"Sialan! Kenapa Pak David malah menuruti ucapan perempuan itu!" Sandra membanting tasnya di atas meja kerjanya.Sementara Erik baru saja duduk pada kursinya. Pria itu terlihat lesu. Tak dia sangka jika mantan istrinya akan menikah dengan pria paling berpengaruh di kota. Padahal dia sendiri sudah lama merencanakan kerja sama dengan DR yang cukup sulit. Hingga akhirnya dia bisa memasuki gedung DR namun terhalang oleh mantan istrinya sendiri."Mas! Kenapa kamu malah diam saja? Seharusnya kamu bilang saja kalau perempuan itu memang sudah nggak perawan! Biarkan dia dibuang oleh Pak David!" cerocos Sandra yang terlihat kesal.Erik menatap istrinya. "Diamlah, Sandra!" bentaknya. Dia muak pada istrinya yang terus merengek selama perjalanan tadi."Ck!" Sandra berdecak sebal."Tapi memang dia masih perawan. Aku belum pernah melakukannya dengannya," gumam Erik."Dasar bodoh kamu, Mas. Seharusnya kamu apain kek biar dia nggak perawan," keluh Sandra menyalahkan suaminya. Dia duduk pada kursi kerja
Lila berjalan keluar dari restoran. Gadis itu merasakan ada yang aneh dengan tubuhnya sejak beberapa menit yang lalu.'Apa ini? Kenapa tiba-tiba aku merasa panas?' batinnya. Langkahnya pun melambat saat sampai di depan restoran. Bahkan dia kesulitan untuk mengeluarkan ponselnya dan memesan taksi."Ada apa, Nona? Sepertinya Anda sedang mengalami kesulitan?" Tiba-tiba saja ada seorang pria yang mendekati Lilara. Gadis itu mendongak dengan kedua mata menyipit. Dia sama sekali tak mengenali pria tersebut karena menggunakan masker yang menutupi sebagian wajahnya."Saya tidak apa-apa," jawab Lila.Pria itu diam sejenak mengamati gadis cantik dengan kemeja hitam dan celana panjang hitam. Rambutnya yang dikuncir ekor kuda memperlihatkan leher jenjangnya yang indah."Tapi saya lihat sepertinya Nona sedang tidak baik-baik saja.""Saya tidak apa-apa. Sungguh. Saya sedang menunggu taksi," ucap Lila yang merasakan ketidak nyamanan di dalam tubuhnya yang semakin menjadi. Namun gadis itu harus teta
Lila duduk dengan gelisah. Tubuhnya terus saja bergerak-gerak karena kegerahan. Kulit wajahnya memerah hingga ke telinga."Kukira kau cukup pintar, ternyata kau cukup bodoh menerima ajakan makan malam dari musuhmu sendiri." David mulai mencibir. Pria itu dengan cekatan memasangkan sabuk pengaman untuk istrinya. Aroma harum Lila menguar karena keringat yang keluar dari pori-pori kulitnya. David pun menatap wajah Lila yang terlihat sedang menahan sesuatu."Mas ... Tolong aku ...." cicitnya dengan tatapan sayu.David menatap datar pada wajah memerah Lila. "Apa yang sedang kau rasakan?" tanya pria itu."Aku ... Eummmm." Lila sedang menahan dirinya. Gairahnya menuntut untuk segera dituntaskan."Apa yang harus kulakukan untukmu?" bisik David membuat tubuh Lila semakin menegang.Gadis itu menggigit bibir bawahnya. Suara berat David yang menyapu indera pendengarannya berhasil membuat darahnya berdesir cepat.David mendekatkan tubuhnya dan pria itu mencium bibir ranum Lila. Ciuman lembut dari
"Baiklah, akan kubiarkan kau bermain sampai puas," gumam David dengan seringaian di wajah tampannya.Lila yang sudah diselimuti oleh kabut gairah mulai melepaskan bra hitamnya. Kini terlihat buah dada yang tadi sempat tertutup dengan sempurna. Baru kali ini Lila melepaskan pakaiannya sendiri di hadapan sang suami kontrak."Kamu suka menyentuhnya, kan?" gumam Lila sembari meraih tangan David yang memegangi pahanya. Dia bimbing tangan itu agar menggenggam dadanya yang sintal.David hanya tersenyum menyaksikannya. "Dasar bodoh. Jika aku tidak mengikutimu tadi, kau akan menjadi jalang," ejeknya."Aku memang jalang bagimu, kan? Keberadaan ku hanya sebagai penghangat ranjang saja," sahut Lila dengan tatapan berubah sedih.Hati David tergelitik dengan ucapan Lilara. Selama ini dia memang hanya menjadikan Lila sebagai penghangat ranjangnya dan juga sebagai wadah untuk benih yang dia tanam.Lila mulai menggerakkan pinggulnya di atas tubuh suaminya. Gadis itu bergerak liar dalam pengaruh obat p
"Ughhh." Lila melenguh pelan saat membuka kedua matanya. Gadis itu merasakan tubuhnya yang remuk redam."Apa yang terjadi?" gumamnya sembari mengucek kedua matanya."Kau sudah bangun?" Pertanyaan itu mengagetkan Lila.Gadis itu segera duduk namun lagi-lagi dia merasakan perih pada area pangkal pahanya. Dia menoleh dan mendapati suaminya yang sudah rapi mengenakan kemeja kerja dan tengah duduk pada sofa di kamar tersebut."Ugh ...." Lila memegangi kepalanya. Dia baru sadar tengah berada di kamar David."Jika kau sudah bangun cepatlah mandi dan bereskan kamarku!" titah David sembari berdiri dari duduknya dan meraih jas."Jam berapa sekarang?" tanya Lila dengan kedua mata menyipit."Jam delapan lebih seperempat," jawab pria itu dengan ekspresi datar.Kedua mata Lila membulat. "Apa?""Ya. Kau tidur terlalu lama," ucap David sembari menarik selimut.Lila menunduk dan dia baru menyadari bahwa tubuhnya polos tanpa sehelai benang pun. "Tunggu. Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Lila mulai p
Sementara itu Lila sedang sibuk membersihkan apartemen. Gadis itu kembali diperlakukan seperti pembantu setelah David selesai meneguk manisnya madu bersamanya. Namun dia tak bisa membantah. Dengan cekatan Lila membersihkan sisa percintaan mereka semalam. Gadis itu sama sekali tak tahu bahwa wajahnya sudah tersebar di sosial media dengan berita miring.Drrrt Drrrt Drrrt Tiba-tiba saja ponselnya berdering. Lila meraih ponselnya dan membiarkan mesin cuci melakukan tugasnya dengan baik."Kenapa dia menelfonku?" gumam Lila saat melihat nama suaminya muncul pada layar ponsel."Halo?" sapa Lila saat menerima panggilan."Buka link yang aku kirimkan dan renungkan kebodohanmu," titah David dengan nada dingin."Link?" Lila sedikit menjauhkan ponselnya. Dia membuka pesan yang dikirimkan sang suami."Buka saja!" tegasnya."Baik," jawab Lila.David langsung memutus panggilan secara sepihak. Lila pun meng-klik link yang dikirimkan sang suami. Kini dia masuk ke dalam sosial media miliknya. Kedua
Malam itu setelah David memberikan peringatan pada Sandra, pria itu kembali ke apartemennya. Lila yang baru selesai memasak kini menghidangkan hasil masakannya di atas meja."Erik dan istrinya akan segera dipanggil oleh kepolisian," ucap David.Lila menghentikan gerakan tangannya yang hendak mengambilkan nasi untuk suaminya. Lalu dia kembali melanjutkan."Apa mereka berbuat masalah lagi?" tanya Lila. Dia berlanjut mengambilkan lauk untuk David. Sungguh Lila benar-benar masih bisa melayani suaminya dengan baik meski sikap David yang selalu kasar dan dingin padanya."Seseorang sudah menyelidiki perusahaan RH. Dan perusahaan itu bermasalah. Tapi bukan itu yang membuat mereka dipanggil.""Bukan?" Lila segera duduk di hadapan sang suami."Ya. Ini gara-gara gosip murahan yang mereka sebarkan dengan namamu," jawab David mulai menyuapkan sesendok makanan ke dalam mulutnya.Lila diam sejenak. Dia menatap wajah suaminya yang sedang menikmati masakannya."Maksud, Mas David?" tanya Lila."Mereka
Pagi itu Lila kembali memasak untuknya dan suaminya. Dengan cekatan Lila memasak nasi goreng dengan telur ceplok yang menurutnya simpel dan tak perlu banyak waktu. David pun sedang mandi saat dirinya memasak."Kok aku ngerasa nggak enak gini, ya?" gumam Lila sembari memegangi dadanya. Tubuhnya tiba-tiba terasa lemas.'Oh iya. Kapan aku terakhir haid, ya?' Gadis itu mulai mengingat-ingat tanggal terakhir datang bulan.'Sudah hampir sebulan yang lalu. Ya ampun ... Pantesan nggak enak sekali. Ternyata aku telat. Atau ....' Lila membulatkan kedua matanya. Tiba-tiba tubuhnya menggigil."Nggak, nggak. Masa secepat itu?" gumamnya menyangkal dengan gelengan pelan."Duh! Gosong!" pekiknya kemudian setelah sadar dari melamun.Salah satu telur ceploknya gosong dan itu akan menjadi jatahnya. Lila segera mengangkat telur tersebut dan meletakkannya di atas nasi goreng. Kini dua porsi nasi goreng sudah tersedia. Porsi David tentunya lebih banyak dari pada Lila.'Sungguh istri macam apa aku ini membe