Alen menatap curiga pada Arfeen. Ia pikir pemuda gembel itu sudah dibuang oleh Vano. Dan ia bisa menjodohkan Sandy dengan Larena. La Viva masih berkembang dengan baik sampai saat ini. Jika putrinya tak mampu menyaingi La Viva, maka ia harus bisa mengambil alih perusahaan itu. Jika Sandy menikahi Larena, maka Sandy akan bisa mengambil alih La Viva untu Bela. Selama ini Bela selalu mengeluh tak bisa menyaingi La Viva. Ambisi putrinya itu adalah menjadi ratu kosmetik. Ia ingin menjadi pemimpin perusahaan kosmetik nomor satu di negara ini. Sayangnya, La Viva selalu unggul. Dan Berlian Cosmetic sering kali menjadi nomor 2 atau 3. "Tuan Alen Weitzman, jika Anda berharap akan ada perceraian antara aku dan Larena ... mungkin Anda harus bangun dari mimpi. Karena jika terlalu lama terjebak dalam mimpi, ketika bangun itu terkadang cukup menyakitkan!""Bocah tengik, jaga bicaramu! Sepertinya kau tidak tahu dengan siapa sedang berbicara!" Alen tampak marah. Arfeen mengeluarkan tawa getir, gaya
"Menyewa pengawal pribadi?" tanya Vano."Pa, sebentar lagi adalah kontes produk kecantikan. Aku yakin, akan banyak pihak yang mencoba menjatuhkan Rena dan tak ingin Rena menang. Ya ... harus kuakui kali ini aku setuju dengan Arfeen untuk menjaga Rena lebih ekstra!" jawab Viera. "Aku juga setuju sial pengawal pribadi!" saut Arfeen. "Tapi mencari pengawal pribadi yang benar-benar bisa dipercaya itu tidak mudah!" "Soal itu, biar menjadi urusanku. Aku kenal beberapa orang yang bekerja di perusahaan service guard, aku bisa minta saran padanya untuk mencari pengawal pribadi Rena!" tukas Arfeen. "Tapi apa kau yakin mereka kompeten? Kau yakin mereka memang bekerja di jasa service guard?""Tentu saja, Ma. Kami pernah satu sasana dulu!" Tentu saja Viera tidak percaya begitu saja mengingat asal usul pekerjaan Arfeen sebelumnya. Menantunya itu kan hanya mantan tukang sapu jalan. "Ma, dulu Arfeen juga sering mencari uang tambahan dengan pertarungan di atas ring!" ujar Rena membela. Ia tahu
Radika menoleh Arfeen yang tampak tenang, pemuda itu sama sekali tak menampakan rasa khawatir. "Apakah kau siap?"Arfeen menghela nafas dalam, "Kenapa tidak!" "Kau belum mempersiapkan diri, Nak.""Aku sudah sering menghadapi situasi seperti ini, Kakek tak perlu khawatir!" sautnya bangkit berdiri. Arfeen membungkuk untuk memberi hormat pada mereka. "Kalian semua adalah seniorku, dan aku hanya anak kemarin sore yang masih mentah. Tapi jika memang aku diberi tugas untuk memimpin federasi, aku akan berusaha sebaik mungkin untuk tidak mengecewakan kalian."Ucapan Arfeen sudah jelas bahwa ia menerima tantangan adu kekuatan itu. "Baiklah, Tuan Muda. Dari kami semua, Henri adalah yang memiliki kemampuan bela diri paling mahir. Jika Anda berhasil mengalahkannya, artinya Anda lolos fase pertama untuk menjadi ketua federasi!" ujar Andros. "Baiklah, aku terima itu."Andros menoleh Henri yang masih duduk, "Bagaimana saudaraku, junior kita sudah siap membuktikan diri!"Henri bangkit dari dudu
Tak ada yang menyahut pertanyaan Arfeen. Andros tak menyangka jika ternyata Arfeen sangat tangguh. "Enam tahun hidup di jalanan, membuatku mempelajari ... seperti apa kejamnya dunia yang sesungguhnya. Di mana kau harus menjadi yang terkuat untuk bisa bertahan hidup!" ucap Arfeen dengan nada dingin. Aura dingin seperti itu yang membuat Radika yakin bahwa cucunya mampu menjadi ketua federasi. Ia telah menciptakan monster di depannya sejak bocah itu kecil. 1Kehidupan liar di luar sana hanya akan membuatnya bertambah kuat. Itu sebabnya dulu ia lebih memilih mengusirnya daripada memasukkan ke dalam penjara saat Arfeen menjadi tersangka kecelakaan Malik. Meski ia tahu, di dalam penjara pun Arfeen pasti mampu menjadi pemimpin. Henri masih terpatung di tempatnya, ia tak menyangka jika Arfeen mampu membuatnya tak bisa bergerak dengan menghentikan jalan darahnya. "Cucuku, jangan marah. Mungkin mereka hanya mengujimu!" ujar Radika yang bisa melihat ada benih api amarah di dalam kolam
Viera menatap sinis pada Mya. Ia sangat puas melihat Mya yang selalu sombong padanya itu kini mati kutu. Dan selama ini Mya juga selalu menghindar setiap kali dirinya menanyakan tentang Damian. Padahal Larena rela menjadi perawan tua demi menunggu janji yang Damian pernah umbar. Dan karena bertahun-tahun Damian menghilang, akhirnya karena desakan keluarga besar, Viera pun memaksa Larena untuk segera menikah. Hingga Larena terjebak menikahi seorang brondong miskin yang memiliki pekerjaan hina. Seorang tukang sapu jalan, yang sesekali juga suka terjun ke dalam gorong-gorong untuk membersihkannya. Hal yang sangat memalukan bagi keluarga mereka. Tapi sekarang Arfeen bekerja di Mahesvara Group, tak ada yang tahu kan posisi Arfeen sebagai staf gudang arsip. Jadi Viera bisa memanfaatkan hal itu untuk membungkam mulut teman-temannya. "Apakah benar menantumu bekerja di Mahesvara Group?" tanya Lestari yang meragukan. "Benar." "Apa posisinya? Jangan-jangan dia menjadi cleaning serv
"Sepenting apa sampai Mama rela menunggu di sini?" "Dengar, teman arisanku sepertinya tak percaya jika kau bekerja di Mahesvara Group. Aku tidak mau tahu, jika dia mencari tahu tentangmu ke Mahesvara Group secara langsung. Jangan sampai dia tahu jika kau hanya seorang staf gudang!" "Teman arisan Mama?" "Lestari Gunawangsa dan Mya Atmaja. Kau tahu ... Mya adalah Tante Damian. Aku tak mau tahu, jangan biarkan mereka menpernalukanku jika kau masih ingin jadi menantuku!" perintah Viera lalu berbalik menuju kamar. "Apakah artinya sekarang Mama sudah mengakuiku sebagai menantu?" Viera menghentikan langkah, memutar kepalanya. "Untuk saat ini belum, tapi jika kau bisa mengatasi masalah ini ... aku bisa mempertimbangkan!" Arfeen mengulas senyum. "Ok!" Jawaban Arfeen membuat mata Viera sedikit mendelik. Kenapa bocah itu masih santai? Arfeen menyadari ekspresi sang mama mertua. "Ma, kebetulan ... hari ini ... aku sudah tidak menjadi staf gudang lagi!" Sekarang mata Viera justru mend
"Arfeen!" Arfeen tertawa lepas, "Kau bertanya tentu aku jawab kan!"Larena membalikkan tubuh, "Jadi aku tidak cantik setiap hari? Katamu aku akan menjadi wanita paling cantik dalam hidupmu! Jadi semua itu bohong, ha!" murka Larena dengan nafas terengah. "Dasar laki-laki, tak ada yang bisa diper_hmpp!" mulut bawel sang istri terbungkam dengan ciuman panasnya. Larena mendorong tubuh Arfeen, sayang kedua tangannya langsung ditangkap lalu disatukan di atas kepalanya. Arfeen melepaskan bibir manis yang sudah membuatnya candu itu, "Kau lebih terlihat cantik saat marah!"Kedua mata Larena mendelik, namun saat ini ia tak bisa bergerak dengan posisi itu. Lagi pula ciuman Arfeen beberapa detik lalu sudah membuat hasratnya kembali bangkit. 'Dasar amatiran, baru dicium seperti itu saja sudah langsung bergairah!' Larena memaki diri sendiri dalam hati. Dan kali ini ketika Arfeen kembali menciumnya ia pun langsung menyambut dengan suka rela. Akhirnya mereka mengarungi cinta sekali lagi dengan
Dalam perjalanan menuju kantor, Arfeen menyipitkan mata menatap layar handphone yang menampilkan nama Presiden Mahasiswa di kampusnya. Mario. Tumben sekali Mario meneleponnya! Jika sang ketua senat menelepon biasanya ini penting. Maka ia pun menerima panggilan itu. "Halo!" "Arfeen, aku hanya ingin memberitahumu. Namamu masuk dalam daftar mahasiswa yang wajib mengikuti kegiatan outbound kita." "Wajib?" saut Arfeen dengan sinis. "Iya, dan itu sudah tak bisa diganggu gugat lagi. Jadi siapkan uangnya karena besok adalah hari terakhir pembayarannya!" "Ok!" "Eh, kau bisa membawa istrimu bila perlu. Siapa tahu dia ingin mengenang masa mudanya!" Ada cekikikan di seberang sana. Arfeen seperti mencium bau rencana licik dari ketua senatnya itu. Ia yakin sekali ia diikut sertakan karena mereka memiliki niat tak baik. 'Ok, kalian ingin bermain? Jangan salahkan aku jika permainannya akan menjadi paling seru!' Senyum iblis terlukis di wajah Arfeen. "Ok." Nada sambungan putus terdengar di