Share

Bab 4

Author: Danastri
Pukul sembilan malam, keduanya meninggalkan kediaman Keluarga Pramudya.

Saat Lionel sedang memasang sabuk pengaman, dia bertanya dengan tak acuh, "Tadi kamu ngobrol apa sama Dillon? Kalian kelihatan cukup akrab."

Frenny mengangguk pelan, "Ya, kami ngobrol soal kekasih masa kecilmu."

Lionel terdiam.

Beberapa saat kemudian, Lionel perlahan menggenggam tangan Frenny. Suaranya terdengar lebih lembut dari biasanya, "Aku belum pernah tidur dengannya."

Frenny bersandar di kursi dengan mata berkaca-kaca. Dia sangat paham, kelembutan Lionel ini bukan karena cinta, melainkan karena Frenny sedang berada di masa subur dan Lionel ingin menanam benih di rahimnya.

Itu tidak ada hubungannya dengan cinta, bahkan lebih tidak ada hubungannya lagi dengan dirinya.

Frenny benar-benar penasaran. Jika Lionel tahu bahwa dirinya tidak bisa memiliki anak lagi, apakah dia masih akan mencoba mempertahankannya? Atau justru langsung menandatangani surat cerai dan buru-buru mencari wanita lain yang pantas menjadi Nyonya Pramudya selanjutnya?

Malam ini, Lionel benar-benar berusaha keras. Dia mendekati Frenny, mencoba membangkitkan gairah istrinya. Frenny merasa dirinya sangat menyedihkan.

Suaminya tidak mencintainya. Dia hanya menganggap Frenny sebagai mesin kerja dan mesin penghasil anak. Lionel tidak benar-benar menyukai hubungan intim dengan dirinya, tetapi setiap bulan dia tetap melakukannya demi mendapatkan keturunan. Apa bedanya dengan binatang yang hanya mengikuti naluri?

Frenny menghindari ciuman pria itu. Suaranya serak dan menyiratkan kesedihan yang tak bisa disembunyikan, "Lionel, soal perceraian itu ... aku serius. Kalau menurutmu aku terlalu banyak menuntut, kita bisa diskusikan lagi."

Di dalam mobil yang temaram, Lionel menatap wajah istrinya lekat-lekat, seolah ingin menembus kulit dan membaca isi hatinya.

Setelah keheningan yang cukup lama, suaranya berubah dingin, "Aku juga sudah bilang, kita nggak mungkin cerai. Frenny, kalau kamu punya anak, kamu nggak akan berpikir macam-macam seperti ini lagi!"

Frenny menutup matanya perlahan, tak kuasa berkata apa pun, lalu berbisik, "Lionel ... bagaimana kalau ternyata aku nggak bisa hamil?"

Lionel mengernyit tak percaya, lalu berkata dengan ringan, "Mana mungkin? Dulu waktu kita menikah, kita sudah sama-sama jalani pemeriksaan pranikah."

Frenny tersenyum getir. Laporan pemeriksaan empat tahun lalu sudah tidak berlaku lagi.

Sama seperti janji Lionel saat melamarnya dulu, sudah lama terkubur bersama nurani pria itu dan lenyap dalam pelukan manis seorang gadis lain ....

Saat mereka kembali ke Vila Imperium, waktu sudah hampir menunjukkan pukul sepuluh malam.

Lionel mandi di kamar tamu. Awalnya dia berniat membujuk Frenny untuk tidur bersamanya malam itu, tapi sebuah panggilan telepon tiba-tiba membuatnya buru-buru pergi.

Frenny menebak, mungkin dia pergi menemui selingkuhannya. Dia tidak terlalu peduli. Setidaknya malam ini, dia tak perlu lagi menghadapi Lionel.

Sepanjang malam, Lionel tidak kembali. Lampu-lampu di Vila Imperium tetap menyala semalaman penuh, tetapi tetap tidak menyambut pulangnya sang tuan rumah.

Dalam seminggu berikutnya, Lionel juga tak pernah pulang malam. Soal perceraian, Lionel tak kunjung membicarakannya lagi. Lalu, apa yang dilakukan Frenny di malam-malam musim gugur yang dingin itu?

Dia sering berdiri di depan jendela kaca besar di kamar tidur, memandangi dedaunan pohon yang mulai menguning di luar sana. Dalam benaknya, dia bertanya-tanya, seandainya saja dulu dia tidak menyerah pada dunia seni, tidak menikah terlalu muda, dan tidak terjun ke dunia bisnis, mungkinkah hidupnya akan jauh lebih bahagia?

Mengenai Lionel ... Frenny bahkan tidak pernah meneleponnya sekali pun. Pria yang berkeliaran di luar sana, baginya sudah seperti orang mati. Setelah sekian lama mereka tidak bertemu, pertemuan berikutnya terjadi di sebuah acara bisnis.

....

Klub Chamber.

Klub bisnis paling mewah di ibu kota.

Begitu masuk ke ruang VIP, Frenny langsung melihat Natasha duduk sangat dekat di samping Lionel dengan manja. Saat melihat Frenny datang, Natasha berpura-pura tidak melihatnya dan malah asyik menunduk bermain ponsel. Dia sama sekali tidak menunjukkan kehormatan sedikit pun pada Frenny.

Sekretarisnya, Annie, hampir saja meluapkan kemarahannya.

Namun, Frenny menahannya, "Dia sekarang adalah wanita kesayangan Lionel, biar saja dulu kita maklumi."

Tidak ada tempat kosong di samping Lionel dan Frenny juga tidak mungkin duduk di kubu lawan. Oleh karena itu, dia mencari alasan untuk pergi ke toilet, sekaligus memberi Lionel cukup waktu untuk mengurus selingkuhannya.

Di dalam toilet, lampu kristal berkilau terang.

Frenny sedang berdiri mencuci tangan ketika tiba-tiba terdengar suara langkah kaki wanita mendekat dari belakang ....

Saat mengangkat kepala, dia melihat Natasha dari pantulan cermin.

Natasha melangkah ke sampingnya. Kali ini, tidak ada lagi sikap sopan. Dia menatap Frenny dengan tatapan menusuk, lalu berkata dengan nada mengejek, "Aku sudah pindah kembali ke vila itu. Lionel bilang, aku boleh tinggal selama yang aku mau."

Frenny mematikan keran air.

Di dalam cermin, Frenny menatap wajah muda dan polos itu.

Memang tampak polos, kulitnya masih kencang dan segar, tidak seperti dirinya yang sudah bertahun-tahun berkecimpung di dunia bisnis. Wajahnya selalu tampak letih. Ah, betapa indahnya masa muda.

Frenny kembali teringat, sebenarnya dirinya juga baru berusia 26 tahun.

Frenny menunduk, lalu memutar cincin kawin 6 karat di jari manisnya pelan-pelan dan berkata dengan datar, "Natasha, kalau aku jadi kamu, aku akan diam-diam saja jadi simpanan di sisi Lionel."

"Nggak usah banyak drama, cukup peluk lehernya dan minta uang. Yang lebih penting lagi, nggak usah sebarkan urusan ranjang kalian ke mana-mana. Satu lagi, kenapa kamu datang ke sini? Tempat seperti ini jelas bukan untuk kamu."

Natasha tersenyum kecil, "Lionel akan melindungiku. Dia bahkan nggak tega menyuruhku minum alkohol."

"Oh, begitu?"

Frenny tetap tersenyum tenang, "Natasha, sepertinya kamu belum tahu, dalam hidup Lionel, yang nomor satu adalah uang. Antara urusan bisnis dan perempuan, dia tahu jelas mana yang lebih penting. Jangankan segelas anggur merah, dia bahkan tega-tega saja menyuruhmu menelan racun sekalipun."

Wajah Natasha seketika memucat. "Aku nggak percaya."

Senyum Frenny makin tipis.

Setelah Natasha pergi, Frenny menatap bayangan dirinya di cermin dengan tatapan kosong. Tadi dia begitu garang, tetapi bahkan dirinya sendiri merasakan betapa kosong dan menyedihkannya penampilannya saat itu. Frenny tahu, jika dia mau sedikit saja menggunakan akal, dia bisa terus menjadi Nyonya Pramudya selamanya.

Namun, kehidupan dan pernikahan seperti itu bukanlah yang dia inginkan. Dia sudah lelah. Dia ingin meninggalkan semua ini.

Saat Frenny kembali ke ruang VIP, kursi di samping Lionel sudah dikosongkan. Frenny duduk tenang, seperti biasa, memerankan peran istri penuh cinta di depan publik. Natasha duduk agak jauh. Wajahnya penuh kesedihan dan air matanya nyaris berlinang.

Lionel sedikit tak senang. "Kenapa kamu persulit dia?"

Frenny tidak menjawab. Lionel tidak tahu, setiap kata yang diucapkannya untuk membela Natasha, terasa bagaikan bilah pisau yang menusuk di hati Frenny. Lionel begitu menyayangi Natasha, lalu apa artinya Frenny yang telah berjuang sehidup semati dengannya selama ini?

Ya ... lalu apa dirinya ini?

Hati Frenny seakan-akan meneteskan berdarah, tapi wajahnya tetap terlihat tenang. Dengan senyuman tipis, dia meminta Natasha untuk menemani salah satu tamu dari perusahaan mitra untuk minum. Pria itu jelas tertarik pada tipe gadis polos seperti Natasha.

Merasa dirinya adalah wanita Lionel, Natasha berusaha keras menolak.

Di bawah cahaya lampu kristal, wajah Lionel yang tampan dan anggun tampak menegang. Tentu saja dia tahu, Frenny sengaja melakukan hal itu.

Lionel menggenggam gelas anggur di tangannya sambil menatap Frenny, tapi kata-katanya diarahkan pada Natasha, "Proyek Amasia ini melibatkan dana lebih dari ratusan triliun. Bagaimanapun juga, Bu Natasha harus menghargai Pak Malik."

Natasha tidak berani membuat keributan lagi. Dengan bibir gemetar, dia pun menyetujuinya.

Saat Natasha menunduk dan menemani Malik minum, Frenny duduk sejajar di samping Lionel. Wajah Lionel datar tanpa ekspresi, sementara Frenny merasa seolah dirinya adalah ibu mertua kejam yang baru saja mengubur cinta agung Lionel dengan tangannya sendiri.

Pada saat itu, mereka lupa bahwa mereka adalah pasangan suami istri muda.

....

Larut malam, di parkiran bawah tanah.

Annie menopang Frenny sambil membuka pintu belakang mobil, "Bu Frenny, hati-hati jangan sampai terbentur. Malam ini Anda minum agak banyak."

Frenny menekan pelipisnya dan bergumam, "Suasana hatiku lagi buruk."

Annie bisa memahami perasaannya. Lionel memang keterlaluan malam ini.

Proyek Amasia adalah hasil kerja keras Frenny sejak awal. Dari perencanaan hingga seluruh jaringan dan relasi, semua disusun olehnya. Namun malam ini, Lionel malah membawa Natasha ke acara itu. Kalau Frenny marah, itu sangat wajar.

Namun, melihat bahwa Natasha harus dibawa ke rumah sakit karena keracunan alkohol, ini benar-benar membuatnya puas. Saat Frenny hendak masuk ke mobil, tiba-tiba pergelangan tangannya dicengkeram oleh lengan seorang pria.

"Bugh!" Suara tubuhnya membentur mobil van hitam di samping.

Badan mobil yang dingin dan mahal itu membuat tubuh wanita di pelukannya tampak semakin rapuh. Butuh beberapa saat bagi Frenny untuk mengatasi rasa sakit itu. Saat bisa bernapas kembali, dia mendongak dan melihat wajah Lionel yang tampak marah. "Annie, tolong tinggalkan kami sebentar."

Annie tampak sangat khawatir. Namun, melihat ekspresi Lionel yang suram, dia tidak berani membantah. Dia hanya berbisik, "Bu Frenny juga lagi nggak enak badan."

Mata Frenny mulai memerah. Begitu Annie pergi, Lionel akhirnya meledak. Dia mendekat dan mencengkeram dagu Frenny untuk mendesaknya, "Kenapa kamu sengaja persulit dia?"

"Dia sekarang dirawat di rumah sakit, harus cuci lambung dan infus! Frenny, aku sudah bilang, dia itu cuma anak dari seorang senior. Aku cuma sedikit lebih memperhatikannya, itu saja ...."

Plak!

Sebuah tamparan mendarat keras di wajah Lionel. Telapak tangan Frenny terasa mati rasa, tubuhnya bahkan bergetar tak terkendali.

Dia menatap Lionel dan tertawa dingin, "Perhatian sampai ke tempat tidur di vila, ya? Lionel, kamu ini benar-benar lagi dibutakan cinta atau kamu pikir aku ini bodoh?"

Wajah tampan Lionel dipukul hingga berpaling.

Lionel memalingkan wajahnya kembali perlahan-lahan dan ujung lidahnya menekan langit-langit mulut. Tatapannya menusuk, seolah ingin membunuh Frenny di tempat. Namun saat berbicara, suaranya terdengar tenang, "Kamu sebegitu inginnya mendapatkan cintaku? Sampai rela mengorbankan segalanya?"

Frenny menirukan gaya bicaranya untuk menyindir, "Nggak usah narsis!"

Lionel tampaknya mulai menenangkan diri.

Beberapa saat kemudian, dia menyentuh pipi Frenny dengan lembut. "Frenny, kamu nggak patuh seperti dulu lagi. Apa salahnya menjalani peranmu sebagai Nyonya Pramudya dengan baik?"

"Apa kamu nggak bisa melahirkan seorang anak, lalu duduk di posisi Nyonya Pramudya dengan stabil? Kenapa harus peduli sebanyak itu? Kenapa harus selalu bertentangan denganku?"

Malam begitu dingin dan sepi, air mata membasahi wajah Frenny, tapi dia seperti tidak menyadarinya.

"Dulu?"

"Jadi kamu sadar itu sudah 'dulu'?"

"Lionel, menurutmu kita ini masih seperti dulu? Dulu, nggak ada gadis lain di sisimu. Dulu, kamu pulang setiap malam. Dulu, kamu nggak menghitung masa ovulasi hanya untuk bisa tidur denganku dan punya anak!"

"Lionel, sebenarnya yang berubah itu kamu, atau aku?"

....

Setelah empat tahun berbagi ranjang dan kehidupan, akhirnya mereka benar-benar saling membuka luka.

Lionel menatap Frenny diam-diam, menatap wanita yang telah menemaninya melewati pasang surut dunia bisnis selama empat tahun ini. Setelah waktu yang cukup lama, sorot matanya berubah menjadi dingin, seperti seseorang yang akhirnya mengambil keputusan bulat.

Malam hening dan kelam.

Seperti upacara duka bagi cinta yang telah mati.

Lionel melepaskan cengkeramannya pada Frenny dan mundur selangkah. "Mulai besok, kamu nggak usah lagi bertanggung jawab atas Proyek Amasia. Soal posisimu di perusahaan, aku akan bahas di rapat pemegang saham."

Frenny tersenyum ringan. Habis manis sepah dibuang.

Sebenarnya, baik dia maupun Lionel sama-sama tahu, masalah di antara mereka bukan hanya tentang Natasha. Lionel adalah tipe pria yang mencampakkan seseorang setelah habis dimanfaatkan. Dia ingin memaksa Frenny kembali ke rumah dan hanya menjadi ibu dari anak-anaknya, menjadikannya tawanan seumur hidup atas nama cinta dan keluarga.

Cinta. Anak ....

Di saat itu, rasa kecewa dan kemarahan dalam diri Frenny meledak.

Dia merasa kecewa. Seketika dia merasa, hanya dirinya seorang yang terus memperjuangkan hubungan mereka selama ini. Bertemu Lionel bukanlah keberuntungan, melainkan kutukan!

Frenny tidak ingin lagi menyembunyikan apa pun.

Sekarang dia ingin mengatakan kebenarannya. Dia ingin memberitahu Lionel bahwa dirinya tidak bisa lagi hamil!
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 5

    Frenny tahu, saat dia mengungkap kebenaran itu, tidak akan ada lagi jalan untuk kembali antara dirinya dan Lionel.Namun, ketika kekecewaan dalam hati seseorang sudah mencapai batas, maka tak akan ada lagi rasa takut. Hati akan memilih untuk melepaskan semuanya, bahkan jika itu berarti kehilangan segalanya.Frenny menatap suami yang pernah dicintainya dan memperlihatkan semua lukanya dengan kejam di hadapan Lionel. Saat dia mulai bicara, rasa nyeri di hatinya sudah begitu dalam hingga nyaris tak terasa lagi."Lionel, kamu nggak perlu pertimbangkan apa pun lagi. Bukan cuma posisiku di Grup Rahayu, bahkan gelar Nyonya Pramudya pun aku nggak mau lagi, karena aku nggak bisa ha ...."Namun, sebelum kata "hamil" sempat selesai diucapkan, ponsel Lionel berdering.Tatapannya masih terpaku pada wajah Frenny saat dia mengangkat telepon. Di ujung sana, terdengar suara Reyna yang panik, "Pak Lionel, kondisi Bu Natasha sedang gawat. Anda harus segera datang!""Aku mengerti."Setelah menutup telepon

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 6

    Malam akhir musim gugur, suasana di dalam mobil terasa hangat seperti musim semi.Frenny mencium aroma tembakau dari tubuh pria di sampingnya. Merek rokok yang diisap Hardika sama persis dengan yang biasa digunakan Lionel. Frenny menjadi bingung. Dalam kesadaran yang samar, dia mengira pria di sampingnya adalah Lionel ....Frenny memejamkan mata, menggenggam tangan pria itu, dan memanggil dengan lirih, "Lionel."Dalam keadaan setengah sadar, dia seolah kembali ke masa lalu.Masa lalunya bersama Lionel ....Hardika tidak menarik tangannya, juga tidak berkata apa-apa. Dia hanya menoleh, memandangi gelap malam di depan kaca mobil. Langit hitam legam dengan rintikan hujan yang membuat suhu terasa lembap. Sama seperti suasana hatinya saat ini.Hardika pernah berhubungan dengan wanita.Namun, semua itu hanya hubungan timbal balik. Mereka saling memanfaatkan dengan suka rela, tanpa beban emosional sama sekali. Dia belum pernah merasakan cinta sedalam yang dimiliki Frenny. Untuk sesaat, dia me

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 7

    Pagi-pagi sekali, Frenny terbangun dengan kepala terasa sakit.Pelayan di rumah membawakan obat untuknya dengan perhatian.Setelah meminum obat, kondisinya membaik. Dia pun bersiap menuju kamar mandi untuk mandi. Namun, pelayan itu berkata dengan kesal, "Tuan digoda sama wanita jalang itu. Padahal semalam Tuan sempat pulang, tapi melihat Nyonya mabuk seperti itu, dia tetap pergi begitu saja."Frenny baru tahu bahwa semalam Lionel sempat pulang.Pelayan itu kembali teringat sesuatu, "Oh iya, Nyonya. Jas milik Pak Hardika sudah kami kirim ke penatu atas perintah Tuan Lionel. Katanya, harus dikirim langsung ke tangan Pak Hardika. Tuan masih punya hati juga bisa perhatian sama Nyonya."Pelayan itu tentu saja tidak tahu seluk-beluk dalam hati Lionel dan mengira semua itu hanyalah bentuk kepedulian. Namun, Frenny tahu, Lionel hanya takut diselingkuhi.Berhubung kondisi tubuhnya masih belum pulih, Frenny memilih beristirahat di rumah selama dua hari. Di sela waktu, dia sempat menjenguk nenekn

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 8

    Di area parkir, Frenny bertemu dengan Hardika.Hardika tampak agak terkejut. Namun setelah berpikir sejenak, dia melangkah mendekat dan bertanya dengan pandangan yang dalam, "Benar-benar mau meninggalkan Grup Rahayu?"Frenny mengangguk ringan. "Iya, aku memang akan pergi."Dia melempar koper kecilnya ke dalam bagasi mobil, lalu menutupnya. Setelah itu, dia berbalik menghadap Hardika dan berkata dengan nada datar, "Terima kasih untuk malam itu."Hardika menatap wajahnya .... Ekspresinya tenang dan tidak memperlihatkan emosi apa pun. Inilah Frenny yang dikenalnya.Kecantikan dan kerapuhannya malam itu, hanya bagaikan sebuah mimpi yang singkat.Tatapan Hardika semakin dalam. Dia hanya mengangguk singkat dengan wibawa khasnya. "Cuma masalah kecil."Meski terlihat dingin, saat mobil Frenny perlahan melaju dan menjauh, Hardika tetap berdiri di tempat yang sama cukup lama. Wajahnya tampak sedang berpikir keras.....Pukul delapan malam, Frenny kembali ke Vila Imperium.Begitu dia turun dari m

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 9

    Setiap huruf yang tertera di atas kertas itu, dibaca Lionel berulang kali hingga matanya terasa perih dan berair.Tiba-tiba, dia memahami semua penderitaan dan air mata Frenny.Barulah dia mengerti, mengapa Frenny mengajukan pertanyaan dengan begitu histeris di tempat parkir malam itu. "Lionel, kenapa bahkan lima menit pun kamu nggak bisa berikan untukku? Lionel, apa kamu masih Lionel yang dulu?"Ternyata, Frenny tidak bisa punya anak lagi!Lionel memang tidak mencintai Frenny, tapi Frenny adalah seseorang yang penting baginya. Frenny telah menemaninya selama empat tahun, melewati masa tergelap dalam hidupnya, hingga menyaksikannya berdiri di puncak kekuasaan.Saat mereka menikah, mereka pernah sepakat akan punya dua anak. Satu diberi nama Asha Pramudya, satu lagi Ashir Pramudya.Lionel duduk perlahan di pinggir ranjang.Wajahnya yang biasanya gagah dan percaya diri, kini tampak hancur dan rapuh. Dia merogoh sakunya untuk mengambil sebatang rokok, lalu menyalakan api dengan kepala tert

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 10

    Di mata Lionel, terlihat jelas sorot seorang pria yang penuh hasrat.Frenny mulai merasa kesal. Dia memang tidak ingin bertemu dengan Lionel. Urusan perceraian mereka akan ditangani oleh pengacara.Dia berniat menutup pintu, tetapi Lionel lebih cepat. Dia mengangkat kakinya dan menahan pintu, lalu menyelinap masuk ke dalam dengan mudahnya ....Begitu pintu tertutup, Frenny langsung ditarik ke dalam pelukannya.Lionel merangkul pinggang rampingnya dan memeluknya dengan erat seakan ingin menyatu. Dia mencium Frenny dengan liar, hampir seperti orang yang kehilangan kendali. Frenny tak punya tenaga untuk melepaskan diri. Dengan pasrah, mereka terseret dan terhuyung ke depan sofa.Sofa yang empuk justru membuat gerak Lionel makin leluasa ....Lionel tidak pernah seperti ini sebelumnya!Di bawah cahaya lampu dan dengan suara lirih yang menggoda, semua itu tak cukup untuk mengembalikan akal sehat pria itu. Sampai ketika pandangannya jatuh pada sebuah tanda lahir merah samar di kulit wanita it

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 11

    Frenny merasa ada yang tidak beres. Pasti dia sedang patah hati.Namun, sebagai calon istri, Frenny tidak punya hak untuk ikut campur dalam kehidupan pribadi Lionel. Itulah prinsip dasar seorang wanita yang sadar dan waras.Frenny memang tidak bisa mengusirnya, tapi juga tidak berminat melihat Lionel merokok. Dia mengikat rambut basahnya ke belakang dengan jepit rambut, lalu mengenakan sandal rumah dan berjalan ke dapur. Dia berniat memasak semangkuk mie sayur untuk dirinya sendiri.Padahal, Frenny sebenarnya cukup pandai memasak. Hanya saja sejak menikah dengan Lionel, dia jarang sekali punya kesempatan untuk masuk dapur. Kini setelah tinggal sendirian, dia memasak masakan sederhana untuk dirinya sendiri setiap hari.Tak lama kemudian, dari dapur mulai tercium aroma daun bawang tumis yang harum, membawa kesan rumah tangga yang hangat dan damai.Sementara itu, Lionel masih duduk di sofa. Dari sudut tempatnya duduk, dia bisa melihat punggung Frenny. Wanita itu masih mengenakan kemeja hi

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 12

    Pagi-pagi sekali, mobil penyiram jalan di kota melintas di bawah apartemen. Lagu yang terdengar dari pengeras suara di mobil adalah salah satu lagu favorit Frenny.Sinar mentari pagi menerobos masuk ke kamar tidur, tirai jendela melambai perlahan. Di sisi tempat tidur, Lionel sudah tidak ada lagi.Malam sebelumnya, Lionel memang tidak memaksanya. Namun sepanjang malam, dia beberapa kali terbangun dan mencium Frenny berkali-kali ....Seperti seseorang yang telah menahan diri terlalu lama. Dalam ciuman yang setengah sadar itu, Frenny seolah mendengar Lionel berkata, "Frenny, ayo kita mulai dari awal lagi."Mulai dari awal ....Bagi Frenny, kata-kata itu memiliki daya tarik yang begitu kuat. Akan tetapi, luka di masa lalu membuatnya takut. Malam itu di Klub Chamber, sikap Lionel yang meledak-ledak itu membuatnya gentar. Dia takut, pada akhirnya semua ini hanya akan menjadi mimpi kosong yang terulang.Setelah itu, Lionel datang terus selama tiga sampai empat malam.Tak ada yang istimewa. D

Latest chapter

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 50

    Di ruang presdir Grup Rahayu.Lionel bersandar di kursi kulit, tengah menganalisis dirinya sendiri dengan serius.Segala hal yang dia lakukan, semua demi menjaga kestabilan pernikahannya, demi seorang pewaris yang sah. Dia tidak membenci Frenny, bahkan sedikit menyukainya.Setidaknya dalam urusan itu, belakangan ini mereka cukup kompak. Pria memang makhluk penuh hasrat. Jika nafsu mereka terpenuhi di ranjang, mereka akan menjadi lebih murah hati.Lionel bersedia memperlakukan Frenny dengan baik, membiarkannya menikmati segala keuntungan dari sebuah pernikahan, memberi ilusi cinta kalau memang itu yang diinginkan Frenny.Namun, semua itu tidak ada hubungannya dengan cinta. Lionel tetap tidak mencintai Frenny.Saat dia tenggelam dalam pikirannya, Reyna mengetuk pintu dan masuk. "Pak Lionel, ada telepon dari Jenewa."Lionel menerima ponselnya, mengangguk ringan. "Kamu keluar dulu."Reyna kembali ke ruang sekretaris sambil berpikir dalam hati, 'Telepon dari Jenewa selalu datang seminggu se

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 49

    Lionel menghampiri Frenny, sorot matanya dalam. "Kenapa kamu ke sini?"Frenny mengangkat tas dokumennya. "Bukan buat kencan."Tatapan Lionel semakin suram. Dia mengajak istrinya, "Temani aku makan sedikit lagi ya?"Frenny tidak memberi muka. Dia bahkan tidak melirik ke arah Molly, hanya berkata dengan suara datar, "Aku sudah kenyang. Lionel, kalian lanjutkan urusan kalian. Aku pulang dulu."Detik berikutnya, Lionel meraih pergelangan tangannya. Dengan alis berkerut, dia memanggil, "Frenny."Frenny hanya tersenyum tipis, memandang Lionel sambil berkata, "Bukankah kalian sedang bicara soal kerja sama? Aku nggak seposesif itu, apalagi kita cuma pasangan kontrak, 'kan? Kalau waktunya habis, kita bubar. Kamu mau sama siapa, itu bukan urusanku."Alis Lionel berkerut semakin dalam. Tentu saja dia tahu Frenny merajuk. Namun, karena dia merasa tersinggung, dia pun tidak memiliki kesabaran untuk membujuk dan langsung membiarkannya pergi.Frenny juga tidak menunjukkan sedikit pun rasa menyesal. D

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 48

    "Istriku sangat baik, dia adalah wanita yang luar biasa. Tapi, aku nggak mencintainya.""Aku yakin, aku nggak punya perasaan cinta sebagai pria kepada wanita terhadapnya. Aku berhubungan intim dengannya hanya karena ingin punya ahli waris yang sah.""Tapi, entah kenapa aku seperti kecanduan. Padahal sebelumnya, aku ini pria yang selalu bisa menahan diri."Lionel benar-benar bingung.Beberapa saat kemudian setelah evaluasi, dokter berkata, "Pak Lionel, yang pertama-tama harus kamu pastikan adalah apa kamu benar-benar nggak mencintai istrimu? Perasaan antara pria dan wanita itu sangat sulit dipahami, bukan hal yang sepenuhnya subjektif maupun objektif."Lionel mengerutkan kening, menolak untuk berpikir ke arah sana. Karena di masa mudanya, dia pernah mencintai seseorang. Dia tahu betul seperti apa rasanya jatuh cinta.Setelah sesi konsultasi berakhir, Lionel mengancingkan jasnya dan keluar dari ruang konsultasi.Di luar, Reyna menunggu di depan pintu. Saat melihatnya keluar, Reyna bertan

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 47

    Frenny sedang sakit, jadi tentu tidak mungkin melakukan hubungan suami istri. Dia kembali ke ranjang untuk beristirahat.Dari arah kamar mandi, terdengar suara gemercik air. Lionel sedang mandi. Suara air itu menenangkan, membuat Frenny mengantuk. Tanpa sadar, Frenny pun tertidur.Dalam mimpinya, Lionel masih saja terus mengganggunya, tidak mau melepaskannya. Saat terbangun lagi, waktu sudah menunjukkan pukul 1 dini hari.Di kamar hanya ada satu lampu baca yang menyala. Lionel bersandar di ujung ranjang, sedang membaca dokumen penting.Penampilannya memang luar biasa. Bahkan hanya dengan jubah mandi putih, dia tetap tampak memukau. Frenny sekalipun tidak bisa menahan diri untuk menatapnya beberapa kali.Gerakan kecil dari tempat tidur membuat Lionel menoleh. Dia menatap Frenny sambil bertanya pelan, "Sudah bangun?"Frenny mengangguk. "Sekarang jam berapa?"Lionel meletakkan dokumen di tangan, lalu membaringkan setengah badannya dan merangkul pundak istrinya. Suaranya terdengar lembut d

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 46

    Tak lama kemudian, Lionel membuka pintu kamar utama.Kamar itu tenang dan sunyi. Di udara tercium samar aroma feminin. Saat melangkah lebih dalam, dia melihat Frenny terbaring di ranjang. Tampaknya sedang tertidur.Lionel berjalan mendekat, lalu berlutut di sisi ranjang. Dia menyibakkan helaian rambut dari wajah Frenny dan menyentuh keningnya. Masih panas.Frenny terbangun, demam membuatnya tampak linglung. Tatapannya bertemu mata Lionel. Suara lembut keluar dari bibirnya. "Kamu sudah pulang?"Jantung Lionel berdebar-debar. Dia mengelus lembut wajah istrinya dan menjawab pelan, "Aku sudah minta mereka bawakan bubur ke atas. Makan sedikit, baru tidur lagi. Badanmu masih nggak enak ya?"Saat menyentuhnya, Lionel seperti mengelus anak anjing kecil. Frenny merasa sedikit canggung. Dia mengangkat tangan dan menyentuh kening Lionel. Pria ini tidak demam.Lionel terkekeh-kekeh, merasa kesal sekaligus geli. "Salah ya kalau aku perhatian? Dulu kamu selalu bilang aku kurang peka."Frenny bersand

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 45

    Di ruang rapat, Lionel sedang memimpin rapat pagi saat Reyna masuk sambil membawa ponselnya. Lionel mengangkat alis, sedikit terkejut, lalu mengambil ponsel itu.Suara dari seberang adalah suara asisten rumah tangganya. "Tuan, Nyonya sakit. Demamnya sudah sampai 39 derajat, aku khawatir Nyonya nggak kuat."Meskipun agak dramatis, pesannya cukup jelas.Lionel hendak bicara, tetapi menyadari para eksekutif di ruang rapat sedang memandangnya, dia tersenyum ringan. "Frenny sakit. Dia telepon cuma buat manja-manja, suruh aku pulang cepat."Para eksekutif terdiam. Kalau bukan karena mereka tahu betapa parahnya pertengkaran Lionel dengan Frenny sebelumnya, mereka mungkin akan percaya.Setelah pamer kemesraan, Lionel berpesan kepada pembantu untuk menjaga Frenny baik-baik dan berjanji akan pulang lebih cepat. Tutur katanya penuh perhatian, seolah-olah dirinya adalah suami ideal.Setelah menutup telepon, Lionel lanjut memimpin rapat. Hal pertama yang diumumkan adalah Natasha dikeluarkan dari Pr

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 44

    Lionel menyalakan sebatang rokok, lalu melangkah masuk ke ruang VIP di rumah sakit. Kebetulan saat itu, Dennis sedang melakukan konsultasi di sana.Melihat Lionel datang, Dennis menyapa dengan senyum tenang. "Lionel, kamu juga datang. Rencana operasinya sudah hampir beres, tinggal menentukan tanggal operasinya saja."Kondisi tubuh Tabita belum cukup kuat, jadi masih perlu pemulihan. Akhirnya, Dennis menetapkan operasi akan dilakukan dua minggu lagi. Frenny pun merasa lega.Dennis juga mengundang seorang teman lamanya. Lionel pun mengantar mereka sampai ke tempat parkir.Sepanjang jalan, Dennis terus memuji Frenny. Sebelum pergi, dia menepuk pundak Lionel sambil berpesan, "Perlakukan dia baik-baik. Dia gadis yang baik, aku bisa lihat itu. Kalau kamu lepasin dia, belum tentu dapat yang sebaik ini lagi."Lionel tersenyum tipis dan membukakan pintu mobil untuk Dennis. "Tenang saja, Paman Dennis."Dennis tertawa dan masuk ke mobil. Tak lama kemudian, mobil mewah itu perlahan melaju dan mele

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 43

    Lionel berbaring di atas ranjang, tatapannya dalam dan kelam. Tak lama kemudian, dia juga turun dan masuk ke kamar mandi. Frenny sedang mencuci muka.Pria itu memeluk pinggang rampingnya dari belakang, dagunya bertumpu di bahu sang istri. Suaranya rendah dan serak. "Tunggu dua tahun lagi ya? Setelah aku 30 tahun, kita baru punya anak. Kamu 'kan selalu bilang ingin melakukan sesuatu."Frenny mengangkat kepala, menatap wajah tampan Lionel di cermin, seolah-olah sedang melihat orang asing.Setelah hening beberapa saat, Frenny tersenyum tipis. "Lionel, trik apa lagi yang kamu mainkan?"Ucapan itu menohok. Hati Lionel terasa sakit. Dia tidak menjawab, hanya langsung mengangkat tubuh Frenny, menggendongnya sampai ke depan jendela besar kamar. Di bawah cahaya matahari pagi, dia terus mencium Frenny ....Tirai putih melambai ringan ditiup angin pagi. Tubuh wanita itu lembut dan halus bagaikan sutra.....Menjelang siang, pasangan suami istri itu baru keluar dari kamar. Frenny masih harus menje

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 42

    Di luar dugaan, Lionel berhenti bergerak. Dia menunduk menatap Frenny yang berada dalam pelukannya. Jakunnya bergerak naik turun, menunjukkan betapa berusaha dia menahan diri.Beberapa saat kemudian, Lionel bangkit dari tubuhnya. Bisa dibilang, dia melepaskan wanita itu malam ini. Dengan ekspresi datar, Lionel berkata, "Mandi sana."Ketika Frenny bangkit, kedua kakinya terasa lemas dan gemetar. Saat tertatih-tatih menuju kamar mandi, dia bahkan terkejut melihat bayangannya sendiri di cermin, terlalu berantakan dan kacau.Di kamar tidur, Lionel membalikkan tubuh. Setelah menarik napas beberapa kali, dia meraih laci di samping tempat tidur, mengambil sebungkus rokok, lalu meletakkan sebatang rokok di bibirnya.Kemudian, dia berjalan ke depan jendela besar di ruang tamu untuk duduk, membuka sedikit celah, dan berdiri di sana sambil perlahan mengisap rokoknya.Cahaya lampu kekuningan menyinari wajah Lionel. Bagian wajah yang terkena cahaya terlihat bersih, sementara kelopak matanya membent

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status