Beranda / Romansa / Pesona Presdir Posesif / Disusul Aruna: Kenapa Lama?!

Share

Disusul Aruna: Kenapa Lama?!

Penulis: catatanintrovert
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Tiba-tiba saja Ryuga menghentikan langkah setelah keduanya berhasil ke luar dari dalam GOR.

Claudia yang belum menjawab pertanyaan Ryuga sebelumnya langsung menyeteluk, “Aku sama sekali tidak keberatan, Ryuga!” Dalam satu tarikan napas, Claudia berhasil mengatakannya.

Wanita itu menunggu respons Ryuga dengan menggigit bibir. Jujur saja muncul perasaan asing dan aneh bernamakan ‘dicemburui’ kala Ryuga berterus terang kalau pria itu cemburu.

“Ryu-ga?”

Segera Ryuga menarik Claudia agar duduk di bangku penjual makanan yang ada di luar. Wajah Claudia menunjukkan kebingungan dengan mengerutkan dahi.

‘Ryuga mau makan bakso?’

“Makan di sini atau dibungkus, Pak?” tanya si Penjual bakso.

Kepala Ryuga menoleh. Sebenarnya Ryuga tidak berniat memesan bakso. Namun, mendadak dia terpikirkan Diana dan Riel. Akhirnya Ryuga mengangkat kedua jarinya dan menyeletuk, “Dibungkus, dua porsi.”

Otomatis Claudia melirik Ryuga. Dia pun bertanya, “Untuk siapa, Ryuga?”

“Kalau kamu mau, kamu bisa pesan, Claudia,”
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Tresna Sumirat Hermiati
ceritanya jangan belibet dong , mana balik lagi ke kontrak kan udah jelas jelas saling suka
goodnovel comment avatar
catatanintrovert
Masih jadi misteri, Kak, ituuu
goodnovel comment avatar
riendiany
kak kan udah bilang saling suka, kenapa masih kembali lagi ke kontraknya?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pesona Presdir Posesif   Mada yang Lain

    Mommy. Satu kata yang menurut Claudia sangat ajaib. Karena sepanjang hari itu, Claudia menghabiskan sisa harinya dengan penuh semangat. Termasuk saat pertandingan berlangsung. Tim voli dosen prodi Seni melawan tim voli dosen prodi Manajemen. Yap, dengan kata lain voli putri dari rekan-rekan dosennya Dimitri. Sementara skor unggul di prodi Manajemen. Di bangku tribun, beberapa kali Aruna duduk lalu berdiri untuk menyemangati Claudia. “Semangat, Bu Clau!!!” Entah sudah berapa kali Aruna meneriakki hal serupa. Dan rupanya banyak sekali yang menonton pertandingan ini. Ryuga menarik Aruna untuk duduk. “Tenggorokanmu bisa sakit Aruna kalau teriak seperti itu,” tegurnya dengan lembut. “Kurang seru kalau nggak teriak, Dad,” ucap Aruna merengut pelan. Dia menunjuk tribun paling bawah dengan alis yang menekuk kesal. “Daddy lihat, Pak Dimitri aja sampe heboh semangatin Bu Claudia. Aruna nggak mau kalah!” Tampaknya Aruna sekarang mulai melihat Dimitri sebagai sosok berbahaya yang bisa sew

  • Pesona Presdir Posesif   Jatuh Cinta Itu Nggak Salah

    Skor masih 16-12 dalam set pertama. Sejauh ini, tim voli dari prodi Manajemen yang masih unggul. Tapi, Claudia dan rekan-rekannya tidak patah semangat. Ini masih permainan awal. “Good job, Clau!” puji Lilia begitu Claudia melakukan servis bawah hingga mengirimkan bola ke area lawan dengan baik. Claudia tersenyum senang mendengarnya. Dia maju beberapa langkah dan tetap fokus pada permainan dengan senyum yang terus mengembang di wajahnya. Itu yang membuat Dirga keheranan saat menyaksikan Claudia di tribun paling bawah, yang jaraknya paling dekat dengan Claudia. ‘Mbak Clau kelihatan happy banget,’ batin Dirga yang tidak melepaskan pandangannya dari wanita cantik itu. Sejujurnya itu kabar yang baik. Dirga sudah khawatir jika Claudia akan sedih mengingat artikel itu pasti sudah menjadi konsumsi orang-orang kampus. Namun, sepertinya banyak juga yang memilih tidak peduli dengan pemberitaan tersebut. Apalagi Dimitri di seberang sana, menyerukan nama Claudia yang mendapat sorakan dari r

  • Pesona Presdir Posesif   Si Kembar Aland Dirga

    Hanya ada dua hal yang bisa membuat Ryuga Daksa tampak gusar dalam duduknya: kalau bukan soal Aruna, pasti Claudia Mada.Kai ini Riel menebak alasannya karena Aruna yang belum kembali dari toilet. Riel berdekham dan berinisiatif bertanya, “Pak Ryuga, Anda ingin saya menyusul Aruna?”Manik hitam Ryuga melirik ke arah Riel. Lantas memandang jauh ke belakang pria itu. Dagu Ryuga mengedik ke depan, “Tidak perlu, Riel.”Riel segera memutar wajahnya dan mengikuti arah pandang Ryuga. Tampak Aruna dan Diana berjalan ke arah mereka.Aruna tampak melangkah terburu. Sebelum kembali duduk di sebelah Ryuga, Aruna sempat melihat skor poin.24-21.Perbedaan yang tipis, namun jika tim voli Manajemen meraih skor satu poin lagi, maka pertandingan voli untuk satu set selesai dan tentu tim voli putri Manajemen akan meraih satu poin.“Dad, Aruna mau tanya sesuatu!” Begitu Aruna duduk, dia tidak sabar ingin menanyakan soal adik dari Claudia.Tepat setelah Aruna mengatakan itu, sorakan gembira terdengar di

  • Pesona Presdir Posesif   Membiarkan Salah Paham

    Tanpa Claudia ketahui, sebenarnya Dirga dan Aland sengaja mengenakan pakaian itu demi melihat Claudia tersenyum senang seperti barusan.“Mbak, ganteng gue apa Dirga?” tanya Aland dengan iseng. Dia menunjuk dirinya sendiri dan Dirga.Claudia tampak berpikir. “Siapa, yaaaaa?” Suara Claudia jelas terdengar menggoda.Rasa-rasanya kedua adiknya ini sama-sama tampan. Namun, bagi Claudia ada yang lebih tampan dibandingkan keduanya hari ini.Alih-alih menjawab pertanyaan Aland, netra Claudia tertuju pada satu titik di tribun atas Gymnasium. Dan objek yang sedang ditatapnya juga kebetulan tengah menatapnya balik.‘Ryuga yang paling tampan,’ batin Claudia. Bersinggungan mata dengan jarak yang cukup jauh dengan pria itu tetap membuat debar Claudia menggila.Claudia menggigit bibir bagian bawahnya.“Mbak lihat apa, sih?” tanya Aland keheranan. Begitu kepala Aland hendak menoleh ke belakang, Claudia mencegahnya dengan membenarkan topi sang adik.“Kamu,” ucap Claudia lantas juga melakukan hal yang

  • Pesona Presdir Posesif   Mengambil Keputusan

    Riel harus berterima kasih pada Claudia karena Ryuga tidak membuat percakapan keduanya berlarut. Dia menyadari dirinya melakukan kesalahan dengan mendebat Ryuga.“M-maaf atas kelancangan saya, Pak Ryuga,” ucap Riel menundukkan kepalanya.Ryuga mengibaskan tangannya ke udara. “Lupakan. Ayo kembali. Aku tidak ingin melewatkan Claudia.”Seakan-akan Ryuga tengah menantikan film favoritnya, pria itu sama sekali tidak ingin tertinggal barang satu menit pun.Alhasil Ryuga bergegas kembali, disusul Riel di belakangnya. Dia sebenarnya ingin sekali menghampiri wanitanya secara langsung, tapi menahan diri agar tidak melakukannya.“Riel, bunga untuk teman-teman Claudia sudah kamu taruh di ruangan dosen ‘kan?” tanya Ryuga memastikan.“Sudah, Pak Ryuga,” angguk Riel. Pria itu lantas menambahkan, “Bisa dipastikan bunga-nya aman.”Karena sosok Claire sedang berada di sel tahanan sekarang. Wanita itu tidak akan berbuat macam-macam atau berani menyentuh Claudia.Claire tidak dapat melakukan apapun. Han

  • Pesona Presdir Posesif   Like Father Like Son

    Ada rasa gemas tersendiri bagi Ryuga menerima keputusan Claudia. Di satu sisi, Ryuga ingin menentang keras. Tapi, di sisi lain Ryuga tidak ingin memaksakan kehendaknya dan menyakiti wanita pujaan hatinya.“Pak Ryuga, saya pikir di set dua ini tim Bu Claudia bisa meraih poin.” Ucapan Riel menyadarkan lamunan Ryuga.Beberapa saat lalu, Ryuga menerima pesan jika Bellanca sudah dibebaskan dari kepolisian setempat. Dia mengantongi kembali ponselnya.Lalu Ryuga menaikkan pandangan ke arah papan skor, hanya tinggal satu skor bagi tim prodi Seni bisa mendapatkan poin.“Tinggal satu set lagi,” gumam Ryuga. Bibirnya menyunggingkan senyum. Sejauh ini, Ryuga menikmati kegiatannya.Melihat wajah Claudia tampak bahagia saat bermain voli membuat perasaannya menghangat. Senyum Claudia terlihat lepas dan tentu saja … manis.“Daddy,” panggil Aruna di sebelahnya.“Mmm, kenapa sayang?” balas Ryuga melirik ke arah putrinya.Sedari tadi Aruna juga tampak anteng, sesekali menyerukan nama Claudia. Bahkan mem

  • Pesona Presdir Posesif   Trik Dimitri

    “Dimitri, kamu salah alamat tau!” Idellia dengan tingkahnya yang bar-bar mendorong punggung Dimitri agar menjauh dari area dosen prodinya berkumpul. Usaha Idellia itu percuma karena tenaga Dimitri jauh lebih besar darinya. Tidak sejengkal pun Dimitri beranjak dari posisi berdirinya, membuat Idellia kesal tidak terima. “Liliaaaaa,” rengek Idellia, mengadu. “Kenapa deh? Salah? Nggak boleh saya di sini?” tanya Dimitri memasang wajah tampang tidak bersalahnya. “Nggak boleh!” jawab Idellia dengan galak. Kali ini dia serius. Tatapan dari dosen-dosen wanita prodi Manajemen terlihat sinis. Dan itu tidak hanya dirasakan oleh Idellia, yang lainnya juga merasa begitu. Pun, Claudia yang sedari tadi memilih diam mengistirahatkan diri. Dimitri melirik jam yang melingkar di tangannya. Masih tersisa dua menit terakhir sebelum set terakhir di mulai, sekaligus set penentuan siapa yang akan lolos ke dalam babak final. “Cabut gih, Dim. Beneran nggak enak suasananya,” ucap Lilia mengedikkan dagunya

  • Pesona Presdir Posesif   Di Antara Semua Orang, Kalian di Mana?

    Peluit dibunyikan dengan panjang setelah tiga puluh menit berlangsung pada set tiga, menandakan pertandingan tim voli putri dosen sudah selesai.Raut wajah lelah samar terlihat pada wajah cantik Claudia. Senyumnya mengembang sambil kedua tangan menumpu pada lutut.Lilia menghampiri dan mengajaknya untuk bertos.“Lo keren, Clau, hari ini!” puji Lilia.Tubuh Claudia menegak dan dia menyambut ajakan tos Lilia, berakhir memeluk pundak wanita itu.“Kamu juga keren, Lilia!” balas Claudia memberikan pujian.Tapi, itu bukan sembarang pujian sebab Lilia memang keren saat bermain tadi. Selaku ketua tim, Lilia banyak menyumbangkan poin.“Aaa mau pelukan jugaaa,” rengek Idellia yang menghampiri keduanya dengan langkah tergopoh-gopoh.“Ke pinggir aja yuk,” celetuk Praya dari belakang Idellia. Yang lain mengangguk dan lekas bergegas.Pada akhirnya yang berhasil lolos ke babak final besok adalah tim voli prodi Manajemen. Demikian, itu artinya tim voli prodi Seni dinyatakan kalah.“Nggak apa-apa, guy

Bab terbaru

  • Pesona Presdir Posesif   Perubahan Sikap Aruna

    Jika Anjani sudah sampai di komplek perumahannya, maka Aruna masih dalam setengah perjalanan. Ryuga mengemudikan mobilnya dengan penuh kehati-hatian.“Pundakmu pasti pegal, Claudia,” ucap Ryuga selagi manik hitamnya memperhatikan dibalik spion tengah mobil.Claudia menggelengkan kepalanya. “Aku masih bisa menahannya, Ryuga,” balasnya sambil menundukkan pandangan agar bisa menatap wajah menggemaskan Aruna yang tampak damai.Bibir Claudia menyunggingkan senyum. Tangannya gatal untuk tidak menyentuh ujung hidung Aruna. Meskipun bukan putri kandung Ryuga, tapi Claudia rasa hidung Aruna dan Ryuga sangat mirip.Dan siapa sangka sentuhan jari telunjuk Claudia di hidung Aruna membuat gadis itu mengerutkan dahinya samar.“Aruna …,” panggil Claudia mengerjapkan matanya. Karena detik setelah itu, gadis yang sedang menyandarkan kepalanya di pundak Claudia mulai membuka mata.Suara erangan pelan terdengar. “Daddy ….” Pandangan Aruna yang sedikit mengabur mulai tampak jelas. Dia melihat Ryuga duduk

  • Pesona Presdir Posesif   Nasib Aland

    Claudia gamang. Dia ingin menjawab, tapi takut salah. Tapi, tidak dijawab sepertinya lebih salah lagi. Ekor mata Claudia melirik Ryuga, ‘Bisa-bisanya Ryuga menanyakan itu di saat seperti ini?’Kepala Ryuga menatap lurus ke depan. Dia mendengus tidak percaya. Rasa-rasanya Ryuga tidak akan berpikir selama itu jika Claudia menanyakan hal yang serupa.“Akan aku pikir-pikir dulu, Ryuga,” jawab Claudia pada akhirnya. Tepat setelah Claudia meluruskan pandangannya, matanya memicing untuk melihat dua orang gadis yang terlihat duduk di bawah pohon, lebih tepatnya yang satu tengah berbaring.Mulut Ryuga terbuka, hendak menimpali. Namun, tertahan oleh suara Claudia. Wanita itu juga mengarahkan jari telunjuknya ke depan, membuat manik hitam Ryuga bergerak mengikutinya.“I-itu Aruna dan Anjani, Ryuga!” seru Claudia. Wanita itu sama sekali tidak sedang berusaha mengalihkan topik. Karena untuk sekarang, lebih baik fokus pada Aruna.Ryuga memarkirkan mobilnya di tepi jalan tidak jauh dari tempat Aruna

  • Pesona Presdir Posesif   Prioritas Claudia

    Karena pertolongan dua pemuda itu, Aruna dibaringkan di sisi lapangan tepat di bawah pohon yang cukup rindang sehingga tidak terpapar sinar matahari secara langsung.Usai membaringkan Aruna, Aland menatap ke arah gadis yang diduga sebagai teman larinya Aruna.“Kenapa Aruna bisa sampai pingsan segala?!” protesnya.Ditodong pertanyaan seperti itu, siapa yang tidak kesal? Anjani tidak merasa dirinya salah, alhasil dia menyahut santai. “Mana aku tahu. Kamu tanya Aruna saja.”Aland yang hendak menyahut lagi tertahan karena tangannya disentuh oleh pemuda yang bersamanya. “Tidak perlu marah-marah segala, Al. Mending kamu belikan Aruna minuman hangat.”“Sekalian sama minyak kayu putih, ya!” tambah Anjani. Takut disemprot lagi, Anjani menambahkan, “Biar Aruna cepet sadar ‘kan?!”Kalau bukan untuk Aruna, Aland mana mau. Mengembuskan napas berat, Aland pun berdiri lalu pergi meninggalkan keduanya.Entah kenapa Anjani merasa lucu melihat wajah kesal Aland yang tertahankan. Namun, fokusnya langsun

  • Pesona Presdir Posesif   Dari Sisi Aruna

    Tidak ingin menyia-nyiakan hari terakhir libur sebelum masuk perkuliahan, Aruna dan Anjani pagi-pagi sekali sudah siap dengan setelan training dan sweater rajut.Ya, keduanya memutuskan untuk berjalan sehat mengitari lapangan lari yang jaraknya tidak jauh dari kampus.“Nggak diantar Daddy kamu, Runa?” tanya Anjani begitu melihat Aruna yang datang turun dari ojek online.Aruna menggelengkan kepalanya. “Daddy lagi nggak ada.”“Emang Daddy kamu ke mana?” tanya Anjani lagi. Dia merasa penasaran. Anjani mengimbangi langkah Aruna untuk berjalan santai. Bukan berarti Anjani memutuskan tidak berlari seperti orang-orang di sekitarnya karena tahu Aruna memiliki asma, tapi itu karena Anjani malas saja. Dasar.Mata besar Aruna melirik teman dekatnya dengan senyum yang terlihat mengerikan. “Cari Mommy baru buat aku.”TUKKK“Aww, Anjani sakit!” ringis Aruna saat mendapatkan jitakan di pinggir dahinya.Tidak ada tanda-tanda Anjani menunjukkan perasaan bersalahnya. Dia malah mengajukan pertanyaan lag

  • Pesona Presdir Posesif   Cinta Satu Malam

    Jika bukan karena alarm yang sudah menjerit-jerit, sepasang pria dan wanita yang tidur dalam satu ranjang itu tidak akan terbangun dalam bersamaan.Sang wanita berhasil membuka matanya lebih dulu. Dengan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul, dia merasakan pergerakan dari sisi ranjangnya yang memang tidak begitu besar.Begitu menoleh, dia mendapati sesosok pria tampan yang tanpa mengenakan atasan juga tengah menolehkan kepalanya. Keduanya bertukar pandangan.“Saya bisa jelaskan–“Nggak perlu, gue inget apa yang terjadi semalam kok,” selanya dengan santai. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis. Dia kembali berucap, “Gue nggak akan minta pertanggung jawaban apa pun dari lo.” Nada bicaranya terdengar sangat serius sehingga membuat Sang pria mengerutkan dahinya samar.“Seharusnya saya bisa membantu Anda dengan cara yang lain, Nona Lilia.” Sang pria menyebutkan nama wanita yang terbaring di sebelahnya.‘Cara lain?’ batin Lilia sambil mendengus kasar. Satu-satunya cara yang ampuh untuk melep

  • Pesona Presdir Posesif   Aksi

    Dilihat dari sudut mana pun, jika dari luar Claudia tampak baik-baik saja. Wanita itu baru saja berdiri dari kursi meja riasnya dan tengah memunguti kapas kotor untuk dibuangnya ke dalam tong sampah kecil di sudut ruangan.Namun, belum sempat beranjak pergi, ada sepasang tangan yang melingkari perutnya.“Ryuga,” tegur Claudia dengan suara yang mengalun lembut.Alih-alih mengerti maksud teguran halus itu, Ryuga malah sengaja mengeratkan pelukannya pada pinggang ramping Claudia.“Biarkan seperti ini dulu. Aku masih merindukanmu, Claudia.” Suara rendah Ryuga yang berbisik tepat di belakang cuping telinga Claudia membuat wanita itu merasa kegelian.Pandangan keduanya beradu tatap melalui cermin rias milik Claudia. Manik hitam pria itu menyorotnya lembut. Dan sudah bisa dipastikan itu memicu debar di dada Claudia.Untuk mengalihkan itu, Claudia memutuskan bertanya selagi dirinya teringat, “Apa aku tidak salah dengar kamu menyebut nama Lilia, Ryuga? Apa terjadi sesuatu padanya?”Ryuga mende

  • Pesona Presdir Posesif   Salah Target

    Dibalik Ryuga dan Claudia yang kini sudah tiba di flat, lain lagi Riel yang harus terjebak bersama Idellia. Pria itu kesulitan mencari celah untuk melarikan diri sebab Idellia yang kini setengah mabuk tampak gelonjotan di lengannya.Kewarasan Idellia pasti berkurang sebab dia dengan berani menyentuh lengan bisep Riel yang tampak berotot. Idellia bergumam, “Wow, ototmu besar juga!”Ekspresi Riel menunjukkan kerisihannya. Dia belum pernah bertemu wanita seagresif Idellia. Maka, sehalus mungkin Riel mencoba menepis lengan Idellia.Selain dia tidak suka bersikap kasar pada wanita, Idellia adalah teman dari Claudia.“Saya harus pergi, Nona Idellia. Sepertinya Pak Ryuga dan Bu Claudia juga sudah tidak lagi di Club,” beritahu Riel sambil menundukkan wajah untuk melihat ke arah kepala Idellia yang sekarang tengah bersandar di sebelah pundaknya.Pria itu mengembuskan napas beratnya. Kalau seperti ini, bagaimana caranya agar dia pergi?“Kamu … pergi?” lirih Idellia. “Jangannnn~,” jawabnya denga

  • Pesona Presdir Posesif   Memperbaiki Hubungan

    Untuk apa menghindar jika tidak mempunyai salah? Lagipula … percuma saja menghindari Ryuga. Ditambah posisi untuk Claudia kabur sangat tidak memungkinkan karena kedua tangan Ryuga mencengkram sisi-sisi kursi yang diduduki Claudia. Wanita itu merasakan detak jantungnya meningkat kala bersinggungan mata dengan manik hitam Ryuga. Sesaat Claudia memejamkan matanya, ‘Astaga … jantungku.’ Rasanya seperti ingin meledak. Bertepatan Claudia membuka mata, suara berat Ryuga mengudara, “Ikut aku sekarang, Claudia!” Ucapannya jelas tidak ingin dibantah. Begitu tangan kiri Ryuga menyentuh lengannya, pandangan Claudia turun untuk melihat. Entah sejak kapan gips di tangan Ryuga berhasil dilepaskan. Tapi, yang pasti Claudia merasa bersyukur. Claudia tidak terlalu memperhatikan saat acara pameran berlangsung tadi. Sekarang, tahu-tahu saja Ryuga melepaskan lengan Claudia. Manik hitamnya menyorot Claudia tajam. “Mau aku gendong atau berjalan sendiri, Claudia?” tanyanya tidak sabar. Ditambah kedua

  • Pesona Presdir Posesif   Menolak Melupakan

    Pencahayaan lampu yang berkelap-kelip itu tidak terbiasa dilihat oleh netra mata Claudia sehingga dia membutuhkan waktu untuk bisa beradaptasi. Selain itu, ada hal lain yang membuat Claudia tiba-tiba saja menolak bergabung ke lantai dansa.“Nanti aku menyusul. Aku merasa haus, ingin pesan minuman,” beritahu Claudia beralibi.Untung saja yang lain tidak curiga. Zoya menyahut, “Oke, Clau.” Lantas Zoya, Praya, dan Fanya berlalu pergi. Meninggalkan Claudia dan Lilia yang berdiri bersisian.Claudia menolehkan wajahnya ke arah Lilia. “Kamu … mau pesan minuman juga, Lilia?”Wanita itu merespons dengan menganggukkan kepala. Lalu Lilia baru menolehkan wajahnya. Tanpa mengatakan apa pun, dia menyambar lengan Claudia dan menariknya pergi menuju meja bartender.Claudia pasrah saja tangannya ditarik karena sejujurnya dia sudah tidak memiliki energi apa pun. Pandangannya tampak kosong dan Claudia tidak memperhatikan kondisi sekitar, termasuk ekspresi wajah Lilia yang tampak berubah sedikit gelisah.

DMCA.com Protection Status