Home / CEO / Pesona Istri Bayaran CEO Arogan / BAB 1 Petaka di Hari Jum'at

Share

Pesona Istri Bayaran CEO Arogan
Pesona Istri Bayaran CEO Arogan
Author: Alia Zach

BAB 1 Petaka di Hari Jum'at

Author: Alia Zach
last update Last Updated: 2024-01-10 10:56:36

"Amanda, sebaiknya kamu selesaikan juga pekerjaan ini hari ini juga!"

Titah sang manajer bagaikan petir di telinga Amanda yang sedang bersiap-siap untuk pulang.

Jelas, dirinya merasa keberatan jika harus lembur lagi seperti kemarin. Terlebih, nanti malam, keluarga pria yang dijodohkannya akan datang. Bisa-bisa, ibunya mengamuk jika dia telat!

"Tapi, hari ini kan hari Jumat, Bu. Saya harus pulang cepat," ucapnya pada akhirnya, "Selain itu, saya juga--"

"Kamu kan single, siapa yang nungguin di weekend begini?" potong manajernya tak mau tahu, "lebih baik, gunakan waktumu untuk segera menyelesaikan pekerjaanmu. Hitung-hitung nanti kamu bisa segera saya promosikan kamu naik jabatan!"

Brak!

Tanpa basa-basi, manajer itu pun meninggalkan Amanda dengan tumpukan file di meja.

Adilkah ini?

Semenjak masuk di perusahaan ini, Amanda selalu menjadi tumbal di divisinya.

"Huh, ganti CEO rupanya nasibku tak berubah juga," ujarnya saat melihat deretan pekerjaan yang harus dia selesaikan hari ini.

Entah harus berapa lama lagi di sini sendirian.

Namun, tak ada gunanya meratapi nasib terus-menerus. Yang ada, akan memperpanjang waktu lembur.

Jadi, Amanda pun mulai mengerjakan pekerjaannya satu per satu meski matanya sudah lelah sejak pagi menghadapi layar komputer.

Tepat pukul 08.30, ia matikan lampu di kubikelnya dan berjalan menuju lift. 

Seperti dugaannya, tadi dia sempat diomeli oleh ibunya. Untung, Amanda bisa cepat mengelak.

Hanya saja, ketika Amanda berjalan, mendadak dia merasa ada seseorang yang berada di belakangnya.

Padahal, seharusnya hanya ada dia di sana!

Bulu kuduk Amanda seketika meremang. Dia pun mempercepat langkahnya dan memencet tombol di lift.

Tak berapa lama, lift-pun terbuka.

Namun, sebuah suara tiba-tiba mencegahnya untuk tidak menutup lift. "Tunggu!"

Amanda syok kala menemukan CEO baru di perusahaannya kini berdiri tegak di hadapannya.

“Si–silakan, Pak.”

"Thank you," ucapnya dingin, lalu berdiri di depan Amanda dan menutup lift.

Hanya saja, lift tiba-tiba berhenti dari lantai tujuh belas!

Brugh…!

Ctak!

Ada getaran dan guncangan hebat yang terasa. Seketika Amanda dan CEO itu berpegangan pada railing sisi kiri dan kanan lift.

"Ada apa ini?" CEO muda itu tampak terkejut.

Amanda sendiri hanya bisa menggeleng, panik.

"Tuhaan, aku tidak mau mati di sini!!" batinnya. Dia menekan tombol permintaan bantuan dan keadaan darurat. Namun, tak ada respon.

Amanda sontak mencoba membuka handphone-nya namun sayangnya tak ada sinyal.

Melihat itu, keduanya sama-sama terduduk lemas sekarang di dalam lift.

"Mister CEO, tolong lakukan sesuatu, kamu adalah pria. Seharusnya kamu punya ide untuk meloloskan diri dari keadaan ini," ucap Amanda yang pasrah karena segala usaha telah dia lakukan.

"Namaku Ronald, jangan panggil 'mister CEO'! Aku benci itu..." kata Ronald sambil meluruskan kakinya di lantai.

Entah karena AC di lift yang mati, keringat sudah mulai bercucuran di kening pria itu.

Tapi, mengapa Ronald juga tampak kesulitan bernapas?

"Apa kamu tidak apa-apa?" tanya Amanda panik karena baru kali ini dia melihat ada orang yang mengalami sindrom seaneh itu di lift.

"Aku... haabb... ahhh..."

Ronald tampak tak mampu bicara dan seperti tercekik. 

Amanda sontak semakin ketakutan. Bagaimana jika CEO muda dan tampan itu mati di lift ini bersamanya?

Dia tak mau masuk di headline berita keesokan harinya!

"Bertahanlah!" pekik perempuan itu panik.

Tangan Amanda terus-menerus menekan tombol permintaan tolong di dekat pintu lift.

"Ayo! Siapapun kalian yang ada di sana dan mendengarku, CEO kalian dalam bahaya. Cepatlah datang dan membantu kami!" teriaknya seperti orang kesetanan.

Terlebih, melihat kondisi Ronald sekarang semakin parah.

"Pak Ronald, tenang ada saya. Saya akan mencari bantuan. Jika kita tidak mendapatkan bantuan," hibur Amanda. 

Ada kelegaan di wajah Ronald, sampai mendengar ucapan lanjutan bawahannya itu.

"Kalau tidak ada yang menolong, berarti kita akan mati bersama!" kata Amanda setelah menunggu pasrah pada keadaan. Bisa saja para penolong mereka tak akan pernah datang.

"Aku... aku..." Ronald memperlihatkan ekspresi lebih panik dari sebelumnya.

Amanda sama sekali tak membuat keadaan lebih baik.

Tak tahu mendapatkan bisikan dari mana, Amanda tiba-tiba meletakkan kepala Ronald di atas pangkuannya.

Kurang nyaman, tapi ya.. sudahlah. Ini emergency!

"Bertahanlah. Ini belum saatnya kita mati di sini, Pak. Saya belum menikah dan hari ini seharusnya saya pulang untuk dipertemukan dengan lelaki yang akan meminangku," ucap Amanda curcol.

Hanya saja, tangisnya mulai pecah.

Ronald yang sedang kesakitan itu bahkan dapat merasakannya.

BRAK!

Tiba-tiba saja ada suara dari luar.

Ada hentakan kerasa yang memekakkan telinga.

Amanda berharap itu adalah tim rescue yang akan menyelamatkan mereka berdua. Dia sangat ingin segera bisa keluar dan pulang ke rumah.

Kira-kira sepuluh menit kemudian, pintu pun mulai terbuka.

"Apa kalian tidak apa-apa?" Salah satu petugas berompi oranye datang menghampiri keduanya.

Disusul yang lain. Anehnya, mereka mengambil foto Ronald dan Amanda yang dalam posisi lumayan rancu....?!

Tapi, saat ini Amanda tak mempedulikannya.

"Pak.. Pak.." Amanda menjerit. "Tolong... Boss kita sedang dalam bahaya."

Mendengar itu, salah satu dari mereka pun mengangkat tubuh boss Amanda dengan hati-hati. "Tenang, kita bawa ke lobby dulu."

Untungnya, lima menit kemudian mobil ambulance sudah disiapkan.

Amanda menghela napas lega, sampai salah satu petugas medis tiba-tiba berkata, "Mbaknya juga harus ikut."

"Lho, saya mau pulang, Pak?"

"Pulang bagaimana? Lalu siapa nanti yang bertanggung jawab sebagai keluarga pasien?" ujar petugas lainnya.

Di tengah kebimbangan saat melihat tubuh lelaki itu terbujur lemah tak berdaya, naluri kemanusiaan Amanda bangkit.

Entah bagaimana dengan keselamatan perjodohannya. Hanya Tuhan yang tahu. Yang jelas, untuk saat ini, dia harus mendahulukan keselamatan sang atasan.

Bukankah bila jodoh, tentu tak akan ke mana?

Siapa tahu dengan memudahkan urusan orang lain, Tuhan akan mudahkan urusan baginya, kan?

Menghela napas, Amanda pun mengangguk. "Baik. Saya ikut!" ucapnya setuju.

Segera, mereka pun menuju rumah sakit.

Hanya saja, di tengah perjalanan, salah satu tim medis yang duduk di dekat Amanda memberinya kejutan lagi!

"Apa kalian tadi melakukan hubungan intim di dalam lift saat sebelum terjadinya insiden?" tanyanya, curiga.

"Mengapa Anda bertanya hal seperti itu?"

"Ini keadaan emergency. Sepertinya pasien tadi kekurangan oksigen dan sedikit kelelahan. Jadi, kamu perlu tahu apa yang terjadi sebelumnya," ucapnya mempertegas maksud pertanyaannya tadi.

Mendengar itu, Amanda jelas semakin emosi. "Asal Anda tahu, dia adalah bos saya. Kami tidak sedekat itu dan dia bukan tipe saya!"

Sayangnya, tatapan tak percaya dapat dirasakan Amanda dari petugas medis lain. 

Related chapters

  • Pesona Istri Bayaran CEO Arogan   BAB 2 Terpaksa ke IGD

    "Kalau tidak percaya, saya--""Maaf," ucap tim medis itu segera. Amanda lantas merasa lega. Terlebih, kala melihat mereka menangani Ronald dengan cepat setibanya di rumah sakit. Hanya saja, kuatnya aroma obat-obatan dan suara lalu lalang petugas medis membuat Amanda tak nyaman. Sejak tadi, dia hanya bisa merapatkan punggungnya ke dinding IGD yang terasa dingin. Setelah insiden di lift ini, Amanda bersumpah tidak akan mau disuruh lembur apalagi menjelang akhir pekan. Amanda hendak meraih ponselnya untuk menghubungi ibunya. Namun tiba-tiba saja, bos yang sedang ditungguinya itu bergerak. Gadis semampai itu pun berjalan mendekat ke tempat tidur bosnya. "Aku... aku di mana?" Ronald yang baru bangun, tampak sekali tengah bingung dengan apa yang sedang terjadi. "Kita di ICU, Pak" bisik Amanda. Dia menarik nafas dalam-dalam, sebelum kembali berkata, "Dan saya... harus mengikuti Pak Ronald sampai sini karena tidak diperbolehkan pulang." "Mana asistenku?" tanya Ronald sambil melihat

    Last Updated : 2024-01-10
  • Pesona Istri Bayaran CEO Arogan   BAB 3 Claustrophobia?

    "Jadi, kamu main sama om-om, sampai tidak bisa datang ke acara perjodohanmu?" Ibunya kembali mencecarnya begitu keduanya duduk di sofa. Sindiran tajam itu terdengar sangat menyakitkan di hati. Amanda sendiri hanya bisa menunduk, tak bersuara. Dia masih kebingungan dari mana dia harus menjelaskan yang sebenarnya. Tapi, hal yang paling dia benci di dunia ini adalah fitnah. Dan itu sedang dilakukan ibunya sendiri terhadapnya. "Bu, aku tadi benar-benar menemani bosku di rumah sakit. Kalau tidak percaya, Ibu bisa menelpon pihak rumah sakit atau asisten bosku," ucap Amanda pada akhirnya. Dirinya harus menjelaskan kejadian agar ibunya tak berpendapat yang bukan-bukan. Sayangnya, kali ini ibunya tampak tak memaafkannya. "Alasan saja! Kamu tahu betapa pentingnya acara malam ini tadi. Mereka sudah jauh-jauh datang menyempatkan untuk bertemu kamu,” sindirnya, “Ehhh, kamunya malah pergi entah ke mana." Baginya, Amanda sudah mencoreng nama baik keluarga! "Sudah, kamu lebih baik masuk ke

    Last Updated : 2024-01-10
  • Pesona Istri Bayaran CEO Arogan   BAB 4 Keluarga Anderson

    Jadi di sinilah Amanda--hanya bisa terdiam di mobil mewah yang mulai menjauh dari pusat kota. Hal ini jelas berbeda dengan Ronald terlihat menikmati perjalanannya dengan mendengarkan musik favoritnya. "Pak, kenapa kita harus ke tempat keluarga Pak Ronald? Kan kita cuma pura-pura," ucap Amanda setelah berhasil menenangkan diri. "Siapa bilang? Kita memang berhubungannya pura-pura, tapi tunangannya benar-benar akan dilangsungkan. Tenang, kamu akan mendapakan kompensasi yang cukup untukmu hidup sampai punya anak cucu nanti." Mendengar itu, sontak batin Amanda bergejolak. Fotonya dengan Ronald di lift kemarin sudah membuat ibunya murka, bagaimana jika nanti ibunya menonton konferensi pers dan tahu dia bertunangan tanpa izin? Bisa-bisa dia dicoret dari kartu keluarga! "Pak, tapi saya belum memberitahu keluarga saya soal ini." Amanda menyampaikan secara terus terang. "Lagipula, saya sudah dijodohkan dengan seseorang." Dirinya hanya asal bicara. Hanya saja, Ronald tampak terkejut. "O

    Last Updated : 2024-01-10
  • Pesona Istri Bayaran CEO Arogan   BAB 5 Fake Engagement

    Deg!Amanda terdiam. Dia merasa malu dan direndahkan. Apalagi, beberapa orang di sana mulai mengabadikannya lewat handphone pribadi masing-masing. Tanpa basa-basi, Amanda segera berlari keluar ruangan. Sudah cukup baginya Ronald membuatnya tak punya muka! "Amanda, kamu mau ke mana?" Ronald mengejarnya yang berlarian ke area depan. "Pak Ronald, saya sudah tidak kuat lagi. Sudah saatnya kita hentikan sandiwara ini." Amanda menahan tangis. Harga dirinya sudah diinjak-injak. Membayangkan apa yang akan terjadi pada hidupnya bila menikahi Ronald, sungguh menakutkan. "Amanda, kita belum memulai. Jadi, kamu jangan mengada-ada!" Ronald mencengkram lengan asistennya itu sekuat mungkin. “Kenapa kamu menyerah secepat ini?” "Asal Pak Ronald tahu, di keluarga saya, saya sudah tidak punya muka!" ucap Amanda cepat, "Saya sudah bilang kalau perjodohan saya batal. Ibu saya marah dan memboikot tidak mau bicara selama berhari-hari." Amanda terduduk dan menutup mukanya dengan kedua tangan. Seand

    Last Updated : 2024-01-10
  • Pesona Istri Bayaran CEO Arogan   BAB 6 Tragedi Cincin Berlian

    Sebuah cincin berlian entah berapa karat itu kini melingkar di jari manisnya! Dipandangnya benda termewah yang dia baru dapatkan sekarang. Seumur-umur, benda paling mahal yang dia punya adalah ponsel yang dibelinya dua tahun lalu. Itu juga hasil jerih payahnya bekerja dan dibeli secara angsuran. “Pak, ini terlalu mewah,” gumamnya. Namun, Ronald hanya mengendikan bahu, santai. “Sekarang, siapapun yang berniat menjodohkan kamu, tunjukkan saja cincinnya!”“Pak Ronald, tapi kenapa harus saya?”Baginya masih banyak gadis-gadis cantik yang lebih cocok jika digunakan sebagai istri-istrian oleh Ronald. Jelas dirinya menilai kalau dia jauh dari standard bosnya. “Why not?” Ronald bertanya balik. “Jangan banyak kata-kata lagi, sekarang kamu boleh pulang.” Ucapan tegas pria itu membuat Amanda seketika sadar.Dia telah masuk ke permainan bosnya dan tak ada lagi jalan kembali...."Aduh, bagaimana cara menjelaskan pada ibu?" batinnya, panik. Bagaimana caranya Amanda mau cerita kalau calon sua

    Last Updated : 2024-02-01
  • Pesona Istri Bayaran CEO Arogan   BAB 7 Tantangan Calon Mertua

    “Jadi, kamu ini dari keluarga Anderson?” Ibu Amanda yang awalnya meragukan, kini seperti terbius. “Keluarga kaya raya pengusaha itu?” Ronald mengangguk tegas. “Hmm… sudah kubilang, Bu. Aku sudah ada calon suami. Jadi ibu tidak perlu mencari-carikan jodoh lagi.” Amanda menjelaskan pada ibunya dengan bangga. Bagi seorang tua yang sudah berpengalaman, ibunya was-was kalau ini hanyalah sebuah permainan. Berharap dia paham dan mengerti keadaan yang sebenarnya. Dipegangnya tangan Amanda lalu dia berbisik, “Apa kamu sungguh-sungguh dan tidak main-main?” Anak perempuannya menganggukkan kepala. “Iya.” Sementara itu, Amanda melirik ke arah Ronald. Bosnya nampak tidak nyaman. Dia masih belum terbiasa dengan ruangan tanpa AC. Dia kepanasan dan keringat mengucur di keningnya. Rumah Amanda memang sederhana dan kecil jika dibandingkan dengan rumah maupun apartemen yang biasa dia tinggali. “Pak Ronald gerah ya?” tanya Amanda. Dia merasa kasihan menyuruh bosnya malam-malam ke sini. “Tidak

    Last Updated : 2024-02-01
  • Pesona Istri Bayaran CEO Arogan   BAB 8 Siapa Takut Menikah?

    Di sisi lain, Ronald mengepalkan kedua tangan. Tak disangkanya rencana ini justru membuat dirinya di posisi yang terpojokkan. “Memangnya kenapa tiba-tiba ibumu meminta pernikahan secepat ini?” kata Ronald sambil menyeruput secangkir kopi di kantornya. “Saya kurang tahu, Pak.” Amanda menggelengkan kepala dengan lemah. “Mungkin Ibu saya tidak ingin kita menikah dan ini agar pernikahan tidak pernah akan bisa terjadi.” Bosnya diam sejenak. Betapa sulitnya berurusan dengan keluarga Middle Class seperti wanita di hadapannya sekarang ini. “Dia masih belum setuju dengan hubungan kita?” Amanda mengangguk. “Atau jangan-jangan ibumu tahu aku kaya raya, jadinya minta dipercepat saja agar segera menikmati kemewahan??” tuduh Ronald pada keluarga Amanda. “Pak, di sini saya tekankan. Ibu saya justru ingin kita tidak jadi menikah. Ibu saya juga bukan orang matre seperti pikiran Bapak!!” “Kamu sendiri, apa kamu siap kalau menikah di akhir pekan nanti?” Giliran sekarang Amanda ditanya oleh CEO

    Last Updated : 2024-02-01
  • Pesona Istri Bayaran CEO Arogan   BAB 9 Terpaksa Menginap

    “Menghabiskan malam bagaimana, Pak?” Membayangkan bosnya menginap membuat bulu kuduk Amanda merinding dan berdiri. Kemarin saja saat dicium Ronald, tekanan darahnya sudah naik turun tak menentu. Apalagi bila menghabiskan malam dengannya, itu akan menjadi hal di luar imajinasinya. “Ya aku tidur di sini untuk malam ini saja.” “Bapak tahu kan, kalau di sini banyak nyamuk dan tidak ada AC? Cuaca juga sedang tidak bersahabat, Pak. Saat malam bisa saja nanti berubah menjadi tiba-tiba dingin atau tiba-tiba panas…” Ronald tak mempedulikan kata-kata istrinya dan terus melepas kancing baju yang ia kenakan satu per satu. “Pak, Pak…” Amanda menutup matanya dengan satu tangan. “Percuma saja kamu mau mengusirku. Semua mobil sudah tidak ada lagi di sini. Kecuali kalau kamu mau jadi istri durhaka karena mengusir suami tidur di luar kamar saat malam pengantin.” Gadis yang belum pernah disentuh siapapun itu masih tak terbiasa dengan keberadaan lelaki di kamarnya. Mau berganti baju dengan pakaia

    Last Updated : 2024-02-12

Latest chapter

  • Pesona Istri Bayaran CEO Arogan   BAB 139 Bitter-truth

    "Mari masuk, Pak!" Dengan susah payah akhirnya Amanda menemukan kunci gerbang dan rumahnya yang terletak di tasnya.Setelah menyalakan lampu yang sejak senja tak ada yang mengurusi, ruangan mungil itu menjadi hangat dan terang benderang."Kamu tidak menawari aku makan sesuatu?" Ronald mengaku merasa sangat lapar.Pantaskah Amanda menawarinya semangkuk mi instant atau ramen? Lantas, bagaimana jika Ronald tidak selera dengan makanan instant semacam ini?"Saya bisa memesankan makanan, Pak." Nadanya sudah disetting seformal mungkin.Amanda sudah yakin kalau dia lebih terdengar seperti sekretaris sungguhan daripada sebagai seorang mantan istri."Oh, begitu? Kenapa kamu tidak memberiku mi atau apapun tadi yang kamu beli dari minimarket itu?""Hmmm, Pak Ronald, rumah ini bukan warteg atau cafe. Jika ingin makan sesuatu, bisa ke restoran di jalan besar sana atau di mana gitu... Fine dining di hotel keluarga Bapak barangkali..." Amanda mengelus dada."Aku ke sini tadi niatnya bukan untuk makan

  • Pesona Istri Bayaran CEO Arogan   BAB 138 Terkejut

    "PAPA?"Gema suara Ronald benar-benar menyita perhatian semua orang.Bahkan beberapa nakes juga ikut berhenti dan melihat betapa pandangan mata Ronald layaknya seekor singa yang siap menerkam binatang buruan!Langkahnya makin dipercepat. Papanya tak lagi punya kesempatan untuk melarikan diri atau sekedar bersembunyi."RONALD?" Papanya benar-benar tak bisa menyembunyikan rasa keterkejutan itu.Nampak sekali kalau dia ingin ditelan bumi saat itu juga. Pegangan tangan yang awalnya erat itu mendadak ia lepaskan."Monica, kamu ke sana dulu." Dia berbisik pada teman wanitanya agar tak ikut dalam forum keluarga.Meski kesal, wanita berambut panjang dan memakai hot pants itu akhrinya menurut."Siapa dia, Pa?" Ronald pura-pura bertanya, padahal dia tau semua seluk beluk perempuan simpanan sang Papa,"Oh, dia anak buah Papa," Jawab sang Papa sambil membenarkan letak jam tangannya.Baru kali ini dia seperti tertangkap basah dan malu setengah mati."Anak buah? Kerja di bagian apa dia?" Ronald ber

  • Pesona Istri Bayaran CEO Arogan   BAB 137 Tak Sengaja

    "Mila, ini susu hangatnya sudah aku buatkan!" Amanda membawa segelas susu hangat yang dia sengaja bawa ke lantai dua.Rupanya, ia terkejut saat kembali ke atas, Ronald sudah pulang ke rumah. Dia tertunduk malu. Tak tahu harus melakukan apa sekarang.Kakinya terhenti. Sementara Ronald mengamati lekuk tubuhnya yang semakin ekstreme. Perutnya terlihat semakin meruncing seolah siap kapanpun untuk melahirkan bayinya."Amanda!" Panggil Ronald lirih.Ia malu selama ini sudah berbuat tidak baik pada wanita itu. Bahkan terang-terangan menuduhnya melakukan selingkuh dan merendahkannya lebih rendah dari wanita pela*ur."Maaf aku harus mengantarkan susu ini ke kamar Mila. Setelah ini, aku akan pergi." Dia buru-buru ke kamar Mila lalu meletakkannya di meja.Rupanya anak itu sudah tertidur karena sepertinya kelelahan setelah menangis dan tantrum dalam waktu yang cukup lama."Amanda?" Saat dia sudah keluar dari kamar Mila dan membawa tasnya, Ronald mencegah wanita itu pergi."Maaf aku harus pulang

  • Pesona Istri Bayaran CEO Arogan   BAB 136 Tantangan Baru

    Ronald merenung di meja kantornya.Seusai meeting, dia tak banyak bicara dengan siapapun. Kalimat sopir pribadinya itu terdengar menggoda dan menantang.Tes DNA?Kenapa ini tak pernah terpikir olehnya setelah tahu kalau Simon bukan ayah dari anak itu?Ah, ini bisa saja hanya hawa nafsunya sendiri yang berbicara. Bagaimana jika ternyata Amanda tak sebaik yang ia duga? Bisa saja kan, selama ini dia berhubungan lebih dari dua laki-laki."Boss?" Anak buahnya yang biasa melakukan investigasi tiba-tiba menelpon. Padahal ini baru jam sepuluh pagi."Iya, bagaimana?" Ronald menekan alisnya dengan telunjuk dan ibu jari.Kepalanya terasa berat memikirkan semuanya seorang diri."Papa Boss sudah terdeteksi menginap lagi di apartemen itu. Apa Boss sudah mencoba menghubungi Monica?"Giliran Ronald sekarang yang ditanya oleh anak buahnya. Celakanya, dia lupa menghubungi Monica karena sudah terlalu larut dalam investigasinya tentang tes DNA itu."Belum. Aku belum sempat." Jawab Ronald asal."Tidak mas

  • Pesona Istri Bayaran CEO Arogan   BAB 135 Sadar Diri

    "Kurang ajar!"Ronald memukulkan kepalan tangannya di atas meja kafe di mana mereka bertiga berbincang."Boss, tenangkan diri dulu. Jangan mencuri perhatian orang!" Anak buahnya mengingatkan."Aku tidak bisa terima saja, Kenapa Mamaku setega itu pada Amanda? Apa hukumannya dikeluarkan dari rumah dan bercerai dariku itu kurang?" Ronald kini mulai sadar, kalau selama ini bisa jadi memang Mamanya lah yang menjadi penjahat bukannya malah Amanda."Kita tidak bisa menyimpulkan secepat ini, Boss. Pasti Mama Anda melakukan ini ada alasan kuat dan tidak serta merta melakukan hanya untuk kesenangan semata!" Anak buahnya yang biasanya beringas, rupanya masih memiliki hati nurani untuk memberikan nasehat pada bosnya."Minum dulu, Boss..." Yang satunya mengingatkan Ronald untuk meminum minuman yang dipesannya tadi.Dengan gegabah, ia menghabiskan satu cangkir kopi itu dalam sekali minum.Lalu mengembalikan cangkir itu di atas tempatnya dengan sembarangan. Rasanya sudah tak ada gunanya lagi dia ber

  • Pesona Istri Bayaran CEO Arogan   BAB 134 Karma?

    "Bagaimana maksud kamu mencari pekerjaan itu?" Simon tentu saja terkejut dengan pernyataan Amanda barusan.Mencari pekerjaan untuk menghidupi anaknya yang akan lahir? Bukankah kehidupan Simon sudah bergelimang harta dan rasanya itu sudah lebih dari cukup untuk memberikan penghidupan yang layak buat mereka."Kurasa itu adalah jalan yang terbaik untuk kita semua. Aku tidak mau selamanya bergantung padamu, Simon. Aku merasa seperti pengemis sekarang. Apa-apa harus menunggu pemberianmu." Amanda meneteskan air matanya.Ini karena setelah beberapa waktu terakhir, dia merasa betapa sulitnya hidup saat memenuhi kebutuhan harus menunggu pemberian pria itu.Ia tak mau diatur-atur terus dan merasa tidak berdaya. Akan jadi apa nanti anaknya."Amanda... Anak itu adalah darah dagingku dan kamu adalah ibunya. Aku tak akan pernah membiarkan kalian hidup dalam kekurangan apapun. Apa kamu tidak lihat, bagaimana yang aku lakukan padamu?" Simon mengelusnya lagi meski Amanda menunjukkan raut muka yang tid

  • Pesona Istri Bayaran CEO Arogan   BAB 133 Sakit Hati

    "Jadi, ini yang kamu lakukan selama ini?" Papa Ronald mendudukkan Monica dan tampak memberikan ancaman.Monica mulai panik. Betapa tidak, dia khawatir kalau-kalau setelah ini akan diputus hubungannya dengan sang pendonor dana terbesar di kehidupannya beberapa tahun ini."Daddy..itu semua salah sangkamu saja. Aku dan dia hanya murni berteman saja. Tidak lebih.." Monica membelai lembut tangan daddy-nya."Apa maksud kamu?"Tentu saja pria itu mulai penasaran dan sedikit membuka diri untuk penjelasan wanita cantik yang sering menghiasi malamnya."Dia itu... penyuka lelaki juga, Daddy.." Mata manja itu mulai menebar jaring. Mencari perhatian sang pria yang hampir saja hilang kepercayaan padanya.Ini berbahaya karena akan membuat pundi-pundi dana yang masuk ke rekeningnya setiap bulan bisa saja terhenti seketika."Hah, rasanya itu mustahil. Kalian terlihat sangat mesra sekali..." Papa Ronald itu menyangkal.Dengan mata kepalanya sendiri ia melihat bahwa Monica tampak bermesraan dengannya di

  • Pesona Istri Bayaran CEO Arogan   BAB 132 Mengulang

    "Papamu tega! Dia sudah keterlaluan... Ini bukan kali pertamanya dia melakukan ini, dia sudah berkali-kali selingkuh..huhhuhuuuuu..."Tangisan Mamanya sudah tak terbendung lagi. Pecah!Anak lelakinya tak kuasa melihat sang Mama menangis."Ma, tenangkan diri dulu. Bisa jadi ini salah sangka dan sebagainya kan?" Ronald berusaha menenangkan dan mengelus rambut Mamanya."Lihat saja sendiri..." Mamanya mengambil kembali handphone dan menyerahkan bukti beberapa video rekaman yang menunjukkan Papanya mengantarkan pemeriksaan ke sebuah dokter kandungan lalu dia pergi meninggalkan wanita itu.Sebelum pamit, terlihat jelas di video itu Papanya memeluk dan mencium kening wanita muda yang diduga selingkuhannya."Apa artinya ini... aku kena karma?" Mamanya terucap sebuah kalimat yang membuat anaknya bingung.Karma?Apa maksudnya..."Ma, jangan berpikiran yang buruk dulu seperti itu. Kita belum tahu kebenarannya.""Kamu ini buta ya Ronald? Jelas-jelas itu Papamu sama wanita lain. Kalau masih belum

  • Pesona Istri Bayaran CEO Arogan   BAB 131 Sama-sama Curiga

    "Siapa yang tahu kalau ternyata Papa bisa telat datang saat meeting, apa Mama tidak membangunkan Papa semalam?" Simon tertawa saat melihat Papanya datang dengan mengendap-endap dari belakang.Salah seorang staff-nya sedang presentasi soal project baru yang mereka tangani. Untung saja ruangan sedikit gelap di bagian belakang karena semua orang sedang fokus pada layar di depan."Hush!"Papanya menyenggol bahu anaknya. Tak lupa ia meletakkan telunjuk di depan bibir agar semakin menekankan perintah."Haha, aku tahu Pa. Semalaman Papa pasti dibuat tidak bisa beranjak dari tempat tidur ya sama Mama? Haha, kalian ini sudah tua tapi masih saja tetap hot!" Tukas Simon.Seandainya saja anaknya tahu dengan siapa semalam dia bergulat di ranjang!"Sudah, berikan aku hand out dari materi presentasi Alessandro itu. Biar aku pelajari!" Papanya mencoba mengalihkan perhatian sang anak."Baca saja punyaku ini, Pa!" Rupanya Ronald sudah ada di meja meeting juga. Tapi sejak tadi sengaja hanya diam.Dia se

DMCA.com Protection Status