023-09-22
  • Pesona Teman Papa   10. Mabuk

    Ini sial atau keberuntungan? Delotta memastikan penglihatannya tidak salah. Bahkan dia sampai harus mengucek mata. Papanya bilang Daniel ada di Singapura, jadi pria yang saat ini memeluk pinggangnya siapa? Jelmaan Daniel? Efek alkohol sepertinya mulai bekerja. Sampai-sampai orang lain Delotta melihatnya sebagai Daniel. "Otta kamu ke sini sama siapa?" Suara itu kembali menyentak Delotta. Dia berusaha berdiri dengan benar, juga berusaha mengembalikan fokusnya. "Kenapa aku lihat Om Daniel?" gumam Delotta sambil memukul-mukul kepalanya sendiri. "Hei, Otta cukup. Papamu tau kamu di sini?" Sontak Delotta mendongak dan terkejut. Jika sudah menyebut sang papa itu artinya pria itu benar-benar Daniel. "Dia sama saya, Pak." Tony baru bersuara setelah agak bingung dengan situasi itu. "Kamu yang bikin dia mabuk juga?" tanya Daniel lagi dengan nada tak suka yang teramat kental. Tony buru-buru mengibas-ngibaskan tangannya. "Bukan, Pak. Otta sendiri yang mau minum." "Lalu bagaimana kalian b

    Last Updated : 2023-09-23

Latest chapter

  • Pesona Teman Papa   Extra Part - Kebahagian Daniel-Delotta

    "Adik bayi itu dari angsa terbang, Mam?" Pertanyaan yang diajukan dengan nada khas balita itu membuat Dellota dan Daniel terkekeh. Kavia masih penasaran dengan kemunculan adik bayi. Gyan di sisi gadis kecil itu menarik napas panjang. "Bukan Kavia, kan aku udah bilang itu mitos." "Aku nggak tau mitos itu apa." Kavia tidak peduli dan meloncat ke bed ibunya. Seketika Daniel memekik tertahan. "Hati-hati, My Princess. Kamu bisa jatuh," ucapnya dengan dada yang masih berdebar kencang. "Aku cuma mau lihat adik bayi." Kavia bergerak ke sisi ibunya yang tengah menyusui adik barunya. "Mami, boleh aku ikut nenen juga sama mami?" Lagi-lagi Delotta terkekeh. Tangannya terjulur mengusap kepala Kavia dengan lembut. "Kavia kan udah jadi kakak, masa masih mau nenen ke mami?" "Kavia, nenen itu cuma buat bayi. Kita udah jadi kakak, udah besar. Kamu mau diejek sama teman-teman kalau masih nenen sama mami?" Gyan menggeleng tak habis pikir dengan keinginan adiknya. Namun Kavia lagi-lagi tak peduli

  • Pesona Teman Papa   Extra Part - Anak Ketiga

    Tangan Daniel menggenggam kemudi dengan erat. Gigi-gigi dalam rongga mulutnya gemeretakan menahan kesal. Beberapa kali dia menghela napas panjang untuk menghalau amarah akibat tingkah sekretarisnya. Dia tidak habis pikir bagaimana bisa seorang sekretaris baru seberani itu? Kepalanya penuh dengan Delotta sekarang. Beberapa hari belakangan wanita itu sering uring-uringan perkara sekretaris baru Daniel. Dan malam ini kekhawatiran Delotta terbukti. Daniel membelokkan kemudi ke kawasan rumah mewahnya. Pintu gerbang rumah terbuka saat sensor di sana mengenali mobilnya. Dia bergerak masuk melewati halaman taman yang luas, mengitari tugu air mancur warna-warni hingga mobilnya tepat berhenti di depan teras rumah. Dia turun begitu saja dari mobil dan memasuki rumah yang pintunya otomatis terbuka. Langkahnya berbelok ke kanan menuju jalan alternatif yang akan langsung menuju kamar pribadinya. Ketika tangannya menyentuh sebuah dinding berlapis marmer, dinding itu lantas bergerak terbuka. Danie

  • Pesona Teman Papa   Extra Part - Lembur

    Pekerjaan membuat Daniel harus tinggal lebih lama di kantor. Beberapa saat lalu dia baru saja mengakhiri panggilan video dengan istri dan anak-anaknya yang tengah bersiap tidur. Ini menjadi hal yang sulit untuknya. Dellota tengah hamil anak ketiga, tapi pekerjaan malah makin membuat pria itu sibuk. Tak jarang dia meninggalkan istri dan anak-anak keluar kota. Blue Jagland Indonesia makin melebarkan sayap. Bisnisnya mulai menggurita di beberapa sektor. Itu yang membuat Daniel makin sibuk. Sampai-sampai Gyan dan Kavia protes karena waktu bermain mereka dengan sang papi jadi berkurang. Tidak jarang weekend pun Daniel tetap bekerja."I'm sorry, Baby. Tapi semua ini memang sulit ditinggal," ucap Daniel suatu kali ketika Delotta protes tentang jam kerjanya yang makin tak masuk akal."Tapi kami juga butuh waktu kamu. Lima hari kerja memangnya nggak cukup? Kalau majunya perusahaan malah bikin kamu nggak punya waktu buat kami lebih baik perusahaan nggak usah maju aja." Delotta bersedekap tangan

  • Pesona Teman Papa   Extra Part - Gyan

    Delotta terkikik geli saat melihat Kavia tidur di lengan Daniel—yang juga ikutan tidur dengan lelap. Batita itu terlihat begitu nyaman tidur sambil memegangi lengan Daniel. Dalam keadaan begitu, keduanya tampak begitu mirip. Lima belas menit lalu Delotta sengaja menitipkan putrinya yang sudah dia dandani kepada Daniel. Bahkan dia juga berpesan untuk membawa Kavia jalan-jalan. Dan ternyata jalan-jalan mereka ke pulau kapuk. Delotta bersandar pada kusen pintu menatap mereka. Untuk semua alasan dia sangat bersyukur dengan keadaannya yang sudah sampai sejauh ini.Kepala Delotta menggeleng pelan sambil tersenyum melihat pemandangan itu. Tidak mau mengganggu, dia pun keluar. "Adek mana, Mam?" tanya Gyan saat melihat ibunya berjalan sendiri tanpa Kavia di gendongannya. "Lagi tidur sama papi," ujar Delotta pelan. "Kok tidur sih? Ini kan udah sore? Papi juga janji mau main bola sama aku." Wajah Gyan cemberut, pipi chubby-nya memerah. "Iya maafin, Papi. Nanti kalau Papi udah bangun kamu b

  • Pesona Teman Papa   Extra Part - Satu Lagi

    "Boleh satu lagi?" Delotta berjengit ketika Daniel mencium perutnya. Dia kaget dengan permintaan Daniel. Demi Tuhan! Kavia baru lepas dari asi eksklusif bisa-bisanya Daniel memintanya untuk memberi anak lagi. "Aku masih capek. Tenagaku masih perlu dipulihkan. Ya aku tau kamu memberiku bala bantuan. Tapi paling enggak tunggu sampai Kavia usia dua tahun?""Dua tahun? Bahkan hamil kedua saat Gyan umur satu tahun. Ayolah Sayang, kamu menikah bukan sama pria muda.""Ya, lalu?" Daniel menggigit bibir, tapi lantas menundukkan kepala sambil melukis gerakan abstrak dengan ujung jari di atas lengan Delotta. Mirip sekali dengan Gyan saat merajuk. "Kalau dilama-lamain lagi aku takut dikira sedang menggendong cucu nanti," ujar pria itu, yang mau tak mau membuat Delotta menyemburkan tawa. Daniel berdecak malas melihat reaksi istrinya. "Apanya yang lucu coba?"Delotta mengibas-ngibaskan tangan di depan wajah untuk meredakan tawa. "Maaf, Sayang." Segera mungkin Delotta mendekat dan menyelipkan t

  • Pesona Teman Papa   Extra Part - Kado

    "Ah!" Delotta menengadah sambil menggigit bibir. Rintihan lirihnya membuat suasana di sekitar makin panas. Peluh membanjiri kulit tubuhnya yang seputih susu. Pinggulnya terus bergerak maju mundur dengan tempo sedang. Di bawahnya, Daniel mengerang. Dua tangannya merangkum dada Delotta. Sesekali jarinya menjepit gemas dua puncak dada itu yang kadang mengeluarkan cairan asi. "Sayang, ini perlu dipumping lagi kayaknya deh," ucap Daniel saat jarinya merasakan basah ketika menekan puncak dada istrinya. "Sebentar lagi," sahut Delotta agak terbata. Melihat wajah memerah Delotta, Daniel tersenyum. Dia segera mengambil alih permainan. Ditariknya tubuh gadis itu sampai jatuh ke pelukannya. Lantas dari bawah pinggulnya bergerak menghantamkan miliknya lebih keras dan dalam sampai-sampai membuat Delotta terpekik. "Aku bantu," ucap pria itu memberikan hujaman demi hujaman. Erangan dan desahan Delotta makin menjadi. Dirinya yang memang sudah tidak bisa menahan diri lagi dengan cepat meraih kep

  • Pesona Teman Papa   Extra Part - Welcome To The World

    Daniel mencium pipi Delotta yang sedang mengoles selai pada sehelai roti. Dia lantas beranjak duduk di kursi makan paling ujung. Tepat di depannya ada satu tangkup sandwich segitiga dengan isian sayur. Tangannya meraih gelas panjang berisi air putih dan meneguknya hinga isinya tersisa setengah. Perlahan Delotta duduk di kursi. Perutnya yang sudah membesar membuatnya agak kesulitan bergerak. "Yakin bukan hari ini lahirannya?" tanya Daniel yang selalu seperti menahan sesuatu ketika Delotta bergerak. Ada rasa khawatir tiap kali melihat Delotta tampak kesusahan dengan perutnya yang makin besar. "Yakinlah. Masih sepuluh hari lagi kata dokter." Delotta menggigit roti selai cokelat yang dia buat tadi. "Tapi perut kamu kayak mau jatuh gitu aku liatnya." Delotta memutar bola mata. "Memang Om nggak pernah liat orang hamil sebelumnya?" "Ya, ya liat sih, tapi kan baru sekarang liat istri hamil." "Ya terus apa bedanya? Orang hamil ya begini, namanya juga udah bulannya. Wajar dong kalau peru

  • Pesona Teman Papa   111. Love You Forever

    Belum lengkap rasanya ke Santorini tanpa menikmati Oia sunset di atas ketinggian kota kecil di ujung utara pulau ini. Delotta merasa beruntung karena dia bisa melihat gradasi jingga yang memendar di langit dan bangunan-bangunan unik khas Cyclades berwarna putih bersama orang yang dia cintai. Delotta bisa merasakan kehangatan udaranya. Ditambah pelukan lengan kokoh Daniel di balik punggungnya. Senja terasa sempurna berkat itu. "Are you happy?" "Sure because of you." Tangan Delotta terulur menggapai wajah Daniel yang bersandar di bahunya. "Dia pasti senang juga," ucap Daniel sambil meraba perut Delotta. "Iya dong pasti. Kalau dia lahir kita bakal ke sini lagi kan, Om?" "Ke mana pun kamu mau. Tapi sekarang kita harus pulang ke hotel. Jalan-jalan hari ini cukup. Kamu butuh istirahat." Lelah, tapi cukup terbayarkan semuanya. Seharian ini Daniel menuruti semua keinginan istrinya untuk menjelajah pulau. Dimulai dari Desa Wisata Pygros—yang memiliki jalan-jalan sempit berliku, tembok b

  • Pesona Teman Papa   110. Pesta Pernikahan

    Tya memandang takjub potrait foto Daniel dan Delotta yang dipajang secara estetik di pintu masuk menuju ballroom hotel tempat resepsi pernikahan mereka diadakan. Ukiran inisial huruf D ganda bertinta emas di keramik berbentuk persegi panjang, terpasang cantik di sebelah foto itu dengan hiasan tabung panjang berisi lilin buatan dan segerombolan bunga mawar peony. Di foto itu, Daniel yang terlihat tampan tengah tertawa sambil menatap Delotta yang juga tengah tertawa lebar. Hanya melihat dari foto saja kebahagiaan mereka lantas menular. Di sepanjang dinding koridor setelah melewati petugas keamanan, foto mereka juga dipasang setiap jarak dua meter. "Ini kapan mereka foto beginian sih?" gumam Tya masih dengan tatap takjub. Beberapa tamu sudah melewatinya, meninggalkan gadis itu yang tampak masih mengamati pameran foto prewed ala-ala Daniel Delotta. "Lo mau di sini terus?" Pertanyaan itu membuat Tya menoleh. Dia menemukan Dave dengan setelan jas kupu-kupu berada di sebelahnya. "Dave

DMCA.com Protection Status