"Ternyata kau punya banyak cara, ya?" bisik David.Lila akan menganggapnya sebagai pujian."Aku hanya tidak mau mereka seenaknya."David terkekeh pelan. Hal ini mengejutkan Lila."Sekarang kita masuk. Atau kau mau memperlihatkan payudaramu pada mereka?" bisik David frontal.Lila terkesiap. Gadis itu merapatkan tangannya yang menggenggam erat kemeja. Dia berjalan masuk ke dalam ruang direktur bersama suaminya."Mas. Aku boleh pinjam kemeja Mas yang ada di kantor?" tanya Lila saat sudah berada di dalam ruangan yang kembali ditutup rapat.David menatapnya. "Dengan syarat.""Jika kau tidak bisa memenuhi syarat, maka tetaplah memakai pakaian itu," lanjut David dengan senyuman sinis. Bersamaan dengan itu terdengar suara pintu dikunci dari dalam.Lila menghela napasnya. Dia sudah menduga bahwa suaminya itu akan berkata demikian."Apa syaratnya?" tanya Lila."Layani aku dengan tubuhmu," jawab David sembari mendorong tubuh Lila dan mulai mencium bibir gadis itu dengan liar."Hmm."Lila memeluk
Di sebuah ruang pertemuan, David duduk tegap di hadapan kedua tamunya. Erik dan Sandra langsung mendapatkan panggilan langsung dari sang direktur tepat sehari setelah kejadian di kamar mandi."Saya dengar bahwa istri Anda berbuat kasar pada orang saya," ucap David sembari menatap dingin ke arah Erik dan istrinya.Sandra terkesiap. Erik pun menatap ke arah istrinya. Pria itu meminta pembenaran atas ucapan sang direktur perusahaan DR."I-itu sama sekali tidak benar. Dia yang berbuat tidak sopan pada saya terlebih dahulu," bantah Sandra membela dirinya."Ah. Mungkin saja ada kesalahpahaman di sini, Pak. Istri saya tak mungkin melakukan hal tersebut. Kecuali dia diganggu," bela Erik."Be-benar, Pak David. Saya tidak mungkin berbuat kasar pada orang Bapak. Dia ... Dia mengganggu saya," papar Sandra yang tentu saja berdusta.David melihat bagaimana reaksi dari dua orang di hadapannya. Memang benar kata Lila. Mereka suka sekali membuat kebohongan."Kalau begitu bagaimana jika kita dengar pen
"Anda pasti salah, kan?" Sandra masih saja berani membantah."Tidak, kok. Anda memang ingin merebut suami saya. Makanya saya membiarkan Anda menampar saya," jawab Lila sembari mengusap pipi kirinya lagi."Tidak. Bukan seperti itu kejadiannya," ucap Sandra kembali berdiri dari duduknya."Tolong Nona Lila jangan membuat berita tidak benar. Saya sama sekali tidak merebut suami Anda. Justru Anda lah yang sekarang sedang merebut Pak David dari istri beliau," ucap Sandra dengan amarah yang tampak di kedua matanya."Tunggu Lila merebut apa?" tanya David menengahi. Dia harus ikut berperan, bukan?"Anda, Pak Davidson. Maaf jika saya lancang. Tapi sebenarnya kami pernah bertemu sebelumnya dan dia ... bukanlah orang yang baik," papar Sandra. Enteng sekali mulut wanita itu mengatai Lila di hadapan mantan suami dan suaminya sendiri."Sandra, tenanglah." Erik ikut angkat bicara. Dia memang tak menyukai keberadaan Lila, tapi dia juga harus menjaga wibawa di hadapan rekan bisnisnya."Mas Erik. Kita h
"Sialan! Kenapa Pak David malah menuruti ucapan perempuan itu!" Sandra membanting tasnya di atas meja kerjanya.Sementara Erik baru saja duduk pada kursinya. Pria itu terlihat lesu. Tak dia sangka jika mantan istrinya akan menikah dengan pria paling berpengaruh di kota. Padahal dia sendiri sudah lama merencanakan kerja sama dengan DR yang cukup sulit. Hingga akhirnya dia bisa memasuki gedung DR namun terhalang oleh mantan istrinya sendiri."Mas! Kenapa kamu malah diam saja? Seharusnya kamu bilang saja kalau perempuan itu memang sudah nggak perawan! Biarkan dia dibuang oleh Pak David!" cerocos Sandra yang terlihat kesal.Erik menatap istrinya. "Diamlah, Sandra!" bentaknya. Dia muak pada istrinya yang terus merengek selama perjalanan tadi."Ck!" Sandra berdecak sebal."Tapi memang dia masih perawan. Aku belum pernah melakukannya dengannya," gumam Erik."Dasar bodoh kamu, Mas. Seharusnya kamu apain kek biar dia nggak perawan," keluh Sandra menyalahkan suaminya. Dia duduk pada kursi kerja
Lila berjalan keluar dari restoran. Gadis itu merasakan ada yang aneh dengan tubuhnya sejak beberapa menit yang lalu.'Apa ini? Kenapa tiba-tiba aku merasa panas?' batinnya. Langkahnya pun melambat saat sampai di depan restoran. Bahkan dia kesulitan untuk mengeluarkan ponselnya dan memesan taksi."Ada apa, Nona? Sepertinya Anda sedang mengalami kesulitan?" Tiba-tiba saja ada seorang pria yang mendekati Lilara. Gadis itu mendongak dengan kedua mata menyipit. Dia sama sekali tak mengenali pria tersebut karena menggunakan masker yang menutupi sebagian wajahnya."Saya tidak apa-apa," jawab Lila.Pria itu diam sejenak mengamati gadis cantik dengan kemeja hitam dan celana panjang hitam. Rambutnya yang dikuncir ekor kuda memperlihatkan leher jenjangnya yang indah."Tapi saya lihat sepertinya Nona sedang tidak baik-baik saja.""Saya tidak apa-apa. Sungguh. Saya sedang menunggu taksi," ucap Lila yang merasakan ketidak nyamanan di dalam tubuhnya yang semakin menjadi. Namun gadis itu harus teta
Lila duduk dengan gelisah. Tubuhnya terus saja bergerak-gerak karena kegerahan. Kulit wajahnya memerah hingga ke telinga."Kukira kau cukup pintar, ternyata kau cukup bodoh menerima ajakan makan malam dari musuhmu sendiri." David mulai mencibir. Pria itu dengan cekatan memasangkan sabuk pengaman untuk istrinya. Aroma harum Lila menguar karena keringat yang keluar dari pori-pori kulitnya. David pun menatap wajah Lila yang terlihat sedang menahan sesuatu."Mas ... Tolong aku ...." cicitnya dengan tatapan sayu.David menatap datar pada wajah memerah Lila. "Apa yang sedang kau rasakan?" tanya pria itu."Aku ... Eummmm." Lila sedang menahan dirinya. Gairahnya menuntut untuk segera dituntaskan."Apa yang harus kulakukan untukmu?" bisik David membuat tubuh Lila semakin menegang.Gadis itu menggigit bibir bawahnya. Suara berat David yang menyapu indera pendengarannya berhasil membuat darahnya berdesir cepat.David mendekatkan tubuhnya dan pria itu mencium bibir ranum Lila. Ciuman lembut dari
"Baiklah, akan kubiarkan kau bermain sampai puas," gumam David dengan seringaian di wajah tampannya.Lila yang sudah diselimuti oleh kabut gairah mulai melepaskan bra hitamnya. Kini terlihat buah dada yang tadi sempat tertutup dengan sempurna. Baru kali ini Lila melepaskan pakaiannya sendiri di hadapan sang suami kontrak."Kamu suka menyentuhnya, kan?" gumam Lila sembari meraih tangan David yang memegangi pahanya. Dia bimbing tangan itu agar menggenggam dadanya yang sintal.David hanya tersenyum menyaksikannya. "Dasar bodoh. Jika aku tidak mengikutimu tadi, kau akan menjadi jalang," ejeknya."Aku memang jalang bagimu, kan? Keberadaan ku hanya sebagai penghangat ranjang saja," sahut Lila dengan tatapan berubah sedih.Hati David tergelitik dengan ucapan Lilara. Selama ini dia memang hanya menjadikan Lila sebagai penghangat ranjangnya dan juga sebagai wadah untuk benih yang dia tanam.Lila mulai menggerakkan pinggulnya di atas tubuh suaminya. Gadis itu bergerak liar dalam pengaruh obat p
"Ughhh." Lila melenguh pelan saat membuka kedua matanya. Gadis itu merasakan tubuhnya yang remuk redam."Apa yang terjadi?" gumamnya sembari mengucek kedua matanya."Kau sudah bangun?" Pertanyaan itu mengagetkan Lila.Gadis itu segera duduk namun lagi-lagi dia merasakan perih pada area pangkal pahanya. Dia menoleh dan mendapati suaminya yang sudah rapi mengenakan kemeja kerja dan tengah duduk pada sofa di kamar tersebut."Ugh ...." Lila memegangi kepalanya. Dia baru sadar tengah berada di kamar David."Jika kau sudah bangun cepatlah mandi dan bereskan kamarku!" titah David sembari berdiri dari duduknya dan meraih jas."Jam berapa sekarang?" tanya Lila dengan kedua mata menyipit."Jam delapan lebih seperempat," jawab pria itu dengan ekspresi datar.Kedua mata Lila membulat. "Apa?""Ya. Kau tidur terlalu lama," ucap David sembari menarik selimut.Lila menunduk dan dia baru menyadari bahwa tubuhnya polos tanpa sehelai benang pun. "Tunggu. Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Lila mulai p