Ridwan menjalani kehidupannya terseok-seok. Sikapnya masih bertahan tidak mau melamar pekerjaan sesuai pendidikannya. Kini dia malah ikut kakaknya untuk membantu usahanya.Semua kakaknya hanya bisa geleng-geleng kepala. Pantas saja istrinya minta cerai, selain malas juga lebih senang santai dan tidak memikirkan masa depan. Ridwan sudah mendengar kalau Syena sudah menikah dengan teman satu SMAnyaRidwan juga dari SMA yang sama hanya dia beda satu tingkat dengan Syena. Ridwan awalnya masih penasaran dengan kehidupan Syena sebelum menikah. Namun saat mendengar Syena sedang hamil, ini benar-benar membuatnya shock.Itu artinya selama ini dia yang mandul, sedangkan Syena subur. Kenyataan ini membuat Ridwan memutuskan menikahi seorang janda yang bekerja sebagai PNS dan memiliki anak dua orang.Hatinya merasa tercabik dengan kekurangan yang dia miliki. Jika dia memilih pasangannya yang sudah memiliki anak maka tidak akan ada tuntutan untuk memiliki anak darinya.Paling tidak dia akan terhind
Nadine terlihat sedang misuh-misuh ngga jelas saat Dyara baru tiba di rumah mamanya. "Hei.. Ngapain dari tadi aku liat kamu ngomel-ngomel sendiri! " Senyum Dyara yang melihat tingkah adik bungsunya terhenti saat Nadine memonyongkan bibirnya."Kakak tau ngga sih, kak Syena tuh kalo ngatur enak banget. Masa aku masih disuruh jagain Zahira terus dianya belanja katanya mau beli pempers dan susu untuk Zahira, ihh..enak betul..!! ""Lah, kenapa ngga ditolak Nadineee.. Kamu kan punya mulut, bilang aja kamu ngga bisa! ""Kak Dyara tuh kalau ngomong enteng bener ya, belum juga kujawab orangnya udah pergi tuh pake motor suamiku! ""Kok pake motor suamimu, emangnya suami dia kemana?" Nadine cuma mengangkat bahunya lalu pergi meninggalkan Dyara."Sikapnya memang ngga bisa berubah, padahal udah nikah yang kedua. Kalau karakternya begitu ya akan terus begitu selamanya kalau dibiarkan." Nadine hanya mengangguk sepertinya dia sedang enggan ngomong gara-gara tugasnya semakin banyak.Nadine sudah lelah
Syena pulang dengan menggerutu, "Semua harga barang mahal, popok dan susu benar-benar jadi primadona banget di supermarket." Sambil menyelonjorkan kakinya Syena mencari-cari Zahira. "Ini sih cape karena duitnya kurang, jadi harus muter-muter nyari yang lebih murah! "Nadine tidak menggubris sama sekali ocehan Syena. Nadine sedang kesal sekali dengan Syena. Tadi Zahira rewel, sampai akhirnya tertidur karena kelelahan. Zahira menangis karena menunggu mamanya yang tidak pulang-pulang."Nadine, Zahira mana? Kok ngga kedengeran suaranya tumben." Nadine hanya melirik Syena dengan malas, "Lagi tidur di kamar. " Syane hanya mengangguk tanpa bicara lagi.Mama hanya melihat ke arah mereka kemudian masuk ke kamarnya. "Mama kenapa Din? " Nadine menggelengkan kepalanya. Syena akhirnya membawa masuk barang belanjaannya ke kamar, dia juga laporan kepada suaminya setelah belanja keperluan Zahira.Maya masih uring-uringan karena Arkan kini tidak lagi perhatian padanya. "Kamu kenapa May, ada masalah l
Maya mulai tenang ketika tidak lama kemudian dia menerima telfon dari Arkan. "Ma, kemarin kamu kemana? Kok Aby ditinggal sendirian di rumah? "Maya sempat tersentak ketika Arkan menanyakan kepergiannya, waktu itu dia memang sedang bertemu dengan Irdam. "Oh iya mas, aku ketemuan sama temen SMA. Aku lupa ngga ngasih tau kamu, maaf? ""Oh ya sudah, hari ini aku pulang ke rumah mungkin akan menginap beberapa hari sebelum tugas lagi ke luar kota. " Maya kini terhenyak, pendengarannya tadi tidak salah kan? Arkan akan pulang, dan menginap lama.Hati Maya bersorak senang, kini dia tersenyum, "Iya mas, aku tunggu di rumah." Arkan akhirnya menutup telfonnya, dia kini sedang bingung. Kenapa sekarang dia ingin sekali pulang dan bertemu dengan Maya?Padahal selama ini dia sudah tidak ingin bersama dengan Maya, bahkan dia ingin jauh dari Maya. Kini malah berbanding terbalik, mungkin saja dia kini ingin berkumpul juga dengan anak-anaknya.Syena menatap heran suaminya, " Mas Arkan mau pulang kemana?
Syena mulai terlihat tidak sabar lagi, sudah hampir seminggu Arkan tidak memberi kabar sama sekali padanya. Padahal dia sudah kehabisan uang, Zahira membutuhkan susu dan popoknya.Namun Arkan seolah lenyap ditelan bumi. Dia benar-benar sudah melupakan Syena dan Zahira, bahkan pesan dari Syena tidak dibalas satupun oleh Arkan. Pesan itu ternyata tidak pernah sampai kepada Arkan karena semuanya sudah dihapus oleh Maya.Selama Arkan tinggal bersama Maya, hubungan mereka semakin membaik, bahkan seperti pengantin baru lagi. Hingga keintiman mereka seperti tidak ada habisnya. Aby tentu saja senang melihat keceriaan ibu sambungnya.Namun Aby juga mencela sikap tidak bertanggungjawabnya Arkan terhadap mama sambungnya yang kini telah memberinya seorang adik perempuan. Aby menarik nafasnya lelah, sebenarnya dia sendiri merasa heran dengan sikap ayahnya yang kini menjadi pencinta wanita.Saat dulu bersama almarhum ibunya, Arkan tidak pernah membiarkan ibunya kelelahan atau menderita sendirian sa
Maya kebigungan bersama Mamanya, sepanjang jalan Maya berpikir keras, siapa yang sudah berani membuang kerisnya. Selama ini Maya sudah sangat berhati-hati agar tidak ada orang yang tahu tentang keris itu.Saat tiba di rumah ternyata tidak ada siapa-siapa karena Aby langsung ke rumah temannya setelah membuang keris itu. Hatinya diliputi kekhawatiran, semoga saja mamanya tidak mencurigainya.Selagi mereka mencari-cari sepanjang tempat sampah ternyata ada beberapa tetangga mereka yang tidak sengaja melihat perbuatan mereka. "Loh bu Dewi dan Maya sedang apa? Apa kalian kehilangan sesuatu? "Mereka gugup saat ternyata ada seorang tetangga yang menegurnya. Kelihatan sekali kalau bu Salma curiga melihat sikap mereka. "Iya bu, maaf nih anak saya kehilangan benda berharga disekitar sini katanya.""Ooh kalau boleh tau bendanya apa ya bu, biar saya bantu carikan? " Mamanya Maya langsung gelagapan, "Eh, sudah ngga usah bu. Lagi pula tempatnya kotor begini. Makasih ya sudah mau bantuin! ""Loh ngg
Syena kini kembali lagi masuk kamar dan menidurkan Zahira. "Bobo dulu ya pinter, biar besok bisa main sama Papa!" Zahira mengangguk senang, dia segera mengambil guling kesayangannya dan naik ke tempat tidur.Syena menatap pilu putri cantiknya, "Maafkan mama nak, papamu memang bukan milik kita saja. Tapi ada orang lain yang juga memilikinya."Terdengar hembusan nafas Syena yang kini harus menanggung beban karena harus mau berbagi suami dengan madunya. Meskipun di sini posisinya yang salah, namun Syena tetap bertekad akan mencoba berusaha untuk menjadikan Arkan suaminya saja.Ternyata Maya benar-benar sakit, bahkan kini terlihat selang infusnya sudah menempel ditubuhnya. Wajahnya terlihat pucat dan tubuhnya lemah tak bertenaga. Sudah beberapa hari ini Maya kesulitan untuk makan, karena perutnya menolak hingga akhirnya dia tumbang juga karena tidak ada asupan makanan ditubuhnya."Maya, gimana kondisi kamu sekarang nak? " Mama Maya menatap anaknya tak berkedip, dia takut sakitnya Maya ada
Arkan sedang membujuk Zahira melalui ponselnya yang masih terhubung dengan ponsel Syena. Dia malah meminta video call dengan Zahira. Batapa sedih hati Arkan melihat air mata yang berurai dipipi putri cantiknya."Sayang.. Zahira jangan nangis dong, besok papa pulang ya.. " Arkan mencoba merayu putrinya agar menghentikan tangisannya. Zahira terlihat menggelengkan kepalanya, dan menolak menatap wajah papanya."Papa udah bohong sama aku, papa ngga bisa dipercaya!! " Zahira sudah berteriak marah. Arkan tentu saja hanya bisa menatap Zahira dengan sedih.Zahira benar-benar terluka karenanya, kini gadis kecilnya sedang merajuk, sedangkan Syena terlihat masih memeluk Zahira yang masih menyisakan air matanya. "Aku pulang besok, aku ngga bohong. Pulang kerja aku langsung ke sana! "Arkan langsung menutup pembicaraannya dengan anak istrinya. Dia baru merasakan betapa pusingnya memiliki dua istri yang karakternya bertolak belakang. Ingin rasanya kembali ke masa lalu saja saat dia masih bersama mam