*Beberapa menit sebelum kejadianMenyaksikan pemandangan pria yang dia cintai menatap penuh cinta pada wanita yang bukan dirinya membuat Bellanca merasakan hatinya teriris.Dia tak sanggup melihat itu sehingga Bellanca memalingkan wajah ke arah sosok pengemudi di sampingnya.“Claire, ayo pergi saja,” ajak Bellanca yang tampak mulai tidak nyaman.Mendapat ajakan tersebut, Claire menatap Bellanca tak percaya. “Pergi begitu saja? Nggak, Bellanca. Kita harus melanjutkan rencana selanjutnya,” ucapnya menggebu-gebu.Wanita itu lalu menolehkan wajah lagi ke depan. “Lo cemburu karena Ryuga dan Claudia mengobrol seperti itu?”Bellanca tak merespons. Jadi, Claire menganggapnya demikian. Sejujurnya, Claire juga tidak menyukai pemandangan di depan matanya itu. Selain muak, diam-diam Claire kian merasa iri pada Claudia.“Lihat saja, gue beneran nggak akan bikin lo bahagia semudah itu, Claudia.”Claire bersiap dengan gas kemudi mobilnya kala Claudia selesai mengobrol dengan Ryuga dan membalikkan ba
Kak Sam, aku lagi pengen sendiri, Kak Sam–Ucapan Claire terputus sendiri kala mendapati sosok yang duduk di depan Tv bukanlah Sam, melainkan Claudia.Hal itu membuat Claire mendelikkan mata dan mengembuskan napas kasarnya.“Kak Sam baru aja pergi, Claire,” beritahu Claudia dengan tenang. Dia menunjuk sisi kosong sofa yang didudukinya. “Ada yang ingin aku bicarakan denganmu.”Alih-alih menurut, Claire malah berbalik membelakangi Claudia. “Gue menolak. Ke luar dari apartemen gue sekarang, Clau.”“Kalau begitu, kamu akan langsung bicara dengan pihak berwajib atas percobaan pembunuhan terhadapku, Claire,” ujar Claudia dengan lugas. Dia sudah mengantongi bukti kartu memori kamera dashboard mobil dari Lilia. Wanita itu bangkit dari duduknya. Netra mata Claudia menatap lurus punggung Claire. Sia-sia saja niat Claudia yang masih menginginkan membicarakan ini secara kekeluargaan.Tiba-tiba saja Claire menyemburkan tawanya sambil bertepuk tangan pelan. Perlahan, Claire memutar tubuhnya agar b
Tersisa lima belas menit dari waktu yang diberikan Ryuga pada Claudia. Selain dipacu dengan waktu, sejujurnya … Claudia juga tidak sabar untuk melihat langsung keadaan Ryuga.Begitu dia dipersilakan masuk oleh asisten rumah tangga, Claudia langsung bertemu keluarga Ryuga yang tengah berkumpul di sofa.“Claudia … sayang, kamu baik-baik saja, Nak?” Emma mendekat ke arah wanita muda tersebut.“A-aku baik-baik saja, Tante,” jawab Claudia sambil meringis. Dia tak menolak saat Emma memeriksa tubuhnya menggunakan kedua tangannya.“Kalau baik-baik saja, kenapa malah pergi alih-alih menemani Ryuga?! Apa kamu tidak tahu caranya berterima kasih setelah nyawamu diselamatkan Ryuga?!” Ratih menyemprot Claudia tanpa ampun.“Sebenarnya tunangan Ryuga itu kamu atau Bellanca?!” sindir Ratih.Tampaknya semua anggota keluarga Ryuga sudah mengetahui kejadian yang sebenarnya. Hanya Ratih yang berani memprotes sebagai bibinya Ryuga.Claudia menundukkan wajah, merasa sangat bersalah.“Kenapa Tante memarahi t
Senyum yang terlukis di bibir tipis menggoda Ryuga seketika membuat Claudia menahan napasnya. Kedua pasang manik itu saling menatap satu sama lain.Pikiran Claudia meliar. Perasaannya menjadi berdebar tidak jelas. Terlebih Ryuga kian mendekatkan wajah, mengikis jarak di antara keduanya.Refleks, satu tangan Claudia memegangi pundak Ryuga.“Aku tidak menginginkan jeruk,” beritahu Ryuga. Napas mint segar menerpa wajah Claudia. Manik hitamnya kembali turun untuk menatap bibir cherry Claudia. “Selain jeruk, aku … suka cherry.”Ryuga meneguk ludahnya dalam-dalam. Dia kembali melanjutkan, “Aku suka bibir cherry-mu, Claudia.”Sejurus kemudian, Ryuga tak memberikan Claudia kesempatan untuk membalas ucapannya. Pria itu membungkam bibir cherry Claudia melalui sentuhan bibirnya.Claudia selalu punya pilihan menolak untuk yang satu itu. Selama beberapa detik, Claudia membiarkan bibirnya dikecup Ryuga dengan lembut dan Claudia memutuskan untuk menerima ‘sentuhan’ yang diberikan Ryuga.Perlahan Cl
“Kamu sepeduli itu dengan putriku, Claudia?”Ryuga merasakan hatinya menjadi hangat begitu Claudia menganggukkan kepala. Manik hitamnya menatap lekat sosok Claudia.Saat kejadian tersebut, fokus Ryuga hanya untuk menyelamatkan Claudia saja. Dia tidak memikirkan apa pun lagi, termasuk soal Aruna.“Di mana Aruna, Ryuga? Dia tidak ada bersama keluargamu tadi.” Penasaran, Claudia pun bertanya mengenai keberadaan sesosok gadis yang dicemaskannya.Saat berkomunikasi dengan Riel, pria itu mengabari jika Aruna menangis hebat mendengar kabar tangan Ryuga patah dan harus memakai gips.Claudia bisa membayangkan bagaimana ketakutan Aruna sebagai seorang anak yang mengetahui orang tuanya terluka.“Putriku sedang tidur,” sahut Ryuga pendek. “Aku rasa kamu sudah tahu bagaimana kondisi Aruna dari Riel.” Terpaksa Ryuga mengungkit soal Riel.Kalau saja dia tak memergoki Riel yang diam-diam menerima telepon dari Claudia, Ryuga tak akan tahu jika keduanya berkomunikasi satu sama lain.“Ya, Riel–“Kenapa
‘Lariiiiii, Claudia. Eh, tapi Ryuga nggak mungkin ngejar ‘kan?’Wanita itu menolehkan wajahnya ke belakang dan hanya melihat pintu ruangan Ryuga yang tertutup. Pria itu tidak turut ke luar dalam hitungan detik.“Claudia?”“Y-ya?”Seseorang memanggilnya dan Claudia langsung menatap lurus ke depan. Dia mendapati sosok Riel yang tahu-tahu sudah ada di hadapannya.“Kenapa, Riel?” tanya Claudia memasang wajah setenang mungkin. Kedua sudut bibirnya melukis senyuman yang tampak kaku.“Pak Ryuga di ruangan kerjanya?” tanya Riel memastikan. “Iya, Ryuga di ruangannya,” jawab Claudia menganggukkan kepala.Riel berdekham, “Kalian dipanggil Pak Rudi ke ruang tamu, ada hal penting yang harus dibicarakan,” beritahunya.“S-soal apa?” tanya Claudia penasaran.Asisten Ryuga itu hanya menggelengkan kepala. Mana Riel tahu. Dia barusan lewat ruang tamu dan kebetulan Rudi meminta tolong padanya untuk memanggil Ryuga dan Claudia untuk bergabung bersama mereka.“O-oh oke, aku ke sana duluan,” pamit Claudia
“Aku– Belum sempat menjawab, Claudia teralihkan dengan ponselnya yang berdering panjang menandakan ada telepon masuk. “Angkat dulu, Clau,” titah Rudi mengedikkan dagunya karena Claudia tampak membiarkan. “O-oke, Om.” Seketika itu Claudia menarik tangannya dari Ryuga dengan hati-hati. Di saat yang bersamaan, Ryuga merasa sedikit kehilangan. Manik hitamnya memperhatikan gerak-gerik Claudia. Termasuk saat Claudia merogoh ponsel dari saku celana dan melihat nomor asing tertera di layar ponselnya. ‘Apa jangan-jangan ini …?’ tebak Claudia menggantung. “Kenapa tidak diangkat?” Ryuga mendengus melihat keterdiaman Claudia. “Ini mau kok,” sahut Claudia pelan. ‘Aku lagi ngumpulin napas dulu, Ryuga,’ bubuh Claudia dalam hatinya. Akhirnya Claudia pun mengangkat telepon dan mendekatkan ponselnya di telinga. “Halo, selamat siang. Saya Deni dari tim kepolisian yang bertugas memproses laporan atas nama Bu Claudia Mada,” ucap seseorang dari seberang sana dengan nada suara yang tegas. Mendeng
Menyaksikan sendiri bagaimana kepercayaan diri Claudia membuat Emma bertepuk tangan. Selepas itu, Emma juga mengacungkan kedua jempolnya ke arah Claudia.“Bagus, Claudia. Tante senang mendengar keberanian kamu sayang!” puji Emma. “Jika kamu butuh bantuan, jangan segan untuk mengatakannya pada Tante, ya. Sudah pasti Tante akan mendukungmu secara penuh, Clau.” Emma bersungguh-sungguh dalam ucapannya.“Mmm, jangan segan jika kamu perlu bantuan, Claudia,” sahut Rudi ikut-ikutan. Hal itu membuat Emma merasa gemas pada suaminya.“Pa, kamu tadi terdengar meragukan Claudia …. Kenapa sekarang tiba-tiba seperti ini?” Emma tidak menyindir Rudi, hanya sekadar bertanya.Ditodong pertanyaan seperti itu oleh Sang istri membuat Rudi berdeham pelan, “Bukan meragukan, Bu. Papa hanya memastikan jika memang Claudia yang akan menjadi menantu kita.”Percakapan itu sungguh menyentuh permukaan dasar hati Claudia. Suara-suara di dalam kepalanya mulai terdengar berisik.‘Wahhh, Claudia, aktingmu yang semakin n
Aruna memiliki niatan akan pergi menemui Diana setelah kepulangan Ryuga ke rumah. Karena sekarang ini, Aruna akan fokus menjaga Claudia. Meskipun Emma juga ikut menemani, Aruna tetap ingin bersama Claudia. Bahkan ketika Claudia berbaring dan tertidur, Aruna juga ada di sampingnya. Dia memeluk Claudia dari samping dan menunjukkan sisi manjanya, membuat Emma yang baru kembali dari dapur menggelengkan kepala. “Grammie lihat-lihat kamu nempel terus sama Mommy-mu.” Mendengar itu, Aruna menjawab dengan santai, “Aruna lagi puas-puasin momen, Grammie. Besok-besok, pasti yang nempelin Mommy adik bayi.” Pandangan Aruna turun untuk melihat perut rata Claudia. Dia juga mengangkat sedikit kepalanya. Menyadari satu hal, Aruna mengembuskan napas berat. Dia menambahkan, “Belum Daddy ….” Suaranya terdengar lesu. Meskipun Ryuga adalah Daddy-nya, tetapi pria itu juga adalah saingan terberatnya. “Cari pengganti Dirga sana, biar nggak kesepian,” celetuk Emma dengan entengnya. Dia bertukar pandangan de
Ada banyak hal yang terjadi dan tidak diketahui Garvi kala dirinya dalam keadaan koma. Pun, persahabatan yang terjalin di antara dirinya, Dirga, Pras, dan Aland yang sudah banyak mengalami perubahan.Dia menatap Aland dan Dirga bergantian. Keduanya sudah tampak jauh lebih dewasa dan juga keren. Salah satu sudut bibir Garvi terangkat, tersenyum menyeringai.Aland berdeham melihat Garvi tampak memiliki dunianya sendiri. “Eh, Kak, gimana keadaan lo?” tanyanya. Dia tidak lupa jika kedatangannya kembali ke Indonesia untuk menjenguk Garvi. Mengenai Anjani bisa diurus nanti.Garvi pun menjelaskan secara singkat mengenai kondisinya. Dia hanya harus menjalani pemulihan selama beberapa waktu.Begitu mendengarnya, terbesit perasaan bersalah dalam benak Dirga. Pemuda itu menyeletuk, “Gue usahakan balik ke sini kalau waktunya libur–“Ck, nggak usah!” sela Garvi disertai kekehan geli. Dia tidak ingin merepotkan teman dekatnya itu. “Fokus aja sama studi lo di sana. Gue ada yang jagain kok.” Saat men
“Boleh diulangi lagi nggak, Kak?”Barangkali Anjani salah mendengar. Dia perlu memastikannya sekali lagi. Dan supaya tidak mencurigakan, Anjani mau membagikan tentang pikirannya. “Namanya familier dengan seseorang yang aku kenal–“Dimitrio, ya?” potong Garvi dengan senyum menyeringai di salah satu sudut bibirnya.Anjani mengerjapkan mata. Dia menganggukkan kepalanya kuat-kuat hingga membuat poninya mengayun, tampak menggemaskan di mata Garvi. Suaranya yang halus mengudara, “Pak Dimitri– maksudku Pak Dimitrio dosen di kampusku. Kak Garvi kenal?”Di tengah pergerakan Garvi yang terbatas, tangannya gatal untuk tidak menyentuh poni Anjani lantas mengacaknya pelan.“Eh–Sentuhan tangan besar Garvi seketika membuat Anjani terkejut. Gadis itu terdiam dengan mata yang membola.Garvi terkekeh pelan. “Aku tidak mengenali Dimitrio. Tapi, aku kenal Dimitrian–pemuda barusan yang kamu lihat … dia temanku.” Hanya sebatas itu Garvi bisa memberitahu.Mata Anjani memicing lantas menganggukkan kepalanya
Mata besar Aruna menatap ke arah Garvi, seolah meminta penjelasan tentang kehadiran sosok pemuda tersebut.“Dia siapa, Kak Garvi?”Pertanyaan Aruna langsung dijawab kontan oleh sosok pemuda itu. “Nggak perlu tahu,” jawabnya tidak ramah.Lalu dia menepuk bahu Garvi dan mengatakan, “Cepat sembuh.”Usai mengatakan hal tersebut, dia berlalu pergi melewati Aruna dan Anjani tanpa meliriknya sedikit pun. Pemuda itu malah semakin menurunkan topinya.Anjani memicingkan mata, ‘Sepertinya aku pernah melihat dia. Tapi, di mana?’ Mata bulatnya tampak familier. Dan juga, tato di lengannya.Sementara Anjani fokus mengingat-ngingat, Aruna sudah mendekat ke arah Garvi yang tengah duduk sambil bersandar. Gadis itu langsung mengajukan sejumlah pertanyaan, “Teman Kakak ya itu? Siapa namanya? Tadi aku ketemu dia loh di rumah dosenku. Iya ‘kan, Jani?”Barulah saat namanya dipanggil, Anjani mengerjapkan mata lantas menganggukkan kepala. Garvi menyunggingkan senyum kecilnya. “Sudah mengocehnya?”Padahal nad
Aruna sepakat jika sesuatu yang berharga perlu dilindungi. Dia belajar itu dari sosok Daddy-nya sendiri. Dan saat ini, bagi Aruna, sesuatu yang perlu dilindungi itu adalah Garvi.Pulang kuliah lebih cepat tak membuat Aruna bisa menemui Garvi lebih awal. Gadis itu dimintai tolong oleh seorang dosen yang sangat menyebalkan baginya belakangan ini.“Aku antar pake kurir motor aja ya, Pak Dimi?” tawar Aruna sambil menatap lamat-lamat berkas yang ada di tangannya. Beberapa saat lalu, dia mengambil itu di loker Dimitri yang kuncinya tergantung di sana.“Saya mau kamu yang antar, Aruna. Itu berkas berharga saya. Kalau nanti hilang, mau kamu tanggung jawab?”Di seberang sana, Dimitri tampak memprotes dengan suaranya yang menyebalkan. Aruna meninggikan satu alisnya, sekilas menatap Anjani yang juga menatapnya.“Apa?” tanya Anjani tanpa suara.Mengembuskan napas, Aruna tampak merengut pelan. “Kenapa jadi aku yang harus tanggung jawab, Pak Dimi?” Dia sama sekali tidak mengerti. Jika boleh menamba
Jika Ryuga mau, dia bisa saja tetap berada di dekat Claudia dengan duduk di sofa yang tak jauh darinya. Hanya saja Ryuga memutuskan ke luar, sengaja memberikan Claudia ruang untuk bersama kedua temannya.Sebelum pergi, Ryuga memberikan titipan pesan sambil menatap Lilia dan Idellia bergantian, “Tolong panggil aku jika Claudia membutuhkan sesuatu. Aku ada di luar.”“Siap, Ryuga!”Begitu Ryuga ke luar, jelas Lilia dan Idellia sibuk menggoda Claudia. Ryuga duduk di kursi tunggu rawat inap yang letaknya ada di depan ruangan inap Claudia. Tidak sendirian. Ada sesosok pria yang lebih muda darinya juga tengah duduk di sana seraya meneguk minuman kaleng.Tiba-tiba saja Ryuga merampasnya tanpa permisi. “Bukankah sudah aku katakan untuk mengurangi minuman bersoda?” dengusnya sambil menjauhkan minuman kaleng itu dari hadapan Riel.Jika tadi Ryuga mengatakan tanpa meliriknya, maka sekarang manik hitam Ryuga bersitatap dengan manik Riel. “Perlu aku hubungi Diana untuk memarahimu?”Bukan tanpa ala
“Oke, Claudia.”Claudia sendiri tidak menduga dengan respons yang diberikan Ryuga. Bahkan ekspresinya tampak pasrah, tidak ada alis yang menukik kesal karena merasa tidak terima.Dia menggelengkan kepala, ‘Ryuga kok aneh?’“Ryuga!” panggil Claudia begitu netra matanya menemukan punggung Ryuga yang membelakangi, bersiap pergi meninggalkan Claudia seorang diri.Alih-alih Ryuga yang merasa kesal, malah justru Claudia yang dibuat kesal seperti ini. “Kamu benar-benar akan meninggalkanku sendirian, Ryuga? Membiarkan aku tidur sendirian malam ini?” Saat mengatakannya, suara Claudia terdengar gemetar menahan tangis.Tubuh Ryuga kembali berbalik, menghadap ke arah Claudia. Manik hitamnya menyorotnya dalam-dalam. Dengan suara yang lembut, Ryuga bertanya, “Jadi, maumu apa sebenarnya, Nyonya Daksa?”“Mmm? Mau ditinggalkan sendiri atau ditemani?” tawar Ryuga kemudian. Dia sendiri cukup kaget dengan respons Claudia sebelumnya. Ryuga sedikit tidak mengerti, tidak biasanya Claudia bersikap seperti ta
Saat Claudia berusaha membuka mata, samar-samar dia mendapati wajah gadis muda tepat di depan wajahnya. Lalu terdengar gadis itu berucap, “Mommy Clau bangun, Grammie!” Perlahan, Claudia membingkai senyum di bibir cherry-nya yang tampak lemah begitu menyadari jika gadis muda itu adalah Aruna, putrinya. Claudia mengerjapkan mata demi memastikan beberapa pasang mata yang kini menatapnya penuh rasa khawatir. Ada Aruna dan kedua sosok mertuanya, Emma dan Rudi. Hanya mereka. “Ibu …,” panggil Claudia dengan suara khas bangun tidurnya saat bertukar pandangan dengan Emma. Emma dengan sigap lebih mendekat ke arah menantu kesayangannya. “Ibu di sini, Clau,” bisiknya lembut. Rasanya hati Claudia menghangat saat tangan Emma mengusap kepalanya dengan sayang. Dia bisa kembali merasakan disayangi oleh seorang ibu melalui sosok Emma. Claudia menerima sedotan dan meminum air hangat yang disodorkan Emma. Selagi itu, Claudia memastikan kesadarannya benar-benar pulih. Satu tangannya yang tidak terpas
Untungnya jarak tempuh antara rumah Ryuga dan rumah sakit tidak terlalu jauh sehingga Claudia bisa cepat ditangani oleh dokter.Sang sopir dari layanan mobil online yang dipesan Claudia juga untungnya berbaik hati mau membantu. “Tolong, Pak! Wanita ini mengalami pendarahan!” Saat satpam yang berjaga membawa Claudia menggunakan kursi roda untuk masuk ke dalam UGD, Riel yang baru saja selesai berbicara dengan Nuel tidak sengaja melihat ke arah Claudia.Refleks, dia mempercepat langkah agar bisa menanyakan langsung apa yang terjadi. Hanya saja, satpam itu sudah membawa Claudia masuk. Satu tangan Riel mencekal sisi lengan sopir yang hendak kembali ke dalam mobil.Maniknya menatap serius. “Apa wanita itu datang sendirian?” tanya Riel keheranan. Maksud Riel, Claudia.Benaknya bertanya-tanya, di mana Ryuga?Tanpa merasa curiga, Sang sopir itu menganggukkan kepala. Dia bahkan menjelaskan, “Ya, dia sendirian. Suaminya sedang bekerja dan dia terpeleset jatuh di kamar mandi.”Sepertinya Claudia