Joandra yang geram hanya melontarkan sebuah kalimat perumpamaan meski saat ini tangannya sudah gatal ingin menghajar mulut saudara tirinya yang terus memfitnah dan menyudutkannya.
"Joandra, Kenrick. Kalian berdua itu kenapa?! Kalau memang kalian berdua itu punya masalah, ayo duduk di sini dan bicarakan baik-baik."
Tuan Dinata yang merasakan ada sesuatu yang mengganjal langsung memanggil putra kandungnya dan juga putra tirinya.
"Anak Ayah yang kurang ajar ini yang bermasalah. Begitu terang-terangan memfitnah Kent. Padahal tak ada apa-apa yang Kent lakukan!"
"Kalau memang tak ada apa-apa yang kamu lakukan kenapa harus seemosi ini? Apa memang kamu merasa ada sesuatu yang sudah kamu lakukan, dan itu sebuah perbuatan yang sangat tercela?!"
"Tutup mulutmu Joandra!"
Kenrick yang terlihat emosi dan marah besar langsung menghajar Joandra. Kenrick membogem perut bidang Joandra dan lalu melayangkan pukulannya ke arah wajah Joandra.
Joandra yang
“Nanti Tuan bisa menjelaskannya di Kantor,” ujar Iptu Mario tak memberikan kesempatan kepada Kenrick lagi, setelah tadi dia melihat bagaimana gaya dan kasarnya saudara tiri pemuda ternama yang kini masalahnya sedang ditanganinya.Lebih-lebih ketika mendengar ucapan otoriter dan peringatan Joandra kepada ayahnya sendiri. Itu benar-benar membuat Iptu Mario baru mengetahui jika ternyata semuanya kini ada ditangan dan pada keputusan Joandra sepenuhnya.“Kalian tak mendengar saya bilang saya tak melakukan apa pun?! Kalian jangan asal fitnah dan asal tangkap seperti ini!” geram Kenrick lagi tak ingin bergeming dan ikut berjalan pergi.“Apa bukti yang ada dan surat penangkapan yang sudah ditunjukkan tadi belum cukup, tuan Kenrick?!”Kali ini Iptu Mario berkata tegas dengan wajahnya yang terlihat menahan rasa geram. Ya, dia memang mengetahui dengan baik jika Kenrick adalah saudara tiri Joandra. Tapi, selama ini dia
Selesai makan sore itu, mereka berdua berjalan menaiki anak tangga dan menuju ke lantai atas.“Memangnya bibirmu nggak perih, Sayang?”Jessica yang sejak tadi ingin menanyakan hal itu, melontarkan pertanyaannya ketika kaki mereka berdua menginjak lantai dua di atas sana.“Nggak sama sekali.”“Apa ini juga nggak sakit? Tapi ... ini sudah terlihat memar, Sayang?” tanya Jessica lagi sambil menghentikan langkahnya dan menghadap ke arah Joandra. Kembali mengusap dada atas Joandra yang terlihat merah kebiruan.“Nggak apa-apa ini cuma sedikit,” jawab Joandra tak ingin membuat gadisnya merasa cemas.“Abang ngapain tadi? Abang berantem dengan siapa?” tanya Jessica lagi secara otoriter, karena sejak tadi dia sudah menahan pertanyaan itu.Joandra terdiam ketika mendengar pertanyaan itu. Ingin menceritakan, tapi ragu jika gadis pujaan hatinya itu akan kembali marah padanya. Terlebih jika
“Imposible. Itu sebuah hal yang sangat mustahil dan tidak mungkin. Biarlah, Abang juga tak berharap. Kent memang pintar mencari muka. Dia mungkin terlihat sangat baik dan manis di mata Papa selama ini. Tapi, Abang pastikan topengnya itu akan segera terbongkar. Abang penasaran ingin melihat bagaimana reaksi Papa ketika mendapati putra tirinya yang sudah memfitnah dan membayar sejumlah orang untuk bekerja sama dengannya. Apa Papa akan minta maaf denganku, atau malah sebaliknya. Menyalahkan aku, dan menghajarku ... mungkin.”Jessica hanya diam. Dia melihat jelas kilatan kemarahan dan rasa kecewa Joandra. Tentu saja dia bisa mengerti itu karena dia juga selalu mengalami hal yang sama.“Apa Abang yakin dia yang sudah mendalangi semua ini?” tanya Jessica tak ingin melanjutkan pembicaraan tentang ayah sang pria pujaan hatinya, tak ingin semakin membuat panas hati sang suami.“Orang suruhannya sudah mengakui, dan itu setelah tangannya patah
“Saya yang menjamin!”Tuan Dinata berkata tegas dan dengan lantangnya. Ya, saat ini dia dan istri mudanya itu sedang berada di kantor polisi, dan tuan Dinata sedang mengurus agar Kenrick bisa keluar dan pulang bersama dengan mereka.“Maaf, Tuan Dinata. Tapi semua ini harus berdasarkan persetujuan dari Tuan Joandra sendiri,” ujar Iptu Mario dengan sopan.“Anda itu adalah Polisi yang menangani kasus ini, Pak Mario . Kenapa harus dengan persetujuan dari Joandra?! Memangnya Joandra itu siapa?!”Terdengar suara lantang nyonya Gempita, dan itu membuat IPTU Mario tercekat sesaat.‘Apa dia benar-benar belum kenal dengan Joandra? Dia tak tahu Joandra bisa dengan mudahnya memecatku saat ini juga?!’ batin komandan Mario di dalam benaknya.Bagaimana tidak. Kasus yang rumit ini sudah terendus titik terangnya, dan jalan dari rencana kejahatan ini semuanya juga sudah diketahui dengan sempurna. Dan
Sesungguhnya, Joandra kembali merasa luka tak kasat mata yang kembali mengguris hatinya. Seperti itu ayah kandungnya membela saudara tirinya?! Berbeda sekali dengan apa yang dilakukan untuk dirinya. Segala kasih sayang yang selama ini meluruh dan melimpah untuknya dan adiknya, tak pernah lagi mereka rasakan. Semua kasih sayang dan perhatian itu sekarang sedang berpindah alamat.Joandra sadar jika ayahnya mungkin juga marah akibat dirinya tak pernah respek sedikit pun dengan ibu tirinya. Tapi, bagaimana bisa Joandra memberikan respek baik jika kelakuan ibu tirinya itu selalu menjadi seorang yang sangat pintar dan mengetahui segalanya. Padahal semuanya hanya seperti tong kosong saja. Nyaring bunyinya, tapi kosong melompong!“Itu sih masalah yang sangat simple dan gampang. Asal Kent melakukan klarifikasi dan mengakui segala perbuatan busuknya di depan publik ... Joandra pikir tak akan terlalu mempersulit dalam proses ini.”“Pengakuan apa sih, Joandra? Kamu ini benar-benar keterlaluan ya!
Joandra terlihat mengeraskan rahangnya ketika apa yang didengarnya tak sesuai dengan ekspektasinya.“Lalu harus bagaimana lagi, Joan? Ingat. Kalian itu saudara. Terima atau tak terima, Papa sudah menikah dengan ibunya Kent. Jangan seperti anak kecil lagi.”Darah Joandra terasa berdesir ketika mendengar ayahnya mengatakan dirinya seperti anak kecil. Dia seperti tak mengenal sosok ayah yang begitu dibanggakannya sejak kecil dulu. Jika bisa berteriak, Joandra ingin berteriak dan mengatakan pada Dunia, jika dia begitu merindukan ayahnya yang dulu. Ayahnya yang begitu perhatian dan sayang dengannya, dan tak pernah merendahkan apa lagi meremehkannya seperti ini.“Oke! Kalau memang Papa menginginkan sekali Kent bebas tanpa dipenjarakan sama sekali, lakukan klarifikasi secara live dan dia harus meminta maaf pada Joan serta Jessica!”Joandra berkata dengan lancar tanpa memperlihatkan kelukaan-kelukaan hati dan perasaannya yang terus mengger
‘Kenapa yang menjadi lawanku adalah Papa?!’Joandra membatin sambil berusaha kembali menenangkan dan menyabarkan dirinya.“Papa akan meminta Kent melakukan klarifikasi malam ini juga,” melihat Joandra menghentikan langkahnya, tuan Dinata segera mengutarakan apa yang ingin dikatakannya. Mungkin itu akan menjadi kesempatan terakhirnya sebelum putranya itu benar-benar naik ke atas, dan dia akan semakin sulit menghadapi dan menangani masalah ini.Hening.“Sayang ... turunin. Jessica akan menunggu di atas saja. Sayang bicaralah baik-baik dengan Papa.”Jessica yang tiba-tiba semakin merasa menjadi seseorang yang begitu mengganggu dan menyusahkan segera berbisik sambil berusaha turun dari dalam gendongan Joandra.“Tidak perlu. Nggak ada yang perlu dibicarakan lagi.”“Tapi Papa menunggumu,” ujar Jessica sambil terus menggoyangkan tubuhnya agar bisa turun.“Kenapa?
Wanita paruh baya itu menjawab gugup dan langsung melangkah cepat masuk ke dalam ruang kerja Joandra yang ada di lantai bawah sana, tak jauh dari tempatnya berdiri.Joandra terlihat berbalik dan langsung menyambar tangan Jessica. Menggenggamnya erat dan mulai berjalan ke arah sofa di sana.“Ayo,” Joandra berkata ringan sambil melangkah.Jessica hanya menurut. Tak ada bantahan dan tak terdengar keberatan yang sangat ditakuti oleh Joandra sejak mengambil keputusan gilanya tadi. Barter yang dilakukannya kali ini benar-benar membuat hatinya cenat-cenut sendiri. Terlalu khawatir jika sang gadis pujaan hatinya akan menentang apa yang dilakukannya saat ini.Begitu sudah duduk di atas sofa, bibi Inah datang dengan tas kerja kulit hitam yang setiap hari dibawa oleh Joandra.Joandra membuka tas kerjanya dan langsung mengambil sebuah dokumen dari dalam.Kening tuan Dinata tampak mengkerut. Sejak tadi dia diam dan terlihat terus memperhatika