Tak ada yang menyahut pertanyaan Arfeen. Andros tak menyangka jika ternyata Arfeen sangat tangguh. "Enam tahun hidup di jalanan, membuatku mempelajari ... seperti apa kejamnya dunia yang sesungguhnya. Di mana kau harus menjadi yang terkuat untuk bisa bertahan hidup!" ucap Arfeen dengan nada dingin. Aura dingin seperti itu yang membuat Radika yakin bahwa cucunya mampu menjadi ketua federasi. Ia telah menciptakan monster di depannya sejak bocah itu kecil. 1Kehidupan liar di luar sana hanya akan membuatnya bertambah kuat. Itu sebabnya dulu ia lebih memilih mengusirnya daripada memasukkan ke dalam penjara saat Arfeen menjadi tersangka kecelakaan Malik. Meski ia tahu, di dalam penjara pun Arfeen pasti mampu menjadi pemimpin. Henri masih terpatung di tempatnya, ia tak menyangka jika Arfeen mampu membuatnya tak bisa bergerak dengan menghentikan jalan darahnya. "Cucuku, jangan marah. Mungkin mereka hanya mengujimu!" ujar Radika yang bisa melihat ada benih api amarah di dalam kolam
Viera menatap sinis pada Mya. Ia sangat puas melihat Mya yang selalu sombong padanya itu kini mati kutu. Dan selama ini Mya juga selalu menghindar setiap kali dirinya menanyakan tentang Damian. Padahal Larena rela menjadi perawan tua demi menunggu janji yang Damian pernah umbar. Dan karena bertahun-tahun Damian menghilang, akhirnya karena desakan keluarga besar, Viera pun memaksa Larena untuk segera menikah. Hingga Larena terjebak menikahi seorang brondong miskin yang memiliki pekerjaan hina. Seorang tukang sapu jalan, yang sesekali juga suka terjun ke dalam gorong-gorong untuk membersihkannya. Hal yang sangat memalukan bagi keluarga mereka. Tapi sekarang Arfeen bekerja di Mahesvara Group, tak ada yang tahu kan posisi Arfeen sebagai staf gudang arsip. Jadi Viera bisa memanfaatkan hal itu untuk membungkam mulut teman-temannya. "Apakah benar menantumu bekerja di Mahesvara Group?" tanya Lestari yang meragukan. "Benar." "Apa posisinya? Jangan-jangan dia menjadi cleaning serv
"Sepenting apa sampai Mama rela menunggu di sini?" "Dengar, teman arisanku sepertinya tak percaya jika kau bekerja di Mahesvara Group. Aku tidak mau tahu, jika dia mencari tahu tentangmu ke Mahesvara Group secara langsung. Jangan sampai dia tahu jika kau hanya seorang staf gudang!" "Teman arisan Mama?" "Lestari Gunawangsa dan Mya Atmaja. Kau tahu ... Mya adalah Tante Damian. Aku tak mau tahu, jangan biarkan mereka menpernalukanku jika kau masih ingin jadi menantuku!" perintah Viera lalu berbalik menuju kamar. "Apakah artinya sekarang Mama sudah mengakuiku sebagai menantu?" Viera menghentikan langkah, memutar kepalanya. "Untuk saat ini belum, tapi jika kau bisa mengatasi masalah ini ... aku bisa mempertimbangkan!" Arfeen mengulas senyum. "Ok!" Jawaban Arfeen membuat mata Viera sedikit mendelik. Kenapa bocah itu masih santai? Arfeen menyadari ekspresi sang mama mertua. "Ma, kebetulan ... hari ini ... aku sudah tidak menjadi staf gudang lagi!" Sekarang mata Viera justru mend
"Arfeen!" Arfeen tertawa lepas, "Kau bertanya tentu aku jawab kan!"Larena membalikkan tubuh, "Jadi aku tidak cantik setiap hari? Katamu aku akan menjadi wanita paling cantik dalam hidupmu! Jadi semua itu bohong, ha!" murka Larena dengan nafas terengah. "Dasar laki-laki, tak ada yang bisa diper_hmpp!" mulut bawel sang istri terbungkam dengan ciuman panasnya. Larena mendorong tubuh Arfeen, sayang kedua tangannya langsung ditangkap lalu disatukan di atas kepalanya. Arfeen melepaskan bibir manis yang sudah membuatnya candu itu, "Kau lebih terlihat cantik saat marah!"Kedua mata Larena mendelik, namun saat ini ia tak bisa bergerak dengan posisi itu. Lagi pula ciuman Arfeen beberapa detik lalu sudah membuat hasratnya kembali bangkit. 'Dasar amatiran, baru dicium seperti itu saja sudah langsung bergairah!' Larena memaki diri sendiri dalam hati. Dan kali ini ketika Arfeen kembali menciumnya ia pun langsung menyambut dengan suka rela. Akhirnya mereka mengarungi cinta sekali lagi dengan
Dalam perjalanan menuju kantor, Arfeen menyipitkan mata menatap layar handphone yang menampilkan nama Presiden Mahasiswa di kampusnya. Mario. Tumben sekali Mario meneleponnya! Jika sang ketua senat menelepon biasanya ini penting. Maka ia pun menerima panggilan itu. "Halo!" "Arfeen, aku hanya ingin memberitahumu. Namamu masuk dalam daftar mahasiswa yang wajib mengikuti kegiatan outbound kita." "Wajib?" saut Arfeen dengan sinis. "Iya, dan itu sudah tak bisa diganggu gugat lagi. Jadi siapkan uangnya karena besok adalah hari terakhir pembayarannya!" "Ok!" "Eh, kau bisa membawa istrimu bila perlu. Siapa tahu dia ingin mengenang masa mudanya!" Ada cekikikan di seberang sana. Arfeen seperti mencium bau rencana licik dari ketua senatnya itu. Ia yakin sekali ia diikut sertakan karena mereka memiliki niat tak baik. 'Ok, kalian ingin bermain? Jangan salahkan aku jika permainannya akan menjadi paling seru!' Senyum iblis terlukis di wajah Arfeen. "Ok." Nada sambungan putus terdengar di
Mya melangkah dengan sangat percaya diri mengekori security itu. Meski sudah tidak muda lagi, namun ia tetap menjaga penampilannya. Mya menghentikan langkah saat mereka sampai di depan pintu ruangan Arfeen. Jelas sekali di atas pintu tertulis ruangan Presdir. "Hei, apakah dia sedang membersihkan ruangan Presdir?" "Jika Anda ingin tahu, Nyonya. Silakan masuk!" jawab si security. "Tapi di dalam ada Presdir Mahesvara kan?" "Iya." Mya sangat senang. Ia tak menyangka niatnya menyelidiki menantu Viera yang gembel itu justru akan membawanya bertemu dengan Presdir Mahesvara yang masih sangat muda. Siapa tahu saja ia bisa mendekati Presdir muda itu untuk dijadikan menantu! "Mimpi apa aku semalam sampai akan bertemu Presdir Mahesvara Group?" ucapnya bermonolog. Ia memegang kedua pipinya sejenak. 'Apakah dia setampan dan semuda yang dirumorkan? Akan akan sangat beruntung jika bisa menjadi mertuanya!' Si security kembali menggeleng melihat wanita itu cengengesan sendiri. Ia mengetuk pintu
"Jangan cukur alis saya!" rengek Mya. Meski ia tahu ia tak bisa lepas dari hukuman pemuda di depannya. Tapi ia akan tetap berusaha memohon. "Tuan Muda, saya mengaku salah. Maafkan saya sudah lancang. Saya mohon lepaskan saya, saya janji tidak akan melakukan ini lagi!" "Terlambat! Kau sudah melakukannya, kau sudah lancang datang ke sini dan berniat mempermalukanku. Apakah itu ... pantas untuk diampuni?" Sekarang Mya hanya bisa menangis. Arfeen membuka laci, ada cutter di sana. Ia pun memungut cutter itu. Melemparkannya ke kaki Jordi tanpa mengucap apa pun. Jordi langsung mengerti, ia pun memungut benda itu. Melihat hal itu Mya langsung menggeleng. Ia ingin bangkit namun seluruh sendinya serasa meleleh. Jordi menekan pendorong pisau pada cutter itu, tubuh Mya kian gemetaran. "Tuan ... j-jangan. Argh!" Jordi menarik rambut Mya dengan keras sampai wanita itu menjerit. Membuat kepalanya mendongak ke atas. Jordi langsung mencukur alis Mya dengan mengeroknya. Mya meronta dan itu jus
Plak! Satu tamparan keras mendarat di wajah Mya. Ia yang masih menahan sakit di ujung jarinya harus merasakan tambahan rasa pedas di pipi. Ia memegang bekas tamparan itu. Jordi yang baru saja menamparnya. Arfeen menatap wanita itu dengan dingin. "Kenapa kau cepat sekali pikun?" ujarnya dengan geram. "Siapa aku?" Mya menyadari ia baru saja salah berucap. Saking takutnya ia lupa harus menjawab apa. Dengan bibir bergetar ia pun kembali menjawab. "Pe-pengawal pri-pribadi Tuan Muda." Arfeen tampak puas dengan jawaban itu. "Jordi, antar dia keluar dari gedung ini!" perintahnya. "Baik, Presdir." Jordi lekas menarik Mya berdiri dan membawanya keluar ruangan. "Liam, suruh Daniel bersihkan ruangan ini!" perintahnya sambil bangkit berdiri. Ia memungut file yang tadi dipelajari oleh Jordi dan melenggang keluar. Liam menunduk hormat saat Arfeen melewatinya. Ketika Jordi membawa Mya keluar dari gedung, semua mata yang menemukannya pun terkejut. Melihat kondisi Mya yang miris mereka