Aku selang dulu RyuxClau-nya sama mereka ya wkwk
Jika saja Dirga tidak meninggalkan Vape miliknya di dalam bagasi motor, dia tidak akan kembali ke parkiran dan sekarang malah menyaksikan pemandangan yang tidak ingin dirinya lihat.Seharusnya tadi Dirga mengiakan saat Aland mengajaknya untuk merokok bersama. Kini, Dirga menyesal telah menolaknya.“P-Pak Dimitri nggak boleh ya pegang-pegang kayak barusan! Mau aku bilangin Daddy?!” Aruna menepis tangan besar Dimitri dengan terlambat.Mendengar ancaman gadis kecil di hadapannya, Dimitri malah terkekeh. Dia menurunkan wajahnya agar tepat berhadapan dengan Aruna.“Dasar anak kecil, mainnya suka ngadu ke orang tua!” ledek Dimitri seraya kembali mendaratkan usapan di puncak kepala Aruna.“Ish, Pak Dimitrii!!” Air wajah Dirga tampak mengeruh menyaksikan interaksi keduanya lebih lanjut. Kedua alisnya menukik tajam.Tiba-tiba saja kenangan-kenangan saat menjalin hubungan dengan Aruna berputar dalam kepalanya. Dirga bertanya-tanya dalam hati, kapan dia memperlakukan Aruna seperti yang tengah D
Sudah dua hari belakangan Ryuga sama sekali tidak melihat wajah Claudia. Bukan karena kesibukan Ryuga yang harus kembali ke kantor, melainkan Claudia sendiri yang menolak untuk ditemui.[Claudia: Aku menginap di tempatnya Lilia, Ryuga.][Claudia: Pagi ini Lilia ingin menjemputku untuk pergi ke kampus bersama. Ada Idellia dan Zoya juga. Jadi kamu tidak perlu menjemputku, Ryuga.]Pesan-pesan itu membuat Ryuga setengah sekarat. Dia belum melihat Claudia semenjak makan siang kala itu. Hal tersebut jelas membuat seorang Ryuga Daksa merasa bete.Akibatnya, sepanjang hari wajah tampan itu tampak suram. Sampai-sampai klien pentingnya dapat melihat jelas perasaan Ryuga.“Apa ada masalah dengan kontrak kerja sama kita, Ryuga?”Pertanyaan itu membuyarkan lamunan Ryuga. Pria itu langsung mengukir senyum di bibir tipisnya. Suara beratnya menjawab, “Tidak ada. Semua aman, Pak Bahtiar.”Benar. Ryuga sedang mengadakan pertemuan dengan kakeknya Claudia–Bahtiar Madaharsa untuk kerja sama yang sempat t
Kepala Claudia terasa pening. Dia ingin meminta Ryuga berhenti, tapi bagaimana cara mengatakannya?Tampak Bahtiar sedang melihat-lihat menu dengan Aruna.“Eyang belum tahu apa makanan kesukaanmu, jadi pesanlah yang kamu sukai, Aruna.” Kali itu Bahtiar menyebut nama Aruna dengan benar.“Baik, Eyang.”Sementara keduanya sibuk memilah dan memilih menu, Claudia memanfaatkan kesempatan itu dengan memberikan sinyal pada Ryuga melalui dekhaman pelan sambil menatap pria itu lurus-lurus.Dan siapa sangka … berhasil. Manik hitam Ryuga tepat menatap di netra mata Claudia. Kedua sudut bibirnya menyeringai sambil menusukkan lidahnya ke salah satu pipi dan berucap, “Ada yang ingin kamu katakan, Claudia?” Manik hitamnya tampak memicing menggoda.‘BISAKAH KAMU MENGHENTIKAN APA YANG TENGAH KAMU LAKUKAN SEKARANG, RYUGA?!’ Ucapan itu Claudia transfer melalui pandangan matanya pada Ryuga. Dia sampai memelototkan mata.Beberapa hari tidak bertemu Ryuga seperti kehilangan kewarasannya.“Tanpa aku katakan,
“Ryuga ….” Bertepatan Claudia membuka kelopak mata, denting lift berbunyi. Begitu pintu lift sudah terbuka, alih-alih masuk, Claudia malah bergeming di tempatnya. Satu embusan napas menerpa belakang telinga Claudia. “Kenapa diam? Tidak jadi masuk, Claudia?” Suara berat pria itu membuat telinga belakangnya tergelitik. Claudia meneguk ludahnya dalam-dalam. Dia menolehkan wajah dan menemukan wajah tampan Ryuga dekat sekali dengannya sehingga dia mencoba mengambil jarak. “Kamu mengikutiku, Ryuga?” tanya Claudia menatapnya tidak percaya. Detik setelahnya, Claudia menggelengkan kepala. Dia meralat pertanyaannya. “Kenapa mengikutiku?” Manik hitam Ryuga memicing ke arah Claudia. “Aku rasa kamu tidak tahu letak toiletnya ada di mana, Claudia,” jawabnya dengan setengah menyindir. Detik setelah mengatakan itu, Ryuga membawa langkah kakinya maju dan Claudia bergerak mundur tanpa sadar hingga keduanya masuk ke dalam lift yang kebetulan sedang kosong. ‘Hanya berdua dengan Ryuga?’ pikir Claud
Baru Claudia menolehkan wajah untuk menanyakan lebih lanjut, bibir cherry-nya dibungkam lebih dulu oleh bibir tipis Ryuga melalui kecupan singkat sebanyak dua kali.Claudia merasa tubuhnya seperti tersengat aliran listrik. Matanya tampak sayu ketika bersinggungan dengan manik hitam Ryuga yang dihiasi kabut gairah.“Jangan menolakku kali ini, Claudia.” Suara berat Ryuga melirih dan serak. Jika sebelum-sebelumnya ucapan Ryuga terdengar memerintah, yang satu ini terdengar seperti memohon.Pria itu meneguk ludah seiring tangan besarnya mengelusi pinggang ramping Claudia. Masing-masing keduanya terlihat saling menahan diri satu sama lain sampai akhirnya secara perlahan Ryuga melepaskan Claudia.Detik setelahnya, Claudia merasakan kehilangan hanya sesaat sebelum Ryuga berucap, “Kita membutuhkan kamar, Claudia.”“KAMAR?!” Mendengarnya, detak jantung Claudia menggila. Dia berusaha menyeimbangkan tubuhnya agar tetap berdiri dan memberanikan diri menghadap Ryuga seluruhnya. Dia mengepalkan kedu
Sebuah repetisi. Ryuga membawa Claudia ke kamar hotel selayaknya malam itu terjadi. Saat pintu kamar hotel itu terbuka, manik hitam milik Ryuga menoleh ke arah Claudia dan menyorotnya dalam.“Kamu yakin dengan ini, Claudia?” Suara tegas Ryuga mengudara. Ekspresi wajahnya menunjukkan keseriusan.Di satu sisi Ryuga ingin memaksakan kehendaknya. Di sisi lainnya, Ryuga takut membuat Claudia merasa tidak nyaman padanya.Claudia bisa merasakan keraguan dari pertanyaan Ryuga. “Sebenarnya aku juga tidak merasa yakin, Ryuga,” sahut Claudia sambil menggigit bibir bawah bagian dalamnya.Jawaban Claudia membuat Ryuga mengembuskan napas berat. Dia sudah menduga Claudia akan mengatakan demikian. Meskipun tidak ada ketakutan dibalik mata indah wanita itu. Namun, Ryuga bisa membaca jelas kegugupan yang tergambarkan dari wajah cantik Claudia.“Mau dibatalkan sa–“J-jangan!” sela Claudia menggelengkan kepalanya cepat. Dia mengepalkan kedua tangannya erat di sisi tubuh. Lantas menerobos tubuh Ryuga aga
Selagi tangannya bekerja di bawah sana, Ryuga membuat bibir dan lidahnya sibuk mengeksplorasi mulut Claudia lebih dalam melalui ciumannya yang berhasil membuat Claudia mabuk. Kedua tangan Claudia berpindah, yang tadinya berada di pundak Ryuga menjadi naik ke belakang kepala pria itu. Sesekali Claudia meremat halus ke dalam helaian rambut mullet Ryuga. Dan satu lenguhan tertahan di tenggorokannya begitu Claudia merasakan gesekan tipis dari jari Ryuga di organ intimnya. Perutnya terasa tergelitik merasakan kulit tangan Ryuga menyentuhnya tanpa kain penghalang. Tampaknya Ryuga berhasil menurunkan short leggings beserta kain segitiga berenda hingga setengah paha Claudia. Bagaimana pun, Ryuga cukup kesulitan melepaskannya secara hati-hati dan penuh kelembutan. Sentuhan kecil itu semakin membakar gairah baik Ryuga maupun Claudia. Ryuga bisa memastikan Claudia berada dalam satu jalur yang sama dengannya. Tidak ada penolakan dari wanita tersebut. CUP Kini, terdengar bunyi pagutan m
Memastikan dirinya tidak salah mendengar, Claudia bertanya lagi. “Kamu … mau apa, Ryuga?” Suaranya terdengar panik.Debar di jantungnya sama sekali tidak berkurang. Tubuh Claudia masih terasa lemas akibat pelepasan barusan sehingga kedua tangannya masih berpegangan pada pundak kokoh Ryuga.“Membersihkan cairanmu … Claudia.” Ucapan Ryuga terdengar vulgar. Belum lagi manik hitam Ryuga yang menyorot Claudia dalam serta lengkungan senyum seringaian di bibir tipisnya menandakan pria itu memiliki niatan lain.Wajah Claudia memerah mendengarnya. Dia tidak merasa siap saat Ryuga tahu-tahu menurunkan dirinya untuk berjongkok di hadapannya.Mata Claudia membola. “R-Ryuga,” panggil Claudia sambil menundukkan pandangan. Jari-jari pria itu masih tinggal di area kewanitaannya sehingga mau tidak mau Claudia masih terus merasa terbakar.Ryuga melarikan jari-jarinya ke paha dalam Claudia. Wajahnya berhadapan dengan perut rata wanita itu. Kepalanya mendongkak, “Ini baru jariku, tapi kamu ke luar sebany