Beranda / Romansa / Pesona Presdir Posesif / Cinta Tidak Mengenal Umur

Share

Cinta Tidak Mengenal Umur

Penulis: catatanintrovert
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Di luar pekerjaan utamanya yang hanya mengajar di kelas malam dan kelas non-reguler, Claudia tetap harus berangkat pagi-pagi ke kampus untuk urusan yang lain.

Seharusnya pagi ini Claudia sudah di kampus, tapi dia sudah meminta izin pada Bu Yuli untuk berangkat siang sebab ingin menemui ayahnya terlebih dahulu.

“Sebagai calon suamimu, aku juga harus ikut untuk bertemu dengan Ayahmu, Claudia.”

Pada akhirnya, pagi itu Aruna diantar ke kampus oleh Aland. Sementara Ryuga dan Claudia pergi ke tempat kontrakan Aland tinggal karena Aji masih di sana.

Bahtiar menawari Aji untuk singgah di hotel. Namun, ayah dari dua anak itu menolak.

“Ryuga,” panggil Claudia kala keduanya sudah turun dari mobil. Dia menahan lengan Ryuga. Refleks, Ryuga menolehkan wajah untuk melihat ke arah Claudia yang baru saja menaikkan pandangan.

“Ada apa, Claudia?” sahutnya dengan suara yang mengalun lembut. Kini Ryuga sepenuhnya memutar tubuhnya ke arah wanitanya.

Sebelum berucap, Claudia membasahi bibir bawahnya, “Aku i
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (14)
goodnovel comment avatar
Tresna Sumirat Hermiati
seruuuu lanjuuuut thor
goodnovel comment avatar
Diarista
waw, beda umur 13 tahun tapi manggilnya nama aja. Ryuga. hehe. Memang pas sih, mbak stoberi dan Om Pacar
goodnovel comment avatar
Herni Utami
yeyyyy semoga lancar sampe pernikahan tinggal kisah aruna dan dirga
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pesona Presdir Posesif   No Galau Era

    Sepanjang perjalanan menuju kampus, Aruna tidak berhenti mengoceh. Menanyakan ini dan itu pada Aland. Dia membagikan keresahannya karena memikirkan Ryuga dan Claudia yang tengah menemui Aji. Jujur saja, Aruna takut jika yang menghalangi restunya Aji bagi hubungan Ryuga dan Claudia adalah dirinya sendiri. “Apa Aki Aji sungguh tidak menyukaiku?” “Hah?” sahut Aland sedikit menaikkan volume suaranya. Dia melirik Aruna dari kaca spion. “Lo bilang apa barusan, Ar?” Mendengar itu Aruna mengembuskan napas berat. Dia ikut berteriak. “Nggak, nggak jadi. Sudahi aja ngobrolnya.” Lagipula yang barusan Aruna berbicara pada dirinya sendiri. Aland mendengus. “Kasihan Om Aland kayak ikan hah hah hah-an mulu.” Jawaban Aruna membuat Aland tidak habis pikir. Sudah dirinya dipanggil Om, dikasihani seperti ikan pula. “Ada-ada aja nih bocah,” gumamnya pelan seraya menggelengkan kepala. Kebetulan Aland hanya membawa satu helm dan dia menyuruh Aruna yang memakainya. Tidak lama, motor cagiva Aland masuk

  • Pesona Presdir Posesif   Teka-Teki

    Jika saja Dirga tidak meninggalkan Vape miliknya di dalam bagasi motor, dia tidak akan kembali ke parkiran dan sekarang malah menyaksikan pemandangan yang tidak ingin dirinya lihat.Seharusnya tadi Dirga mengiakan saat Aland mengajaknya untuk merokok bersama. Kini, Dirga menyesal telah menolaknya.“P-Pak Dimitri nggak boleh ya pegang-pegang kayak barusan! Mau aku bilangin Daddy?!” Aruna menepis tangan besar Dimitri dengan terlambat.Mendengar ancaman gadis kecil di hadapannya, Dimitri malah terkekeh. Dia menurunkan wajahnya agar tepat berhadapan dengan Aruna.“Dasar anak kecil, mainnya suka ngadu ke orang tua!” ledek Dimitri seraya kembali mendaratkan usapan di puncak kepala Aruna.“Ish, Pak Dimitrii!!” Air wajah Dirga tampak mengeruh menyaksikan interaksi keduanya lebih lanjut. Kedua alisnya menukik tajam.Tiba-tiba saja kenangan-kenangan saat menjalin hubungan dengan Aruna berputar dalam kepalanya. Dirga bertanya-tanya dalam hati, kapan dia memperlakukan Aruna seperti yang tengah D

  • Pesona Presdir Posesif   Di Bawah Meja Makan

    Sudah dua hari belakangan Ryuga sama sekali tidak melihat wajah Claudia. Bukan karena kesibukan Ryuga yang harus kembali ke kantor, melainkan Claudia sendiri yang menolak untuk ditemui.[Claudia: Aku menginap di tempatnya Lilia, Ryuga.][Claudia: Pagi ini Lilia ingin menjemputku untuk pergi ke kampus bersama. Ada Idellia dan Zoya juga. Jadi kamu tidak perlu menjemputku, Ryuga.]Pesan-pesan itu membuat Ryuga setengah sekarat. Dia belum melihat Claudia semenjak makan siang kala itu. Hal tersebut jelas membuat seorang Ryuga Daksa merasa bete.Akibatnya, sepanjang hari wajah tampan itu tampak suram. Sampai-sampai klien pentingnya dapat melihat jelas perasaan Ryuga.“Apa ada masalah dengan kontrak kerja sama kita, Ryuga?”Pertanyaan itu membuyarkan lamunan Ryuga. Pria itu langsung mengukir senyum di bibir tipisnya. Suara beratnya menjawab, “Tidak ada. Semua aman, Pak Bahtiar.”Benar. Ryuga sedang mengadakan pertemuan dengan kakeknya Claudia–Bahtiar Madaharsa untuk kerja sama yang sempat t

  • Pesona Presdir Posesif   Kelakuan Ryuga

    Kepala Claudia terasa pening. Dia ingin meminta Ryuga berhenti, tapi bagaimana cara mengatakannya?Tampak Bahtiar sedang melihat-lihat menu dengan Aruna.“Eyang belum tahu apa makanan kesukaanmu, jadi pesanlah yang kamu sukai, Aruna.” Kali itu Bahtiar menyebut nama Aruna dengan benar.“Baik, Eyang.”Sementara keduanya sibuk memilah dan memilih menu, Claudia memanfaatkan kesempatan itu dengan memberikan sinyal pada Ryuga melalui dekhaman pelan sambil menatap pria itu lurus-lurus.Dan siapa sangka … berhasil. Manik hitam Ryuga tepat menatap di netra mata Claudia. Kedua sudut bibirnya menyeringai sambil menusukkan lidahnya ke salah satu pipi dan berucap, “Ada yang ingin kamu katakan, Claudia?” Manik hitamnya tampak memicing menggoda.‘BISAKAH KAMU MENGHENTIKAN APA YANG TENGAH KAMU LAKUKAN SEKARANG, RYUGA?!’ Ucapan itu Claudia transfer melalui pandangan matanya pada Ryuga. Dia sampai memelototkan mata.Beberapa hari tidak bertemu Ryuga seperti kehilangan kewarasannya.“Tanpa aku katakan,

  • Pesona Presdir Posesif   Basah?

    “Ryuga ….” Bertepatan Claudia membuka kelopak mata, denting lift berbunyi. Begitu pintu lift sudah terbuka, alih-alih masuk, Claudia malah bergeming di tempatnya. Satu embusan napas menerpa belakang telinga Claudia. “Kenapa diam? Tidak jadi masuk, Claudia?” Suara berat pria itu membuat telinga belakangnya tergelitik. Claudia meneguk ludahnya dalam-dalam. Dia menolehkan wajah dan menemukan wajah tampan Ryuga dekat sekali dengannya sehingga dia mencoba mengambil jarak. “Kamu mengikutiku, Ryuga?” tanya Claudia menatapnya tidak percaya. Detik setelahnya, Claudia menggelengkan kepala. Dia meralat pertanyaannya. “Kenapa mengikutiku?” Manik hitam Ryuga memicing ke arah Claudia. “Aku rasa kamu tidak tahu letak toiletnya ada di mana, Claudia,” jawabnya dengan setengah menyindir. Detik setelah mengatakan itu, Ryuga membawa langkah kakinya maju dan Claudia bergerak mundur tanpa sadar hingga keduanya masuk ke dalam lift yang kebetulan sedang kosong. ‘Hanya berdua dengan Ryuga?’ pikir Claud

  • Pesona Presdir Posesif   Check-in

    Baru Claudia menolehkan wajah untuk menanyakan lebih lanjut, bibir cherry-nya dibungkam lebih dulu oleh bibir tipis Ryuga melalui kecupan singkat sebanyak dua kali.Claudia merasa tubuhnya seperti tersengat aliran listrik. Matanya tampak sayu ketika bersinggungan dengan manik hitam Ryuga yang dihiasi kabut gairah.“Jangan menolakku kali ini, Claudia.” Suara berat Ryuga melirih dan serak. Jika sebelum-sebelumnya ucapan Ryuga terdengar memerintah, yang satu ini terdengar seperti memohon.Pria itu meneguk ludah seiring tangan besarnya mengelusi pinggang ramping Claudia. Masing-masing keduanya terlihat saling menahan diri satu sama lain sampai akhirnya secara perlahan Ryuga melepaskan Claudia.Detik setelahnya, Claudia merasakan kehilangan hanya sesaat sebelum Ryuga berucap, “Kita membutuhkan kamar, Claudia.”“KAMAR?!” Mendengarnya, detak jantung Claudia menggila. Dia berusaha menyeimbangkan tubuhnya agar tetap berdiri dan memberanikan diri menghadap Ryuga seluruhnya. Dia mengepalkan kedu

  • Pesona Presdir Posesif   Repetisi

    Sebuah repetisi. Ryuga membawa Claudia ke kamar hotel selayaknya malam itu terjadi. Saat pintu kamar hotel itu terbuka, manik hitam milik Ryuga menoleh ke arah Claudia dan menyorotnya dalam.“Kamu yakin dengan ini, Claudia?” Suara tegas Ryuga mengudara. Ekspresi wajahnya menunjukkan keseriusan.Di satu sisi Ryuga ingin memaksakan kehendaknya. Di sisi lainnya, Ryuga takut membuat Claudia merasa tidak nyaman padanya.Claudia bisa merasakan keraguan dari pertanyaan Ryuga. “Sebenarnya aku juga tidak merasa yakin, Ryuga,” sahut Claudia sambil menggigit bibir bawah bagian dalamnya.Jawaban Claudia membuat Ryuga mengembuskan napas berat. Dia sudah menduga Claudia akan mengatakan demikian. Meskipun tidak ada ketakutan dibalik mata indah wanita itu. Namun, Ryuga bisa membaca jelas kegugupan yang tergambarkan dari wajah cantik Claudia.“Mau dibatalkan sa–“J-jangan!” sela Claudia menggelengkan kepalanya cepat. Dia mengepalkan kedua tangannya erat di sisi tubuh. Lantas menerobos tubuh Ryuga aga

  • Pesona Presdir Posesif   Menyentuh Lebih Jauh

    Selagi tangannya bekerja di bawah sana, Ryuga membuat bibir dan lidahnya sibuk mengeksplorasi mulut Claudia lebih dalam melalui ciumannya yang berhasil membuat Claudia mabuk. Kedua tangan Claudia berpindah, yang tadinya berada di pundak Ryuga menjadi naik ke belakang kepala pria itu. Sesekali Claudia meremat halus ke dalam helaian rambut mullet Ryuga. Dan satu lenguhan tertahan di tenggorokannya begitu Claudia merasakan gesekan tipis dari jari Ryuga di organ intimnya. Perutnya terasa tergelitik merasakan kulit tangan Ryuga menyentuhnya tanpa kain penghalang. Tampaknya Ryuga berhasil menurunkan short leggings beserta kain segitiga berenda hingga setengah paha Claudia. Bagaimana pun, Ryuga cukup kesulitan melepaskannya secara hati-hati dan penuh kelembutan. Sentuhan kecil itu semakin membakar gairah baik Ryuga maupun Claudia. Ryuga bisa memastikan Claudia berada dalam satu jalur yang sama dengannya. Tidak ada penolakan dari wanita tersebut. CUP Kini, terdengar bunyi pagutan m

Bab terbaru

  • Pesona Presdir Posesif   Berdamai

    "Ekhem." Dehaman sosok di belakang Emma–yang itu berarti dapat dilihat Claudia membuat wanita itu harus melerai pelukan keduanya. "Tante Yuli," gumam Claudia merasa tidak enak. Mendengar Claudia menyebutkan nama Yuli, Emma pun langsung memutar tubuhnya agar bisa melihat eksistensi Dekan Fakultas Seni Rupa tersebut. "Kamu datang lebih awal dari jam yang dimajukan, Clau. Apa urusannya sudah selesai?" Bu Yuli bertanya karena penasaran. Claudia membasahi bibir bawahnya. Dia jadi teringat Aruna. "Sudah, Tante. Jadi, aku memutuskan langsung menuju ke sini dan kebetulan ketemu Tante Emma," jelasnya sambil menolehkan wajah ke arah Emma.Seketika Claudia berpikir, 'Apa jadinya Tante Emma tahu jika aku baru saja bersama putra dan cucunya?' "Bukan kebetulan dong namanya," ucap Bu Yuli lagi disertai kekehan. Dia menunjuk Emma dengan sopan. "Tante Emma ini yang Tante bilang, ada tamu penting yang ingin bertemu langsung denganmu, Claudia." Mendengar penjelasan itu, Claudia mengernyitkan

  • Pesona Presdir Posesif   Akhir untuk Memulai

    Sebelum menjawab pertanyaan Ryuga, Claudia ikut jatuh berlutut seperti apa yang Ryuga lakukan. Wanita itu mencoba bersikap tegar. “Ini juga sulit bagiku, Ryuga,” ungkap Claudia seraya melarikan satu tangannya untuk menyentuh sisi wajah kanan Ryuga. Lamat-lamat Claudia memandangi wajah pria yang akan sangat dirindukannya. Netra mata Claudia menelusuri dahi Ryuga lalu jatuh pada kedua alis tebalnya yang seringkali menukik tajam. Tanpa sadar, Claudia tersenyum lemah. Pandangannya jatuh pada manik hitam Ryuga yang sekarang tengah menyorotnya dalam. Claudia bersumpah, tidak ada pria lain yang menatapnya sedalam Ryuga menatapnya. ‘Aku mencintaimu, Ryuga,’ akui Claudia dalam hati kecilnya. Buliran bening menetes begitu Claudia mengedipkan matanya. Namun, cepat-cepat Claudia mengendalikan diri. Perlahan, air wajah Claudia berubah datar. Sorot matanya tampak dingin saat bersinggungan dengan manik hitam Ryuga dan suaranya juga tidak kalah dingin, “Tidak ada cara lain yang lebih baik d

  • Pesona Presdir Posesif   Titik Terang Part 4 (Kita Selesai)

    Baru saja Ryuga hendak mencari kamar mandi yang Claudia pakai–instingnya mengatakan tata letak kamar mandi masih ada di lantai bawah dan kebetulan manik hitam Ryuga tertuju pada satu pintu di bawah tangga.Namun, langkahnya tertahan setelah mendengar pintu masuk rumah dibuka dari luar. Alis Ryuga naik sebelah, dia baru menyadari sesuatu: kemana perginya anggota keluarga Claudia yang lain dan yang terpenting … di mana Aruna?Kedua alis Ryuga langsung menukik tajam. Apakah sosok yang membuka pintu adalah Aruna?“Aru–Ucapan Ryuga terputus sendiri sebab sosok dibalik pintu bukanlah berwujud Aruna, melainkan sosok wanita tambatan hatinya.“Claudia …,” panggil Ryuga menggeram tertahan.Tubuh Claudia mematung. Dia memandangi Ryuga lamat-lamat. "Ryuga ...," batinnya berbisik lirih.Wajah Claudia tampak jauh lebih murung dibandingkan ketika dirinya ada di kamar tamu tadi. Netra matanya langsung bersinggungan dengan Ryuga.Claudia menggigit bibir bawah bagian dalamnya tanpa bisa mengatakan se

  • Pesona Presdir Posesif   Titik Terang Part 3

    “Tante Emma ….” Sosok tersebut adalah Emma. Wanita itu melemparkan senyum tipis yang mirip sekali dengan pria yang Claudia cintai: Ryuga Daksa. “Claudia … sayang,” panggil Emma dengan suara yang terdengar lirih. Claudia segera memalingkan wajah. Kedua tangannya mengepal di sisi tubuhnya. Claudia berusaha menghempas ingatan akan kejadian satu bulan lalu yang telah merubah banyak hal dalam kehidupannya sekarang. *Kembali ke hari di rumah Claudia Suasana dalam kamar tamu itu menjadi keruh dan menegangkan. Apalagi setelah Aland memanggil anggota keluarga inti: Aji, Bahtiar, dan Rudi untuk masuk dan mendengar klarifikasi Emma atas tindak pidana yang dilakukannya pada Lani Mada sebelum Ryuga menelepon Tirta. Siapa yang tidak terkejut dengan klarifikasi itu? Bahu Aji sampai naik turun karena napasnya memburu, menahan amarah. “Tega sekali kamu melakukan hal kotor itu pada istriku!” komentar Aji dengan mata yang sudah memerah. Posisi Claudia masih di dekat Emma dan Ryuga. Dia se

  • Pesona Presdir Posesif   Perubahan Sikap Aruna

    Jika Anjani sudah sampai di komplek perumahannya, maka Aruna masih dalam setengah perjalanan. Ryuga mengemudikan mobilnya dengan penuh kehati-hatian.“Pundakmu pasti pegal, Claudia,” ucap Ryuga selagi manik hitamnya memperhatikan dibalik spion tengah mobil.Claudia menggelengkan kepalanya. “Aku masih bisa menahannya, Ryuga,” balasnya sambil menundukkan pandangan agar bisa menatap wajah menggemaskan Aruna yang tampak damai.Bibir Claudia menyunggingkan senyum. Tangannya gatal untuk tidak menyentuh ujung hidung Aruna. Meskipun bukan putri kandung Ryuga, tapi Claudia rasa hidung Aruna dan Ryuga sangat mirip.Dan siapa sangka sentuhan jari telunjuk Claudia di hidung Aruna membuat gadis itu mengerutkan dahinya samar.“Aruna …,” panggil Claudia mengerjapkan matanya. Karena detik setelah itu, gadis yang sedang menyandarkan kepalanya di pundak Claudia mulai membuka mata.Suara erangan pelan terdengar. “Daddy ….” Pandangan Aruna yang sedikit mengabur mulai tampak jelas. Dia melihat Ryuga duduk

  • Pesona Presdir Posesif   Nasib Aland

    Claudia gamang. Dia ingin menjawab, tapi takut salah. Tapi, tidak dijawab sepertinya lebih salah lagi. Ekor mata Claudia melirik Ryuga, ‘Bisa-bisanya Ryuga menanyakan itu di saat seperti ini?’Kepala Ryuga menatap lurus ke depan. Dia mendengus tidak percaya. Rasa-rasanya Ryuga tidak akan berpikir selama itu jika Claudia menanyakan hal yang serupa.“Akan aku pikir-pikir dulu, Ryuga,” jawab Claudia pada akhirnya. Tepat setelah Claudia meluruskan pandangannya, matanya memicing untuk melihat dua orang gadis yang terlihat duduk di bawah pohon, lebih tepatnya yang satu tengah berbaring.Mulut Ryuga terbuka, hendak menimpali. Namun, tertahan oleh suara Claudia. Wanita itu juga mengarahkan jari telunjuknya ke depan, membuat manik hitam Ryuga bergerak mengikutinya.“I-itu Aruna dan Anjani, Ryuga!” seru Claudia. Wanita itu sama sekali tidak sedang berusaha mengalihkan topik. Karena untuk sekarang, lebih baik fokus pada Aruna.Ryuga memarkirkan mobilnya di tepi jalan tidak jauh dari tempat Aruna

  • Pesona Presdir Posesif   Prioritas Claudia

    Karena pertolongan dua pemuda itu, Aruna dibaringkan di sisi lapangan tepat di bawah pohon yang cukup rindang sehingga tidak terpapar sinar matahari secara langsung.Usai membaringkan Aruna, Aland menatap ke arah gadis yang diduga sebagai teman larinya Aruna.“Kenapa Aruna bisa sampai pingsan segala?!” protesnya.Ditodong pertanyaan seperti itu, siapa yang tidak kesal? Anjani tidak merasa dirinya salah, alhasil dia menyahut santai. “Mana aku tahu. Kamu tanya Aruna saja.”Aland yang hendak menyahut lagi tertahan karena tangannya disentuh oleh pemuda yang bersamanya. “Tidak perlu marah-marah segala, Al. Mending kamu belikan Aruna minuman hangat.”“Sekalian sama minyak kayu putih, ya!” tambah Anjani. Takut disemprot lagi, Anjani menambahkan, “Biar Aruna cepet sadar ‘kan?!”Kalau bukan untuk Aruna, Aland mana mau. Mengembuskan napas berat, Aland pun berdiri lalu pergi meninggalkan keduanya.Entah kenapa Anjani merasa lucu melihat wajah kesal Aland yang tertahankan. Namun, fokusnya langsun

  • Pesona Presdir Posesif   Dari Sisi Aruna

    Tidak ingin menyia-nyiakan hari terakhir libur sebelum masuk perkuliahan, Aruna dan Anjani pagi-pagi sekali sudah siap dengan setelan training dan sweater rajut.Ya, keduanya memutuskan untuk berjalan sehat mengitari lapangan lari yang jaraknya tidak jauh dari kampus.“Nggak diantar Daddy kamu, Runa?” tanya Anjani begitu melihat Aruna yang datang turun dari ojek online.Aruna menggelengkan kepalanya. “Daddy lagi nggak ada.”“Emang Daddy kamu ke mana?” tanya Anjani lagi. Dia merasa penasaran. Anjani mengimbangi langkah Aruna untuk berjalan santai. Bukan berarti Anjani memutuskan tidak berlari seperti orang-orang di sekitarnya karena tahu Aruna memiliki asma, tapi itu karena Anjani malas saja. Dasar.Mata besar Aruna melirik teman dekatnya dengan senyum yang terlihat mengerikan. “Cari Mommy baru buat aku.”TUKKK“Aww, Anjani sakit!” ringis Aruna saat mendapatkan jitakan di pinggir dahinya.Tidak ada tanda-tanda Anjani menunjukkan perasaan bersalahnya. Dia malah mengajukan pertanyaan lag

  • Pesona Presdir Posesif   Cinta Satu Malam

    Jika bukan karena alarm yang sudah menjerit-jerit, sepasang pria dan wanita yang tidur dalam satu ranjang itu tidak akan terbangun dalam bersamaan.Sang wanita berhasil membuka matanya lebih dulu. Dengan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul, dia merasakan pergerakan dari sisi ranjangnya yang memang tidak begitu besar.Begitu menoleh, dia mendapati sesosok pria tampan yang tanpa mengenakan atasan juga tengah menolehkan kepalanya. Keduanya bertukar pandangan.“Saya bisa jelaskan–“Nggak perlu, gue inget apa yang terjadi semalam kok,” selanya dengan santai. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis. Dia kembali berucap, “Gue nggak akan minta pertanggung jawaban apa pun dari lo.” Nada bicaranya terdengar sangat serius sehingga membuat Sang pria mengerutkan dahinya samar.“Seharusnya saya bisa membantu Anda dengan cara yang lain, Nona Lilia.” Sang pria menyebutkan nama wanita yang terbaring di sebelahnya.‘Cara lain?’ batin Lilia sambil mendengus kasar. Satu-satunya cara yang ampuh untuk melep

DMCA.com Protection Status