Queen menjalani hari-hari yang melelahkan, di sela-sela kesibukan bekerja harus mempersiapkan pernikahannya yang super mewah bersama Ageng. Seperti saat ini dia harus fiting gaun pengantin yang akan dia gunakan untuk resepsi pernikahan nanti.
Tatap mata nanar Queen tertuju pada bayangan diri sendiri di depan cermin. Kemewahan yang melekat di tubuhnya hanya untuk menyempurnakan sandiwara pernikahan. Meski tidak menggunakan uangnya, rasanya sayang harus membakar uang hanya untuk sesuatu yang hanya sementara saja.“Pinter juga Ageng cari istri,” ucap Laras, mama Ageng saat melihat penampilan Queen. Wanita paruh baya yang tetap terlihat cantik di usianya yang sudah tidak muda lagi langsung berdiri untuk menyambut calon menantunya. “Geng, lihat calon istrimu!”Ageng melihat sekilas ke arah Queen menuruti perintah sang mama, lalu mengalihkan pandangan kembali ke ponsel. Sementara itu Laras tertawa lebar melihat tingkah lucu putranya.“Putraku sedang jaga pandangannya, karena tahu gadis cantik di hadapannya ini belum halal untuknya,” ucap Laras sambil mengusap rambut Ageng sampai membuat potongan rambut brush up yang semula tersisir rapi menjadi berantakan.Queen tersenyum sambil menundukkan kepala, bukan untuk menyembunyikan rona merah di wajahnya, tetapi rasa getir di hatinya.Sementara itu di sudut yang berbeda, tampak Ageng yang sesekali mencuri pandang ke arah Queen. Tidak bisa dipungkiri jika saat ini dia sedang berusaha untuk meyakinkan dirinya, jika wanita yang akan dia nikahi bukanlah sosok yang menarik, dan dia tidak akan berpaling dari Davianna kekasihnya.“Mama sudah bilang, kalau pakai kebaya seksinya bisa maksimal. Baru fiting saja sudah secantik ini, apalagi nanti kalau sudah hari H.” Laras berputar berjalan memutari Queen, merasa puas dengan gaun pilihannya. “Mama harap resepsinya berjalan lancar,” sambung Laras sambil berbisik ke telinga Queen.“Kenapa, Ma?” tanya Queen dengan tatap mata waswas.“Mama takut, Ageng nggak sabar terus bawa kabur kamu ke kamar pengantin.”Candaan yang diucapkan Laras mampu membuat Queen dan beberapa pegawai bridal yang mendengarnya tertawa. Setidaknya menjadi hiburan bagi Queen yang sebenarnya merasa semakin berat untuk meneruskan rencana pernikahannya dengan Ageng.Sementara itu Ageng yang tidak menyadari jika dirinya sedang menjadi bahan candaan menyibukkan diri dengan berbalas pesan dengan Davianna dan beberapa temannya. Saat sesekali mencuri pandang ke arah Queen, ada rasa syukur karena resepsi pernikahan hanya sehari. Hanya di hari itu Queen akan terlihat cantik dan penuh pesona, lalu setelahnya akan kembali ke setelan asli.***“Mau kemana?” tanya Edi saat melihat Queen yang sedang menuruni tangga dengan terburu-buru.“Keluar sebentar,” jawab Queen sekenannya.“Besok hari pernikahanmu, jangan macam-macam kamu!” Dengan tegas Edi memberi peringatan kepada Queen. Dia tidak ingin putrinya kabur pada hari pernikahannya dan membuatnya malu. “Seharusnya kamu itu sudah dipingit sejak seminggu yang lalu.”“Papa tidak perlu khawatir, aku tidak akan kabur,” sahut Queen seolah tahu apa yang sedang dipikirkan oleh sang papa.“Queen! Queen!” panggil Edi dengan suara yang keras.Queen terus melangkahkan kaki tanpa mempedulikan panggilan sang papa yang terus berteriak menyebut namanya. Di depan gerbang rumah, sebuah mobil type LCGC sudah berada di sana, tampak Naya sudah duduk di balik kemudi mobil yang cicilannya belum lunas.“Maaf, ada masalah sedikit,” ucap Queen saat duduk di samping Naya.“Benar kita ke tempat itu?” tanya Naya yang terlihat tidak percaya dengan ajakan Queen.“Ya, kita sudah ditunggu di sana. Sekali-kali aku yang traktir, toh kafe itu juga masih promo,” jawab Queen mencoba meyakinkan Naya.Naya menoleh ke arah Queen. Tiga tahun menjalin persahabatan dan tinggal di dalam rumah kost yang sama, membuat Naya tahu jika sahabatnya itu sebenarnya anak orang yang berada, tetapi sebuah masalah keluarga membuat Queen lebih memilih hidup sendiri. Setelah akan menikah, Queen baru pulang ke rumah orang tuanya.“Aku benar-benar nggak nyangka kamu bakal nikah lebih dulu,” ucap Naya di sela-sela aktifitasnya mengemudi.“Rahasia jodoh, nggak ada yang tahu.”“Terdengar aneh waktu kamu bilang menerima dijodohkan.”“Menerima perjodohan ini adalah bukti baktiku kepada orang tua.”Tiba-tiba Naya tertawa lebar sambil menggelengkan kepalanya.“Pantas saja setelah sekian tahun jadi anak durhaka tiba-tiba tobat dan jadi anak yang berbakti, ternyata dijodohkan dengan cowok sekelas Ageng Jati Wardana. Kalau seperti ini aku juga mau, muda, tampan, mapan. Oppa Korea saja lewat.”Queen menimpali ucapan Naya dengan tawa lebar, seolah ingin menunjukkan betapa beruntung dirinya. Dia tidak perlu mendramatisir kisah hidupnya untuk menarik simpati teman-temannya.Setelah hampir tiga puluh menit, akhirnya Queen dan Naya tiba di tempat yang mereka tuju. Queen menempelkan ponselnya di pipi, dia menghubungi teman-teman kerja yang ingin merayakan pesta lajangnya."Hai Queen!" panggil Della saah satu teman kerja Queen sambil melambaikan tangannya.Queen dan Naya bergegas menuju ke tempat teman-teman mereka berkumpul. Malam ini Queen hanya ingin bersenang-senang dengan teman-temannya. Tidak peduli jika harus menguras tabungannya, toh setelah pernikahannya dengan Ageng, dia akan mendapat mahar yang cukup banyak.Seperti yang diharapkan oleh Queen, dia sangat bahagia menikmati malam terakhir masa lajangnya. Pesta sederhana itu dipenuhi dengan tawa riang dan candaan vulgar tentang malam pertama dan hubungan suami istri.Di sela-sela menikmati kebersamaan dengan teman-temannya, Queen izin untuk pergi ke toilet. Selain karena memang ada keperluan di sana juga untuk memastikan uang yang dia bawa cukup membayar semua tagihan malam ini.Tanpa sengaja Queen melihat Cyrus yang sedang berkumpul dengan teman-temannya, tetapi tidak ada Ageng di sana. Awalnya Queen melenggang tanpa mempedulikan keberadaan Cyrus, tetapi apa yang sedang mereka bicarakan membuatnya tertarik untuk mendengarkan."Aku datang jauh-jauh dari Australia hanya untuk melihat wajah perempuan yang berhasil membuat Ageng selingkuh dari Davi," ucap Eric sambil menikmati hidangan di hadapannya.“Katanya ingin menghadiri grand opening kafeku ini,” sahut Derian yang merasa tidak dianggap oleh sahabatnya tersebut.“Itu yang pertama, cuma setelah mendengar Ageng menikah dengan selain Davianna membuatku jadi penasaran.”"Tidak ada yang selingkuh, Ageng melakukan pernikahan ini atas permintaan Davi, karena dia akan melanjutkan pendidikan S2nya." Cyrus mencoba memberi penjelasan kepada teman-temannya. “Ageng terpaksa memenuhi permintaan keluarganya yang sudah tidak sabar untuk melihat dia menikah dan memiliki anak. Untuk itu dia membayar perempuan yang bersedia melakukan pernikahan sandiwara dengannya.”“Kawin kontrak?” tanya Eric dengan memajukan kepalanya ke arah Cyrus.Bukan hanya Eric yang terlihat terkejut, tetapi semua teman Ageng yang saat ini berada di sana terlihat tidak percaya.“Bisa jadi. Walaupun tidak ada batas waktunya, tetapi mereka melakukan pernikahan dengan perjanjian.“Apa isi perjanjiannya?” tanya Derian yang terlihat sangat penasaran.“Dia minta mahar lima miliar,” jawab Cyrus apa adanya.“Gila! Matre bener, dan Ageng mau-mau saja menuruti permintaan itu?” tanya Eric yang sedari tadi terlihat sangat penasaran dengan pernikahan sabahatnya tersebut.“Sebenarnya tidak matre, dia minta 5 miliar karena Ageng menawarkan kontrak dua setengah miliar untuk 2 tahun. Lalu Dia meminta isi perjanjian dirubah. Dia minta mahar 5 miliar, setengah mahar dibayar saat akad nikah dan yang setengahnya lagi akan dibayar jika mereka melakukan hubungan suami istri.” Sebagai pengacara Cyrus menjelaskan dengan panjang lebar isi perjanjian pernikahan antara Queen dengan Ageng.“Kalau selama pernikahan mereka tidak ninu ninu, Ageng hanya akan mengeluarkan uang dua setengah miliar saja?” tanya Eric untuk memastikan jika dia tidak salah memahami isi perjanjian tersebut.Cyrus menganggukkan kepala untuk membenarkan ucapan sahabatnya tersebut.“Menurut kalian, apakah Ageng akan kehilangan uang dua setengah miliar nya?” tanya Bryan yang sedari tadi menikmati hidangan sambil mendengarkan perbincangan sahabat-sahabatnya.“Lihat dulu seperti apa istri Ageng, apakah dia lebih cantik dari Davi,” jawab Eric yang selama ini menganggap Ageng dan Davi adalah pasangan yang sangat serasi.“Tanpa melihat istrinya, aku yakin Ageng pasti melepas sisa mahar itu,” sahut Bryan dengan sangat yakin. “Realistis saja, laki-laki dan perempuan dewasa tinggal di bawah atap yang sama dalam waktu dua tahun. Lama-lama pasti akan tergoda juga.”“Setuju, kadang yang haram saja sampai di sempat-sempatkan apalagi ini halal,” ucap Derian diikuti dengan tawa lebar oleh teman-temannya.“Bagaimana kalau kita bertaruh saja, sebagai orang yang sangat mengenal Ageng, aku rasa dia akan tetap setia pada Davi,” tantang Eric yang selama ini menjadi saksi kisah cinta antara Ageng dan Davianna.“Sebagai lelaki normal, aku yakin tidak butuh waktu yang lama untuk Ageng melepas setengah maharnya. Aku berani bertaruh satu miliar untuk ini.” Dengan penuh keyakinan Bryan menerima tantangan Eric.Cyrus hanya menggelengkan kepala menyaksikan ulah teman-temannya yang menurutnya sangat tidak masuk akal. “Saya harus lihat dulu calon istrinya Ageng baru bisa menentukan sikap,” sahut Derian yang mencoba bermain aman. “Siapa lagi yang ikut taruhan?” tanya Eric sambil memandang Cyrus dan Derian secara bergantian.“Aku,” ucap Queen sambil melangkah mendekat ke arah teman-teman Ageng.Tanpa sungkan dan ragu Queen segera duduk tepat di samping Cyrus, karena hanya dia teman Ageng yang dikenalnya."Kenalkan, namaku Queen, calon istri dari Ageng Jati Wardana."Cyrus dan teman-temannya tampak salah tingkah dengan kehadiran di antara mereka. Derian tampak tersenyum, setelah melihat penampilan Queen, akhirnya dia memutuskan untuk ikut taruhan dengan Bryan dan Eric.Sementara itu Queen berusaha untuk tetap tenang dan terlihat penuh percaya diri kala berada di hadapan teman-teman Ageng. Begitu kejam Ageng sudah mempermainkan hidupnya dengan melibatkan dirinya dalam pernikahan yang penuh sandiwara. Kini dia kembali dihadapkan dengan teman-teman Ageng yang akan membuat dirinya menjadi bahan taruhan. Hal ini terasa mengoyak harga dirinya,"Sepertinya bakalan seru," ucap Bryan dengan tatap mata yang sulit diartikan tertuju kepada Queen. "Lalu apa yang akan kau pertaruhkan?""Sisa mahar ... dua setengah miliar," jawab Queen sambil menyandarkan tubuhnya dan menyilangkan kedua tan
Air yang memancar dengan deras dari shower membasahi tubuh kekar yang berlukiskan beberapa tato. Berulang kali tangan Ageng memukul dinding yang berada di depannya, untuk melampiaskan rasa yang tidak bisa dia ungkapkan. Hari ini, dia harus menikah dengan perempuan yang tidak dia cintai.“Mengapa harus seperti ini? Apakah tidak ada cara lain?” Entah kepada siapa Ageng bertanya, karena hanya ada dirinya seorang di dalam kamar mandi tersebut.Napas Ageng terlihat tidak teratur, seolah menunjukkan suasana hatinya yang sedang kacau. Setelah cukup lama mengguyur tubuh dengan air dingin, mau tidak mau Ageng harus mengakhirnya, karena dia harus segera mempersiapkan diri untuk pernikahannya dengan Queen.Tiba-tiba pintu terbuka, tanpan permisi dan ketuk pintu Laras memasuki kamar Ageng. Beruntung Ageng sudah selesai mengenakan pakaian lengkap meskipun belum rapi. Laras bergegas mendekat ke arah putranya lalu membantunya untuk merapikan pakaian.“Lama banget?” tanya Laras dengan senyum menggoda
“Keluarlah, ada hal penting yang ingin papa bicarakan dengan kakakmu,” ucap Eddy sambil mengusap lembut punggung putri bungsunya.Tanpa banyak bicara Rani segera keluar meninggalkan Queen dan Eddy. Selama ini Rani memang berusaha untuk menjadi putri yang terbaik bagi Eddy, menurut dan patuh kepada sang papa. Itu sebabnya Rani akan selalu mendapat segala yang dia minta.“Sebenarnya papa ingin bicara berdua denganmu jauh-jauh hari, tetapi ternyata kamu tidak ambil cuti sebelum hari pernikahan. Bahkan tadi malam pun, kamu justru keluar dengan teman-temanmu.” Tampak penyesalan di wajah Eddy karena selama ini tidak bisa menjalin kedekatan dengan putrinya tersebut.“Sepertinya tidak ada yang harus kita bicarakan lagi. Aku sudah menuruti semua perintah dan keinginan papa,” sahut Queen terdengar dingin dan datar, seolah tidak peduli dengan apa yang akan diucapkan oleh sang papa.“Queen, papa minta maaf,” ucap Eddy memohon dengan tulus.“Untuk kesalahan yang mana?” Pertanyaan yang terlontar da
Ballroom hotel sudal disulap dengan dekorasi yang mewah dan megah. Tempat berlangsungnya ijab qobul ditata sedemikan rupa dengan latar pelaminan. Tidak bisa dipungkiri jika yang terlihat saat ini adalah sebuah perayaan pernikahan yang sangat berkelas, dari keluarga pengusaha kaya raya. Ageng bergeming di posisinya, tatap mata memuja tertuju pada Queen. Gadis yang sebentar lagi akan dia nikahi didampingi oleh Eddy dan Miranti berjalan semakin mendekat ke tempat Ageng berada. Queen yang selama ini sering terlihat urakan dan apa adanya kini tampil sangat berbeda, cantik dan anggun. Hingga membuat Ageng seperti tidak mengenalinya. Tatap matanya kini terlihat begitu memuja, dan seolah tidak ingin berpaling lagi. Di sisi lain tampak Brian, Derian, dan Erick pun memperhatikan Queen yang jauh berbeda dengan sebelumnya. Ada rasa was-was di hati ketiga kalau sampai Ageng terpikat dengan Queen dalam waktu dekat. “Kita tidak boleh lengah, jangan sampai nanti malam uang lima miliar melayang,”
“Ageng baru saja keluar,” ucap Queen bermaksud memberi informasi kepada keempat sahabat Ageng.“Kau tidak bohong?” tanya Brian yang bermaksud untuk memastikan.“Kalau begitu aku hubungi dia, agar segera menemui kalian.”Tidak ada jawaban, keempat pria itu justru langsung memasuki kamar hotel yang disewa untuk Queen dan Ageng tanpa permisi dan terkesan memaksa. Queen terlihat bingung dengan tingkah dan sikap yang ditunjukkan oleh oleh keempat sahabat Ageng tersebut.“Dia benar-benar tidak ada,” ucap Erick dengan wajah sumringah karena merasa uang lima miliarnya aman.Tatap mata mereka tertuju ke arah ranjang pengantin yang dipenuhi bungga dan masih terlihat rapi karena belum disentuh. Pria-pria itu terlihat tersenyum, ada bahagia, tetapi ada juga rasa miris karena kasihan kepada Queen.“Apa yang kalian inginkan sebenarnya?” tanya Queen yang terlihat tegar meski sebenarnya sedang menyembunyikan rasa takut.Bagaimana pun Queen belum mengenal Ageng dan semua teman-temannya, dia tidak tahu
Setelah memastikan Davianna tertidur, Ageng segera bangkit dari duduknya di tepian ranjang yang terlihat sangat berantakan dan kacau. Ageng merapikan kembali pakaiannya, mengaitkan beberapa kancing baju yang sempat terbuka. Dilihatnya jam yang melingkar di lengan kanannya, meskipun sudah dini hari tetapi Ageng harus kembali ke hotel yang telah di sewa keluarganya untuk malam pertamanya dengan Queen.Ageng tetap harus berhati-hati, dia tidak ingin sandiwaranya terbongkar terlalu dini. Bagi Ageng, masa depan dan cita-cita Davianna adalah segalanya. Sesuatu yang harus didukung dan bantu dengan segala cara untuk bisa terwujud.Sebelum melangkah keluar, Ageng menyempatkan diri untuk memberi kecupan singkat di pelipis sang kekasih. Hembusan napas kasar seolah ingin menunjukkan betapa berat saat harus meninggalkan Davianna sendiri.“Maaf.” Satu kata lolos dari mulut Ageng, terdengar sangat memohon dan penuh sesal.Setelah Ageng keluar dari kamar tersebut, Davianna kembali membuka matanya, ta
Menatap penampilan Queen malam ini, yang hanya mengenakan hotpants dan tanktop model crop, yang jika Queen mengangkat tangannya sedikit saja akan membuat pusarnya kelihatan, ternyata mampu membuat Ageng menjadi semakin pusing.Ageng sadar, jika perempuan yang halal untuk disentuh di depannya itu tidak bermaksud untuk menggodanya. Karena saat ini Queen sudah menutup tubuhnya dengan selimut. Tampaknya Queen marah karena Ageng menghentikan permainannya dengan paksa.“Maaf, aku hanya ingin kau segera istirahat. Karena besok pagi-pagi sekali kita sudah harus terbang ke Bali.” Ageng mencoba memberi alasan agar, Queen bisa diajak kerja sama dengan baik.Queen yang awalnya sudah merebahkan tubuh di kasur empuk berukuran king size itu, saat ini kembali dalam posisi duduk sambil menatap Ageng.“Kamu pergi berdua dengan Davianna saja, aku akan sembunyi di tempat kosku. Ada banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan,” ucap Queen sambil mengucek matanya yang sudah mengantuk.Meskipun sadar jika pe
Tatap mata Queen ke kanan dan ke kiri memperhatikan seisi bandara, seperti sedang mencari seseorang. Namun, sedari tadi tidak dia temukan juga. Hal itu sampai membuat langkah kaki Queen jadi melambat. "Apa yang kau cari?" tanya Ageng sambil meraih tangan Queen yang berada di belakangnya seolah mengajak agar lebih cepat karena mereka hampir saja terlambat. "Di mana Davi?" tanya balik Queen yang masih tetap mencari-cari. "Davi nanti berangkat bersama teman-temannya. Aku langsung bertemu dengannya di Bali. Dia itu seorang artis, tentu tidak mau ambil risiko ...." "Ketahuan kalau berlibur dengan suami orang?" tanya Queen memotong kalimat Ageng. Kata demi kata yang terlontar dari mulut Queen terdengar seperti sebuah sindiran. "Saya rasa kita tidak perlu membahas hal itu, karena kita tahu apa yang sebenarnya telah terjadi." Ageng tidak terima jika gadis yang dia cintai, diberi nilai buruk oleh orang lain, termasuk oleh wanita yang saat ini telah berstatus sebagai istrinya. Queen mence