"Mas ... Cukup ... Ahhh ... Hmmm ...." lirih Lila diakhiri dengan menggigit bibir bawahnya. "Tidak sekarang," tolak David sembari terus menggerakkan pinggulnya.Di dalam kamar David, Lila kembali harus melayani pria dingin itu. Bukan. Lebih tepatnya David lah yang selalu memimpin permainan. Pria itu seolah tak pernah puas dalam menggapai puncak gairahnya."Ahhh." Desahan demi desahan saling bersahutan. Lila pun selalu gagal dalam menahan dirinya. Dia akan ikut larut dalam permainan panas David. Pria dingin itu akan berubah seperti binatang buas ketika bersama Lilara saja.Hingga akhirnya Lilara selalu tumbang lebih dulu dari pada suaminya. Tubuh besar David pun menghentak dengan kuat. Hingga pada hentakan terakhir, tubuhnya menegang. Lila merasakan kehangatan memenuhi rahimnya."Ahhh hmmm." Tubuh rampingnya juga ikut bergetar hebat. Lila selalu mencapai puncaknya saat bercinta dengan suaminya.Selesai dengan aktivitas panas mereka yang penuh gairah, David menarik tubuh sang istri. L
"Ternyata kau punya banyak cara, ya?" bisik David.Lila akan menganggapnya sebagai pujian."Aku hanya tidak mau mereka seenaknya."David terkekeh pelan. Hal ini mengejutkan Lila."Sekarang kita masuk. Atau kau mau memperlihatkan payudaramu pada mereka?" bisik David frontal.Lila terkesiap. Gadis itu merapatkan tangannya yang menggenggam erat kemeja. Dia berjalan masuk ke dalam ruang direktur bersama suaminya."Mas. Aku boleh pinjam kemeja Mas yang ada di kantor?" tanya Lila saat sudah berada di dalam ruangan yang kembali ditutup rapat.David menatapnya. "Dengan syarat.""Jika kau tidak bisa memenuhi syarat, maka tetaplah memakai pakaian itu," lanjut David dengan senyuman sinis. Bersamaan dengan itu terdengar suara pintu dikunci dari dalam.Lila menghela napasnya. Dia sudah menduga bahwa suaminya itu akan berkata demikian."Apa syaratnya?" tanya Lila."Layani aku dengan tubuhmu," jawab David sembari mendorong tubuh Lila dan mulai mencium bibir gadis itu dengan liar."Hmm."Lila memeluk
Di sebuah ruang pertemuan, David duduk tegap di hadapan kedua tamunya. Erik dan Sandra langsung mendapatkan panggilan langsung dari sang direktur tepat sehari setelah kejadian di kamar mandi."Saya dengar bahwa istri Anda berbuat kasar pada orang saya," ucap David sembari menatap dingin ke arah Erik dan istrinya.Sandra terkesiap. Erik pun menatap ke arah istrinya. Pria itu meminta pembenaran atas ucapan sang direktur perusahaan DR."I-itu sama sekali tidak benar. Dia yang berbuat tidak sopan pada saya terlebih dahulu," bantah Sandra membela dirinya."Ah. Mungkin saja ada kesalahpahaman di sini, Pak. Istri saya tak mungkin melakukan hal tersebut. Kecuali dia diganggu," bela Erik."Be-benar, Pak David. Saya tidak mungkin berbuat kasar pada orang Bapak. Dia ... Dia mengganggu saya," papar Sandra yang tentu saja berdusta.David melihat bagaimana reaksi dari dua orang di hadapannya. Memang benar kata Lila. Mereka suka sekali membuat kebohongan."Kalau begitu bagaimana jika kita dengar pen
"Anda pasti salah, kan?" Sandra masih saja berani membantah."Tidak, kok. Anda memang ingin merebut suami saya. Makanya saya membiarkan Anda menampar saya," jawab Lila sembari mengusap pipi kirinya lagi."Tidak. Bukan seperti itu kejadiannya," ucap Sandra kembali berdiri dari duduknya."Tolong Nona Lila jangan membuat berita tidak benar. Saya sama sekali tidak merebut suami Anda. Justru Anda lah yang sekarang sedang merebut Pak David dari istri beliau," ucap Sandra dengan amarah yang tampak di kedua matanya."Tunggu Lila merebut apa?" tanya David menengahi. Dia harus ikut berperan, bukan?"Anda, Pak Davidson. Maaf jika saya lancang. Tapi sebenarnya kami pernah bertemu sebelumnya dan dia ... bukanlah orang yang baik," papar Sandra. Enteng sekali mulut wanita itu mengatai Lila di hadapan mantan suami dan suaminya sendiri."Sandra, tenanglah." Erik ikut angkat bicara. Dia memang tak menyukai keberadaan Lila, tapi dia juga harus menjaga wibawa di hadapan rekan bisnisnya."Mas Erik. Kita h
"Sialan! Kenapa Pak David malah menuruti ucapan perempuan itu!" Sandra membanting tasnya di atas meja kerjanya.Sementara Erik baru saja duduk pada kursinya. Pria itu terlihat lesu. Tak dia sangka jika mantan istrinya akan menikah dengan pria paling berpengaruh di kota. Padahal dia sendiri sudah lama merencanakan kerja sama dengan DR yang cukup sulit. Hingga akhirnya dia bisa memasuki gedung DR namun terhalang oleh mantan istrinya sendiri."Mas! Kenapa kamu malah diam saja? Seharusnya kamu bilang saja kalau perempuan itu memang sudah nggak perawan! Biarkan dia dibuang oleh Pak David!" cerocos Sandra yang terlihat kesal.Erik menatap istrinya. "Diamlah, Sandra!" bentaknya. Dia muak pada istrinya yang terus merengek selama perjalanan tadi."Ck!" Sandra berdecak sebal."Tapi memang dia masih perawan. Aku belum pernah melakukannya dengannya," gumam Erik."Dasar bodoh kamu, Mas. Seharusnya kamu apain kek biar dia nggak perawan," keluh Sandra menyalahkan suaminya. Dia duduk pada kursi kerja
Lila berjalan keluar dari restoran. Gadis itu merasakan ada yang aneh dengan tubuhnya sejak beberapa menit yang lalu.'Apa ini? Kenapa tiba-tiba aku merasa panas?' batinnya. Langkahnya pun melambat saat sampai di depan restoran. Bahkan dia kesulitan untuk mengeluarkan ponselnya dan memesan taksi."Ada apa, Nona? Sepertinya Anda sedang mengalami kesulitan?" Tiba-tiba saja ada seorang pria yang mendekati Lilara. Gadis itu mendongak dengan kedua mata menyipit. Dia sama sekali tak mengenali pria tersebut karena menggunakan masker yang menutupi sebagian wajahnya."Saya tidak apa-apa," jawab Lila.Pria itu diam sejenak mengamati gadis cantik dengan kemeja hitam dan celana panjang hitam. Rambutnya yang dikuncir ekor kuda memperlihatkan leher jenjangnya yang indah."Tapi saya lihat sepertinya Nona sedang tidak baik-baik saja.""Saya tidak apa-apa. Sungguh. Saya sedang menunggu taksi," ucap Lila yang merasakan ketidak nyamanan di dalam tubuhnya yang semakin menjadi. Namun gadis itu harus teta
Lila duduk dengan gelisah. Tubuhnya terus saja bergerak-gerak karena kegerahan. Kulit wajahnya memerah hingga ke telinga."Kukira kau cukup pintar, ternyata kau cukup bodoh menerima ajakan makan malam dari musuhmu sendiri." David mulai mencibir. Pria itu dengan cekatan memasangkan sabuk pengaman untuk istrinya. Aroma harum Lila menguar karena keringat yang keluar dari pori-pori kulitnya. David pun menatap wajah Lila yang terlihat sedang menahan sesuatu."Mas ... Tolong aku ...." cicitnya dengan tatapan sayu.David menatap datar pada wajah memerah Lila. "Apa yang sedang kau rasakan?" tanya pria itu."Aku ... Eummmm." Lila sedang menahan dirinya. Gairahnya menuntut untuk segera dituntaskan."Apa yang harus kulakukan untukmu?" bisik David membuat tubuh Lila semakin menegang.Gadis itu menggigit bibir bawahnya. Suara berat David yang menyapu indera pendengarannya berhasil membuat darahnya berdesir cepat.David mendekatkan tubuhnya dan pria itu mencium bibir ranum Lila. Ciuman lembut dari
"Baiklah, akan kubiarkan kau bermain sampai puas," gumam David dengan seringaian di wajah tampannya.Lila yang sudah diselimuti oleh kabut gairah mulai melepaskan bra hitamnya. Kini terlihat buah dada yang tadi sempat tertutup dengan sempurna. Baru kali ini Lila melepaskan pakaiannya sendiri di hadapan sang suami kontrak."Kamu suka menyentuhnya, kan?" gumam Lila sembari meraih tangan David yang memegangi pahanya. Dia bimbing tangan itu agar menggenggam dadanya yang sintal.David hanya tersenyum menyaksikannya. "Dasar bodoh. Jika aku tidak mengikutimu tadi, kau akan menjadi jalang," ejeknya."Aku memang jalang bagimu, kan? Keberadaan ku hanya sebagai penghangat ranjang saja," sahut Lila dengan tatapan berubah sedih.Hati David tergelitik dengan ucapan Lilara. Selama ini dia memang hanya menjadikan Lila sebagai penghangat ranjangnya dan juga sebagai wadah untuk benih yang dia tanam.Lila mulai menggerakkan pinggulnya di atas tubuh suaminya. Gadis itu bergerak liar dalam pengaruh obat p
Setelah mengetahui siapa yang membuat masalah dengannya, David tentu saja tak tinggal diam. Pria itu memanggil Tristan, orang yang pernah merebut mantan kekasihnya dulu dan berhasil menghancurkan rencana pernikahannya. Dia sendiri mengenal Tristan sebagai anak seorang pemilik perusahaan yang cukup terkenal.Setelah membuat jadwal dan undangan, akhirnya David bisa menemui Tristan. David segera pergi ke Singapura. Dua orang yang sudah lama tak berjumpa itu pun kembali saling berhadapan dengan atmosfer yang penuh dengan ketegangan."Jadi, apa maksud dari semua ini, Pak Tristan?" David langsung memberikan pertanyaan inti meski masih tetap mencoba bersikap sopan pada pria di hadapannya.Tristan melihat laporan yang ditunjukkan asisten kepercayaan David padanya. Kedua alisnya pun saling bertaut. "Saha memang tidak menyukai Anda, Pak David. Tapi saya tidak punya waktu untuk melakukan tindakan kotor seperti ini." Tristan mulai berkilah."Mohon jangan berkilah, Pak Tristan," tekan David menco
Lila menaikkan kedua alisnya. "Aku nggak bentak Mas David ....""Tapi terdengar begitu. Kenapa kamu menyuruhku mandi? Padahal aku capek, Sayang. Aku hanya ingin bermanja - manja denganmu dulu," ujar David dengan ekspresi sedihnya yang berubah menjadi kesal.Lila menatap heran suaminya yang salah sangka. Melihat pertengkaran kecil tersebut, Shiro memilih pergi. Sementara Lila masih menatap suaminya. Dia merasa takut jika David kembali bersikap kasar dan dingin seperti saat mereka masih menikah kontrak."Maaf ...." David menunduk. Pria itu merasa bersalah. Dia pun memeluk sang istri."Aku seharusnya tidak bersikap seperti ini. Maafkan aku, Sayang ...." sesalnya sembari mencium kening Lila dan memeluk lembut wanitanya itu.Lila menghela napas. Sepertinya memang David terlalu banyak pikiran. Wajar saja. Pria itu bekerja tanpa henti. Apa lagi David semakin sibuk selain ikut mengurus anak pertama mereka. Sebelumnya juga dia sering menghadapi masalah dan mungkin saja David sudah jengah."Aku
Keheningan itu membuat Farhan merasa tidak nyaman. Sang bos belum memberikan respon apa pun atas pengakuannya kerena teledor. Perlahan pria itu mendongak, memberanikan diri untuk menatap dan menghadapi sang atasan.David ternyata diam sembari menatap lurus ke arahnya. Ketegangan semakin bertambah saat kedua mata Farhan bertemu dengan iris kecokelatan Davidson."Kalau kamu memang merasa bersalah dan bertanggung jawab soal masalah ini, maka cari dan tangkap karyawan itu! Kamu harus menyerahkannya padaku dan cari tahu alasannya serta pada siapa dia 'menjual' rahasia perusahaan!" David berujar tegas dan dingin saat memberikan perintah.Farhan menelan ludahnya. Sudah lama sekali dia tak diperlakukan sedingin ini oleh sang bos. Namun dia harus tetap patuh."Baik, Pak.""Aku tidak akan memecatmu. Karena bagaimana pun juga kamu telah membantuku agar aku bisa tiba di rumah sakit tepat waktu," imbuh David sembari menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi kerja.Farhan lagi - lagi terkejut at
Penyelidikan segera dilaksanakan. David memerintahkan anak buahnya terlebih dahulu sebelum melibatkan pihak luar. Apa lagi ini merupakan masalah internal yang memang harus diatasi oleh perusahaan.Di dalam perusahaan yang terlihat baik - baik saja dari luar, para petingginya sedang mencoba membereskan masalah yang ada. David bersama Farhan kini sedang memeriksa beberapa data yang sudah terlanjur tersebar dan sedang mencoba menghentikannya.Farhan sendiri sudah mendapatkan rekaman CCTV yang dia butuhkan. Kini pria itu memeriksa rekaman yang ada. Beberapa video dari beberapa sudut telah dia periksa. Namun tak ada yang mencurigakan. Hingga dia menemukan video di mana saat dirinya sebelum mengantarkan sang bos menuju ke rumah sakit untuk mendampingi sang istri yang melahirkan."I-ini ...." Farhan bergumam sembari membetulkan kacamatanya.Kedua alis pria itu saling bertaut. Kini memorinya tertuju pada saat dia menyerahkan hasil rapat pada salah satu karyawan pria yang dia mintai tolong unt
Farhan menarik napas sebelum menjawab. "Maaf, Pak David. Tapi data itu telah bocor."David membulatkan kedua matanya. "Apa?! Bagaimana bisa?" tanya pria itu dengan ekspresi kaget dan tak percaya.Lila pun mendongak menatap heran ke arah suaminya. Terlihat jelas bahwa David sedang terkejut."Maaf, Pak David. Saya dan juga Cindy sedang menyelidikinya. Kami sedang mencari tahu bagaimana data itu sampai bocor," jawab Farhan terdengar ketakutan.David menghela napas kasar. Pria itu kemudian duduk di samping sang istri, tepatnya pada salah satu sisi tempat tidur. Tangan kanannya menggenggam ponsel, sementara tangan kirinya menyugar rambutnya."Kalau begitu teruslah selidiki. Aku akan segera ke kantor," ucap David kemudian sembari menutup panggilan telepon.Pria itu kini menunduk. Lila yang merasa khawatir segera mendekati suaminya dan meraih lengan kekar pria itu dengan lembut."Mas ... Ada apa?" tanya wanita itu khawatir. Melihat dari respon suaminya, dia menduga adanya masalah yang sedang
Malam itu suhu cukup panas. Bayi mungil David dan Lila mulai rewel karena kegerahan. Beruntung sang ayah dengan sigap menyetel suhu dalam ruangan tersebut agar putranya kembali nyaman."Ternyata dia merasa kegerahan juga," ucap David yang kini berjalan mendekati istri dan anaknya."Iya, Mas. Sekarang cukup sejuk," sahut Lila.Bayi mungilnya masih menangis. Lalu segera saja Lila memberikan ASI padanya. Dan ternyata tak hanya kegerahan saja, bayi kecil itu juga meredakan haus dan lapar."Ternyata lapar juga Adek, ya?" Lila bertanya dengan lembut seolah sedang bertanya langsung pada putranya.David duduk di samping Lila yang sedang menyusui putranya. Tatapan pria itu tertuju pada payudara Lila yang terlihat padat dan berisi. Kini dia menelan ludahnya seolah ikut merasakan kehausan."Kenapa lihatinnya kaya gitu, Mas?" tanya Lila menatap curiga pada suaminya.David tersenyum penuh arti. Pria itu kemudian beralih menatap wajah cantik istrinya."Aku hanya penasaran bagaimana rasanya," gumam
Sehari setelahnya, Lila diperbolehkan pulang. Wanita cantik itu pun berjalan dengan menggendong putranya yang tampan dan menggemaskan."Biarkan Mamah yang gendong. Kamu jalan aja duluan sama David," ujar Helena sembari mengulurkan kedua tangannya."Nggak papa, Mah?" tanya Lila merasa tak enak hati karena membiarkan ibu mertuanya yang menggendong bayinya."Nggak papa. Kamu jalan duluan aja. Mamah juga pengen gendong cucu Mamah," jawab Helena dengan senyuman senang dan terlihat jelas bahwa wanita itu tidak sabar ingin menggendong cucunya untuk pertama kali."Baiklah, Mah. Makasih, ya," ucap Lila sembari menyerahkan putranya pada sang ibu mertua.Lila pun berjalan dengan dituntun oleh suaminya. David begitu protektif pada sang istri yang baru saja melahirkan. Sementara di belakangnya ada ibu beserta salah satu asisten rumah tangga yang membantu membawakan barang - barang mereka.Selama dalam perjalanan pulang, putra kecil David tertidur lelap di pangkuan Lila. Terlihat jelas bahwa bayi m
Semua orang yang datang ikut menatap ke arah bayi yang baru saja lahir itu. Mereka ikut penasaran karena David dan Lila tak juga memberi tahu mereka soal jenis kelamin bayinya.Lila pun melirik sang suami. Terlihat David yang sedang tersenyum karena rasa penasaran dari ibunya. Mungkin menurutnya seru merahasiakan jenis kelamin anaknya pada keluarganya sendiri, bahkan sejak kehamilan Lila yang semakin besar."Coba Mamah perhatikan dia laki - laki atau perempuan?" tanya David sengaja ingin menbuat ibunya menebak."Kok gitu? Mamah penasaran, loh. Lila juga nggak mau kasih tahu Mamah pas hamil," protes Helena."Sudahlah, Mah. Nanti kita juga akan tahu sendiri," ucap Norman sembari mengusap lembut bahu istrinya."Tapi Mamah penasaran, Pah. Mamah kan pengen manggil ganteng apa cantik gitu," protes Helena lagi. Terlihat jelas bahwa wanita itu akan sangat menyayangi cucunya."Mas David, kita kasih tahu Mamah saja kenapa, sih? Yang lainnya juga penasaran, tuh," ucap Lila ikut membujuk suaminya
Peluh mulai membasahi dahi Lilara. Dengan sigap dan sabar David mengelapnya dengan sapu tangannya. Tak lupa pria itu terus berdoa di dalam hati agar persalinan sang istri berjalan dengan lancar.Saat ini dia semakin menyadari bahwa wanita hebatnya juga sedang berjuang untuk melahirkan anak pertama mereka. Wajah Lila yang terlihat pucat, menunjukkan bahwa wanita itu merasakan kesakitan. Jujur saja sebagai suami, David tentu merasa tak tega saat melihat kesakitan istrinya."Ughhhh." Lila kembali mengejan sesuai dengan instruksi Dokter Nimas. Tangan kanannya menggenggam erat tangan David yang duduk di sampingnya.'Kamu pasti bisa, Sayang,' bisiknya dalam hati.Lila kembali mengejan lagi. Karena pembukaan sudah lengkap, maka wanita itu siap untuk melahirkan anaknya. Suasana di dalam ruangan begitu menegangkan. Apa lagi David terus saja merasakan desiran tak mengenakkan sehingga dia terus saja berdoa untuk keselamatan anak dan istrinya. Sebagai pria yang sudah sangat mencintai mantan pemb