Share

5. Malam Sebelum Akad

Tanpa sungkan dan ragu Queen segera duduk tepat di samping Cyrus, karena hanya dia teman Ageng yang dikenalnya.

"Kenalkan, namaku Queen, calon istri dari Ageng Jati Wardana."

Cyrus dan teman-temannya tampak salah tingkah dengan kehadiran di antara mereka. Derian tampak tersenyum, setelah melihat penampilan Queen, akhirnya dia memutuskan untuk ikut taruhan dengan Bryan dan Eric.

Sementara itu Queen berusaha untuk tetap tenang dan terlihat penuh percaya diri kala berada di hadapan teman-teman Ageng. Begitu kejam Ageng sudah mempermainkan hidupnya dengan melibatkan dirinya dalam pernikahan yang penuh sandiwara. Kini dia kembali dihadapkan dengan teman-teman Ageng yang akan membuat dirinya menjadi bahan taruhan. Hal ini terasa mengoyak harga dirinya,

"Sepertinya bakalan seru," ucap Bryan dengan tatap mata yang sulit diartikan tertuju kepada Queen. "Lalu apa yang akan kau pertaruhkan?"

"Sisa mahar ... dua setengah miliar," jawab Queen sambil menyandarkan tubuhnya dan menyilangkan kedua tangan di dada.

"Deal, sekarang kita buat rule dari permainan ini," Bryan terlihat sangat antusias dengan taruhan yang sebenarnya adalah gagasan dari Eric

"Saya minta jumlah uang yang sama, jika saya berhasil membuat Ageng tidur denganku."

Hitungan kasar Queen, dia akan mendapatkan tujuh setengah miliar jika dia bisa tidur dengan Ageng. Jumlah yang cukup banyak untuk menjadi seorang janda kaya yang terhormat.

“Dengan syarat Ageng melakukannya dalam keadaan sadar, bukan di bawah pengaruh alcohol dan obat perangsang.” Eric memberi batasan dalam permainan agar Queen tidak melakukan kecurangan.

“Oke.” Queen pun langsung menyetujuinya.

“Kami akan patungan memberi 5 miliar ….”

“Wow,” ucap Queen dengan mata yang melotot lebar mendengar ucapan Bryan.

“Jangan gila Bray,” sahut Derian yang merasa uang yang akan diberikan kepada Queen terlalu banyak.

Meskipun mereka memiliki banyak uang, tetapi menurut Derian jumlah itu terlalu banyak untuk permainan seperti ini. Apalagi saat ini dia sedang membuka kafe baru yang tentunya membutuhkan modal yang tidak sedikit untuk promosi.

Bryan mengangkat tangannya seolah memberi tanda agar jangan ada yang menyela saat dirinya berbicara.

“Itu akan kami berikan jika kau berhasil melakukannya di malam pertama.”

Tidak ada wajah lesu meski Queen yakin jika dirinya tidak akan mendapat uang lima miliar tersebut. Queen tahu jika saat malam pertama nanti, Ageng sudah membuat janji akan menghabiskan waktu bersama dengan Davianna.

“Permainan ini hanya berlangsung selama enam bulan.” Meskipun Queen tidak secantik Davianna, tetapi keberanian yang ditunjukkannya membuat Bryan yakin tidak sulit bagi Queen untuk membuat Ageng bertekuk lutut dihadapannya. Itu sebabnya dia membuat batas waktu untuk permainan mereka.

“Tentu uang yang kau dapatkan tidak akan sama, semakin lama maka uang yang akan kau dapatkan semakin kecil. Di bulan pertama kau akan mendapat empat miliar, dan uang ini akan turun satu miliar setiap bulannya. Karena di bulan ke empat hanya tersisa satu miliar maka bulan ke lima kamu hanya mendapat lima ratus juta, lalu bulan ke enam dua ratus lima puluh juta. Jika kamu tidak bisa membuat Ageng tidur denganmu di enam bulan awal pernikahanmu, berarti kamu kalah dan harus membayar kami dua setengah miliar.”

Panjang lebar Bryan memberi penjelasan tetang peraturan taruhan dengan Queen. Tampak wajah lega Derian dan Eric setelah mendengarnya, keduanya yakin jika uang mereka akan aman. Setidaknya mereka bisa bekerja sama untuk mengganggu waktu kebersamaan Ageng dan Queen, agar di antara mereka tidak terjalin kedekatan.

“Oke,” ucap Queen singkat sambil menganggukkan kepalanya, dia terlihat sangat yakin dengan keputusannya.

Queen sudah menyanggupinya, tidak ada yang perlu disesali jika dirinya harus kalah. Mungkin dengan permainan ini pernikahannya dengan Ageng yang tidak didasari oleh cinta bisa terasa seru dan menantang.

“Aku tidak ikut taruhan ini,” ucap Cyrus sambil mengangkat tangannya. “Aku yang akan membuat surat perjanjian dan melegalkannya.” Entah pernyataan Cyrus ini menunjukkan jiwa bisnisnya atau nalurinya sebagai pengacara.

Setelah perbincangan tentang taruhan selesai, Queen kembali ke mejanya lagi. Tampak teman-temannya sudah lama menunggu menunggu kedatangannya. Queen berusaha bersikap biasa seperti saat sebelum bertemu dengan teman-teman Ageng.

“Lama banget, dari mana?” tanya Naya yang terlihat sangat mengkhawatirkan Queen. “Aku sudah bilang, kalau uangmu habis, aku sudah bawa untuk cadangan,” sambung Naya sambil berbisik, sebagai sahabat Naya siap membantu Queen tanpa mempermalukannya.

“Kami kira kamu kabur karena nggak punya uang,” sahut Della dengan nada bercanda yang membuat semuanya langsung tertawa.

“Aku tidak akan mengajak kalian makan di luar, kalau tidak punya uang. Jadi tenang saja!” Queen sadar, dia harus bertanggung jawab karena dia yang mengajak teman-temannya untuk makan di kafe tersebut.

***

Sementara itu di tempat yang berbeda, Ageng dan Davianna sedang menghabiskan malam bersama. Setelah menikmati makan malam yang romantis, kini sepasang kekasih itu sedang menuju ke apartemen Davianna. Seperti halnya Queen, Ageng pun ingin menikmati malam terakhir masa lajangnya bersama dengan orang yang dia anggap special.

Tidak bisa dipungkiri jika sebenarnya Daviana merasa berat untuk melepas Ageng menikah dengan perempuan lain. Davianna sadar ini adalah perjudian besar, karena bisa saja Ageng jatuh cinta kepada wanita yang dia nikahi, tetapi dia harus melakukannya untuk bisa membuat bangga kedua orang tuanya.

“Aku akan merindukan tempat ini,” ucap Ageng saat memasuki unit apartemen milik Davianna. Karena tidak ingin melepas genggaman tangannya, Ageng menutup pintu dengan menggunakan punggungnya.

“Kita masih bisa menghabiskan waktu bersama sebelum aku berangkat ke London. Kau juga bisa datang ke sini setiap aku pulang liburan, atau kau yang akan menyusulku ke London kalau merasa kangen,” ucap Davianna sambil mengalungkan tangannya di leher Ageng.

“Ini berat untukku.” Lirih Ageng berucap, dia menempelkan dahinya di dahi Davianna. “Aku tidak tahu bagaimana aku menjalani hidup jauh darimu. Aku takut jika ….” Ageng terdiam, tidak melanjutkan kalimatnya.

“Takut apa?” tanya Davianna yang terlihat sangat penasaran.

“Aku takut … kau akan berpaling pada lelaki lain,” jawab Ageng sambil memalingkan wajahnya, seolah ada hal lain yang dia sembunyikan.

Jawaban yang dilontarkan Ageng semakin membuat Davianna percaya diri dan yakin akan kesetiaan Ageng saat dia tinggal ke luar negeri nanti. Davianna meraih wajah Ageng, dengan perlahan dia membuat Ageng kembali menatap wajahnya. Kini kedua tangannya menangkup wajah Ageng.

“Itu tidak akan terjadi, percayalah!” Davianna berusaha meyakinkan Ageng. “Jika kau tidak percaya, kau bisa mengambil hal yang paling berharga yang aku miliki sebagai jaminannya.”

Suasana tiba-tiba menjadi hening, kala Ageng dan Davianna saling beradu pandang dalam jarak yang begitu dekat. Melihat Davianna yang sudah memejamkan mata, membuat Ageng merasa mendapat lampu hijau dan dengan perlahan, dengan mata sayu yang menahan nafsu, Ageng memiringkan kepalanya lalu semakin mendekat ke arah Davianna.

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Yanah Eza
menarik sekali
goodnovel comment avatar
Usan Vitriana
lanjut doooonnnngggggg
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
jangan CURANG Daviana
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status