Share

Bab 3

Author: Danastri
Lionel hanya mengangguk sedikit. Hardika tersenyum tipis, lalu bangkit berdiri untuk memberi ruang bagi pasangan suami istri yang kini telah menjadi asing itu.

Setelah Hardika pergi, Lionel menatap penampilan Frenny dan mengernyitkan alis tampannya. "Kenapa pakai baju seperti itu? Pulang dan ganti bajumu. Nanti kita harus ke rumah keluarga untuk makan malam."

Frenny tahu betul, yang dimaksud Lionel dengan "makan malam", adalah aksi pamer keharmonisan di depan keluarga besar mereka. Semua itu demi saham yang masih digenggam kakek Lionel.

Kadang-kadang, Frenny merasa Lionel seperti sosok berkepribadian ganda. Dari luar, dia tampak tenang dan berwibawa, tapi jauh di dalam hatinya, dia adalah orang yang penuh perhitungan. Lionel memang dilahirkan untuk bersaing dalam dunia kekuasaan.

Frenny memilih untuk bekerja sama. Sebelum proses pembagian harta selesai, semua masih soal kepentingan. Dia pun kembali ke kantor untuk mengganti pakaian dengan setelan formal, lalu turun bersama Lionel menggunakan lift khusus eksekutif.

Di dalam lift, hanya ada mereka berdua. Lionel melirik jam tangannya, lalu berkata dengan nada datar, "Setelah bicara sama Hardika, kamu seharusnya sudah mengurungkan niat untuk bercerai. Hari ini masa suburmu. Setelah pulang, bersiaplah. Kalau kamu nggak suka, aku akan selesaikan secepat mungkin."

Frenny hanya bisa menahan senyum sinis.

Sedingin itu sikap Lionel saat membicarakan soal melahirkan anak. Pernikahan seperti ini ... malah dipertahankannya selama empat tahun.

Frenny menjawab dengan lebih dingin dari sebelumnya, "Aku tetap dengan pendirianku. Beri aku setengah harta dan kamu bisa bebas."

Wajah Lionel langsung tampak tidak senang. Baru saja dia hendak meluapkan amarahnya, tiba-tiba lift itu berhenti. Pintu lift terbuka perlahan.

Di luar, berdiri seorang gadis dengan gaun putih yang sederhana dan wajah polos.

Natasha.

Dia melangkah masuk dengan ringan dan menatap Frenny sambil berbicara dengan hati-hati, "Lift karyawan rusak .... Bu Frenny, boleh nggak aku pinjam lift ini sebentar?"

Tiga orang dalam sebuah ruangan yang sempit. Namun, suasananya seperti medan pertempuran antara dua orang. Frenny menekan tombol tutup pintu. Dia tidak mengucapkan sepatah kata pun, tetapi maksudnya sangat jelas.

Natasha langsung merasa dipermalukan. Wajah cantiknya memerah, bibirnya digigit pelan, lalu dia menatap Lionel dan diam-diam memohon agar pria itu membelanya.

Namun, Lionel hanya berkata dengan tenang, "Dengar kata Bu Frenny."

Natasha melangkah mundur dengan enggan. Insiden kecil itu benar-benar membuat Frenny merasa muak.

Bahkan setelah duduk di dalam mobil di area parkir, dia masih tidak mengatakan sepatah kata pun. Justru Lionel yang berbicara dengan santai saat sedang memasang sabuk pengaman, "Aku nggak ada hubungan apa-apa sama dia. Kamu jangan terlalu berpikir macam-macam."

Frenny menoleh menatap Lionel dengan tenang. "Kasihan, ya?"

"Lionel, sebaiknya kamu periksakan ke rumah sakit."

Lionel salah paham, dia mengira Frenny sedang membicarakan soal kemampuan untuk reproduksinya, sehingga dia menjawab, "Aku nggak punya masalah kesuburan."

Frenny mendengus pelan, lalu menatapnya dengan senyum sinis, "Maksudku, periksa ke bagian andrologi. Coba cek tubuhmu bersih nggak. Siapa tahu kamu sudah kena penyakit kelamin."

Kata-kata itu membuat Lionel marah besar. Dia membuka sabuk pengamannya, lalu menarik tubuh Frenny dengan kasar dan memangkunya di atas pahanya. Untung saja, kursi pengemudi Bentley cukup luas sehingga memungkinkan Lionel bergerak dengan leluasa.

Tubuh Frenny membentur kemudi hingga terasa sakit. Dia berusaha keras mendorong Lionel dan berteriak, "Lionel, kamu gila ya?"

Suaminya yang angkuh ini malah menundukkan kepala ke arah tubuhnya dan melakukan hal-hal yang tidak senonoh. Frenny tidak tahan lagi. Dia langsung mencengkeram rambut hitam Lionel dengan kekuatan penuh. Saking kuatnya, cukup untuk membuat kepala Lionel menjadi botak kalau dipaksakan terus.

Akhirnya, Lionel menghentikan gerakannya. Dia mengangkat wajahnya untuk menatap Frenny.

Dengan disinari lampu parkiran bawah tanah, bulu mata Lionel tampak menunduk. Di wajahnya yang tirus dan tampan itu, kini menyiratkan sedikit kelembutan dan perasaan iba.

Frenny sempat tertegun sejenak.

Namun detik berikutnya, Lionel tiba-tiba mencengkeram tengkuknya, lalu mencium bibir merah Frenny dengan penuh gairah. Bukan hanya mencium, dia bahkan menggigit lidahnya dengan kasar hingga berdarah.

Darah dan air liur bercampur!

Frenny terdiam mematung. Dia memandang wajah tampan itu dari jarak sangat dekat dan ekspresi jijik di matanya begitu jelas.

Lionel menempelkan bibirnya dengan napas terengah-engah sambil berusaha menahan emosi yang bergejolak. "Nyonya Pramudya, sekarang kamu lihat sendiri. Aku ini bersih atau nggak?"

Frenny langsung mendorongnya sekuat tenaga. Dia merangkak kembali ke kursi penumpang dengan tangan yang gemetaran saat merapikan setelan bajunya.

Namun, dadanya masih naik turun akibat desahan keras Lionel barusan. Gelombang asing di tubuhnya membuat Frenny merasa takut, tapi dia berusaha mati-matian untuk terlihat tenang.

"Tenang saja. Nanti akan aku suruh sekretaris jadwalkan pemeriksaan medis untukmu."

Lionel masih terbawa arus emosi. Akan tetapi. saat melihat ekspresi Frenny yang begitu datar dan dingin, gairah dalam dirinya seketika memudar. Dia kembali memasang sabuk pengaman dan menginjak pedal gas dengan kuat.

Sepanjang perjalanan, ponsel Lionel menunjukkan belasan panggilan tak terjawab. Frenny menebak bahwa semua panggilan itu pasti dari Natasha. Berhubung dirinya sudah yakin hendak bercerai, Frenny pun tidak bertanya lebih jauh.

Lionel menoleh melihat Frenny sekilas.

....

Setengah jam kemudian, sebuah mobil Bentley hitam perlahan melaju masuk ke sebuah rumah besar yang tampak megah dan tertutup.

Begitu mobil berhenti, Lionel melirik ponselnya sambil berkata dengan datar, "Urusan pekerjaan."

Frenny tidak menanggapinya sama sekali.

Lionel terlihat kesal dan hendak mengatakan sesuatu. Namun, pelayan Keluarga Pramudya sudah membuka pintu mobil dan menyambut mereka dengan ramah, "Jamuan makan malam keluarga dari Tuan Fergus sudah dimulai. Semua anggota keluarga menunggu Tuan Lionel dan Nyonya Frenny, ayo silakan masuk!"

Lionel mengangguk angkuh. Bahkan dengan penuh perhatian, dia menggandeng tangan istrinya dan berusaha memainkan peran suami penyayang secara total.

Bagi Frenny, semua itu terasa sangat palsu.

Mereka berdua melangkah masuk ke ruang makan dan duduk di tempat yang sudah disiapkan.

Fergus memiliki dua anak laki-laki. Anak sulungnya bernama Irham dan anak kedua bernama Irsyad. Lionel adalah putra dari Irsyad, anak kedua itu.

Meja bundar besar di ruang makan sudah penuh terisi. Fergus tampaknya sudah tahu tentang keberadaan Natasha. Dia menegur Lionel sejenak, lalu menasihati Frenny agar mau mengalah demi kebaikan bersama.

Di balik ucapannya yang terdengar bijak, dia menyiratkan bahwa dia menginginkan seorang cicit.

Lionel melirik Frenny sambil berseloroh santai, "Malam ini, aku dan Frenny akan berusaha keras."

Fergus sengaja memasang wajah serius, "Sudah empat tahun menikah, usahamu itu sia-sia saja!"

Lionel hanya menjawab seenaknya dan mengalihkan topik. Frenny terus saja makan dengan ekspresi datar. Tidak ada yang tahu bahwa sebenarnya dia hampir tidak mungkin bisa memiliki anak lagi.

Dan semua itu demi Lionel!

Saat itulah, ponsel Lionel berdering. Dia meliriknya sekilas lalu bangkit dan pergi ke halaman depan untuk menjawab. Jelas itu adalah telepon pribadi.

Sepotong ikan cuka tiba-tiba diletakkan ke piring Frenny.

Fergus berkata dengan nada penuh makna, "Laki-laki itu seperti kucing, kadang memang nggak bisa menahan diri untuk mencuri, tapi suatu saat pasti akan jinak juga."

Frenny menjawab tenang, "Kalau begitu, mungkin baru akan jinak setelah dijadikan pajangan di dinding."

Pelayan di samping menahan tawa.

Suasana hati Frenny sedang tidak bagus. Dia berdiri dan meninggalkan meja lebih awal, lalu berjalan ke halaman belakang untuk menenangkan diri.

Di tepi kolam renang, cahaya bulan tampak dingin dan jernih.

Sebuah sosok yang tinggi dan tegap melangkah mendekat dalam cahaya. Wajahnya agak mirip dengan Lionel. Dia adalah sepupu Lionel yang bernama Dillon.

Dillon sangat membenci Frenny. Baginya, kekalahannya selama ini adalah karena keberadaan Frenny. Kini, ketika Lionel memiliki selingkuhan, Dillon tak ragu untuk membuat Frenny semakin terluka. Dia menyerahkan setumpuk foto kepada Frenny yang memperlihatkan kedekatan Lionel dan Natasha.

Dillon tersenyum sinis. "Kamu tahu siapa wanita itu?"

"Ayahnya adalah Harvey, pelukis terkenal di dunia seni, punya pamor dan status. Ibunya juga sahabat baik ibu Lionel. Frenny, kamu ini cuma yatim piatu, apa yang bisa kamu andalkan untuk bersaing sama dia?"

"Hati-hati, nanti kamu bisa habis dilahap sepupuku yang rakus itu, bahkan tulangmu pun nggak bersisa .... Sekarang masih belum terlambat kalau kamu mau kerja sama denganku."

....

Selesai melihat foto-foto itu, Frenny membuangnya ke tempat sampah dengan santai.

Kemudian, dia mendongak menatap Dillon. Sambil melihat pria licik yang sudah berkali-kali berhadapan dengannya ini, Frenny berkata dengan tenang, "Terima kasih atas nasihatmu! Sayangnya, aku nggak butuh."

Dillon mendengus dingin, "Kalau begitu, aku akan nunggu kamu dicampakkan sama Lionel."

Frenny hanya tersenyum tipis. Dia benar-benar tidak peduli, karena dia sendiri juga sudah tidak berniat mempertahankan Lionel.

Selama ini, Frenny berpura-pura menjalin hubungan baik dengan Lionel hanya karena kesepakatan mereka belum selesai. Begitu dia mendapatkan uang dan saham yang dijanjikan, Lionel akan langsung menjadi masa lalunya. Semua cinta dan dendam pun akan sirna.

Setelah itu, Frenny berbalik meninggalkan halaman belakang dan bersiap kembali ke ruang depan.

Begitu mengangkat kepala, dia melihat Lionel.

Lionel berdiri tenang di bawah lorong dengan tubuh tegap dan elegan. Cahaya lampu menerangi wajahnya, memperjelas ketampanan dan wibawa yang dia miliki. Wajah itulah yang dulu membuat Frenny tergila-gila padanya.

Namun saat ini, sorot mata Lionel lebih pekat daripada kegelapan malam.

Saat melihat Frenny berbicara dengan Dillon, sebuah perasaan yang tak nyaman kembali menyeruak dalam hatinya. Sama seperti ketika melihat Hardika menatap Frenny saat di kafe ....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 4

    Pukul sembilan malam, keduanya meninggalkan kediaman Keluarga Pramudya.Saat Lionel sedang memasang sabuk pengaman, dia bertanya dengan tak acuh, "Tadi kamu ngobrol apa sama Dillon? Kalian kelihatan cukup akrab."Frenny mengangguk pelan, "Ya, kami ngobrol soal kekasih masa kecilmu."Lionel terdiam.Beberapa saat kemudian, Lionel perlahan menggenggam tangan Frenny. Suaranya terdengar lebih lembut dari biasanya, "Aku belum pernah tidur dengannya."Frenny bersandar di kursi dengan mata berkaca-kaca. Dia sangat paham, kelembutan Lionel ini bukan karena cinta, melainkan karena Frenny sedang berada di masa subur dan Lionel ingin menanam benih di rahimnya.Itu tidak ada hubungannya dengan cinta, bahkan lebih tidak ada hubungannya lagi dengan dirinya.Frenny benar-benar penasaran. Jika Lionel tahu bahwa dirinya tidak bisa memiliki anak lagi, apakah dia masih akan mencoba mempertahankannya? Atau justru langsung menandatangani surat cerai dan buru-buru mencari wanita lain yang pantas menjadi Nyo

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 5

    Frenny tahu, saat dia mengungkap kebenaran itu, tidak akan ada lagi jalan untuk kembali antara dirinya dan Lionel.Namun, ketika kekecewaan dalam hati seseorang sudah mencapai batas, maka tak akan ada lagi rasa takut. Hati akan memilih untuk melepaskan semuanya, bahkan jika itu berarti kehilangan segalanya.Frenny menatap suami yang pernah dicintainya dan memperlihatkan semua lukanya dengan kejam di hadapan Lionel. Saat dia mulai bicara, rasa nyeri di hatinya sudah begitu dalam hingga nyaris tak terasa lagi."Lionel, kamu nggak perlu pertimbangkan apa pun lagi. Bukan cuma posisiku di Grup Rahayu, bahkan gelar Nyonya Pramudya pun aku nggak mau lagi, karena aku nggak bisa ha ...."Namun, sebelum kata "hamil" sempat selesai diucapkan, ponsel Lionel berdering.Tatapannya masih terpaku pada wajah Frenny saat dia mengangkat telepon. Di ujung sana, terdengar suara Reyna yang panik, "Pak Lionel, kondisi Bu Natasha sedang gawat. Anda harus segera datang!""Aku mengerti."Setelah menutup telepon

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 6

    Malam akhir musim gugur, suasana di dalam mobil terasa hangat seperti musim semi.Frenny mencium aroma tembakau dari tubuh pria di sampingnya. Merek rokok yang diisap Hardika sama persis dengan yang biasa digunakan Lionel. Frenny menjadi bingung. Dalam kesadaran yang samar, dia mengira pria di sampingnya adalah Lionel ....Frenny memejamkan mata, menggenggam tangan pria itu, dan memanggil dengan lirih, "Lionel."Dalam keadaan setengah sadar, dia seolah kembali ke masa lalu.Masa lalunya bersama Lionel ....Hardika tidak menarik tangannya, juga tidak berkata apa-apa. Dia hanya menoleh, memandangi gelap malam di depan kaca mobil. Langit hitam legam dengan rintikan hujan yang membuat suhu terasa lembap. Sama seperti suasana hatinya saat ini.Hardika pernah berhubungan dengan wanita.Namun, semua itu hanya hubungan timbal balik. Mereka saling memanfaatkan dengan suka rela, tanpa beban emosional sama sekali. Dia belum pernah merasakan cinta sedalam yang dimiliki Frenny. Untuk sesaat, dia me

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 7

    Pagi-pagi sekali, Frenny terbangun dengan kepala terasa sakit.Pelayan di rumah membawakan obat untuknya dengan perhatian.Setelah meminum obat, kondisinya membaik. Dia pun bersiap menuju kamar mandi untuk mandi. Namun, pelayan itu berkata dengan kesal, "Tuan digoda sama wanita jalang itu. Padahal semalam Tuan sempat pulang, tapi melihat Nyonya mabuk seperti itu, dia tetap pergi begitu saja."Frenny baru tahu bahwa semalam Lionel sempat pulang.Pelayan itu kembali teringat sesuatu, "Oh iya, Nyonya. Jas milik Pak Hardika sudah kami kirim ke penatu atas perintah Tuan Lionel. Katanya, harus dikirim langsung ke tangan Pak Hardika. Tuan masih punya hati juga bisa perhatian sama Nyonya."Pelayan itu tentu saja tidak tahu seluk-beluk dalam hati Lionel dan mengira semua itu hanyalah bentuk kepedulian. Namun, Frenny tahu, Lionel hanya takut diselingkuhi.Berhubung kondisi tubuhnya masih belum pulih, Frenny memilih beristirahat di rumah selama dua hari. Di sela waktu, dia sempat menjenguk nenekn

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 8

    Di area parkir, Frenny bertemu dengan Hardika.Hardika tampak agak terkejut. Namun setelah berpikir sejenak, dia melangkah mendekat dan bertanya dengan pandangan yang dalam, "Benar-benar mau meninggalkan Grup Rahayu?"Frenny mengangguk ringan. "Iya, aku memang akan pergi."Dia melempar koper kecilnya ke dalam bagasi mobil, lalu menutupnya. Setelah itu, dia berbalik menghadap Hardika dan berkata dengan nada datar, "Terima kasih untuk malam itu."Hardika menatap wajahnya .... Ekspresinya tenang dan tidak memperlihatkan emosi apa pun. Inilah Frenny yang dikenalnya.Kecantikan dan kerapuhannya malam itu, hanya bagaikan sebuah mimpi yang singkat.Tatapan Hardika semakin dalam. Dia hanya mengangguk singkat dengan wibawa khasnya. "Cuma masalah kecil."Meski terlihat dingin, saat mobil Frenny perlahan melaju dan menjauh, Hardika tetap berdiri di tempat yang sama cukup lama. Wajahnya tampak sedang berpikir keras.....Pukul delapan malam, Frenny kembali ke Vila Imperium.Begitu dia turun dari m

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 9

    Setiap huruf yang tertera di atas kertas itu, dibaca Lionel berulang kali hingga matanya terasa perih dan berair.Tiba-tiba, dia memahami semua penderitaan dan air mata Frenny.Barulah dia mengerti, mengapa Frenny mengajukan pertanyaan dengan begitu histeris di tempat parkir malam itu. "Lionel, kenapa bahkan lima menit pun kamu nggak bisa berikan untukku? Lionel, apa kamu masih Lionel yang dulu?"Ternyata, Frenny tidak bisa punya anak lagi!Lionel memang tidak mencintai Frenny, tapi Frenny adalah seseorang yang penting baginya. Frenny telah menemaninya selama empat tahun, melewati masa tergelap dalam hidupnya, hingga menyaksikannya berdiri di puncak kekuasaan.Saat mereka menikah, mereka pernah sepakat akan punya dua anak. Satu diberi nama Asha Pramudya, satu lagi Ashir Pramudya.Lionel duduk perlahan di pinggir ranjang.Wajahnya yang biasanya gagah dan percaya diri, kini tampak hancur dan rapuh. Dia merogoh sakunya untuk mengambil sebatang rokok, lalu menyalakan api dengan kepala tert

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 10

    Di mata Lionel, terlihat jelas sorot seorang pria yang penuh hasrat.Frenny mulai merasa kesal. Dia memang tidak ingin bertemu dengan Lionel. Urusan perceraian mereka akan ditangani oleh pengacara.Dia berniat menutup pintu, tetapi Lionel lebih cepat. Dia mengangkat kakinya dan menahan pintu, lalu menyelinap masuk ke dalam dengan mudahnya ....Begitu pintu tertutup, Frenny langsung ditarik ke dalam pelukannya.Lionel merangkul pinggang rampingnya dan memeluknya dengan erat seakan ingin menyatu. Dia mencium Frenny dengan liar, hampir seperti orang yang kehilangan kendali. Frenny tak punya tenaga untuk melepaskan diri. Dengan pasrah, mereka terseret dan terhuyung ke depan sofa.Sofa yang empuk justru membuat gerak Lionel makin leluasa ....Lionel tidak pernah seperti ini sebelumnya!Di bawah cahaya lampu dan dengan suara lirih yang menggoda, semua itu tak cukup untuk mengembalikan akal sehat pria itu. Sampai ketika pandangannya jatuh pada sebuah tanda lahir merah samar di kulit wanita it

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 11

    Frenny merasa ada yang tidak beres. Pasti dia sedang patah hati.Namun, sebagai calon istri, Frenny tidak punya hak untuk ikut campur dalam kehidupan pribadi Lionel. Itulah prinsip dasar seorang wanita yang sadar dan waras.Frenny memang tidak bisa mengusirnya, tapi juga tidak berminat melihat Lionel merokok. Dia mengikat rambut basahnya ke belakang dengan jepit rambut, lalu mengenakan sandal rumah dan berjalan ke dapur. Dia berniat memasak semangkuk mie sayur untuk dirinya sendiri.Padahal, Frenny sebenarnya cukup pandai memasak. Hanya saja sejak menikah dengan Lionel, dia jarang sekali punya kesempatan untuk masuk dapur. Kini setelah tinggal sendirian, dia memasak masakan sederhana untuk dirinya sendiri setiap hari.Tak lama kemudian, dari dapur mulai tercium aroma daun bawang tumis yang harum, membawa kesan rumah tangga yang hangat dan damai.Sementara itu, Lionel masih duduk di sofa. Dari sudut tempatnya duduk, dia bisa melihat punggung Frenny. Wanita itu masih mengenakan kemeja hi

Latest chapter

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 50

    Di ruang presdir Grup Rahayu.Lionel bersandar di kursi kulit, tengah menganalisis dirinya sendiri dengan serius.Segala hal yang dia lakukan, semua demi menjaga kestabilan pernikahannya, demi seorang pewaris yang sah. Dia tidak membenci Frenny, bahkan sedikit menyukainya.Setidaknya dalam urusan itu, belakangan ini mereka cukup kompak. Pria memang makhluk penuh hasrat. Jika nafsu mereka terpenuhi di ranjang, mereka akan menjadi lebih murah hati.Lionel bersedia memperlakukan Frenny dengan baik, membiarkannya menikmati segala keuntungan dari sebuah pernikahan, memberi ilusi cinta kalau memang itu yang diinginkan Frenny.Namun, semua itu tidak ada hubungannya dengan cinta. Lionel tetap tidak mencintai Frenny.Saat dia tenggelam dalam pikirannya, Reyna mengetuk pintu dan masuk. "Pak Lionel, ada telepon dari Jenewa."Lionel menerima ponselnya, mengangguk ringan. "Kamu keluar dulu."Reyna kembali ke ruang sekretaris sambil berpikir dalam hati, 'Telepon dari Jenewa selalu datang seminggu se

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 49

    Lionel menghampiri Frenny, sorot matanya dalam. "Kenapa kamu ke sini?"Frenny mengangkat tas dokumennya. "Bukan buat kencan."Tatapan Lionel semakin suram. Dia mengajak istrinya, "Temani aku makan sedikit lagi ya?"Frenny tidak memberi muka. Dia bahkan tidak melirik ke arah Molly, hanya berkata dengan suara datar, "Aku sudah kenyang. Lionel, kalian lanjutkan urusan kalian. Aku pulang dulu."Detik berikutnya, Lionel meraih pergelangan tangannya. Dengan alis berkerut, dia memanggil, "Frenny."Frenny hanya tersenyum tipis, memandang Lionel sambil berkata, "Bukankah kalian sedang bicara soal kerja sama? Aku nggak seposesif itu, apalagi kita cuma pasangan kontrak, 'kan? Kalau waktunya habis, kita bubar. Kamu mau sama siapa, itu bukan urusanku."Alis Lionel berkerut semakin dalam. Tentu saja dia tahu Frenny merajuk. Namun, karena dia merasa tersinggung, dia pun tidak memiliki kesabaran untuk membujuk dan langsung membiarkannya pergi.Frenny juga tidak menunjukkan sedikit pun rasa menyesal. D

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 48

    "Istriku sangat baik, dia adalah wanita yang luar biasa. Tapi, aku nggak mencintainya.""Aku yakin, aku nggak punya perasaan cinta sebagai pria kepada wanita terhadapnya. Aku berhubungan intim dengannya hanya karena ingin punya ahli waris yang sah.""Tapi, entah kenapa aku seperti kecanduan. Padahal sebelumnya, aku ini pria yang selalu bisa menahan diri."Lionel benar-benar bingung.Beberapa saat kemudian setelah evaluasi, dokter berkata, "Pak Lionel, yang pertama-tama harus kamu pastikan adalah apa kamu benar-benar nggak mencintai istrimu? Perasaan antara pria dan wanita itu sangat sulit dipahami, bukan hal yang sepenuhnya subjektif maupun objektif."Lionel mengerutkan kening, menolak untuk berpikir ke arah sana. Karena di masa mudanya, dia pernah mencintai seseorang. Dia tahu betul seperti apa rasanya jatuh cinta.Setelah sesi konsultasi berakhir, Lionel mengancingkan jasnya dan keluar dari ruang konsultasi.Di luar, Reyna menunggu di depan pintu. Saat melihatnya keluar, Reyna bertan

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 47

    Frenny sedang sakit, jadi tentu tidak mungkin melakukan hubungan suami istri. Dia kembali ke ranjang untuk beristirahat.Dari arah kamar mandi, terdengar suara gemercik air. Lionel sedang mandi. Suara air itu menenangkan, membuat Frenny mengantuk. Tanpa sadar, Frenny pun tertidur.Dalam mimpinya, Lionel masih saja terus mengganggunya, tidak mau melepaskannya. Saat terbangun lagi, waktu sudah menunjukkan pukul 1 dini hari.Di kamar hanya ada satu lampu baca yang menyala. Lionel bersandar di ujung ranjang, sedang membaca dokumen penting.Penampilannya memang luar biasa. Bahkan hanya dengan jubah mandi putih, dia tetap tampak memukau. Frenny sekalipun tidak bisa menahan diri untuk menatapnya beberapa kali.Gerakan kecil dari tempat tidur membuat Lionel menoleh. Dia menatap Frenny sambil bertanya pelan, "Sudah bangun?"Frenny mengangguk. "Sekarang jam berapa?"Lionel meletakkan dokumen di tangan, lalu membaringkan setengah badannya dan merangkul pundak istrinya. Suaranya terdengar lembut d

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 46

    Tak lama kemudian, Lionel membuka pintu kamar utama.Kamar itu tenang dan sunyi. Di udara tercium samar aroma feminin. Saat melangkah lebih dalam, dia melihat Frenny terbaring di ranjang. Tampaknya sedang tertidur.Lionel berjalan mendekat, lalu berlutut di sisi ranjang. Dia menyibakkan helaian rambut dari wajah Frenny dan menyentuh keningnya. Masih panas.Frenny terbangun, demam membuatnya tampak linglung. Tatapannya bertemu mata Lionel. Suara lembut keluar dari bibirnya. "Kamu sudah pulang?"Jantung Lionel berdebar-debar. Dia mengelus lembut wajah istrinya dan menjawab pelan, "Aku sudah minta mereka bawakan bubur ke atas. Makan sedikit, baru tidur lagi. Badanmu masih nggak enak ya?"Saat menyentuhnya, Lionel seperti mengelus anak anjing kecil. Frenny merasa sedikit canggung. Dia mengangkat tangan dan menyentuh kening Lionel. Pria ini tidak demam.Lionel terkekeh-kekeh, merasa kesal sekaligus geli. "Salah ya kalau aku perhatian? Dulu kamu selalu bilang aku kurang peka."Frenny bersand

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 45

    Di ruang rapat, Lionel sedang memimpin rapat pagi saat Reyna masuk sambil membawa ponselnya. Lionel mengangkat alis, sedikit terkejut, lalu mengambil ponsel itu.Suara dari seberang adalah suara asisten rumah tangganya. "Tuan, Nyonya sakit. Demamnya sudah sampai 39 derajat, aku khawatir Nyonya nggak kuat."Meskipun agak dramatis, pesannya cukup jelas.Lionel hendak bicara, tetapi menyadari para eksekutif di ruang rapat sedang memandangnya, dia tersenyum ringan. "Frenny sakit. Dia telepon cuma buat manja-manja, suruh aku pulang cepat."Para eksekutif terdiam. Kalau bukan karena mereka tahu betapa parahnya pertengkaran Lionel dengan Frenny sebelumnya, mereka mungkin akan percaya.Setelah pamer kemesraan, Lionel berpesan kepada pembantu untuk menjaga Frenny baik-baik dan berjanji akan pulang lebih cepat. Tutur katanya penuh perhatian, seolah-olah dirinya adalah suami ideal.Setelah menutup telepon, Lionel lanjut memimpin rapat. Hal pertama yang diumumkan adalah Natasha dikeluarkan dari Pr

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 44

    Lionel menyalakan sebatang rokok, lalu melangkah masuk ke ruang VIP di rumah sakit. Kebetulan saat itu, Dennis sedang melakukan konsultasi di sana.Melihat Lionel datang, Dennis menyapa dengan senyum tenang. "Lionel, kamu juga datang. Rencana operasinya sudah hampir beres, tinggal menentukan tanggal operasinya saja."Kondisi tubuh Tabita belum cukup kuat, jadi masih perlu pemulihan. Akhirnya, Dennis menetapkan operasi akan dilakukan dua minggu lagi. Frenny pun merasa lega.Dennis juga mengundang seorang teman lamanya. Lionel pun mengantar mereka sampai ke tempat parkir.Sepanjang jalan, Dennis terus memuji Frenny. Sebelum pergi, dia menepuk pundak Lionel sambil berpesan, "Perlakukan dia baik-baik. Dia gadis yang baik, aku bisa lihat itu. Kalau kamu lepasin dia, belum tentu dapat yang sebaik ini lagi."Lionel tersenyum tipis dan membukakan pintu mobil untuk Dennis. "Tenang saja, Paman Dennis."Dennis tertawa dan masuk ke mobil. Tak lama kemudian, mobil mewah itu perlahan melaju dan mele

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 43

    Lionel berbaring di atas ranjang, tatapannya dalam dan kelam. Tak lama kemudian, dia juga turun dan masuk ke kamar mandi. Frenny sedang mencuci muka.Pria itu memeluk pinggang rampingnya dari belakang, dagunya bertumpu di bahu sang istri. Suaranya rendah dan serak. "Tunggu dua tahun lagi ya? Setelah aku 30 tahun, kita baru punya anak. Kamu 'kan selalu bilang ingin melakukan sesuatu."Frenny mengangkat kepala, menatap wajah tampan Lionel di cermin, seolah-olah sedang melihat orang asing.Setelah hening beberapa saat, Frenny tersenyum tipis. "Lionel, trik apa lagi yang kamu mainkan?"Ucapan itu menohok. Hati Lionel terasa sakit. Dia tidak menjawab, hanya langsung mengangkat tubuh Frenny, menggendongnya sampai ke depan jendela besar kamar. Di bawah cahaya matahari pagi, dia terus mencium Frenny ....Tirai putih melambai ringan ditiup angin pagi. Tubuh wanita itu lembut dan halus bagaikan sutra.....Menjelang siang, pasangan suami istri itu baru keluar dari kamar. Frenny masih harus menje

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 42

    Di luar dugaan, Lionel berhenti bergerak. Dia menunduk menatap Frenny yang berada dalam pelukannya. Jakunnya bergerak naik turun, menunjukkan betapa berusaha dia menahan diri.Beberapa saat kemudian, Lionel bangkit dari tubuhnya. Bisa dibilang, dia melepaskan wanita itu malam ini. Dengan ekspresi datar, Lionel berkata, "Mandi sana."Ketika Frenny bangkit, kedua kakinya terasa lemas dan gemetar. Saat tertatih-tatih menuju kamar mandi, dia bahkan terkejut melihat bayangannya sendiri di cermin, terlalu berantakan dan kacau.Di kamar tidur, Lionel membalikkan tubuh. Setelah menarik napas beberapa kali, dia meraih laci di samping tempat tidur, mengambil sebungkus rokok, lalu meletakkan sebatang rokok di bibirnya.Kemudian, dia berjalan ke depan jendela besar di ruang tamu untuk duduk, membuka sedikit celah, dan berdiri di sana sambil perlahan mengisap rokoknya.Cahaya lampu kekuningan menyinari wajah Lionel. Bagian wajah yang terkena cahaya terlihat bersih, sementara kelopak matanya membent

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status