“RYU!”Teriakkan dari seorang wanita yang baru saja ke luar dari mobil membawa kesadaran Claudia kembali secara penuh.Kejadian naas itu terjadi terlalu cepat. Tubuh Claudia tiba-tiba dipeluk dari belakang dan keduanya terbanding pada sebuah mobil yang terparkir di samping. Terdengar bunyi benda yang patah karena saling bertabrakan.Suara ringisan di belakang Claudia membuat wanita itu melepas paksa pelukan di belakangnya.Pria itu langsung memegangi tangan kirinya yang menabrak kaca spion mobil hingga lepas. Benturan itu cukup keras.“Kamu nggak terluka ‘kan, Claudia?” tanya Ryuga dengan ekspresi yang jelas terlihat kesulitan. Pria itu tengah kesakitan.Namun, di tengah-tengah itu manik hitam Ryuga berusaha fokus dan memindai jika Claudia tidak terluka sedikit pun.Netra mata Claudia tertuju pada tangan kiri Ryuga sebab pria itu memeganginya.“R-Ryuga–Saat Claudia hendak menyentuh Ryuga, tiba-tiba ada sebuah tangan yang menepisnya kasar. Sosok itu mendekati Ryuga dan memeriksa keada
Menyadari yang masuk ke dalam mobil adalah Bellanca dan bukan Claudia, Ryuga sontak menautkan alisnya.“Mana, Claudia?” Disambung ringisan yang cukup kuat karena gerakan tubuhnya mengenai tangan kirinya.Kepala Ryuga tertoleh ke belakang. Dia masih sempat melihat keberadaan Claudia, namun tak bertahan lama karena mobil dengan cepat ke luar dari basement.“Dia … tak ikut dan malah menyuruhku yang menemanimu,” jawab Bellanca yang juga masih setengah kebingungan akan hal itu.Niat Ryuga yang ingin menghentikan sopirnya untuk kembali menjemput Claudia seketika diurungkannya niat tersebut.“Kamu membual, Bella?” tuduh Ryuga.Bellanca menggeleng. “Claudia mengatakannya sendiri, dia bilang ‘Tolong temani Ryuga ke rumah sakit, Bellanca’,” ucap Bellanca mengingat jelas apa yang dikatakan Claudia. Dia menatap pria di sebelahnya, “Kamu bisa tanyakan nanti padanya. Aku sama sekali tidak berbohong.”Mendengar itu, Ryuga merasa sedikit … kecewa. Ekspresinya tampak kesulitan. Apa yang dilakukan Clau
*Beberapa menit sebelum kejadianMenyaksikan pemandangan pria yang dia cintai menatap penuh cinta pada wanita yang bukan dirinya membuat Bellanca merasakan hatinya teriris.Dia tak sanggup melihat itu sehingga Bellanca memalingkan wajah ke arah sosok pengemudi di sampingnya.“Claire, ayo pergi saja,” ajak Bellanca yang tampak mulai tidak nyaman.Mendapat ajakan tersebut, Claire menatap Bellanca tak percaya. “Pergi begitu saja? Nggak, Bellanca. Kita harus melanjutkan rencana selanjutnya,” ucapnya menggebu-gebu.Wanita itu lalu menolehkan wajah lagi ke depan. “Lo cemburu karena Ryuga dan Claudia mengobrol seperti itu?”Bellanca tak merespons. Jadi, Claire menganggapnya demikian. Sejujurnya, Claire juga tidak menyukai pemandangan di depan matanya itu. Selain muak, diam-diam Claire kian merasa iri pada Claudia.“Lihat saja, gue beneran nggak akan bikin lo bahagia semudah itu, Claudia.”Claire bersiap dengan gas kemudi mobilnya kala Claudia selesai mengobrol dengan Ryuga dan membalikkan ba
Kak Sam, aku lagi pengen sendiri, Kak Sam–Ucapan Claire terputus sendiri kala mendapati sosok yang duduk di depan Tv bukanlah Sam, melainkan Claudia.Hal itu membuat Claire mendelikkan mata dan mengembuskan napas kasarnya.“Kak Sam baru aja pergi, Claire,” beritahu Claudia dengan tenang. Dia menunjuk sisi kosong sofa yang didudukinya. “Ada yang ingin aku bicarakan denganmu.”Alih-alih menurut, Claire malah berbalik membelakangi Claudia. “Gue menolak. Ke luar dari apartemen gue sekarang, Clau.”“Kalau begitu, kamu akan langsung bicara dengan pihak berwajib atas percobaan pembunuhan terhadapku, Claire,” ujar Claudia dengan lugas. Dia sudah mengantongi bukti kartu memori kamera dashboard mobil dari Lilia. Wanita itu bangkit dari duduknya. Netra mata Claudia menatap lurus punggung Claire. Sia-sia saja niat Claudia yang masih menginginkan membicarakan ini secara kekeluargaan.Tiba-tiba saja Claire menyemburkan tawanya sambil bertepuk tangan pelan. Perlahan, Claire memutar tubuhnya agar b
Tersisa lima belas menit dari waktu yang diberikan Ryuga pada Claudia. Selain dipacu dengan waktu, sejujurnya … Claudia juga tidak sabar untuk melihat langsung keadaan Ryuga.Begitu dia dipersilakan masuk oleh asisten rumah tangga, Claudia langsung bertemu keluarga Ryuga yang tengah berkumpul di sofa.“Claudia … sayang, kamu baik-baik saja, Nak?” Emma mendekat ke arah wanita muda tersebut.“A-aku baik-baik saja, Tante,” jawab Claudia sambil meringis. Dia tak menolak saat Emma memeriksa tubuhnya menggunakan kedua tangannya.“Kalau baik-baik saja, kenapa malah pergi alih-alih menemani Ryuga?! Apa kamu tidak tahu caranya berterima kasih setelah nyawamu diselamatkan Ryuga?!” Ratih menyemprot Claudia tanpa ampun.“Sebenarnya tunangan Ryuga itu kamu atau Bellanca?!” sindir Ratih.Tampaknya semua anggota keluarga Ryuga sudah mengetahui kejadian yang sebenarnya. Hanya Ratih yang berani memprotes sebagai bibinya Ryuga.Claudia menundukkan wajah, merasa sangat bersalah.“Kenapa Tante memarahi t
Senyum yang terlukis di bibir tipis menggoda Ryuga seketika membuat Claudia menahan napasnya. Kedua pasang manik itu saling menatap satu sama lain.Pikiran Claudia meliar. Perasaannya menjadi berdebar tidak jelas. Terlebih Ryuga kian mendekatkan wajah, mengikis jarak di antara keduanya.Refleks, satu tangan Claudia memegangi pundak Ryuga.“Aku tidak menginginkan jeruk,” beritahu Ryuga. Napas mint segar menerpa wajah Claudia. Manik hitamnya kembali turun untuk menatap bibir cherry Claudia. “Selain jeruk, aku … suka cherry.”Ryuga meneguk ludahnya dalam-dalam. Dia kembali melanjutkan, “Aku suka bibir cherry-mu, Claudia.”Sejurus kemudian, Ryuga tak memberikan Claudia kesempatan untuk membalas ucapannya. Pria itu membungkam bibir cherry Claudia melalui sentuhan bibirnya.Claudia selalu punya pilihan menolak untuk yang satu itu. Selama beberapa detik, Claudia membiarkan bibirnya dikecup Ryuga dengan lembut dan Claudia memutuskan untuk menerima ‘sentuhan’ yang diberikan Ryuga.Perlahan Cl
“Kamu sepeduli itu dengan putriku, Claudia?”Ryuga merasakan hatinya menjadi hangat begitu Claudia menganggukkan kepala. Manik hitamnya menatap lekat sosok Claudia.Saat kejadian tersebut, fokus Ryuga hanya untuk menyelamatkan Claudia saja. Dia tidak memikirkan apa pun lagi, termasuk soal Aruna.“Di mana Aruna, Ryuga? Dia tidak ada bersama keluargamu tadi.” Penasaran, Claudia pun bertanya mengenai keberadaan sesosok gadis yang dicemaskannya.Saat berkomunikasi dengan Riel, pria itu mengabari jika Aruna menangis hebat mendengar kabar tangan Ryuga patah dan harus memakai gips.Claudia bisa membayangkan bagaimana ketakutan Aruna sebagai seorang anak yang mengetahui orang tuanya terluka.“Putriku sedang tidur,” sahut Ryuga pendek. “Aku rasa kamu sudah tahu bagaimana kondisi Aruna dari Riel.” Terpaksa Ryuga mengungkit soal Riel.Kalau saja dia tak memergoki Riel yang diam-diam menerima telepon dari Claudia, Ryuga tak akan tahu jika keduanya berkomunikasi satu sama lain.“Ya, Riel–“Kenapa
“Ah ….” Lenguhan dan desahan bergema di ruangan hotel itu. Cahaya remang dari lampu tidur yang menyala memperlihatkan samar siluet dua orang yang tengah saling memagut satu sama lain. Namun, detik sang pria ingin menyatukan dirinya dengan wanita dalam pelukan, satu desisan terlepas dari bibir wanita tersebut. "Kamu masih perawan?" tanya Ryuga yang mengerutkan kening saat melihat gadis di bawah kungkungannya meringis kesakitan, tepat begitu dia berusaha membobol mahkotanya. Claudia mencengkeram punggung Ryuga kuat-kuat. “Terobos aja, Pak,” tukasnya cepat. Satu tangan Claudia merangkul tengkuk Ryuga, berusaha mengalihkan perhatian pria itu dengan bibirnya. Namun, Ryuga menolak. "Jawab pertanyaan saya," tegasnya. Ditatap seperti itu, Claudia menggigit bibir. Frustrasi karena hasratnya terpaksa ditahan. "Ya menurut Bapak?!" balasnya ketus, ingin agar pria di atasnya ini cepat melanjutkan aksinya lagi. Namun, tidak disangka, Ryuga malah menghela napas dan menjauhkan diri darinya.