Share

Bab 8

Author: Danastri
Di area parkir, Frenny bertemu dengan Hardika.

Hardika tampak agak terkejut. Namun setelah berpikir sejenak, dia melangkah mendekat dan bertanya dengan pandangan yang dalam, "Benar-benar mau meninggalkan Grup Rahayu?"

Frenny mengangguk ringan. "Iya, aku memang akan pergi."

Dia melempar koper kecilnya ke dalam bagasi mobil, lalu menutupnya. Setelah itu, dia berbalik menghadap Hardika dan berkata dengan nada datar, "Terima kasih untuk malam itu."

Hardika menatap wajahnya .... Ekspresinya tenang dan tidak memperlihatkan emosi apa pun. Inilah Frenny yang dikenalnya.

Kecantikan dan kerapuhannya malam itu, hanya bagaikan sebuah mimpi yang singkat.

Tatapan Hardika semakin dalam. Dia hanya mengangguk singkat dengan wibawa khasnya. "Cuma masalah kecil."

Meski terlihat dingin, saat mobil Frenny perlahan melaju dan menjauh, Hardika tetap berdiri di tempat yang sama cukup lama. Wajahnya tampak sedang berpikir keras.

....

Pukul delapan malam, Frenny kembali ke Vila Imperium.

Begitu dia turun dari mobil, semilir angin membawa harum bunga osmanthus yang menyegarkan hati.

Seorang pelayan segera menyambutnya dengan ramah dan hormat, lalu bertanya, "Nyonya, malam ini makan sendiri atau menunggu Tuan Lionel pulang? Makanan di dapur sudah siap, tinggal ditumis sebentar saja bisa langsung disajikan."

Frenny berpikir sejenak, lalu memberikan perintah dengan suara datar, "Mulai hari ini, nggak usah lagi siapkan makanan untukku."

Pelayan itu terkejut dan ingin menanyakan lebih lanjut. Namun, Frenny sudah melewati halaman depan dan melangkah ke dalam ruang utama, lalu perlahan naik ke lantai atas ....

Di lantai dua, cahaya lampu hangat menerangi lorong.

Frenny memperlambat langkahnya. Dia menatap lorong mewah itu dengan tenang, lalu berjalan pelan ke depan. Setiap langkah yang dia ambil, potongan-potongan kenangan bersama Lionel kembali bermunculan .... Betapa sulitnya perjalanan mereka, betapa dalam luka yang tertinggal ....

"Lionel, kamu ingin kekuasaan ... aku bantu."

"Lionel, kita nggak akan terus sesulit ini selamanya, 'kan?"

"Lionel, aku sakit sekali ... perutku sakit sekali ...."

"Maaf, Bu Frenny. Setelah kami periksa ... peluang Anda untuk hamil sangat kecil. Sebaiknya pertimbangkan untuk mengadopsi."

....

Hanya belasan meter jaraknya, tapi bagi Frenny, itu seperti telah menapaki seluruh perjalanan hidupnya dan juga menuntaskan seluruh perasaannya terhadap Lionel.

Angin malam berembus, wajahnya terasa dingin seperti es.

Dia mendorong pintu kamar tidur, lalu menyalakan lampu dinding. Cahaya lembut perlahan menerangi seisi ruangan.

Selama empat tahun ini, hidup dan dunianya seolah hanya berputar di sekeliling Lionel. Dia mendampingi pria itu menapaki puncak kekuasaan, membuat Lionel bersinar penuh percaya diri. Namun, dirinya sendiri semakin lama justru makin kehilangan jati diri.

Syukurlah, sekarang dia akhirnya benar-benar bebas.

Frenny masuk ke ruang lemari pakaiannya dan mengeluarkan beberapa koper besar, lalu mulai membereskan barang-barangnya. Semua pakaian yang biasa dipakainya, dia lipat rapi satu per satu. Perhiasan mewahnya pun dia kemas, tak sudi dia tinggalkan untuk Lionel.

Setelah selesai berkemas, Frenny berdiri tegak. Tanpa sengaja, pandangannya tertuju pada lukisan yang tergantung di dinding.

Itu adalah karya Frenny sendiri. Dalam lukisan itu adalah potret diri Lionel saat masih muda. Dia adalah pemuda yang ceria.

Cinta itu sudah tiada. Maka, lukisan ini pun tak perlu ada.

Frenny mengeluarkan sebuah lipstik dari dalam tas tangan, lalu menggoreskannya dengan keras ke permukaan lukisan. Satu demi satu bekas coretan berwarna merah cerah, tertorehkan dengan mengenaskan.

Tak lama kemudian, wajah Lionel dalam lukisan itu sudah tak bisa dikenali lagi.

Dulu, Frenny melukis dengan cinta. Sekarang, dia menghapusnya dengan dendam sebesar cintanya.

Tak hanya lukisan, bahkan foto pernikahan mereka pun dihancurkannya. Dia menggoreskan pisau hingga hancur berkeping-keping.

Setelah kaca itu pecah, perasaan pun ikut pupus ....

Foto-foto yang dulu tersenyum bahagia, kini tak bisa dipulihkan lagi.

Pisau di tangan Frenny jatuh ke lantai. Lengan dan tubuhnya bergetar hebat. Mendadak, dia menutup matanya dengan tangan sambil menahan rasa perih yang membakar di balik kelopaknya. Sakit itu mengingatkannya pada seluruh masa mudanya yang hilang dan rasa sakit di perut malam itu yang tak terlupakan ....

Frenny pergi. Tanpa sedikit pun rasa penyesalan.

Kamar tidur yang telah kehilangan penghuninya kini sunyi dan kosong. Hanya tersisa sebuah cincin berlian di atas nakas yang berkilau dalam cahaya dingin.

....

Di area parkir lantai satu, pelayan tidak berhasil menahan Frenny. Dia hanya bisa menatapnya pergi dengan tak berdaya. Begitu tersadar, pelayan itu segera menelepon Lionel.

Rumah Sakit Kasih, ruang rawat inap kelas VIP.

Di ujung lorong, jendela besar terbuka lebar dan angin malam bertiup masuk.

Lionel berdiri di sana dengan tegap. Dia sedang menerima telepon dari Vila Imperium.

Di seberang sana, suara pelayan terdengar panik, "Tuan, Nyonya ... sudah pergi."

Ekspresi Lionel menunjukkan sedikit ketidaksabaran. "Dia bilang mau ke mana?"

Lionel tidak terlalu peduli. Dia mengira suasana hati Frenny sedang buruk, jadi dia hanya pergi berbelanja sebentar. Bukankah beberapa hari sebelumnya dia juga pergi minum? Lionel bahkan menegur pelayan karena bereaksi berlebihan.

Pelayan terdiam sejenak, lalu berkata perlahan, "Nyonya nggak bilang, tapi dia membawa beberapa koper besar. Setelah kami periksa di lantai atas, semua pakaian dan perhiasan yang biasa dipakainya sudah dibawa. Kamar berantakan, Tuan ... sebaiknya Anda pulang dan lihat sendiri."

Hati Lionel berdesir. Dia menggenggam ponsel erat-erat, butuh waktu lama untuk bisa mencerna.

Setelah cukup lama terdiam, dia akhirnya menutup telepon dan melangkah cepat menuju lift. Lampu lorong menyinari wajahnya yang tegas. Bayangan tajam terbentuk di sisi wajahnya, bulu matanya sedikit bergetar.

Lionel buru-buru kembali ke Vila Imperium. Langit sudah gelap sepenuhnya. Dia menaiki tangga ke lantai dua dan membuka pintu kamar tempat tinggalnya dan Frenny.

Pintu terbuka pelan .... Hal pertama yang dilihatnya adalah kekacauan.

Foto pernikahan mereka yang dulu digantung di atas ranjang, kini telah dihancurkan secara brutal. Kaca pecah berserakan, wajah mereka yang saling menatap dan tersenyum dalam foto kini tercabik-cabik oleh pisau, tidak lagi terlihat seperti dulu.

Lionel masuk lebih dalam ke ruang lemari. Lemari tempat penyimpanan milik Frenny terbuka lebar dan telah disapu bersih.

Pakaian dan perhiasan, semuanya telah dibawa pergi.

Di dinding masih tergantung sebuah lukisan cat minyak. Itu adalah lukisan kesukaan Frenny. Saat masa-masa awal pernikahan mereka, Frenny memohon berkali-kali agar Lionel mau jadi modelnya. Itu adalah salah satu dari sedikit kenangan manis dalam pernikahan mereka.

Lionel tidak mengerti. Mengapa sekarang, saat mereka sudah punya segalanya, ketika posisi mereka di puncak kekuasaan, Frenny justru menjauh darinya? Justru memberontak?

Bukankah status sebagai Nyonya Pramudya itu adalah impian banyak wanita?

Frenny malah benar-benar meninggalkannya begitu saja? Dia tidak percaya!

Sembari berdiri di tengah pecahan kaca, Lionel mulai menelepon ponsel Frenny.

Lionel mengira Frenny hanya sedang ingin menghilang sementara, sekadar mencari perhatian. Namun di luar dugaan, ponsel Frenny bisa dihubungi dan dia langsung mengangkatnya.

Melalui sambungan telepon, Lionel langsung mempertanyakan tindakannya. Dia berkata bahwa tindakan Frenny ini akan menimbulkan spekulasi buruk dari publik terhadap pernikahan mereka

dan itu akan berdampak pada saham Grup Rahayu.

Lionel memerintahkan Frenny untuk pulang.

Dia berkata, "Jangan terlalu berlebihan! Frenny, kamu harus melihat gambaran besarnya."

Dalam keheningan malam, suara Frenny terdengar tenang di ujung sana, "Sudah nggak ada 'gambaran besar' lagi, Lionel. Aku sudah meminta pengacara menyiapkan gugatan cerai. Kamu akan segera menerima surat panggilan dari pengadilan."

Jakun Lionel bergerak. Butuh waktu cukup lama baginya untuk bisa bersuara, "Apa maksudmu?"

Beberapa detik kemudian, suara Frenny terdengar dingin dan jelas, "Tepat seperti yang kamu pikirkan. Lionel, kita sudah berakhir."

Frenny menutup telepon.

Lionel mencoba menelepon kembali, tetapi sudah tidak bisa tersambung. Yang terdengar hanyalah suara mesin otomatis, "Maaf, nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif ...."

....

Lionel berdiri kaku cukup lama.

Di ambang pintu, pelayan muncul dan berkata dengan waswas, "Tuan, Nona Natasha menelepon, katanya ingin berbicara dengan Anda."

Pembuluh darah di dahi Lionel menegang. Dia menggeram dengan dingin, "Suruh dia pergi!"

Frenny telah pergi. Frenny tidak menginginkannya lagi.

Wanita yang dulu berkata akan selalu bersamanya, yang bersumpah akan berdiri di sisi Lionel sampai akhir ... kini telah benar-benar meninggalkannya.

Lionel menahan napas beratnya, mencoba meredam kemarahan yang membuncah. Lalu, tiba-tiba matanya menangkap sesuatu di bawah tempat tidur. Selembar kertas yang sudah agak kekuningan, sepertinya sudah cukup lama terselip di sana.

Lionel mengerutkan alisnya. Apa itu?

Dia menunduk dan memungut kertas itu.

Begitu melihat isi dokumennya, tubuh Lionel langsung membeku.

Itu adalah ... hasil diagnosa dari rumah sakit spesialis kandungan.

Nama pasien: Frenny.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 9

    Setiap huruf yang tertera di atas kertas itu, dibaca Lionel berulang kali hingga matanya terasa perih dan berair.Tiba-tiba, dia memahami semua penderitaan dan air mata Frenny.Barulah dia mengerti, mengapa Frenny mengajukan pertanyaan dengan begitu histeris di tempat parkir malam itu. "Lionel, kenapa bahkan lima menit pun kamu nggak bisa berikan untukku? Lionel, apa kamu masih Lionel yang dulu?"Ternyata, Frenny tidak bisa punya anak lagi!Lionel memang tidak mencintai Frenny, tapi Frenny adalah seseorang yang penting baginya. Frenny telah menemaninya selama empat tahun, melewati masa tergelap dalam hidupnya, hingga menyaksikannya berdiri di puncak kekuasaan.Saat mereka menikah, mereka pernah sepakat akan punya dua anak. Satu diberi nama Asha Pramudya, satu lagi Ashir Pramudya.Lionel duduk perlahan di pinggir ranjang.Wajahnya yang biasanya gagah dan percaya diri, kini tampak hancur dan rapuh. Dia merogoh sakunya untuk mengambil sebatang rokok, lalu menyalakan api dengan kepala tert

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 10

    Di mata Lionel, terlihat jelas sorot seorang pria yang penuh hasrat.Frenny mulai merasa kesal. Dia memang tidak ingin bertemu dengan Lionel. Urusan perceraian mereka akan ditangani oleh pengacara.Dia berniat menutup pintu, tetapi Lionel lebih cepat. Dia mengangkat kakinya dan menahan pintu, lalu menyelinap masuk ke dalam dengan mudahnya ....Begitu pintu tertutup, Frenny langsung ditarik ke dalam pelukannya.Lionel merangkul pinggang rampingnya dan memeluknya dengan erat seakan ingin menyatu. Dia mencium Frenny dengan liar, hampir seperti orang yang kehilangan kendali. Frenny tak punya tenaga untuk melepaskan diri. Dengan pasrah, mereka terseret dan terhuyung ke depan sofa.Sofa yang empuk justru membuat gerak Lionel makin leluasa ....Lionel tidak pernah seperti ini sebelumnya!Di bawah cahaya lampu dan dengan suara lirih yang menggoda, semua itu tak cukup untuk mengembalikan akal sehat pria itu. Sampai ketika pandangannya jatuh pada sebuah tanda lahir merah samar di kulit wanita it

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 11

    Frenny merasa ada yang tidak beres. Pasti dia sedang patah hati.Namun, sebagai calon istri, Frenny tidak punya hak untuk ikut campur dalam kehidupan pribadi Lionel. Itulah prinsip dasar seorang wanita yang sadar dan waras.Frenny memang tidak bisa mengusirnya, tapi juga tidak berminat melihat Lionel merokok. Dia mengikat rambut basahnya ke belakang dengan jepit rambut, lalu mengenakan sandal rumah dan berjalan ke dapur. Dia berniat memasak semangkuk mie sayur untuk dirinya sendiri.Padahal, Frenny sebenarnya cukup pandai memasak. Hanya saja sejak menikah dengan Lionel, dia jarang sekali punya kesempatan untuk masuk dapur. Kini setelah tinggal sendirian, dia memasak masakan sederhana untuk dirinya sendiri setiap hari.Tak lama kemudian, dari dapur mulai tercium aroma daun bawang tumis yang harum, membawa kesan rumah tangga yang hangat dan damai.Sementara itu, Lionel masih duduk di sofa. Dari sudut tempatnya duduk, dia bisa melihat punggung Frenny. Wanita itu masih mengenakan kemeja hi

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 12

    Pagi-pagi sekali, mobil penyiram jalan di kota melintas di bawah apartemen. Lagu yang terdengar dari pengeras suara di mobil adalah salah satu lagu favorit Frenny.Sinar mentari pagi menerobos masuk ke kamar tidur, tirai jendela melambai perlahan. Di sisi tempat tidur, Lionel sudah tidak ada lagi.Malam sebelumnya, Lionel memang tidak memaksanya. Namun sepanjang malam, dia beberapa kali terbangun dan mencium Frenny berkali-kali ....Seperti seseorang yang telah menahan diri terlalu lama. Dalam ciuman yang setengah sadar itu, Frenny seolah mendengar Lionel berkata, "Frenny, ayo kita mulai dari awal lagi."Mulai dari awal ....Bagi Frenny, kata-kata itu memiliki daya tarik yang begitu kuat. Akan tetapi, luka di masa lalu membuatnya takut. Malam itu di Klub Chamber, sikap Lionel yang meledak-ledak itu membuatnya gentar. Dia takut, pada akhirnya semua ini hanya akan menjadi mimpi kosong yang terulang.Setelah itu, Lionel datang terus selama tiga sampai empat malam.Tak ada yang istimewa. D

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 13

    Frenny tak kuasa berpikir, 'Sebesar apa cintanya sampai dia bisa mengabaikan semua gosip yang beredar?'Frenny tidak ingin melihat lebih lama lagi. Dia hendak berbalik dan pergi, tapi suara Natasha yang manja terdengar dari belakangnya. "Bu Frenny."Frenny menoleh dan menatap pasangan busuk itu.Natasha masih merangkul leher Lionel dengan erat, lalu berkata dengan manja, "Bu Frenny, aku dan Lionel nggak ada apa-apa, kok! Badanku tadi nggak nyaman, jadi dia cuma membantuku saja."Belum sempat Frenny membuka suara, Messie langsung menyela dengan sopan, "Bu Frenny ya? Natasha dan Lionel sudah dekat sejak kecil. Mereka cuma saling perhatian, kamu pasti nggak keberatan, 'kan?"Frenny memalingkan pandangan pada Lionel.Suaminya masih memeluk Natasha, hanya saja alisnya sedikit mengernyit.Frenny sama sekali tidak berminat untuk bersaing atau cemburu. Yang dia rasakan hanyalah perasaan muak terhadap ibu dan anak Keluarga Wijaya itu.Akhirnya, dia tertawa sinis, "Bu Messie, kalau putrimu meman

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 14

    Larut malam, Frenny menyetir mobil pulang ke rumah.Begitu mobil berhenti, dia melepas sabuk pengaman dan hendak turun. Namun seketika, tatapannya membeku.Mobil Lionel terparkir di pohon seberang. Pria itu bersandar santai di sisi mobilnya dengan mengenakan setelan serba hitam. Kepalanya sedikit menengadah saat mengisap rokok, jakunnya yang menonjol tampak sangat menggoda.Asap rokok perlahan mengepul, meliputi wajah tampannya yang maskulin, lalu terembus oleh angin malam. Dalam gelapnya malam, sosok Lionel seolah menyatu dengan kegelapan itu sendiri.Begitu melihat Frenny, tatapan mata Lionel menjadi dalam dan tajam. Beberapa saat kemudian, dia menjatuhkan puntung rokok dan menginjaknya hingga padam, lalu berjalan mendekat.Frenny tidak ingin menemuinya. Begitu turun dari mobil, dia segera melangkah cepat ke arah pintu lift. Di belakangnya, langkah kaki Lionel terdengar stabil dan tak tergesa-gesa.Akhirnya, Lionel berhasil mengadangnya di depan pintu apartemen. "Frenny, kita bicara

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 15

    Sekarang, Frenny tidak lagi menyukainya. Sebenarnya sejak kapan dia mulai kehilangan perasaan cinta dari Frenny?....Tiga hari kemudian, di kantor direktur Grup Rahayu.Suasana hati Lionel jelas sedang buruk.Di atas meja kerjanya tergeletak sebuah surat panggilan dari pengadilan. Penggugatnya adalah istrinya sendiri, Frenny. Dalam surat itu, Frenny secara resmi meminta pengadilan untuk mengesahkan perceraian serta membagi harta gono-gini.Lionel bersandar di sofa, kakinya yang panjang disilangkan santai, dan satu tangan memegang surat panggilan itu. Dengan suara tenang, dia bertanya pada Reyna yang berdiri di samping, "Dia sudah sewa pengacara?"Reyna menjawab jujur, "Dia memakai jasa Pak Donald yang terkenal di dunia hukum. Orang itu sangat hebat. Kalau dia yang turun tangan, khawatirnya bahkan Pak Hardika juga tidak menjamin bisa menang."Lionel menoleh padanya dan berkata dengan datar, "Siapa bilang aku mau melawan Frenny di pengadilan? Itu hanya keinginannya sepihak. Aku nggak be

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 16

    Hardika tampil sangat rapi dan formal hari itu.Kemeja biru tua, jas hitam pas badan, dan dasi gelap berwarna kehitaman. Seluruh penampilannya mencerminkan kesan dingin, tegas, dan sulit dijangkau.Dia menatap Frenny sambil tersenyum tenang. "Boleh aku duduk dan minum secangkir kopi bersamamu?"Setelah beberapa detik, Frenny tersenyum tipis. "Tentu saja."Hardika meletakkan tas kerjanya di samping kursi. Baru saja duduk, seorang pramusaji sudah menghampiri dengan ramah. "Bapak mau pesan kopi apa?"Ujung jari Hardika yang ramping mengetuk meja ringan. "Blue Mountain.""Baik, Pak," jawab pelayan.Begitu pelayan pergi, Hardika menyandarkan punggungnya ke kursi, lalu menyentuh sakunya hendak mengambil rokok. Namun, begitu sadar akan lingkungannya, dia mengerutkan kening sedikit dan mengurungkan niatnya. Sebagai gantinya, dia menoleh menatap Frenny.Sudah beberapa waktu sejak terakhir kali mereka bertemu. Tampaknya, Frenny sekarang sudah banyak berubah.Gaun rajut wol panjang berwarna krem

Latest chapter

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 50

    Di ruang presdir Grup Rahayu.Lionel bersandar di kursi kulit, tengah menganalisis dirinya sendiri dengan serius.Segala hal yang dia lakukan, semua demi menjaga kestabilan pernikahannya, demi seorang pewaris yang sah. Dia tidak membenci Frenny, bahkan sedikit menyukainya.Setidaknya dalam urusan itu, belakangan ini mereka cukup kompak. Pria memang makhluk penuh hasrat. Jika nafsu mereka terpenuhi di ranjang, mereka akan menjadi lebih murah hati.Lionel bersedia memperlakukan Frenny dengan baik, membiarkannya menikmati segala keuntungan dari sebuah pernikahan, memberi ilusi cinta kalau memang itu yang diinginkan Frenny.Namun, semua itu tidak ada hubungannya dengan cinta. Lionel tetap tidak mencintai Frenny.Saat dia tenggelam dalam pikirannya, Reyna mengetuk pintu dan masuk. "Pak Lionel, ada telepon dari Jenewa."Lionel menerima ponselnya, mengangguk ringan. "Kamu keluar dulu."Reyna kembali ke ruang sekretaris sambil berpikir dalam hati, 'Telepon dari Jenewa selalu datang seminggu se

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 49

    Lionel menghampiri Frenny, sorot matanya dalam. "Kenapa kamu ke sini?"Frenny mengangkat tas dokumennya. "Bukan buat kencan."Tatapan Lionel semakin suram. Dia mengajak istrinya, "Temani aku makan sedikit lagi ya?"Frenny tidak memberi muka. Dia bahkan tidak melirik ke arah Molly, hanya berkata dengan suara datar, "Aku sudah kenyang. Lionel, kalian lanjutkan urusan kalian. Aku pulang dulu."Detik berikutnya, Lionel meraih pergelangan tangannya. Dengan alis berkerut, dia memanggil, "Frenny."Frenny hanya tersenyum tipis, memandang Lionel sambil berkata, "Bukankah kalian sedang bicara soal kerja sama? Aku nggak seposesif itu, apalagi kita cuma pasangan kontrak, 'kan? Kalau waktunya habis, kita bubar. Kamu mau sama siapa, itu bukan urusanku."Alis Lionel berkerut semakin dalam. Tentu saja dia tahu Frenny merajuk. Namun, karena dia merasa tersinggung, dia pun tidak memiliki kesabaran untuk membujuk dan langsung membiarkannya pergi.Frenny juga tidak menunjukkan sedikit pun rasa menyesal. D

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 48

    "Istriku sangat baik, dia adalah wanita yang luar biasa. Tapi, aku nggak mencintainya.""Aku yakin, aku nggak punya perasaan cinta sebagai pria kepada wanita terhadapnya. Aku berhubungan intim dengannya hanya karena ingin punya ahli waris yang sah.""Tapi, entah kenapa aku seperti kecanduan. Padahal sebelumnya, aku ini pria yang selalu bisa menahan diri."Lionel benar-benar bingung.Beberapa saat kemudian setelah evaluasi, dokter berkata, "Pak Lionel, yang pertama-tama harus kamu pastikan adalah apa kamu benar-benar nggak mencintai istrimu? Perasaan antara pria dan wanita itu sangat sulit dipahami, bukan hal yang sepenuhnya subjektif maupun objektif."Lionel mengerutkan kening, menolak untuk berpikir ke arah sana. Karena di masa mudanya, dia pernah mencintai seseorang. Dia tahu betul seperti apa rasanya jatuh cinta.Setelah sesi konsultasi berakhir, Lionel mengancingkan jasnya dan keluar dari ruang konsultasi.Di luar, Reyna menunggu di depan pintu. Saat melihatnya keluar, Reyna bertan

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 47

    Frenny sedang sakit, jadi tentu tidak mungkin melakukan hubungan suami istri. Dia kembali ke ranjang untuk beristirahat.Dari arah kamar mandi, terdengar suara gemercik air. Lionel sedang mandi. Suara air itu menenangkan, membuat Frenny mengantuk. Tanpa sadar, Frenny pun tertidur.Dalam mimpinya, Lionel masih saja terus mengganggunya, tidak mau melepaskannya. Saat terbangun lagi, waktu sudah menunjukkan pukul 1 dini hari.Di kamar hanya ada satu lampu baca yang menyala. Lionel bersandar di ujung ranjang, sedang membaca dokumen penting.Penampilannya memang luar biasa. Bahkan hanya dengan jubah mandi putih, dia tetap tampak memukau. Frenny sekalipun tidak bisa menahan diri untuk menatapnya beberapa kali.Gerakan kecil dari tempat tidur membuat Lionel menoleh. Dia menatap Frenny sambil bertanya pelan, "Sudah bangun?"Frenny mengangguk. "Sekarang jam berapa?"Lionel meletakkan dokumen di tangan, lalu membaringkan setengah badannya dan merangkul pundak istrinya. Suaranya terdengar lembut d

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 46

    Tak lama kemudian, Lionel membuka pintu kamar utama.Kamar itu tenang dan sunyi. Di udara tercium samar aroma feminin. Saat melangkah lebih dalam, dia melihat Frenny terbaring di ranjang. Tampaknya sedang tertidur.Lionel berjalan mendekat, lalu berlutut di sisi ranjang. Dia menyibakkan helaian rambut dari wajah Frenny dan menyentuh keningnya. Masih panas.Frenny terbangun, demam membuatnya tampak linglung. Tatapannya bertemu mata Lionel. Suara lembut keluar dari bibirnya. "Kamu sudah pulang?"Jantung Lionel berdebar-debar. Dia mengelus lembut wajah istrinya dan menjawab pelan, "Aku sudah minta mereka bawakan bubur ke atas. Makan sedikit, baru tidur lagi. Badanmu masih nggak enak ya?"Saat menyentuhnya, Lionel seperti mengelus anak anjing kecil. Frenny merasa sedikit canggung. Dia mengangkat tangan dan menyentuh kening Lionel. Pria ini tidak demam.Lionel terkekeh-kekeh, merasa kesal sekaligus geli. "Salah ya kalau aku perhatian? Dulu kamu selalu bilang aku kurang peka."Frenny bersand

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 45

    Di ruang rapat, Lionel sedang memimpin rapat pagi saat Reyna masuk sambil membawa ponselnya. Lionel mengangkat alis, sedikit terkejut, lalu mengambil ponsel itu.Suara dari seberang adalah suara asisten rumah tangganya. "Tuan, Nyonya sakit. Demamnya sudah sampai 39 derajat, aku khawatir Nyonya nggak kuat."Meskipun agak dramatis, pesannya cukup jelas.Lionel hendak bicara, tetapi menyadari para eksekutif di ruang rapat sedang memandangnya, dia tersenyum ringan. "Frenny sakit. Dia telepon cuma buat manja-manja, suruh aku pulang cepat."Para eksekutif terdiam. Kalau bukan karena mereka tahu betapa parahnya pertengkaran Lionel dengan Frenny sebelumnya, mereka mungkin akan percaya.Setelah pamer kemesraan, Lionel berpesan kepada pembantu untuk menjaga Frenny baik-baik dan berjanji akan pulang lebih cepat. Tutur katanya penuh perhatian, seolah-olah dirinya adalah suami ideal.Setelah menutup telepon, Lionel lanjut memimpin rapat. Hal pertama yang diumumkan adalah Natasha dikeluarkan dari Pr

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 44

    Lionel menyalakan sebatang rokok, lalu melangkah masuk ke ruang VIP di rumah sakit. Kebetulan saat itu, Dennis sedang melakukan konsultasi di sana.Melihat Lionel datang, Dennis menyapa dengan senyum tenang. "Lionel, kamu juga datang. Rencana operasinya sudah hampir beres, tinggal menentukan tanggal operasinya saja."Kondisi tubuh Tabita belum cukup kuat, jadi masih perlu pemulihan. Akhirnya, Dennis menetapkan operasi akan dilakukan dua minggu lagi. Frenny pun merasa lega.Dennis juga mengundang seorang teman lamanya. Lionel pun mengantar mereka sampai ke tempat parkir.Sepanjang jalan, Dennis terus memuji Frenny. Sebelum pergi, dia menepuk pundak Lionel sambil berpesan, "Perlakukan dia baik-baik. Dia gadis yang baik, aku bisa lihat itu. Kalau kamu lepasin dia, belum tentu dapat yang sebaik ini lagi."Lionel tersenyum tipis dan membukakan pintu mobil untuk Dennis. "Tenang saja, Paman Dennis."Dennis tertawa dan masuk ke mobil. Tak lama kemudian, mobil mewah itu perlahan melaju dan mele

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 43

    Lionel berbaring di atas ranjang, tatapannya dalam dan kelam. Tak lama kemudian, dia juga turun dan masuk ke kamar mandi. Frenny sedang mencuci muka.Pria itu memeluk pinggang rampingnya dari belakang, dagunya bertumpu di bahu sang istri. Suaranya rendah dan serak. "Tunggu dua tahun lagi ya? Setelah aku 30 tahun, kita baru punya anak. Kamu 'kan selalu bilang ingin melakukan sesuatu."Frenny mengangkat kepala, menatap wajah tampan Lionel di cermin, seolah-olah sedang melihat orang asing.Setelah hening beberapa saat, Frenny tersenyum tipis. "Lionel, trik apa lagi yang kamu mainkan?"Ucapan itu menohok. Hati Lionel terasa sakit. Dia tidak menjawab, hanya langsung mengangkat tubuh Frenny, menggendongnya sampai ke depan jendela besar kamar. Di bawah cahaya matahari pagi, dia terus mencium Frenny ....Tirai putih melambai ringan ditiup angin pagi. Tubuh wanita itu lembut dan halus bagaikan sutra.....Menjelang siang, pasangan suami istri itu baru keluar dari kamar. Frenny masih harus menje

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 42

    Di luar dugaan, Lionel berhenti bergerak. Dia menunduk menatap Frenny yang berada dalam pelukannya. Jakunnya bergerak naik turun, menunjukkan betapa berusaha dia menahan diri.Beberapa saat kemudian, Lionel bangkit dari tubuhnya. Bisa dibilang, dia melepaskan wanita itu malam ini. Dengan ekspresi datar, Lionel berkata, "Mandi sana."Ketika Frenny bangkit, kedua kakinya terasa lemas dan gemetar. Saat tertatih-tatih menuju kamar mandi, dia bahkan terkejut melihat bayangannya sendiri di cermin, terlalu berantakan dan kacau.Di kamar tidur, Lionel membalikkan tubuh. Setelah menarik napas beberapa kali, dia meraih laci di samping tempat tidur, mengambil sebungkus rokok, lalu meletakkan sebatang rokok di bibirnya.Kemudian, dia berjalan ke depan jendela besar di ruang tamu untuk duduk, membuka sedikit celah, dan berdiri di sana sambil perlahan mengisap rokoknya.Cahaya lampu kekuningan menyinari wajah Lionel. Bagian wajah yang terkena cahaya terlihat bersih, sementara kelopak matanya membent

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status