Share

Bab 5

Author: Danastri
Frenny tahu, saat dia mengungkap kebenaran itu, tidak akan ada lagi jalan untuk kembali antara dirinya dan Lionel.

Namun, ketika kekecewaan dalam hati seseorang sudah mencapai batas, maka tak akan ada lagi rasa takut. Hati akan memilih untuk melepaskan semuanya, bahkan jika itu berarti kehilangan segalanya.

Frenny menatap suami yang pernah dicintainya dan memperlihatkan semua lukanya dengan kejam di hadapan Lionel. Saat dia mulai bicara, rasa nyeri di hatinya sudah begitu dalam hingga nyaris tak terasa lagi.

"Lionel, kamu nggak perlu pertimbangkan apa pun lagi. Bukan cuma posisiku di Grup Rahayu, bahkan gelar Nyonya Pramudya pun aku nggak mau lagi, karena aku nggak bisa ha ...."

Namun, sebelum kata "hamil" sempat selesai diucapkan, ponsel Lionel berdering.

Tatapannya masih terpaku pada wajah Frenny saat dia mengangkat telepon. Di ujung sana, terdengar suara Reyna yang panik, "Pak Lionel, kondisi Bu Natasha sedang gawat. Anda harus segera datang!"

"Aku mengerti."

Setelah menutup telepon, Lionel hanya berkata pada Frenny, "Kita bicarakan lagi nanti." Lalu, dia berbalik dan berjalan menuju Rolls-Royce hitam yang terparkir di sisi jalan.

Frenny masih berdiri mematung di sana. Angin malam bertiup kencang, menusuk tubuhnya yang rapuh.

Dia sempat memanggil nama Lionel dengan pelan, lalu semakin keras, hingga akhirnya suara itu pecah dengan menyedihkan, "Lionel! Kamu bahkan nggak mau kasih aku satu menit pun? Kita sudah menikah empat tahun! Apa aku nggak pantas untuk kamu dengarkan sama sekali?"

Lionel menggenggam gagang pintu mobil, lalu berkata dengan nada dingin, "Tunggu sampai Natasha melewati masa kritis dulu."

Pria itu menginjak pedal gas dan melesat jauh.

....

Angin malam yang sejuk, tak mampu mengalahkan dinginnya hati Frenny.

Sambil menatap ke arah perginya mobil suaminya, Frenny menggumamkan kalimat yang ingin diucapkannya, "Lionel, aku nggak bisa hamil."

Diiringi dengan deru angin malam, Frenny mengulang perkataannya lagi, "Lionel, aku nggak bisa hamil lagi!"

....

Setiap kali dia mengulanginya, ucapan itu seperti cambuk yang menyiksa hatinya sendiri karena pernah mencintai pria bernama Lionel. Setiap kata itu adalah ejekan telak atas semua pertaruhannya selama empat tahun ini.

Frenny telah memberikan masa mudanya, memberikan seluruh dirinya .... Namun, di mata Lionel, semuanya itu tak bernilai apa-apa.

Kesedihannya, luka-lukanya ... sejak dulu memang tidak pernah menjadi urusan Lionel.

Tiba-tiba, Frenny merasa ingin bebas. Ingin melepaskan semua beban yang selama ini menjeratnya sebagai Nyonya Pramudya.

Setelah malam ini, dia bukan lagi istri Lionel. Dia hanyalah Frenny. Seorang wanita yang akhirnya memilih hidup untuk dirinya sendiri. Dia menunduk menatap setelan jas yang menyedihkan itu.

Setelan itu dibutuhkan Lionel di dunia bisnis. Namun di luar dunia itu, Lionel justru merasa pakaian itu hambar dan membosankan. Sekarang bahkan Frenny pun merasa busana ini tak ubahnya simbol belenggu. Betapa bodohnya dia pernah berharap bisa memenangkan cinta hanya dengan cara menyenangkan pria seperti Lionel.

Betapa konyolnya itu!

....

Ketika Annie kembali mendekat, dia melihat Frenny telah melepas jaket luarnya. Kemeja sutra yang dikenakannya terbuka dua kancing, memperlihatkan sebagian kecil kulitnya yang putih. Rambut hitam panjangnya tergerai di punggung, menimbulkan kesan polos yang memikat.

Frenny bersandar pada badan mobil, kedua kakinya yang jenjang dan putih bersilang anggun. Dia menoleh pelan pada Annie dan bertanya dengan suara lembut, "Punya rokok? Aku mau satu."

Hidung Annie terasa panas.

Sebagai sekretaris pribadi Frenny selama empat tahun, hanya dia yang tahu betapa dalam cinta Frenny pada Lionel. Hanya dia pula yang benar-benar melihat betapa hancurnya Frenny malam ini. Meski tak membawa rokok, Annie tetap berusaha mencarikannya.

Frenny belum pernah merokok sebelumnya ....

Dia tersedak dan batuk hingga air matanya menetes.

Di tengah asap rokok yang menyengat, Frenny tertawa sambil menangis. Dia perlahan-lahan mengurai cinta yang dulu begitu dalam menjadi serpihan-serpihan kebencian. Kebencian itu menancap ke dalam tulang dan jantungnya sendiri ....

....

Malam itu adalah pertama kalinya Frenny benar-benar melepaskan segalanya.

Lampu temaram, suasana yang kabur ... semuanya begitu terpuruk.

Frenny mabuk berat. Dia tidak lagi peduli. Pendapat Lionel, aturan Keluarga Pramudya ... semuanya tak berarti apa-apa lagi. Dia telungkup di atas meja dan mengetuk ringan gelasnya untuk memberi isyarat agar bartender menuangkan segelas lagi.

Baru saja bartender hendak mengiakan, sebuah jari yang panjang dan ramping menekan bibir gelas tersebut dengan lembut. Kemudian, disusul dengan munculnya seorang pria berpenampilan tegap dan dingin duduk di sampingnya.

Orang itu adalah Hardika, pengacara dari Firma Hukum Harburn.

Mata hitam pria itu tampak sedang merenung. Dia memperhatikan Frenny dengan fokus. Penampilannya malam ini jauh lebih menggoda daripada terakhir kali mereka bertemu. Tubuhnya yang lemah tergeletak begitu saja, dua kancing kemejanya terbuka, memperlihatkan sedikit dada di baliknya.

Kulit Frenny sangat putih ....

Tatapan Hardika menjadi semakin dalam. Beberapa detik kemudian, dia melepas jasnya dan perlahan menyampirkannya ke bahu Frenny. Frenny terkejut. Dia mendongak menatap pria itu.

Melalui cahaya lampu yang bergetar, pandangan mereka bertaut. Frenny seolah tersedot ke dalam sepasang mata yang pekat itu dan terjatuh ke jurang tanpa dasar.

Sikap Hardika tetap tenang dan terkesan menjaga jarak, "Kamu sudah terlalu banyak minum. Kuantarkan kamu pulang."

Frenny menyandarkan diri di meja bar dan menatap Hardika lekat-lekat. Di sanalah Hardika baru menyadari bahwa sudut mata Frenny sebenarnya menyimpan pesona yang selama ini tertutupi oleh pakaian formal dan sikap dinginnya.

Suara Frenny terdengar goyah, tidak ada lagi jejak ketenangan biasanya. "Kamu siapa? Kenapa aku harus ikut kamu?"

Percuma bicara logika dengan orang mabuk.

Hardika mengeluarkan dompet dan mengambil segepok uang tunai, lalu meletakkannya di atas meja bar. Kemudian, dia membungkuk dan mengangkat Frenny ke dalam pelukannya.

Frenny sempat memberontak secara refleks, tapi Hardika langsung menahan kedua kakinya dengan kuat. Suaranya dingin dan keras, seperti sedang memperlakukan seorang tersangka, "Kalau kamu nggak mau besok masuk berita utama, ikut aku sekarang juga."

Frenny akhirnya terpaksa bersandar dalam pelukan pria itu.

Pipinya bersentuhan dengan sisi leher Hardika. Kulit pria itu panas, sehingga membuat Frenny merasa tidak nyaman. Dia pun bergeser dan menyandarkan wajahnya ke bahu Hardika. Dengan selapis kain kemeja yang memisahkan, dia merasa sedikit lebih tenang.

Namun tetap saja, dia masih meracau sambil menggeliat, "Hardika ... turunkan aku."

Area parkir.

Lampu-lampu neon di kejauhan telah redup, menyisakan hanya bintang-bintang yang tersebar di langit malam.

Hardika menunduk memandangi wanita dalam pelukannya. Ada cahaya aneh yang berkilat di matanya. Frenny tahu orang ini adalah Hardika.

Namun, sesaat kemudian, Hardika segera menekan kembali gejolak hati itu. Dia tidak lupa, Frenny adalah istri Lionel. Bukan wanita yang bisa dia dekati sesuka hati.

Lima menit kemudian, Frenny sudah diletakkannya ke dalam mobil.

Wanita itu bersandar lemah di kursi kulit dan matanya terpejam pelan. Wajahnya tampak pucat dan ketika tertidur, tubuhnya terlihat sangat rapuh ....

Hardika menatapnya sejenak, lalu mengangkat ponselnya dan mencoba menghubungi Lionel. Namun, kedua ponsel Lionel semuanya tidak aktif.

Hardika menduga ini pasti ada hubungannya dengan Natasha. Kalau bukan karena wanita itu, Frenny takkan mabuk sampai seperti ini. Dia baru saja hendak menghubungi Reyna, tetapi Frenny telah terbangun.

Tangannya terulur dan menepis ponsel Hardika.

"Aku nggak mau pulang."

Frenny mengangkat kepalanya, dadanya bergerak naik turun. Kemeja tipis di tubuhnya ikut bergoyang lembut, bercampur dengan pesona aroma tubuh wanita itu yang tak dapat dijelaskan.

Jakun Hardika bergerak naik turun.

Dia memalingkan wajah menatap ke arah kegelapan malam, lalu kembali melirik ke arah wanita di sebelahnya. Tampaknya, Frenny sudah tertidur lagi. Hardika memandanginya beberapa detik, lalu membuka pintu dan turun dari mobil.

Kegelapan malam mencekam.

Pria itu bersandar di kap mobil Land Rover. Pakaiannya yang serba hitam menyatu dengan kegelapan malam. Dia mengeluarkan sebatang rokok dan mengulumnya, lalu menunduk untuk menyalakan rokok tersebut.

Asap rokok naik perlahan-lahan, tersapu oleh angin yang berembus, membuat wajahnya yang tampan tampak melembut. Setelah mengisap setengah batang rokok, dia menoleh dan melihat wanita di dalam mobil.

Busana putih secerah sinar bulan, wajah cantik bagai lukisan, ujung matanya memerah, menyisakan keindahan yang menawan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 6

    Malam akhir musim gugur, suasana di dalam mobil terasa hangat seperti musim semi.Frenny mencium aroma tembakau dari tubuh pria di sampingnya. Merek rokok yang diisap Hardika sama persis dengan yang biasa digunakan Lionel. Frenny menjadi bingung. Dalam kesadaran yang samar, dia mengira pria di sampingnya adalah Lionel ....Frenny memejamkan mata, menggenggam tangan pria itu, dan memanggil dengan lirih, "Lionel."Dalam keadaan setengah sadar, dia seolah kembali ke masa lalu.Masa lalunya bersama Lionel ....Hardika tidak menarik tangannya, juga tidak berkata apa-apa. Dia hanya menoleh, memandangi gelap malam di depan kaca mobil. Langit hitam legam dengan rintikan hujan yang membuat suhu terasa lembap. Sama seperti suasana hatinya saat ini.Hardika pernah berhubungan dengan wanita.Namun, semua itu hanya hubungan timbal balik. Mereka saling memanfaatkan dengan suka rela, tanpa beban emosional sama sekali. Dia belum pernah merasakan cinta sedalam yang dimiliki Frenny. Untuk sesaat, dia me

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 7

    Pagi-pagi sekali, Frenny terbangun dengan kepala terasa sakit.Pelayan di rumah membawakan obat untuknya dengan perhatian.Setelah meminum obat, kondisinya membaik. Dia pun bersiap menuju kamar mandi untuk mandi. Namun, pelayan itu berkata dengan kesal, "Tuan digoda sama wanita jalang itu. Padahal semalam Tuan sempat pulang, tapi melihat Nyonya mabuk seperti itu, dia tetap pergi begitu saja."Frenny baru tahu bahwa semalam Lionel sempat pulang.Pelayan itu kembali teringat sesuatu, "Oh iya, Nyonya. Jas milik Pak Hardika sudah kami kirim ke penatu atas perintah Tuan Lionel. Katanya, harus dikirim langsung ke tangan Pak Hardika. Tuan masih punya hati juga bisa perhatian sama Nyonya."Pelayan itu tentu saja tidak tahu seluk-beluk dalam hati Lionel dan mengira semua itu hanyalah bentuk kepedulian. Namun, Frenny tahu, Lionel hanya takut diselingkuhi.Berhubung kondisi tubuhnya masih belum pulih, Frenny memilih beristirahat di rumah selama dua hari. Di sela waktu, dia sempat menjenguk nenekn

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 8

    Di area parkir, Frenny bertemu dengan Hardika.Hardika tampak agak terkejut. Namun setelah berpikir sejenak, dia melangkah mendekat dan bertanya dengan pandangan yang dalam, "Benar-benar mau meninggalkan Grup Rahayu?"Frenny mengangguk ringan. "Iya, aku memang akan pergi."Dia melempar koper kecilnya ke dalam bagasi mobil, lalu menutupnya. Setelah itu, dia berbalik menghadap Hardika dan berkata dengan nada datar, "Terima kasih untuk malam itu."Hardika menatap wajahnya .... Ekspresinya tenang dan tidak memperlihatkan emosi apa pun. Inilah Frenny yang dikenalnya.Kecantikan dan kerapuhannya malam itu, hanya bagaikan sebuah mimpi yang singkat.Tatapan Hardika semakin dalam. Dia hanya mengangguk singkat dengan wibawa khasnya. "Cuma masalah kecil."Meski terlihat dingin, saat mobil Frenny perlahan melaju dan menjauh, Hardika tetap berdiri di tempat yang sama cukup lama. Wajahnya tampak sedang berpikir keras.....Pukul delapan malam, Frenny kembali ke Vila Imperium.Begitu dia turun dari m

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 9

    Setiap huruf yang tertera di atas kertas itu, dibaca Lionel berulang kali hingga matanya terasa perih dan berair.Tiba-tiba, dia memahami semua penderitaan dan air mata Frenny.Barulah dia mengerti, mengapa Frenny mengajukan pertanyaan dengan begitu histeris di tempat parkir malam itu. "Lionel, kenapa bahkan lima menit pun kamu nggak bisa berikan untukku? Lionel, apa kamu masih Lionel yang dulu?"Ternyata, Frenny tidak bisa punya anak lagi!Lionel memang tidak mencintai Frenny, tapi Frenny adalah seseorang yang penting baginya. Frenny telah menemaninya selama empat tahun, melewati masa tergelap dalam hidupnya, hingga menyaksikannya berdiri di puncak kekuasaan.Saat mereka menikah, mereka pernah sepakat akan punya dua anak. Satu diberi nama Asha Pramudya, satu lagi Ashir Pramudya.Lionel duduk perlahan di pinggir ranjang.Wajahnya yang biasanya gagah dan percaya diri, kini tampak hancur dan rapuh. Dia merogoh sakunya untuk mengambil sebatang rokok, lalu menyalakan api dengan kepala tert

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 10

    Di mata Lionel, terlihat jelas sorot seorang pria yang penuh hasrat.Frenny mulai merasa kesal. Dia memang tidak ingin bertemu dengan Lionel. Urusan perceraian mereka akan ditangani oleh pengacara.Dia berniat menutup pintu, tetapi Lionel lebih cepat. Dia mengangkat kakinya dan menahan pintu, lalu menyelinap masuk ke dalam dengan mudahnya ....Begitu pintu tertutup, Frenny langsung ditarik ke dalam pelukannya.Lionel merangkul pinggang rampingnya dan memeluknya dengan erat seakan ingin menyatu. Dia mencium Frenny dengan liar, hampir seperti orang yang kehilangan kendali. Frenny tak punya tenaga untuk melepaskan diri. Dengan pasrah, mereka terseret dan terhuyung ke depan sofa.Sofa yang empuk justru membuat gerak Lionel makin leluasa ....Lionel tidak pernah seperti ini sebelumnya!Di bawah cahaya lampu dan dengan suara lirih yang menggoda, semua itu tak cukup untuk mengembalikan akal sehat pria itu. Sampai ketika pandangannya jatuh pada sebuah tanda lahir merah samar di kulit wanita it

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 11

    Frenny merasa ada yang tidak beres. Pasti dia sedang patah hati.Namun, sebagai calon istri, Frenny tidak punya hak untuk ikut campur dalam kehidupan pribadi Lionel. Itulah prinsip dasar seorang wanita yang sadar dan waras.Frenny memang tidak bisa mengusirnya, tapi juga tidak berminat melihat Lionel merokok. Dia mengikat rambut basahnya ke belakang dengan jepit rambut, lalu mengenakan sandal rumah dan berjalan ke dapur. Dia berniat memasak semangkuk mie sayur untuk dirinya sendiri.Padahal, Frenny sebenarnya cukup pandai memasak. Hanya saja sejak menikah dengan Lionel, dia jarang sekali punya kesempatan untuk masuk dapur. Kini setelah tinggal sendirian, dia memasak masakan sederhana untuk dirinya sendiri setiap hari.Tak lama kemudian, dari dapur mulai tercium aroma daun bawang tumis yang harum, membawa kesan rumah tangga yang hangat dan damai.Sementara itu, Lionel masih duduk di sofa. Dari sudut tempatnya duduk, dia bisa melihat punggung Frenny. Wanita itu masih mengenakan kemeja hi

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 12

    Pagi-pagi sekali, mobil penyiram jalan di kota melintas di bawah apartemen. Lagu yang terdengar dari pengeras suara di mobil adalah salah satu lagu favorit Frenny.Sinar mentari pagi menerobos masuk ke kamar tidur, tirai jendela melambai perlahan. Di sisi tempat tidur, Lionel sudah tidak ada lagi.Malam sebelumnya, Lionel memang tidak memaksanya. Namun sepanjang malam, dia beberapa kali terbangun dan mencium Frenny berkali-kali ....Seperti seseorang yang telah menahan diri terlalu lama. Dalam ciuman yang setengah sadar itu, Frenny seolah mendengar Lionel berkata, "Frenny, ayo kita mulai dari awal lagi."Mulai dari awal ....Bagi Frenny, kata-kata itu memiliki daya tarik yang begitu kuat. Akan tetapi, luka di masa lalu membuatnya takut. Malam itu di Klub Chamber, sikap Lionel yang meledak-ledak itu membuatnya gentar. Dia takut, pada akhirnya semua ini hanya akan menjadi mimpi kosong yang terulang.Setelah itu, Lionel datang terus selama tiga sampai empat malam.Tak ada yang istimewa. D

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 13

    Frenny tak kuasa berpikir, 'Sebesar apa cintanya sampai dia bisa mengabaikan semua gosip yang beredar?'Frenny tidak ingin melihat lebih lama lagi. Dia hendak berbalik dan pergi, tapi suara Natasha yang manja terdengar dari belakangnya. "Bu Frenny."Frenny menoleh dan menatap pasangan busuk itu.Natasha masih merangkul leher Lionel dengan erat, lalu berkata dengan manja, "Bu Frenny, aku dan Lionel nggak ada apa-apa, kok! Badanku tadi nggak nyaman, jadi dia cuma membantuku saja."Belum sempat Frenny membuka suara, Messie langsung menyela dengan sopan, "Bu Frenny ya? Natasha dan Lionel sudah dekat sejak kecil. Mereka cuma saling perhatian, kamu pasti nggak keberatan, 'kan?"Frenny memalingkan pandangan pada Lionel.Suaminya masih memeluk Natasha, hanya saja alisnya sedikit mengernyit.Frenny sama sekali tidak berminat untuk bersaing atau cemburu. Yang dia rasakan hanyalah perasaan muak terhadap ibu dan anak Keluarga Wijaya itu.Akhirnya, dia tertawa sinis, "Bu Messie, kalau putrimu meman

Latest chapter

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 50

    Di ruang presdir Grup Rahayu.Lionel bersandar di kursi kulit, tengah menganalisis dirinya sendiri dengan serius.Segala hal yang dia lakukan, semua demi menjaga kestabilan pernikahannya, demi seorang pewaris yang sah. Dia tidak membenci Frenny, bahkan sedikit menyukainya.Setidaknya dalam urusan itu, belakangan ini mereka cukup kompak. Pria memang makhluk penuh hasrat. Jika nafsu mereka terpenuhi di ranjang, mereka akan menjadi lebih murah hati.Lionel bersedia memperlakukan Frenny dengan baik, membiarkannya menikmati segala keuntungan dari sebuah pernikahan, memberi ilusi cinta kalau memang itu yang diinginkan Frenny.Namun, semua itu tidak ada hubungannya dengan cinta. Lionel tetap tidak mencintai Frenny.Saat dia tenggelam dalam pikirannya, Reyna mengetuk pintu dan masuk. "Pak Lionel, ada telepon dari Jenewa."Lionel menerima ponselnya, mengangguk ringan. "Kamu keluar dulu."Reyna kembali ke ruang sekretaris sambil berpikir dalam hati, 'Telepon dari Jenewa selalu datang seminggu se

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 49

    Lionel menghampiri Frenny, sorot matanya dalam. "Kenapa kamu ke sini?"Frenny mengangkat tas dokumennya. "Bukan buat kencan."Tatapan Lionel semakin suram. Dia mengajak istrinya, "Temani aku makan sedikit lagi ya?"Frenny tidak memberi muka. Dia bahkan tidak melirik ke arah Molly, hanya berkata dengan suara datar, "Aku sudah kenyang. Lionel, kalian lanjutkan urusan kalian. Aku pulang dulu."Detik berikutnya, Lionel meraih pergelangan tangannya. Dengan alis berkerut, dia memanggil, "Frenny."Frenny hanya tersenyum tipis, memandang Lionel sambil berkata, "Bukankah kalian sedang bicara soal kerja sama? Aku nggak seposesif itu, apalagi kita cuma pasangan kontrak, 'kan? Kalau waktunya habis, kita bubar. Kamu mau sama siapa, itu bukan urusanku."Alis Lionel berkerut semakin dalam. Tentu saja dia tahu Frenny merajuk. Namun, karena dia merasa tersinggung, dia pun tidak memiliki kesabaran untuk membujuk dan langsung membiarkannya pergi.Frenny juga tidak menunjukkan sedikit pun rasa menyesal. D

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 48

    "Istriku sangat baik, dia adalah wanita yang luar biasa. Tapi, aku nggak mencintainya.""Aku yakin, aku nggak punya perasaan cinta sebagai pria kepada wanita terhadapnya. Aku berhubungan intim dengannya hanya karena ingin punya ahli waris yang sah.""Tapi, entah kenapa aku seperti kecanduan. Padahal sebelumnya, aku ini pria yang selalu bisa menahan diri."Lionel benar-benar bingung.Beberapa saat kemudian setelah evaluasi, dokter berkata, "Pak Lionel, yang pertama-tama harus kamu pastikan adalah apa kamu benar-benar nggak mencintai istrimu? Perasaan antara pria dan wanita itu sangat sulit dipahami, bukan hal yang sepenuhnya subjektif maupun objektif."Lionel mengerutkan kening, menolak untuk berpikir ke arah sana. Karena di masa mudanya, dia pernah mencintai seseorang. Dia tahu betul seperti apa rasanya jatuh cinta.Setelah sesi konsultasi berakhir, Lionel mengancingkan jasnya dan keluar dari ruang konsultasi.Di luar, Reyna menunggu di depan pintu. Saat melihatnya keluar, Reyna bertan

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 47

    Frenny sedang sakit, jadi tentu tidak mungkin melakukan hubungan suami istri. Dia kembali ke ranjang untuk beristirahat.Dari arah kamar mandi, terdengar suara gemercik air. Lionel sedang mandi. Suara air itu menenangkan, membuat Frenny mengantuk. Tanpa sadar, Frenny pun tertidur.Dalam mimpinya, Lionel masih saja terus mengganggunya, tidak mau melepaskannya. Saat terbangun lagi, waktu sudah menunjukkan pukul 1 dini hari.Di kamar hanya ada satu lampu baca yang menyala. Lionel bersandar di ujung ranjang, sedang membaca dokumen penting.Penampilannya memang luar biasa. Bahkan hanya dengan jubah mandi putih, dia tetap tampak memukau. Frenny sekalipun tidak bisa menahan diri untuk menatapnya beberapa kali.Gerakan kecil dari tempat tidur membuat Lionel menoleh. Dia menatap Frenny sambil bertanya pelan, "Sudah bangun?"Frenny mengangguk. "Sekarang jam berapa?"Lionel meletakkan dokumen di tangan, lalu membaringkan setengah badannya dan merangkul pundak istrinya. Suaranya terdengar lembut d

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 46

    Tak lama kemudian, Lionel membuka pintu kamar utama.Kamar itu tenang dan sunyi. Di udara tercium samar aroma feminin. Saat melangkah lebih dalam, dia melihat Frenny terbaring di ranjang. Tampaknya sedang tertidur.Lionel berjalan mendekat, lalu berlutut di sisi ranjang. Dia menyibakkan helaian rambut dari wajah Frenny dan menyentuh keningnya. Masih panas.Frenny terbangun, demam membuatnya tampak linglung. Tatapannya bertemu mata Lionel. Suara lembut keluar dari bibirnya. "Kamu sudah pulang?"Jantung Lionel berdebar-debar. Dia mengelus lembut wajah istrinya dan menjawab pelan, "Aku sudah minta mereka bawakan bubur ke atas. Makan sedikit, baru tidur lagi. Badanmu masih nggak enak ya?"Saat menyentuhnya, Lionel seperti mengelus anak anjing kecil. Frenny merasa sedikit canggung. Dia mengangkat tangan dan menyentuh kening Lionel. Pria ini tidak demam.Lionel terkekeh-kekeh, merasa kesal sekaligus geli. "Salah ya kalau aku perhatian? Dulu kamu selalu bilang aku kurang peka."Frenny bersand

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 45

    Di ruang rapat, Lionel sedang memimpin rapat pagi saat Reyna masuk sambil membawa ponselnya. Lionel mengangkat alis, sedikit terkejut, lalu mengambil ponsel itu.Suara dari seberang adalah suara asisten rumah tangganya. "Tuan, Nyonya sakit. Demamnya sudah sampai 39 derajat, aku khawatir Nyonya nggak kuat."Meskipun agak dramatis, pesannya cukup jelas.Lionel hendak bicara, tetapi menyadari para eksekutif di ruang rapat sedang memandangnya, dia tersenyum ringan. "Frenny sakit. Dia telepon cuma buat manja-manja, suruh aku pulang cepat."Para eksekutif terdiam. Kalau bukan karena mereka tahu betapa parahnya pertengkaran Lionel dengan Frenny sebelumnya, mereka mungkin akan percaya.Setelah pamer kemesraan, Lionel berpesan kepada pembantu untuk menjaga Frenny baik-baik dan berjanji akan pulang lebih cepat. Tutur katanya penuh perhatian, seolah-olah dirinya adalah suami ideal.Setelah menutup telepon, Lionel lanjut memimpin rapat. Hal pertama yang diumumkan adalah Natasha dikeluarkan dari Pr

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 44

    Lionel menyalakan sebatang rokok, lalu melangkah masuk ke ruang VIP di rumah sakit. Kebetulan saat itu, Dennis sedang melakukan konsultasi di sana.Melihat Lionel datang, Dennis menyapa dengan senyum tenang. "Lionel, kamu juga datang. Rencana operasinya sudah hampir beres, tinggal menentukan tanggal operasinya saja."Kondisi tubuh Tabita belum cukup kuat, jadi masih perlu pemulihan. Akhirnya, Dennis menetapkan operasi akan dilakukan dua minggu lagi. Frenny pun merasa lega.Dennis juga mengundang seorang teman lamanya. Lionel pun mengantar mereka sampai ke tempat parkir.Sepanjang jalan, Dennis terus memuji Frenny. Sebelum pergi, dia menepuk pundak Lionel sambil berpesan, "Perlakukan dia baik-baik. Dia gadis yang baik, aku bisa lihat itu. Kalau kamu lepasin dia, belum tentu dapat yang sebaik ini lagi."Lionel tersenyum tipis dan membukakan pintu mobil untuk Dennis. "Tenang saja, Paman Dennis."Dennis tertawa dan masuk ke mobil. Tak lama kemudian, mobil mewah itu perlahan melaju dan mele

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 43

    Lionel berbaring di atas ranjang, tatapannya dalam dan kelam. Tak lama kemudian, dia juga turun dan masuk ke kamar mandi. Frenny sedang mencuci muka.Pria itu memeluk pinggang rampingnya dari belakang, dagunya bertumpu di bahu sang istri. Suaranya rendah dan serak. "Tunggu dua tahun lagi ya? Setelah aku 30 tahun, kita baru punya anak. Kamu 'kan selalu bilang ingin melakukan sesuatu."Frenny mengangkat kepala, menatap wajah tampan Lionel di cermin, seolah-olah sedang melihat orang asing.Setelah hening beberapa saat, Frenny tersenyum tipis. "Lionel, trik apa lagi yang kamu mainkan?"Ucapan itu menohok. Hati Lionel terasa sakit. Dia tidak menjawab, hanya langsung mengangkat tubuh Frenny, menggendongnya sampai ke depan jendela besar kamar. Di bawah cahaya matahari pagi, dia terus mencium Frenny ....Tirai putih melambai ringan ditiup angin pagi. Tubuh wanita itu lembut dan halus bagaikan sutra.....Menjelang siang, pasangan suami istri itu baru keluar dari kamar. Frenny masih harus menje

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 42

    Di luar dugaan, Lionel berhenti bergerak. Dia menunduk menatap Frenny yang berada dalam pelukannya. Jakunnya bergerak naik turun, menunjukkan betapa berusaha dia menahan diri.Beberapa saat kemudian, Lionel bangkit dari tubuhnya. Bisa dibilang, dia melepaskan wanita itu malam ini. Dengan ekspresi datar, Lionel berkata, "Mandi sana."Ketika Frenny bangkit, kedua kakinya terasa lemas dan gemetar. Saat tertatih-tatih menuju kamar mandi, dia bahkan terkejut melihat bayangannya sendiri di cermin, terlalu berantakan dan kacau.Di kamar tidur, Lionel membalikkan tubuh. Setelah menarik napas beberapa kali, dia meraih laci di samping tempat tidur, mengambil sebungkus rokok, lalu meletakkan sebatang rokok di bibirnya.Kemudian, dia berjalan ke depan jendela besar di ruang tamu untuk duduk, membuka sedikit celah, dan berdiri di sana sambil perlahan mengisap rokoknya.Cahaya lampu kekuningan menyinari wajah Lionel. Bagian wajah yang terkena cahaya terlihat bersih, sementara kelopak matanya membent

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status