Lila berjalan keluar dari restoran. Gadis itu merasakan ada yang aneh dengan tubuhnya sejak beberapa menit yang lalu.'Apa ini? Kenapa tiba-tiba aku merasa panas?' batinnya. Langkahnya pun melambat saat sampai di depan restoran. Bahkan dia kesulitan untuk mengeluarkan ponselnya dan memesan taksi."Ada apa, Nona? Sepertinya Anda sedang mengalami kesulitan?" Tiba-tiba saja ada seorang pria yang mendekati Lilara. Gadis itu mendongak dengan kedua mata menyipit. Dia sama sekali tak mengenali pria tersebut karena menggunakan masker yang menutupi sebagian wajahnya."Saya tidak apa-apa," jawab Lila.Pria itu diam sejenak mengamati gadis cantik dengan kemeja hitam dan celana panjang hitam. Rambutnya yang dikuncir ekor kuda memperlihatkan leher jenjangnya yang indah."Tapi saya lihat sepertinya Nona sedang tidak baik-baik saja.""Saya tidak apa-apa. Sungguh. Saya sedang menunggu taksi," ucap Lila yang merasakan ketidak nyamanan di dalam tubuhnya yang semakin menjadi. Namun gadis itu harus teta
Lila duduk dengan gelisah. Tubuhnya terus saja bergerak-gerak karena kegerahan. Kulit wajahnya memerah hingga ke telinga."Kukira kau cukup pintar, ternyata kau cukup bodoh menerima ajakan makan malam dari musuhmu sendiri." David mulai mencibir. Pria itu dengan cekatan memasangkan sabuk pengaman untuk istrinya. Aroma harum Lila menguar karena keringat yang keluar dari pori-pori kulitnya. David pun menatap wajah Lila yang terlihat sedang menahan sesuatu."Mas ... Tolong aku ...." cicitnya dengan tatapan sayu.David menatap datar pada wajah memerah Lila. "Apa yang sedang kau rasakan?" tanya pria itu."Aku ... Eummmm." Lila sedang menahan dirinya. Gairahnya menuntut untuk segera dituntaskan."Apa yang harus kulakukan untukmu?" bisik David membuat tubuh Lila semakin menegang.Gadis itu menggigit bibir bawahnya. Suara berat David yang menyapu indera pendengarannya berhasil membuat darahnya berdesir cepat.David mendekatkan tubuhnya dan pria itu mencium bibir ranum Lila. Ciuman lembut dari
"Baiklah, akan kubiarkan kau bermain sampai puas," gumam David dengan seringaian di wajah tampannya.Lila yang sudah diselimuti oleh kabut gairah mulai melepaskan bra hitamnya. Kini terlihat buah dada yang tadi sempat tertutup dengan sempurna. Baru kali ini Lila melepaskan pakaiannya sendiri di hadapan sang suami kontrak."Kamu suka menyentuhnya, kan?" gumam Lila sembari meraih tangan David yang memegangi pahanya. Dia bimbing tangan itu agar menggenggam dadanya yang sintal.David hanya tersenyum menyaksikannya. "Dasar bodoh. Jika aku tidak mengikutimu tadi, kau akan menjadi jalang," ejeknya."Aku memang jalang bagimu, kan? Keberadaan ku hanya sebagai penghangat ranjang saja," sahut Lila dengan tatapan berubah sedih.Hati David tergelitik dengan ucapan Lilara. Selama ini dia memang hanya menjadikan Lila sebagai penghangat ranjangnya dan juga sebagai wadah untuk benih yang dia tanam.Lila mulai menggerakkan pinggulnya di atas tubuh suaminya. Gadis itu bergerak liar dalam pengaruh obat p
"Ughhh." Lila melenguh pelan saat membuka kedua matanya. Gadis itu merasakan tubuhnya yang remuk redam."Apa yang terjadi?" gumamnya sembari mengucek kedua matanya."Kau sudah bangun?" Pertanyaan itu mengagetkan Lila.Gadis itu segera duduk namun lagi-lagi dia merasakan perih pada area pangkal pahanya. Dia menoleh dan mendapati suaminya yang sudah rapi mengenakan kemeja kerja dan tengah duduk pada sofa di kamar tersebut."Ugh ...." Lila memegangi kepalanya. Dia baru sadar tengah berada di kamar David."Jika kau sudah bangun cepatlah mandi dan bereskan kamarku!" titah David sembari berdiri dari duduknya dan meraih jas."Jam berapa sekarang?" tanya Lila dengan kedua mata menyipit."Jam delapan lebih seperempat," jawab pria itu dengan ekspresi datar.Kedua mata Lila membulat. "Apa?""Ya. Kau tidur terlalu lama," ucap David sembari menarik selimut.Lila menunduk dan dia baru menyadari bahwa tubuhnya polos tanpa sehelai benang pun. "Tunggu. Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Lila mulai p
Sementara itu Lila sedang sibuk membersihkan apartemen. Gadis itu kembali diperlakukan seperti pembantu setelah David selesai meneguk manisnya madu bersamanya. Namun dia tak bisa membantah. Dengan cekatan Lila membersihkan sisa percintaan mereka semalam. Gadis itu sama sekali tak tahu bahwa wajahnya sudah tersebar di sosial media dengan berita miring.Drrrt Drrrt Drrrt Tiba-tiba saja ponselnya berdering. Lila meraih ponselnya dan membiarkan mesin cuci melakukan tugasnya dengan baik."Kenapa dia menelfonku?" gumam Lila saat melihat nama suaminya muncul pada layar ponsel."Halo?" sapa Lila saat menerima panggilan."Buka link yang aku kirimkan dan renungkan kebodohanmu," titah David dengan nada dingin."Link?" Lila sedikit menjauhkan ponselnya. Dia membuka pesan yang dikirimkan sang suami."Buka saja!" tegasnya."Baik," jawab Lila.David langsung memutus panggilan secara sepihak. Lila pun meng-klik link yang dikirimkan sang suami. Kini dia masuk ke dalam sosial media miliknya. Kedua
Malam itu setelah David memberikan peringatan pada Sandra, pria itu kembali ke apartemennya. Lila yang baru selesai memasak kini menghidangkan hasil masakannya di atas meja."Erik dan istrinya akan segera dipanggil oleh kepolisian," ucap David.Lila menghentikan gerakan tangannya yang hendak mengambilkan nasi untuk suaminya. Lalu dia kembali melanjutkan."Apa mereka berbuat masalah lagi?" tanya Lila. Dia berlanjut mengambilkan lauk untuk David. Sungguh Lila benar-benar masih bisa melayani suaminya dengan baik meski sikap David yang selalu kasar dan dingin padanya."Seseorang sudah menyelidiki perusahaan RH. Dan perusahaan itu bermasalah. Tapi bukan itu yang membuat mereka dipanggil.""Bukan?" Lila segera duduk di hadapan sang suami."Ya. Ini gara-gara gosip murahan yang mereka sebarkan dengan namamu," jawab David mulai menyuapkan sesendok makanan ke dalam mulutnya.Lila diam sejenak. Dia menatap wajah suaminya yang sedang menikmati masakannya."Maksud, Mas David?" tanya Lila."Mereka
Pagi itu Lila kembali memasak untuknya dan suaminya. Dengan cekatan Lila memasak nasi goreng dengan telur ceplok yang menurutnya simpel dan tak perlu banyak waktu. David pun sedang mandi saat dirinya memasak."Kok aku ngerasa nggak enak gini, ya?" gumam Lila sembari memegangi dadanya. Tubuhnya tiba-tiba terasa lemas.'Oh iya. Kapan aku terakhir haid, ya?' Gadis itu mulai mengingat-ingat tanggal terakhir datang bulan.'Sudah hampir sebulan yang lalu. Ya ampun ... Pantesan nggak enak sekali. Ternyata aku telat. Atau ....' Lila membulatkan kedua matanya. Tiba-tiba tubuhnya menggigil."Nggak, nggak. Masa secepat itu?" gumamnya menyangkal dengan gelengan pelan."Duh! Gosong!" pekiknya kemudian setelah sadar dari melamun.Salah satu telur ceploknya gosong dan itu akan menjadi jatahnya. Lila segera mengangkat telur tersebut dan meletakkannya di atas nasi goreng. Kini dua porsi nasi goreng sudah tersedia. Porsi David tentunya lebih banyak dari pada Lila.'Sungguh istri macam apa aku ini membe
Beberapa hari setelahnya David kembali bertemu dengan Erik dan Sandra. Pria itu tentu saja diundang oleh Erik yang ingin melakukan negosiasi."Saya hanya ingin membuat perjanjian dengan Anda, Pak Davidson." Erik mengeluarkan sebuah amplop besar. David hanya menatapnya sekilas."Saya tidak memerlukan perjanjian apa pun," jawab David dengan tegas.Erik menarik amplop tersebut kembali. "Tapi, Pak David. Masalah soal gosip istri Anda sudah selesai. Kami meminta maaf dan juga sudah membersihkan nama Anda berdua," paparnya."I-itu benar. Saya juga sudah menyesalinya. Dan kami sudah membayar kompensasi atas hal ini, Pak," cicit Sandra.David memilih diam. Padahal dia datang bukan untuk membahas soal gosip yang sempat tersebar mengenai istrinya. Namun melihat reaksi kedua orang di hadapannya membuatnya menahan diri dan memutuskan agar Lila saja yang membuat laporan tentang perebutan aset Mentari. Sebaiknya dia berpura-pura tidak tahu."Kami benar-benar meminta maaf, Pak Davidson." Erik menund
Setelah mengetahui siapa yang membuat masalah dengannya, David tentu saja tak tinggal diam. Pria itu memanggil Tristan, orang yang pernah merebut mantan kekasihnya dulu dan berhasil menghancurkan rencana pernikahannya. Dia sendiri mengenal Tristan sebagai anak seorang pemilik perusahaan yang cukup terkenal.Setelah membuat jadwal dan undangan, akhirnya David bisa menemui Tristan. David segera pergi ke Singapura. Dua orang yang sudah lama tak berjumpa itu pun kembali saling berhadapan dengan atmosfer yang penuh dengan ketegangan."Jadi, apa maksud dari semua ini, Pak Tristan?" David langsung memberikan pertanyaan inti meski masih tetap mencoba bersikap sopan pada pria di hadapannya.Tristan melihat laporan yang ditunjukkan asisten kepercayaan David padanya. Kedua alisnya pun saling bertaut. "Saha memang tidak menyukai Anda, Pak David. Tapi saya tidak punya waktu untuk melakukan tindakan kotor seperti ini." Tristan mulai berkilah."Mohon jangan berkilah, Pak Tristan," tekan David menco
Lila menaikkan kedua alisnya. "Aku nggak bentak Mas David ....""Tapi terdengar begitu. Kenapa kamu menyuruhku mandi? Padahal aku capek, Sayang. Aku hanya ingin bermanja - manja denganmu dulu," ujar David dengan ekspresi sedihnya yang berubah menjadi kesal.Lila menatap heran suaminya yang salah sangka. Melihat pertengkaran kecil tersebut, Shiro memilih pergi. Sementara Lila masih menatap suaminya. Dia merasa takut jika David kembali bersikap kasar dan dingin seperti saat mereka masih menikah kontrak."Maaf ...." David menunduk. Pria itu merasa bersalah. Dia pun memeluk sang istri."Aku seharusnya tidak bersikap seperti ini. Maafkan aku, Sayang ...." sesalnya sembari mencium kening Lila dan memeluk lembut wanitanya itu.Lila menghela napas. Sepertinya memang David terlalu banyak pikiran. Wajar saja. Pria itu bekerja tanpa henti. Apa lagi David semakin sibuk selain ikut mengurus anak pertama mereka. Sebelumnya juga dia sering menghadapi masalah dan mungkin saja David sudah jengah."Aku
Keheningan itu membuat Farhan merasa tidak nyaman. Sang bos belum memberikan respon apa pun atas pengakuannya kerena teledor. Perlahan pria itu mendongak, memberanikan diri untuk menatap dan menghadapi sang atasan.David ternyata diam sembari menatap lurus ke arahnya. Ketegangan semakin bertambah saat kedua mata Farhan bertemu dengan iris kecokelatan Davidson."Kalau kamu memang merasa bersalah dan bertanggung jawab soal masalah ini, maka cari dan tangkap karyawan itu! Kamu harus menyerahkannya padaku dan cari tahu alasannya serta pada siapa dia 'menjual' rahasia perusahaan!" David berujar tegas dan dingin saat memberikan perintah.Farhan menelan ludahnya. Sudah lama sekali dia tak diperlakukan sedingin ini oleh sang bos. Namun dia harus tetap patuh."Baik, Pak.""Aku tidak akan memecatmu. Karena bagaimana pun juga kamu telah membantuku agar aku bisa tiba di rumah sakit tepat waktu," imbuh David sembari menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi kerja.Farhan lagi - lagi terkejut at
Penyelidikan segera dilaksanakan. David memerintahkan anak buahnya terlebih dahulu sebelum melibatkan pihak luar. Apa lagi ini merupakan masalah internal yang memang harus diatasi oleh perusahaan.Di dalam perusahaan yang terlihat baik - baik saja dari luar, para petingginya sedang mencoba membereskan masalah yang ada. David bersama Farhan kini sedang memeriksa beberapa data yang sudah terlanjur tersebar dan sedang mencoba menghentikannya.Farhan sendiri sudah mendapatkan rekaman CCTV yang dia butuhkan. Kini pria itu memeriksa rekaman yang ada. Beberapa video dari beberapa sudut telah dia periksa. Namun tak ada yang mencurigakan. Hingga dia menemukan video di mana saat dirinya sebelum mengantarkan sang bos menuju ke rumah sakit untuk mendampingi sang istri yang melahirkan."I-ini ...." Farhan bergumam sembari membetulkan kacamatanya.Kedua alis pria itu saling bertaut. Kini memorinya tertuju pada saat dia menyerahkan hasil rapat pada salah satu karyawan pria yang dia mintai tolong unt
Farhan menarik napas sebelum menjawab. "Maaf, Pak David. Tapi data itu telah bocor."David membulatkan kedua matanya. "Apa?! Bagaimana bisa?" tanya pria itu dengan ekspresi kaget dan tak percaya.Lila pun mendongak menatap heran ke arah suaminya. Terlihat jelas bahwa David sedang terkejut."Maaf, Pak David. Saya dan juga Cindy sedang menyelidikinya. Kami sedang mencari tahu bagaimana data itu sampai bocor," jawab Farhan terdengar ketakutan.David menghela napas kasar. Pria itu kemudian duduk di samping sang istri, tepatnya pada salah satu sisi tempat tidur. Tangan kanannya menggenggam ponsel, sementara tangan kirinya menyugar rambutnya."Kalau begitu teruslah selidiki. Aku akan segera ke kantor," ucap David kemudian sembari menutup panggilan telepon.Pria itu kini menunduk. Lila yang merasa khawatir segera mendekati suaminya dan meraih lengan kekar pria itu dengan lembut."Mas ... Ada apa?" tanya wanita itu khawatir. Melihat dari respon suaminya, dia menduga adanya masalah yang sedang
Malam itu suhu cukup panas. Bayi mungil David dan Lila mulai rewel karena kegerahan. Beruntung sang ayah dengan sigap menyetel suhu dalam ruangan tersebut agar putranya kembali nyaman."Ternyata dia merasa kegerahan juga," ucap David yang kini berjalan mendekati istri dan anaknya."Iya, Mas. Sekarang cukup sejuk," sahut Lila.Bayi mungilnya masih menangis. Lalu segera saja Lila memberikan ASI padanya. Dan ternyata tak hanya kegerahan saja, bayi kecil itu juga meredakan haus dan lapar."Ternyata lapar juga Adek, ya?" Lila bertanya dengan lembut seolah sedang bertanya langsung pada putranya.David duduk di samping Lila yang sedang menyusui putranya. Tatapan pria itu tertuju pada payudara Lila yang terlihat padat dan berisi. Kini dia menelan ludahnya seolah ikut merasakan kehausan."Kenapa lihatinnya kaya gitu, Mas?" tanya Lila menatap curiga pada suaminya.David tersenyum penuh arti. Pria itu kemudian beralih menatap wajah cantik istrinya."Aku hanya penasaran bagaimana rasanya," gumam
Sehari setelahnya, Lila diperbolehkan pulang. Wanita cantik itu pun berjalan dengan menggendong putranya yang tampan dan menggemaskan."Biarkan Mamah yang gendong. Kamu jalan aja duluan sama David," ujar Helena sembari mengulurkan kedua tangannya."Nggak papa, Mah?" tanya Lila merasa tak enak hati karena membiarkan ibu mertuanya yang menggendong bayinya."Nggak papa. Kamu jalan duluan aja. Mamah juga pengen gendong cucu Mamah," jawab Helena dengan senyuman senang dan terlihat jelas bahwa wanita itu tidak sabar ingin menggendong cucunya untuk pertama kali."Baiklah, Mah. Makasih, ya," ucap Lila sembari menyerahkan putranya pada sang ibu mertua.Lila pun berjalan dengan dituntun oleh suaminya. David begitu protektif pada sang istri yang baru saja melahirkan. Sementara di belakangnya ada ibu beserta salah satu asisten rumah tangga yang membantu membawakan barang - barang mereka.Selama dalam perjalanan pulang, putra kecil David tertidur lelap di pangkuan Lila. Terlihat jelas bahwa bayi m
Semua orang yang datang ikut menatap ke arah bayi yang baru saja lahir itu. Mereka ikut penasaran karena David dan Lila tak juga memberi tahu mereka soal jenis kelamin bayinya.Lila pun melirik sang suami. Terlihat David yang sedang tersenyum karena rasa penasaran dari ibunya. Mungkin menurutnya seru merahasiakan jenis kelamin anaknya pada keluarganya sendiri, bahkan sejak kehamilan Lila yang semakin besar."Coba Mamah perhatikan dia laki - laki atau perempuan?" tanya David sengaja ingin menbuat ibunya menebak."Kok gitu? Mamah penasaran, loh. Lila juga nggak mau kasih tahu Mamah pas hamil," protes Helena."Sudahlah, Mah. Nanti kita juga akan tahu sendiri," ucap Norman sembari mengusap lembut bahu istrinya."Tapi Mamah penasaran, Pah. Mamah kan pengen manggil ganteng apa cantik gitu," protes Helena lagi. Terlihat jelas bahwa wanita itu akan sangat menyayangi cucunya."Mas David, kita kasih tahu Mamah saja kenapa, sih? Yang lainnya juga penasaran, tuh," ucap Lila ikut membujuk suaminya
Peluh mulai membasahi dahi Lilara. Dengan sigap dan sabar David mengelapnya dengan sapu tangannya. Tak lupa pria itu terus berdoa di dalam hati agar persalinan sang istri berjalan dengan lancar.Saat ini dia semakin menyadari bahwa wanita hebatnya juga sedang berjuang untuk melahirkan anak pertama mereka. Wajah Lila yang terlihat pucat, menunjukkan bahwa wanita itu merasakan kesakitan. Jujur saja sebagai suami, David tentu merasa tak tega saat melihat kesakitan istrinya."Ughhhh." Lila kembali mengejan sesuai dengan instruksi Dokter Nimas. Tangan kanannya menggenggam erat tangan David yang duduk di sampingnya.'Kamu pasti bisa, Sayang,' bisiknya dalam hati.Lila kembali mengejan lagi. Karena pembukaan sudah lengkap, maka wanita itu siap untuk melahirkan anaknya. Suasana di dalam ruangan begitu menegangkan. Apa lagi David terus saja merasakan desiran tak mengenakkan sehingga dia terus saja berdoa untuk keselamatan anak dan istrinya. Sebagai pria yang sudah sangat mencintai mantan pemb