"Saat ini aku sedang malas berkelahi, lagi pula aku ingin cepat sampai ke rumah sakit. Jadi suruh saja orang untuk mengurus mereka!""Baik, Presdir."Jordi menghubungi Edi agar membawa satu tim melawan para penghadang mereka. Sementara ia mencoba mencari jalan lain menuju rumah sakit. Para penghadangnya pun mengejar. Beruntung Edi segera datang lalu menghalau para pengejar mereka. Terjadi pertarungan di jalanan itu. Sementara Arfeen sampai juga di rumah sakit, ia lekas menuju ruangan sang istri yang baru. Viera langsung menghampiri ketika Arfeen sampai di depan ruangan. "Larena sedang tidur, jangan diganggu!" halaunya. "Mana mungkin aku ingin mengganggunya, Ma.""Anak buahmu itu bagaimana? Kenapa bisa kecolongan? Ada seorang pria masuk melalui jendela dan meneror Larena. Lalu mereka tak bisa menangkapnya. Payah sekali!" cibir Viera. "Maaf, Ma. Aku akan memperketat penjagaan mulai sekarang.""Satu lagi. Ada isu bahwa produk La Viva mengandung bahan-bahan kimia berbahaya, saat in
"Kau tidak akan bisa lari sebelum menyelesaikan tugas!" ujar si pria berjas. Pria berhoodie itu pun menegakkan tubuhnya, berbalik membalas tatapan tajam pria di depannya. Ia selalu memegang prinsipnya, jika sejak awal ia menyatakan tidak akan mengambil job berikutnya maka tidak! "Anda tidak bisa memaksa saya, Tuan!" balasnya melesat untuk menyerang pria itu. Si pria berjas yang juga memiliki kemampuan bela diri mumpuni pun menghindar dengan mudah. Ia juga membalas serangan lawannya. Namun ia juga tahu kemampuan bocah itu! Bukan hanya pandai menyelinap akan tetapi juga pandai bertarung. Itu sebabnya kenapa dirinya memilih bocah itu untuk melaksanakan tugas dari nonanya. Tetapi ia tak menyangka jika bocah itu keras kepala sekali dan susah untuk dibujuk. Pria berhoodie berhasil menendang tubuh si pria berjas hingga terhempas ke sofa dan sofa itu terbalik. Kesempatan itu ia gunakan untuk melarikan diri. Jika ia tak sedang butuh uang maka ia tidak akan menerima job dari seora
Arfeen menggaruk kepala. Ia tak tahu kenapa sang istri bisa tiba-tiba manja seperti itu padanya. Baginya ini sangat aneh dan tak biasa. Larena yang ia kenal adalah wanita mandiri. "Arfeen!" suara wanita itu membawanya kembali ke dunia nyata. "Sayang, untuk saat ini kau harus perhatikan kesehatan dulu. Nanti setelah diperbolehkan pulang dari rumah sakit ... aku janji kau boleh makan apa pun yang kau mau. Ok!" "Apa pun?" Mata Larena mengerjap. Arfeen hanya bisa mengangguk. "Apa pun!" Larena tersenyum senang, ia membenarkan posisi duduknya senyaman mungkin. Akan tetapi Arfeen mulai khawatir, sikap wanita itu yang tiba-tiba berubah tentu saja menimbulkan tanda tanya. Tapi bagaimana pun Arfeen tetap merasa bahagia, dan hanya dalam waktu satu jam lebih Jordi kembali membawa pesanan Larena. Bukan hanya soto mie yang ia serahkan tapi juga video ketika dirinya sampai di tempat yang lokasinya sudah ia searching sebelumnya. Video saat ia membeli makanan itu agar sang Nyonya percaya
“Dokter kandungan?” desis Arfeen sekali lagi. “Apa hubungan semua ini dengan dokter kandungan?”Viera menoleh menantunya yang bodoh itu. “Sekali lagi kau mengeluarkan pertanyaan bodoh aku akan memukul kepalamu!” ancamnya kesal. Arfeen pun langsung diam. Viera menoleh Jordi. “Dan kenapa kau masih di sini? Cepat panggilkan dokternya!” Jordi menoleh Arfeen yang memberinya anggukan, maka ia pun lekas meninggalkan ruangan untuk mencari dokter kandungan. Kebetulan ia berpapasan dengan dokter yang merawat Larena, jadi ia minta tolong saja. “Dokter kandungan?” tanya Randy. “Kata Nyonya besar seperti itu!” jawabnya. Randy mengelus dagunya, sepertinya ia tahu kecurigaan mamanya Larena. Tapi ia tetap menuntun Jordi menemui dokter kandungan. Untung saja dokter jaga saat itu adalah dokter Dea. “Ini Larena teman kuliahmu itu kan?”Randy mengangguk. “Tak masalah, kebetulan aku sedang free. Ayo!” ia bangkit dari kursinya. Mereka pun menuju ke ruangan Larena. “Selamat pagi!” sapa Dea dan Rand
"Dokter bagaimana?" tanya Viera yang tidak sabaran. "Larena, selamat ya ... kau sedang hamil!" "Ha-hamil?" beo ketiganya. Dua wanita itu masih terbengong sementara Arfeen merelakan senyum di wajah. "Hamil? Aku akan jadi Ayah?""Iya, selamat ya Arfeen!""Terima kasih!" sautnya lalu meraih Larena dalam dekapan, mengecup kening wanita itu tanpa malu. "Terima kasih, sayang!" "Aku hamil?" tanya Larena yang masih tak percaya. Ekspresi itu juga membuat Arfeen melenyapkan senyum. "Iya, apa kau tidak suka?" "Bu-bukan! Hanya ... ini ... terlalu mengejutkan!" Dea merasa ada yang tidak beres dengan pernikahan Arfeen dan Larena, karena wanita itu tak tampak bahagia dengan kabar kehamilannya. Viera juga masih mematung di tempatnya. Ia tak tahu harus bahagia atau bersedih. Di satu sisi ia juga ingin seorang cucu, tapi di sisi lain ... apakah ia harus memiliki cucu dari Arfeen? Dulu ia pasti akan menentang habis-habisan tentang hal ini, tapi setelah tahu Arfeen kini cukup memiliki kedudukan
"Kenapa Mama bicara seperti itu tentang Damian? kenapa Mama memakinya?" Larena bertanya dengan polos.Viera tercenung, ia sepakat dengan sang suami untuk tidak memberitahu kebejatan Damian selama ini. Di mata Larena, Damian itu adalah pria baik dan bersahaja. Putrinya sangat tergila-gila Dengan pria itu sehingga sedikit pun tak ingin mendengar hal buruk tentang Damian.Larena sangat mempercayai Damian, jadi apa pun yang pria itu katakan itulah yang Larena yakini. Jadi mereka sangat bersyukur ketika Damian menghilang dan tak kunjung kembali. Itu sebabnya mereka terus mendesak Larena untuk segera menikah agar jika Damian kembali suatu saat nanti, pria itu sudah tidak memiliki kesempatan lagi.Sayangnya Larena malah menikahi pria tak berguna seperti Arfeen, yang memiliki pekerjaan hina, seorang tukang sapu jalan. Bahkan karena itu, dana investasi dari Ferano di La Viva dicabut. Meski setelah itu Arfeenlah yang mengupayakan dana untuk membuat La Viva tetap beroperasi. Tadinya Viera ing
Pria itu menatap tajam pada Arfeen, saat ini suami Larena Jayendra yang katanya hanya seorang pria terhina itu tampak seperti iblis di mata si pria. Bahkan penampilannya seperti bos mafia kejam dan kaya raya. Apakah benar pria itu adalah menantu Vano Jayendra? Menyaksikan hal itu, si pria mulai ketakutan. Bahkan jika pemuda itu bisa menyuruh anak buahnya menyiram wajah pacarnya dengan cairan kimia tanpa belas kasih, maka tak menutup kemungkinan dirinya akan mendapatkan siksaan yang jauh lebih pedih. "Si-siapa kau sebenarnya?" tanya pria itu dengan suara gemetar. Suara tangisan dan ruangan wanita itu masih terdengar pilu. "Aku adalah iblis yang akan menyiksamu hari ini!" jawab Arfeen dengan nada dingin. Sekarang Kemal yang menghampiri si pria, tanpa aba-aba ia meninju wajahnya beberapa kali. Darah segar muncrat dari mulut pria itu, juga mengalir dari hidungnya. Bahkan giginya ada yang copot. "Hukuman apa yang pantas bagi mereka yang suka menebar fitnah?" ujar Arfeen menyeringai
"Kenapa kau mengusik istriku, Bella?" tanya Arfeen menatap tajam wanita itu. Dengan santai Bella duduk di sisi Arfeen. "Jika tak begitu kau tidak akan menemuiku lagi kan?""Untuk apa aku menemuimu, tak ada hubungan apa pun di antara kita!" jawab Arfeen dengan nada dingin. Bella mengeluarkan tawa getir, "Bagimu, semua wanita memang tidak ada artinya. Tidak masalah bagiku, tapi setidaknya kita pernah sering menghabiskan malam indah bersama." "Aku datang hanya untuk memperingatkanmu, jangan usil istriku. Itu saja!" "Ini di luar dugaan, kau yang tidak pernah percaya dengan cinta dan pernikahan. Setelah 6 tahun menghilang ... kau kembali sebagai suami Larena dan rela dicap sebagai pria hina dan tak berguna. Apa istimewanya Larena sampai kau rela diperlakukan seperti sampah hanya demi dia. Dia bahkan lebih pantas menjadi tantemu!" Bella memang juga lebih tua dari Arfeen, tapi hanya terpaut 5 tahun. Ia benar-benar jatuh cinta pada Arfeen di malam pertemuan mereka di klub. Bahkan malam