Share

Bab 4

Penulis: Dianita
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-03 15:06:24
Pemuda itu bersandar di dinding sambil bermain ponsel. Dia menunduk sehingga terlihat bulu matanya yang panjang dan tebal. Auranya yang dingin membuatnya terlihat semakin tampan.

Aku mencintainya selama lebih dari 10 tahun. Aku tidak mungkin bisa melupakannya semudah itu. Saat ini, jantungku pun berdetak sangat kencang.

Seolah-olah mendengar suara langkah kaki, Matthew mendongak menatapku. Ketika kami bertatapan, dia tiba-tiba menyunggingkan bibirnya sedikit. Sepertinya suasana hatinya sedang baik.

Meskipun aku tidak ingin mengejarnya lagi, bukan berarti aku melarang diriku untuk berinteraksi dengannya. Aku menyapa dengan canggung, "Kebetulan sekali, kamu juga mau ke toilet?"

Begitu ucapan ini dilontarkan, aku sungguh membenci kebodohanku. Untungnya, Matthew tidak peduli. Dia melambaikan tangannya kepadaku. "Kemari."

Aku pun bertanya, "Ada apa?"

Matthew melirikku dengan dingin. Bisa dilihat bahwa tatapannya menjadi agak kesal. Dia mengulangi ucapannya, "Kemari."

Aku menghampiri dengan enggan dan tetap menjaga jarak dengannya. Di sisi lain, wajah Matthew tampak suram. Dia mengernyit sambil menatapku. Dia seperti ingin berbicara, tetapi mengurungkan niatnya.

Beberapa saat kemudian, Matthew melemparkan tas di tangannya kepadaku. Aku yang lengah hampir tidak bisa menangkapnya. Berat sekali!

"Apa ini?" tanyaku.

Matthew tidak menjawab dan tiba-tiba mencondongkan tubuhnya. Aku mencium parfum aroma tumbuhan yang familier. Seketika, napasku terasa sesak dan pikiranku menjadi hampa.

"Leila, sebaiknya kamu belajar baik-baik," ucap Matthew dengan suara rendah.

Aku kebingungan, sedangkan Matthew sudah pergi.

Setelah kembali ke ruang privat, Cassey menghampiriku. "Apa itu? Siapa yang kasih kamu hadiah?"

Aku tidak bisa berkata-kata. Cassey membuka tas itu dan tampak kegirangan. "Buset! Inovasi macam apa ini? Ada yang memberimu tas yang isinya soal ujian. Sepertinya orang ini ingin sekali kamu masuk Universitas Gading."

Aku terkekeh-kekeh. Meskipun terlahir kembali, aku masih tidak bisa menebak isi pikiran Matthew. Yang jelas, dia tidak mungkin ingin aku masuk Universitas Gading.

Akhir pekan berlalu dengan cepat. Untuk memotivasi para siswa, sekolah akan menempelkan daftar nama dari 50 siswa yang mendapat nilai tertinggi di ujian simulasi di papan buletin.

Hari senin, banyak siswa yang berkerumun di depan papan buletin. Cassey pun menarikku ke sana untuk melihat.

"Leila, ngapain kamu kemari? Yang masuk daftar cuma 50 siswa yang hasil ujiannya terbaik, bukan 500." Lagi-lagi, aku bertemu teman Yuna. Aku mengerlingkan mataku dan malas meladeni mereka.

Teman perempuan yang satu lagi terkekeh-kekeh dan mengejek, "Hei, aku dengar kamu membujuk Matthew menghadiri pesta ulang tahunmu ya? Sayangnya, Matthew nggak meladenimu dan langsung pergi."

Aku tersenyum tipis. "Kenapa kamu kedengaran cemburu? Kamu juga suka Matthew ya?"

Ekspresi siswi itu sontak membeku. Dia buru-buru melirik Yuna dan menyahut, "Omong kosong apa yang kamu katakan! Aku cuma membela Yuna!"

"Oh, majikan kalian saja nggak bersuara. Kalian para pelayan malah sibuk," celaku.

"Kamu ini!" Wajah siswi itu sontak memerah.

Yuna akhirnya bersuara. Nada bicaranya terdengar lembut. "Leila, kita semua teman sekelas. Jangan bicara seperti itu."

Aku sudah terbiasa dengan kemunafikan Yuna. Setiap kali aku berinteraksi dengan Matthew, pasti ada orang-orang yang meledekku. Sementara itu, aku takut Matthew merasa terganggu sehingga selalu menahan diri. Ini seperti adalah hukuman yang diberikan Yuna kepadaku.

Kali ini, aku membalas, "Soalnya kalian nggak ngerti kalau aku bicara baik-baik."

Tebersit keterkejutan pada tatapan Yuna. Dia seperti tidak menyangka aku akan membalas ucapannya. Setelah terdiam sejenak, Yuna tersenyum murah hati. "Aku belum mengucapkan selamat ulang tahun kepadamu. Sebenarnya aku mau pergi hari itu, tapi aku ada urusan. Aku suruh Matthew pergi sendiri."

Yuna berbicara seolah-olah dirinya adalah pacar Matthew. Orang-orang di sekitar tentu memahami makna tersiratnya. Mereka lantas menyunggingkan senyuman mengejek.

Dadaku terasa sakit. Aku berusaha keras agar tetap terlihat tenang. Seketika, berbagai hal yang terjadi di kehidupan lampau membanjiri benakku.

Yuna yang masih mengirim pesan kepada Matthew setelah kami menikah, gosip orang-orang di sekitar, anggota Keluarga Sanjaya yang selalu membandingkanku dengan Yuna, dan Matthew yang pergi pada hari anniversary pernikahan kami ....

Rasa sakit sontak menyerang hatiku. Seluruh pertahanan mental yang kubentuk setelah kelahiran kembali menjadi goyah sekarang.

"Leila?" Cassey menggenggam tanganku. Dia bisa melihat wajahku pucat pasi.

Saat ini, teman Yuna mengejek lagi, "Leila, sebaiknya kamu pergi dari sini. Jangan sampai kamu syok setelah melihat hasil ujian. Nilaimu nggak mungkin masuk 50 teratas. Masih mau masuk Universitas Gading? Dasar nggak tahu diri."

Cassey sungguh murka. "Tutup mulut kalian!"

Aku menggigit bibirku. Kebetulan, aku melihat senyuman penuh kemenangan tersungging di bibir Yuna. Seketika, aku tersadar kembali.

Aku menarik Cassey yang hendak bertengkar dengan teman-teman Yuna. Kemudian, aku mengangkat daguku untuk menunjuk wali kelas yang sedang berjalan ke arah kami. "Nggak usah berdebat dengan orang bodoh. Kita tampar saja mereka dengan fakta."

Sekelompok orang itu pun tergelak. "Leila, kamu ini pintar sekali bersandiwara!"

"Minggir, minggir." Wali kelas menempelkan daftar nama di papan buletin.

Setelah mengamati dari atas ke bawah, dari bawah ke atas, teman-teman Yuna tidak sabar untuk mengejekku. Mereka bertanya, "Leila, mana namamu?"

"Haha! Kamu bilang mau menampar kami dengan fakta?"

Yuna pun tidak bisa menahan senyumannya lagi.

"Kalian buta ya?" Sebelum aku berbicara, Cassey tiba-tiba menunjuk daftar nama dan berkata, "Buka mata kalian lebar-lebar! Leila ada di urutan ke-28!"

Urutan ini agak ke bawah sehingga memang perlu diperhatikan dengan saksama.

Cassey tertawa dan sengaja berseru, "Leila, gimana bisa nilai matematika dan nilai bahasa Inggrismu 100?"

Aku tak kuasa tersenyum. Sebenarnya hal ini sangat konyol. Di kehidupan lampau, aku belajar dengan giat demi masuk Universitas Gading. Setelah itu, aku mengira aku sudah terbebas dari yang namanya belajar.

Siapa sangka, setelah menjadi istri Matthew, aku hanya bisa membimbing anak-anak Keluarga Sanjaya untuk menyanjung mereka.

Selama 3 tahun pernikahan, bisa dibilang aku bekerja dengan sangat keras. Bahkan, aku mungkin bisa langsung membuka kelas les kalau mau.

Yuna mengamati nilaiku berkali-kali dengan tidak percaya. Ekspresi lembutnya hampir sirna. Teman-temannya juga tercengang.

Aku tersenyum sambil menikmati ekspresi mereka. Kemudian, aku mengangkat daguku sedikit dan berucap, "Sudah kubilang, kita tampar mereka dengan fakta."

Seketika, orang-orang yang mengejekku itu merasa sangat malu. Sementara itu, aku merasa sangat lega.

Aku menatap wajah Yuna sambil tersenyum, lalu berbicara terus terang, "Yuna, biar kuulangi sekali lagi. Aku sangat membencimu dan teman-temanmu. Jadi, tolong menjauh dariku."

Aku benar-benar muak dengan sekelompok orang ini, jadi tidak sungkan-sungkan lagi.

Yuna pun tercengang. Dia seperti tidak menyangka aku akan begitu terus terang.

Suasana menjadi sunyi senyap. Cassey menarikku dan berbisik, "Leila ...."

Aku menyadari ada yang tidak beres. Ketika menoleh, aku melihat Matthew yang entah sejak kapan sudah berdiri di samping.

Bab terkait

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 5

    Seseorang segera berkata, "Matthew, Leila kelewatan sekali! Dia terus menindas Yuna!"Mata Yuna seketika memerah. Dia berujar dengan sedih, "Matt, aku nggak apa-apa kok. Leila mungkin salah paham."Tatapan dingin Matthew tertuju padaku. Suasana menjadi menegangkan. Kami bertatapan dengan ekspresi datar. Tanganku terkepal erat, hatiku dipenuhi ejekan. Pria ini ingin membela Yuna?Matthew tiba-tiba mengalihkan pandangannya ke daftar nama. Setelah melihat beberapa saat, dia menatapku dan bertanya dengan alis berkerut, "Kenapa nilai sastramu rendah sekali?"Ekspresi Matthew terlihat serius, nada bicaranya juga terdengar kesal. Aku merasa ini adalah sebuah penghinaan. Jadi, pria ini ingin membantu Yuna melampiaskan amarahnya? Aku pun tersenyum dingin dan hendak membalas.Saat berikutnya, ekspresi Matthew tiba-tiba membaik. Dia meneruskan, "Keseluruhan nilaimu bagus juga. Semangat."Nada bicara Matthew terdengar datar, seolah-olah dia sedang membacakan ramalan cuaca hari ini. Sementara itu,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 6

    Kenapa selain Matthew, masih ada kakeknya, Sonny, pendiri Grup Sanjaya yang sudah lama pensiun, hadir di sini?Penyelenggara acara hari ini bisa dibilang adalah Keluarga Wirawan. Namun, Keluarga Wirawan merosot drastis. Yang berhubungan dengan mereka hanya beberapa keluarga yang berpura-pura kaya. Bagaimana bisa mereka mengundang kepala Keluarga Sanjaya yang dapat menggetarkan seluruh Kota Nilam?Aku mengernyit sambil menatap mereka. Kakek dan cucu itu juga menatapku. Yang satu terlihat dingin dan kesal, yang satu lagi terlihat berwibawa dan meremehkanku. Aku sangat familier dengan ekspresi mereka ini.Santos memanggilku lagi, tetapi aku masih tidak bereaksi. Wajahnya pun menjadi suram. Madhu yang berdiri di sampingnya buru-buru menghampiriku dan menarik lenganku.Di kehidupan lampau, aku hanya pernah bertemu Sonny tiga kali. Setiap kali bertemu, dia selalu menyulitkanku dan akhirnya mempermalukanku.Yuna adalah cucu perempuan teman seperjuangan Sonny. Keduanya telah menjodohkan cucu m

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 7

    Lagi-lagi terdengar suara Keegan yang nakal. Aku sama sekali tidak berniat untuk menoleh dan melihatnya. Aku tidak ingin terlibat dengan Matthew, lebih tidak ingin lagi terlibat dengan Keegan. Keegan berjalan ke sampingku, lalu menatapku sambil melipat lengannya di depan dada. Dengan tangan mengelus dagu, dia berkata, "Kamu berbeda dengan yang dirumorkan. Orang-orang bilang kamu mengejar Matthew mati-matian. Kenapa tadi malah terlihat seperti nggak ingin punya hubungan dengannya?"Usai mengatakan itu, Keegan tiba-tiba mendekat. Napasnya mengenai wajahku. "Apa ini trik baru? Kamu sengaja jual mahal ya?"Aku tidak suka dekat-dekat dengan orang asing. Aku tanpa sadar ingin menghindar. Sebelum sempat bergeser, tiba-tiba ada yang menaruh tangan hangatnya di bahuku. Orang itu menarikku ke belakang, membuatku terjatuh di pelukan yang familier."Menjauh darinya!" Terdengar suara Matthew yang dingin.Aku tanpa sadar mendongak, melihat bibir tipisnya dan mata tajamnya yang dipenuhi kekesalan. A

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 8

    Matthew mencariku? Dia mencariku sampai ke rumah Cassey? Aku sulit memercayai kenyataan ini. Dia jelas-jelas begitu membenciku. Untuk apa dia mencariku?Semalam aku memang pergi tanpa membawa uang sepeser pun. Ayahku saja tidak mencariku. Pasti Matthew datang untuk mendesakku meminta maaf kepada Yuna, 'kan?Ketika teringat pada Matthew yang menyuruhku meminta maaf kepada Yuna semalam, aku tidak bisa menahan tawaku. Aku mengambil pensilku kembali dan menyahut, "Memangnya aku harus menemui dia kalau dia ingin bertemu denganku? Biarkan saja dia menunggu."Nilai ujian simulasi sebelum liburan lebih rendah dua poin dari yang kuharapkan. Dua poin ini sudah bisa membuatku lebih unggul dalam ujian masuk universitas. Kenapa aku harus membuang-buang waktu untuk seseorang yang tidak penting?Aku kembali memfokuskan diri untuk mengerjakan soal. Di sisi lain, Cassey malah merasa gelisah. Kalau bukan diam-diam melirikku, dia akan minum air atau pergi ke toilet.Ponsel di atas meja terus bergetar. Se

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 9

    Aku mengamati ekspresi Matthew dengan saksama. Setelah aku melontarkan pertanyaan tadi, ekspresinya seketika dipenuhi kebencian. Sebenarnya aku juga tidak heran. Seseorang mencintaimu selama bertahun-tahun, terus berusaha mendekatimu sampai tidak memedulikan harga diri mereka. Kemudian, orang itu tiba-tiba mengatakan dia tidak mencintaimu lagi. Aku sekalipun tidak bisa percaya.Makanya, Matthew sulit menerima perubahanku yang mendadak ini. Dia juga memasang ekspresi penuh kebencian saat aku bertanya apa hubungannya denganku. Padahal, itu hanya pertanyaan biasa.Aku terkekeh-kekeh, lalu mundur dua langkah. "Nah, kamu nggak bisa jawab, 'kan? Aku serius saat aku bilang nggak menyukaimu lagi. Yang kulakukan selama ini juga bukan tarik-ulur."Matthew, percaya padaku. Aku nggak bakal mengganggumu lagi. Masih ada lima hari sebelum kita tamat sekolah. Setelah tamat, kita nggak bakal punya hubungan apa pun lagi.""Sebenarnya kota ini sangat kecil. Kecil sampai kita nggak bakal bertemu kalau mem

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 10

    "Sial sekali." Begitu melihat Yuna, Cassey langsung menunjukkan kebenciannya. Dia berbalik, lalu hendak menarikku pergi. "Leila, banyak lalat di sini. Kita ke toko lain saja."Aku melirik Yuna. Menurut pemahamanku padanya, wanita ini pasti akan mencari masalah. Suasana hatiku kurang baik. Aku malas berdebat dengannya.Aku langsung mengangguk. "Oke."Aku dan Cassey hendak berjalan keluar. Antek-antek Yuna melirik Yuna sekilas, lalu mencela, "Masih bisa sombong. Padahal, semua orang juga tahu keluarganya sudah mau bangkrut.""Jangan bicara begitu." Yuna berpura-pura hendak menghentikan teman-temannya."Siapa yang kamu bilang?" Cassey pun berbalik dan menghampiri antek-antek Yuna. Kemudian, dia mendorong Yuna."Ah!" Yuna menabrak gantungan baju di samping. Salah satu temannya buru-buru memapahnya. "Yuna, kamu baik-baik saja? Cassey, kenapa kamu mendorongnya?""Kenapa memangnya? Siapa suruh mulut kalian begitu busuk? Aku bisa saja menghajar kalian semua sampai babak belur!" Cassey sungguh

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 11

    Kini, hanya tersisa aku dan Matthew. Ini adalah pertemuan pertama aku dan Matthew setelah pertengkaran hari itu. Padahal, aku mengira kami tidak akan bertemu lagi untuk waktu yang lama.Namun, sepertinya takdir mempermainkanku. Kami bukan hanya bertemu dengan cepat, tetapi juga dengan cara seperti ini.Aku menatap Matthew yang berwajah suram dan mendekatiku dengan perlahan. Saat aku hendak mundur, dia tiba-tiba meraih pergelangan tanganku dan mengempaskanku di meja kasir.Kemudian, Matthew berdiri di depanku dan menahan tanganku. Sambil mencondongkan tubuhnya, dia menatapku dan bertanya, "Kalau aku dan Yuna bersama, siapa yang akan menjadi pasanganmu? Keegan atau pemuda kaya lain di Kota Nilam?"Aku terdengar seperti benda yang dipajang dan dijual. Meskipun kalimat seperti ini sudah pernah dilontarkannya, aku tetap merasa marah dan terhina.Aku menatap Matthew sambil menyunggingkan senyuman, lalu sengaja memprovokasinya. "Kamu rasa aku bakal pilih siapa?""Leila!" sergah Matthew dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 12

    Saat aku menghitung tabungan dan barang-barang berhargaku, pelayan memanggilku turun untuk makan. Aku mengiakan, lalu menaruh kembali semuanya dan bangkit untuk keluar.Kukira Keegan sudah pergi sejak tadi. Alhasil, dia malah duduk di kursi utama meja makan layaknya bos besar. Sementara itu, Santos duduk di sebelahnya.Aku hampir tidak bisa menahan tawaku. Biasanya, Santos selalu berlagak berkuasa di hadapanku dan Felly.Ketika melihatku turun, Santos segera memanggilku, "Leila, cepat kemari. Temani Keegan ngobrol. Orang tua sepertiku nggak tahu apa yang anak muda zaman sekarang sukai."Aku memegang pegangan tangga, lalu mengeluarkan ponselku dan menunjukkan layarku kepadanya sambil menyebutkan nominal yang kuinginkan tanpa bersuara.Saat berikutnya, notifikasi transferan terlihat di layar ponselku. Aku menghampiri mereka dengan perlahan sambil memeriksa. Seratus juta.Aku mencebik sambil meletakkan kedua tanganku di belakang punggung. Kemudian, aku berhenti berjalan dan berujar, "Hm,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03

Bab terbaru

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 100

    Makanya, meskipun Felly memberiku obat dan ingin membuatku malu di hadapan semua orang, aku tidak ingin menggunakan cara yang sama untuk membalasnya."Aku bisa bantu." Matthew berkata, "Latar belakang Keluarga Hutama nggak termasuk buruk. Ini termasuk pilihan bagus untuk Santos."Aku menoleh, melihat Matthew memandang ke luar jendela. Malam ini terasa sangat panjang.Saat kapal berlabuh, Santos membawa sekelompok orang masuk. Mereka langsung menuju ke kamar Matthew. Dari kejauhan, terdengar suara Madhu yang berpura-pura menenangkan, "Santos, jangan marah. Semua bisa dibicarakan baik-baik."Segera, mereka mendorong pintu dan masuk. "Matthew, Leila bukan wanita sembarangan. Dia ...."Santos seketika tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Aku berdiri di belakangnya, berpura-pura tidak tahu apa yang terjadi. "Ada apa ini?"Matthew yang memakai pakaian serba hitam pun berjalan keluar. "Apa maksudmu, Pak?" Matthew melirik sekeliling. "Selain itu, ngapain kamu membawa begitu banyak orang kemari

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 99

    Matthew membawaku ke kamarnya. Aku berpura-pura merasa tidak nyaman. Segera, dia menurunkanku ke ranjang.Aku mengepalkan tanganku, merasakan Matthew perlahan-lahan mendekat. Ketika bernapas, aku merasakan aroma kayu yang semakin kuat.Aku menjulurkan tangan ke nakas untuk mengambil lampu. Aku ingin menghantamkannya ke kepala Matthew. Namun, Matthew tiba-tiba menahan tanganku dan berujar, "Jangan bergerak."Suaranya terdengar rendah. Aku memelotot. Dia memiringkan kepalanya dan mencium telingaku. "Felly lagi mengawasi kita di luar."Setelah mendengarnya, aku tanpa sadar menatap Matthew. Dia menggenggam tanganku, sesekali mencium leherku. "Sabar sedikit. Saat aku memberi keluargamu proyek hari itu, Santos bisa melihat aku menyukaimu.""Belakangan ini, Keluarga Sanjaya punya proyek baru lagi. Santos meneleponku dan bilang kondisi kesehatan nenekmu buruk, jadi menyuruhku membawamu keluar bermain."Ciuman Matthew makin liar. Aku kesulitan bertahan. Entah dari mana tenagaku, aku sontak mend

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 98

    "Wow!" Cassey berseru dengan kagum, "Leila, mereka lucu sekali. Aku hampir meleleh dibuat mereka!"Ketika melihat Cassey seperti ini, suasana hatiku menjadi lebih rileks.Sekitar 20 menit kemudian, rombongan lumba-lumba pergi dan tak terlihat lagi. Cassey merasa agak kecewa, tetapi aku merasa sangat puas.Yosef menghampiri untuk menggoda Cassey. Aku menatap keduanya, merasa ada yang aneh dari mereka.Pada akhirnya, aku pergi. Ketika aku mengambil jus, Matthew tiba-tiba menggenggam pergelangan tanganku. Aku mendongak menatapnya. Dia menyuruhku memandang ke arah matahari terbit.Aku mengikuti instruksinya, lalu melihat lumba-lumba pink mengapung di permukaan laut. Aku terkejut hingga menutup mulutku. Matthew bertanya, "Cantik nggak?"Aku mengangguk. Matthew berbisik di samping telingaku. "Dia punya nama."Aku menoleh. Matthew tersenyum dan meneruskan, "Namanya Pangsit."Pangsit .... Aku tiba-tiba teringat saat aku SMA 2, aku bersikeras makan bersama Matthew. Karena terlambat, yang tersis

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 97

    Aku bergegas mundur dan menaruh tanganku di belakang punggung. Tangan Matthew sontak terbuka karena penolakanku yang terlalu besar. Pada akhirnya, dia menarik tangannya kembali dan berkata, "Tanganmu berdarah."Aku menggigit bibir tanpa menyahut. Saat ini, Cassey dan lainnya datang. Cassey membawa ember dan berlari menghampiri, lalu menunjukkan isinya kepadaku. "Leila, aku tangkap ubur-ubur. Yosef bilang ubur-uburnya akan bersinar di malam hari.""Serius?" Aku merasa lega. Aku menatap ubur-ubur setengah transparan di dalam ember. "Kita cari akuarium saja supaya dia punya tempat."Usai mengatakan itu, aku menarik Cassey ke kamar tanpa peduli pada Matthew. Tidak ada tempat untuk menaruh ubur-ubur. Pada akhirnya, Cassey mencari Yosef. Yosef memberikannya vas bunga transparan.Setelah memasukkan ubur-ubur ke vas, Cassey baru menyadari tanganku berdarah. Dia menarik tanganku dan berkata dengan alis berkerut, "Tanganmu ....""Nggak apa-apa." Aku melirik sekilas punggung tanganku yang berdara

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 96

    Aku merasa sangat panas. Sekujur tubuhku seolah-olah dibakar api. Aku ingin menghindar, tetapi tidak tahu caranya.Mimpi buruk terus bermunculan. Aku bermimpi tentang kehidupan lampau saat Matthew pergi setelah menerima telepon dari Yuna, juga bermimpi saat Matthew memohon kepadaku untuk melepaskan Yuna di ruang privat.Pada akhirnya, adegan mimpiku berhenti. Saat itu, kami selesai berhubungan badan. Matthew menatapku layaknya sampah. "Leila, kamu menjijikkan sekali.""Bu ... bukan aku ...." Aku sontak membuka mata dan memandang langit-langit."Sudah bangun?" Terdengar suara Matthew di samping telingaku. Aku perlahan-lahan menoleh.Wajah Matthew agak berkumis. Dia terlihat sangat lelah. Entah berapa lama aku tertidur. Aku ingin mengambil ponsel, tetapi Matthew menahan tanganku."Jangan sembarangan gerak. Kamu lagi diinfus." Setelah mendengarnya, aku baru menyadari ada beberapa kantong cairan infus yang digantung."Berapa lama aku tidur?" tanyaku dengan susah payah. Tenggorokanku terasa

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 95

    Pagi hari, aku dibangunkan oleh Cassey. Aku bersembunyi di dalam selimut. Dia menarikku dan bertanya, "Leila, kami mau pergi snorkeling. Kamu mau ikut nggak?""Nggak mau." Aku masih sangat ngantuk. Aku menunjukkan tanganku yang terluka kepadanya dan meneruskan, "Dokter bilang tanganku nggak boleh kena air."Setelah mendengarnya, Cassey baru ingat. Dia tidak membangunkanku lagi dan hanya berpesan beberapa hal sebelum pergi.Sekitar 5 menit kemudian, rasa kantukku malah hilang. Aku pun terpaksa bangkit dari ranjang. Selesai mandi, aku mencari baju di koper.Begitu koper dibuka, ternyata semua isinya adalah terusan. Aku mengambil sebuah terusan berwarna putih, lalu membentangkannya dan mendapati terusan itu hanya mencapai bagian atas pahaku.Aku mengernyit, lalu mengambil terusan berwarna biru lagi. Yang ini lebih panjang, tetapi ada lubang di punggung dan di pinggang. Pada akhirnya, aku memilih terusan berwarna hitam dengan garis leher V yang sangat ketat.Setelah mandi dan berganti paka

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 94

    Aku melihat jam di ponsel. Ternyata baru pukul 3 subuh lewat. Karena tidak ingin mengganggu Cassey, aku mengambil selimut dari lemari dan menaruhnya di bahuku. Kemudian, aku keluar untuk melihat bintang.Mungkin ada yang salah dengan cuaca tahun ini. Aku merasa angin yang bertiup agak panas.Setelah jauh dari kota, bintang di langit menjadi lebih terang. Pemandangan seperti ini tidak bisa dilihat di kota.Sesaat setelah aku duduk bersila, tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka. Aku menoleh. Ternyata Matthew keluar dari pintu lain dan berdiri di depan pagar pembatas.Matthew masih mengenakan pakaian sebelumnya. Ketika dia melangkah keluar dari kegelapan, entah mengapa aku merasa dia terlihat seperti orang yang kesepian.Aku menggeleng, merasa pemikiranku ini agak konyol. Matthew selalu disanjung oleh orang-orang. Bagaimana mungkin orang seperti ini merasa kesepian?Ketika aku hendak kembali, tiba-tiba Matthew mengeluarkan sebungkus rokok dan menyalakannya. Asap mengepul. Aku melihat Ma

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 93

    Entah mengapa, aku merasa agak malu. Aku yang ingin menghindar lagi sontak mematung. Matthew memanggil, "Hm?"Aku menggigit bibirku, lalu sengaja menyahut dengan tidak acuh, "Aku nggak ingin lihat."Senyuman di bibir Matthew menjadi makin jelas. Dengan suara rendah, dia bertanya, "Gimana kalau aku ingin kamu lihat?"Seketika, telingaku merasa geli. Aku sontak memalingkan wajah. Matthew juga menoleh untuk melihatku. Tiba-tiba, jarak di antara kami pun menjadi sangat dekat. Dekat sampai aku bisa mencium aroma krim cukurnya."Sudah selesai." Terdengar suara dokter. Aku sontak tersadar kembali, lalu menyingkirkan tangan Matthew yang menutup mataku.Dokter sudah melepaskan sarung tangannya. Dia menginstruksi, "Tanganmu nggak boleh kena air selama tiga hari. Jangan sering digerakkan juga. Aku akan membantumu mengganti perban setiap hari.""Setengah bulan juga sembuh." Dokter sedang membereskan kotak P3K. Dia menambahkan, "Oh ya, benang yang kupakai untuk kecantikan. Jadi, nggak usah khawatir

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 92

    Para pria di tempat juga tidak sempat bereaksi. Aku hanya bisa menyaksikan Prilly melemparkan pecahan gelas kepadaku. Aku tanpa sadar menjulurkan tangan. Saat berikutnya, pecahan gelas menggores punggung tanganku.Seketika, pecahan gelas yang ternodai darahku pun terjatuh ke lantai. Aku kesakitan hingga berjongkok.Cassey segera maju untuk memapahku. "Leila ...."Matthew dan Yosef buru-buru menghampiri dari dek. Ketika melihat tanganku berdarah, wajah Matthew menjadi suram. Dia mendekatiku, lalu mengambil kain bersih untuk menekan tanganku. "Sakit sekali ya?"Aku sangat takut sakit, tetapi juga sangat pintar menahan sakit. Sebelumnya saat demam tinggi, Aku sama sekali tidak menangis. Namun, kali ini mataku malah berkaca-kaca. Aku mendongak menatap Matthew, melihat kecemasan pada tatapannya."Ya, sakit ...." Setelah mendengar jawabanku, Matthew menjadi panik. Dia menyuruh Yosef memanggil dokter yang mengikuti perjalanan ini, lalu menggendongku ke kamar."Nggak apa-apa, dokter akan seger

DMCA.com Protection Status