“Ryuga ….” Bertepatan Claudia membuka kelopak mata, denting lift berbunyi. Begitu pintu lift sudah terbuka, alih-alih masuk, Claudia malah bergeming di tempatnya. Satu embusan napas menerpa belakang telinga Claudia. “Kenapa diam? Tidak jadi masuk, Claudia?” Suara berat pria itu membuat telinga belakangnya tergelitik. Claudia meneguk ludahnya dalam-dalam. Dia menolehkan wajah dan menemukan wajah tampan Ryuga dekat sekali dengannya sehingga dia mencoba mengambil jarak. “Kamu mengikutiku, Ryuga?” tanya Claudia menatapnya tidak percaya. Detik setelahnya, Claudia menggelengkan kepala. Dia meralat pertanyaannya. “Kenapa mengikutiku?” Manik hitam Ryuga memicing ke arah Claudia. “Aku rasa kamu tidak tahu letak toiletnya ada di mana, Claudia,” jawabnya dengan setengah menyindir. Detik setelah mengatakan itu, Ryuga membawa langkah kakinya maju dan Claudia bergerak mundur tanpa sadar hingga keduanya masuk ke dalam lift yang kebetulan sedang kosong. ‘Hanya berdua dengan Ryuga?’ pikir Claud
Baru Claudia menolehkan wajah untuk menanyakan lebih lanjut, bibir cherry-nya dibungkam lebih dulu oleh bibir tipis Ryuga melalui kecupan singkat sebanyak dua kali.Claudia merasa tubuhnya seperti tersengat aliran listrik. Matanya tampak sayu ketika bersinggungan dengan manik hitam Ryuga yang dihiasi kabut gairah.“Jangan menolakku kali ini, Claudia.” Suara berat Ryuga melirih dan serak. Jika sebelum-sebelumnya ucapan Ryuga terdengar memerintah, yang satu ini terdengar seperti memohon.Pria itu meneguk ludah seiring tangan besarnya mengelusi pinggang ramping Claudia. Masing-masing keduanya terlihat saling menahan diri satu sama lain sampai akhirnya secara perlahan Ryuga melepaskan Claudia.Detik setelahnya, Claudia merasakan kehilangan hanya sesaat sebelum Ryuga berucap, “Kita membutuhkan kamar, Claudia.”“KAMAR?!” Mendengarnya, detak jantung Claudia menggila. Dia berusaha menyeimbangkan tubuhnya agar tetap berdiri dan memberanikan diri menghadap Ryuga seluruhnya. Dia mengepalkan kedu
Sebuah repetisi. Ryuga membawa Claudia ke kamar hotel selayaknya malam itu terjadi. Saat pintu kamar hotel itu terbuka, manik hitam milik Ryuga menoleh ke arah Claudia dan menyorotnya dalam.“Kamu yakin dengan ini, Claudia?” Suara tegas Ryuga mengudara. Ekspresi wajahnya menunjukkan keseriusan.Di satu sisi Ryuga ingin memaksakan kehendaknya. Di sisi lainnya, Ryuga takut membuat Claudia merasa tidak nyaman padanya.Claudia bisa merasakan keraguan dari pertanyaan Ryuga. “Sebenarnya aku juga tidak merasa yakin, Ryuga,” sahut Claudia sambil menggigit bibir bawah bagian dalamnya.Jawaban Claudia membuat Ryuga mengembuskan napas berat. Dia sudah menduga Claudia akan mengatakan demikian. Meskipun tidak ada ketakutan dibalik mata indah wanita itu. Namun, Ryuga bisa membaca jelas kegugupan yang tergambarkan dari wajah cantik Claudia.“Mau dibatalkan sa–“J-jangan!” sela Claudia menggelengkan kepalanya cepat. Dia mengepalkan kedua tangannya erat di sisi tubuh. Lantas menerobos tubuh Ryuga aga
Selagi tangannya bekerja di bawah sana, Ryuga membuat bibir dan lidahnya sibuk mengeksplorasi mulut Claudia lebih dalam melalui ciumannya yang berhasil membuat Claudia mabuk. Kedua tangan Claudia berpindah, yang tadinya berada di pundak Ryuga menjadi naik ke belakang kepala pria itu. Sesekali Claudia meremat halus ke dalam helaian rambut mullet Ryuga. Dan satu lenguhan tertahan di tenggorokannya begitu Claudia merasakan gesekan tipis dari jari Ryuga di organ intimnya. Perutnya terasa tergelitik merasakan kulit tangan Ryuga menyentuhnya tanpa kain penghalang. Tampaknya Ryuga berhasil menurunkan short leggings beserta kain segitiga berenda hingga setengah paha Claudia. Bagaimana pun, Ryuga cukup kesulitan melepaskannya secara hati-hati dan penuh kelembutan. Sentuhan kecil itu semakin membakar gairah baik Ryuga maupun Claudia. Ryuga bisa memastikan Claudia berada dalam satu jalur yang sama dengannya. Tidak ada penolakan dari wanita tersebut. CUP Kini, terdengar bunyi pagutan m
Memastikan dirinya tidak salah mendengar, Claudia bertanya lagi. “Kamu … mau apa, Ryuga?” Suaranya terdengar panik.Debar di jantungnya sama sekali tidak berkurang. Tubuh Claudia masih terasa lemas akibat pelepasan barusan sehingga kedua tangannya masih berpegangan pada pundak kokoh Ryuga.“Membersihkan cairanmu … Claudia.” Ucapan Ryuga terdengar vulgar. Belum lagi manik hitam Ryuga yang menyorot Claudia dalam serta lengkungan senyum seringaian di bibir tipisnya menandakan pria itu memiliki niatan lain.Wajah Claudia memerah mendengarnya. Dia tidak merasa siap saat Ryuga tahu-tahu menurunkan dirinya untuk berjongkok di hadapannya.Mata Claudia membola. “R-Ryuga,” panggil Claudia sambil menundukkan pandangan. Jari-jari pria itu masih tinggal di area kewanitaannya sehingga mau tidak mau Claudia masih terus merasa terbakar.Ryuga melarikan jari-jarinya ke paha dalam Claudia. Wajahnya berhadapan dengan perut rata wanita itu. Kepalanya mendongkak, “Ini baru jariku, tapi kamu ke luar sebany
Apa sebaiknya aku menemui Ryuga saja, ya?” pikir Claudia setelah beberapa saat terdiam.Toh kebetulan jadwal kelas Claudia sudah selesai lebih cepat dikarenakan soal ujian yang sudah dikirim melalui platform kelas masing-masing. Selama masa ujian, sistem kampus menerapkan kelas hybrid yang mana metode pembelajaran bisa dilakukan baik secara tatap muka maupun jarak jauh.Jelas Claudia memilih menggunakan pembelajaran jarak jauh karena jauh lebih efektif. Jadi, Claudia memiliki waktu yang kosong sampai Minggu ini sebelum disibukan di Minggu yang akan datang.“Sekalian memastikan apa Ryuga betulan marah.” Claudia berpikir lama sekali sambil bertopang dagu. Banyak yang dia pikirkan soal Ryuga. Termasuk selama ini hampir selalu Ryuga yang terus menemuinya di kampus.Tatapannya jatuh ke arah tangannya yang lain di atas meja. Lalu Claudia melipat jempol tangannya. Terhitung hanya satu kali dia pernah mengunjungi kantor Ryuga.“Ish, parahnya,” cibir Claudia pada dirinya sendiri. Dia datang at
Ketika Diana dan Claudia larut dalam pemikiran masing-masing, pintu di ruangan Ryuga terbuka. Refleks, keduanya kompak menoleh, apalagi terdengar suara bisikan khas para gadis-gadis bernada centil.“Ish, Pak Ryuga selera aku banget! Pake kacamata gitu ketampanannya jadi berkali-kali lipat deh!”Claudia dan Diana langsung bertatap-tatapan. Sekilas, Claudia melihat ada sekitar empat gadis yang sepertinya usianya tidak jauh berbeda dengan Aruna.‘Apa yang diucapkan gadis itu benar, toh Ryuga memang tampan.’ Claudia ikut berkomentar dalam hatinya. Demikian, Claudia sama sekali tidak cemburu.“Hot Daddy banget nggak, sih, Pak Ryuga?” Si gadis lain menyahut.Mereka bergosip seakan tidak mempedulikan keberadaan Diana dan Claudia di sekitarnya. Diana menarik Claudia agar bisa berbisik di telinga wanita itu. “Sebenarnya para anak magang itu sangat genit, Bu Claudia. Sebelum Pak Ryuga kembali bekerja, mereka menggoda Riel.” Mengingat itu, Diana kembali kesal.“Aku tidak menyukai anak-anak maga
Rasa-rasanya Claudia tidak akan selamat mendengar suara geraman Ryuga yang tengah memanggilnya barusan. ‘Jika tadi Ryuga betulan marah dan sekarang malah tambah marah … aku harus apa?!’ panik Claudia yang hanya bisa menundukkan wajah serta menggigit-gigit kecil bibirnya. Di tengah keheningan itu, semuanya menunduk ketakutan setelah Ryuga datang. Tiba-tiba saja sosok Riel yang menjadi bahan gosip di antara gadis magang baru saja tiba di ruangan tersebut. Dia tampak kebingungan dengan apa yang dilihatnya sekarang, terutama rambut-rambut semua gadis itu yang terlihat berantakan. Termasuk Claudia dan Diana yang juga tak kalah berantakannya. “Apa terjadi sesuatu, Pak Ryuga?” tanyanya pada sang atasan. Ryuga mendengus lalu menganggukkan kepalanya. Pria itu masih setia menatap Claudia sebelum beralih menatap Riel. “Tolong bereskan kekacauan ini, Riel.” “Baik, Pak Ryuga,” angguk Riel dengan patuh. “Kalian ikut saya,” kata Riel dengan tegas. Tidak jauh dari ruangan Ryuga, ada sofa untuk m