Home / Romansa / Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir / BAB 3 Kenal namun terasa asing

Share

BAB 3 Kenal namun terasa asing

Author: Liana Lee
last update Huling Na-update: 2024-12-19 21:21:36

Liana melihat sepatu hitam mengkilap terkesan mahal berada dibawah pandangnya membuatnya mendongak, pandangan mereka saling bertemu.

Kakinya ingin melangkah mundur namun terasa berat, dirinya membeku di tempat sambil menatap sorot tajam dan dingin itu.

Jantung Liana seperti dipaksa berpacu, seolah dapat meledak kapan saja menghadapi tatapan dingin dari pria di depannya tersebut.

Wangi musk khas David yang tak pernah berubah kembali tercium dan terpancar dari tubuh David yang begitu dekat.

Terkesan hangat, maskulin, sedikit manis sekali lagi menerobos indra penciuman Liana menambahkan efek debaran dalam jantungnya yang seolah memaksa akalnya untuk mengenang hal yang sama.

Pria di depannya ini sungguh adalah kekasih yang ia tinggalkan dua tahun lalu. Tidak disangka akan kembali bertemu dengan cara seperti ini. Meski sekeras apapun dia berusaha menghindar.

Aroma khas parfurm ditubuhnya itu tentu saja tidak terlupakan juga tidak sedikitpun berubah.

David mencondongkan tubunya kearah Liana. Wajahnya mendekat ketelinga gadis itu.

"Masih sama.. Tidak berubah." Bisiknya di telinga Liana membuat wajahnya merah padam dengan mata terbuka lebar.

Liana semakin membeku.

Namun dipecahkan oleh suara pintu lift yang terbuka.

Ting.

David menarik diri dan berbalik berjalan masuk ke dalam lift.

"Mau sampai kapan berdiri di situ?" David mengernyit kearah Liana dengan pandangan yang tetap dingin. Jarinya menekan penahan pintu lift agar tetap terbuka. Menunggu gadis tersebut masuk.

"Masuk!" Suaranya sedikit ditinggikan.

"A-ah.. Ma-maaf.." Liana yang linglung karena apa yang varu saja terjadi pun segera sadar dan bergegas masuk.

Dia berdiri dipaling ujung menjaga jarak sangat jauh sedangkan David berdiri di dekat tombol lift menekan nomor 23.

Suasana kembali hening.

Menyadari jarak yang diciptakan Liana terlihat dari pantulan kaca di depannya menampilkan gadis di ujung sudut itu sedang menunduk memainkan jemarinya menjepit satu sama lain membuat David mendengus kesal.

'Sebegitunya tidak ingin dekat denganku kah?' Batin David dengan kesal.

"Ekhm.." David berdeham memecah keheningan.

Liana mendongak menatap pria itu yang berdeham tanpa menoleh kearahnya.

"Sudah sampai." David dengan tenang, singkat, padat dan jelas tanpa menengok kebelakang lalu melangkahkan kaki keluar.

Liana menatap layar berisikan pemberitahuan lantai 23 bahwa mereka telah sampai pada tujuan.

Liana hanya mengangguk polos meski dalam hatinya masih ada perasaan resah gelisah.

Dia bergegas mengikuti dari belakang kali ini pandangannya lurus kedepan menatap sosok pria mengagumkan di depannya yang begitu ia kenali sekaligus asing, takut kejadian barusan yang sama terulang kembali.

Ruang CEO berada di ujung koridor menambqh kesan introvert, dingin serta misterius. Letaknya sangat cocok dengan kepribadian David yang tenang, pendiam dan penuhmisteri.

Sepanjang langkah kaki mereka, mata Liana menatap menjelajahi dinding koridor tersebut dengan kagum dan takjub seraya sinar mulai menerangi koridor tersebut secara bertahap.

Dinding berwarna setengah putih pada bagian atasnya dan emas di bagian bawahnya dengan rak kaca berisikan piagam dan beberapa penghargaan serta foto - foto David dan para karyawannya dalam berbagai acara yang mungkin adalah acara amal atau penerimaan penghargaan.

Ada juga ulang tahun perusahaan dari waktu ke waktu terpajang diseling dengan lampu - lampu berukuran sedang bertema seperti lampion yang mahal dan dikuir dengan indah yang memancarkan sinar keemasan menempel di setiap beberapa jarak dari dinding - dinding tersebut menambahkan kesan elegan disekitarnya.

Langkah demi langkah membuat lampu berbentuk bulat di langit- langit atas menyala seiring dengan suara langkah mereka membuat suasana lebih mewah dan mengagumkan seolah nenyambut kedatangan CEO mereka secara hormat.

Liana kembali memfokuskan pandangan kedepan.

Sosok David berhenti di depan pintu ganda. Pintu agak tinggi dan besar yang terkesan kokoh dan kuat dengan sandi kartu akses pribadi.

Klik.

Pintu yang didorong oleh tangan yang tegas jari yang ramoing nan indah memikat itu terbuka, design interior ruangan tersebut tak kalah memikat.

Liana memandangi ruangan bernuansa hitam putih yang cocok dengan vibes David dengan tatanan benda - benda yang tertata rapih dan terlihat pas, salah satu sisi adalah kaca besar yang dapat menunjukkan satu kota Lincoln.

Sungguh indah dan menakjubkan.

"Lihat apa? Masuklah!" Suara nan tenang namun dingin tersebut memerintah dengan mrmbawa wibawa memecah penjelajahan Liana pada ruang di depannya.

Liana pun masuk ke dalam dengan perasaan tegang.

David duduk di belakang meja kerjanya.

Sosoknya yang mengesankan bak dewa yang sedang duduk di singgasananya sebagai si pemengang tahta tertinggi sedang mengetuk - ngetukkan jarinya di mejanya.

Salah satu tangannya memegang IPadnya, dan matanya menatap lurus dingin dan tajam kearah Liana.

Membuat Liana seolah hanya seperti manusia biasa yang penuh dosa menunggu hukuman.

Dia pun berhenti pada jarak yang lumayan jauh dengan kepala tertunduk. Jemarinya yang lentik dan cantik dimainkan tanda gerogi.

David mengamati ekspresi gadis di depannya tersebut kemudian mendengus kesal. Lalu setelahnya pandangannya kembali dingin.

"Nona Edsel..." Panggil David dengan dingin. Mata tajamnya seolah mengunci satu target tak pernah lepas dari objek tersebut.

Deg

Seolah sesuatu menghantam hati Liana.

'Nona Edsel?' Batinnya, hatinya seolah diremas dan dadanya ntah mengapa agak sesak.

David mengernyit sebab tak mendapat respon dari gadis yang ia panggil.

Kesabarannya seolah mulai terkikis.

Dia berdiri dari duduknya menghasilkan suara roda tergesek lantai pada sisi bawah kursi mewah dan mahalnya, kemudian berjalan memutari meja menuju kearah gadis yang sedari tadi diam tak bergeming seolah tak punya kuping.

Tanpa sadar pria itu menjulang tinggi di hadapannya, menutup gadis itu dengan bayangannya.

"......."

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 4 Apa hanya kata Maaf yang kamu tahu

    Liana's PoVHari ini aku sangat senang sekali.Setelah mencari kerja di berbagai tempat setelah kepulanganku ke kota kelahiranku ini, akhirnya aku diterima di perusahaan besar dengan gaji yang menjanjikan. Namun hari ini...Sungguh.. Sungguh sangat diluar dugaanku. Aku bertemu kembali dengan seorang Devan. Dia adalah kekasih yang aku tinggalkan dua tahun lalu dengan alasanku tersendiri.Ceritanya begitu panjang untuk diceritakan, mungkin panjangnya seperti struk belanja selama satu tahun lebih.Anehnya, hari ini aku baru mengetahui nama asli dan nama lengkap serta nama keluarganya. Itu, David Evans Hubert. Dan dia merupakan seorang CEO perusahaan besar raja bisnis di kota kami, Perusahaan Hubert tempatku diterima bekerja saat ini. Jadi rumor yang dulu aku dengar itu memang benar adanya.Dan lagi...Setelah menghilang selama dua tahun dan berusaha menghindar darinya. Aku tidak menyangka bahwa kami pada akhirnya akan dipertemukan lagi.Tapi... Mengapa harus dengan cara seperti ini

    Huling Na-update : 2024-12-21
  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 5 Sudah terbiasa bukan?

    Liana's PoV "Kamu memang sudah terbiasa seperti itu?" Kata - katanya membuatku mengerutkan dahi, sontak akupun mengangkat kepalaku dan mata kami saling bertemu pandang. Ada tatapan begitu rumit dari matanya, terasa seperti dibalik aura dingin dan suram itu jugq terselip kerinduan dan kesedihan yang mendalam. Ntahlah, apa memang seperti itu atau mungkin hanya sekedar perasaanku belaka. "Terbiasa membuat kesalahan, mengulanginya dan dengan mudahnya mengucapkan kata maaf seolah hanya dengan kata maaf saja semua masalah akan selesai, begitu?" Kata demi kata ia lontarkan ntah kenapa seperti memberiku beban, setiap kata terasa sangat tajam seolah belati tajam melayang menusuk hati. Aku sungguh antara fokus tak fokus mendengarkannya. Karena memiliki perasaan aneh tiap kali dia bicara. Aku masih menatapnya dengan heran berusaha menerka - nerka maksudnya. Namun juga takut dan ragu dengan terkaanku sendiri. Sambil menerka nerka dalam hati, hal tersebut tanpa sadar membuat

    Huling Na-update : 2024-12-21
  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 6 Kamu tidak akan bisa lari lagi

    David's PoV Hari ini cukup sibuk. Setumpuk dokumen yang terasa sangat menjengkelkan setiap kali aku melihat mereka seolah tidak ada habisnya dan tidak memberiku jeda untuk beristirahat sedikitpun. Terkadang beberapa orang juga masuk silih berganti meminta revisi atau ACC dariku. Aku memijat pelipisku agak sedikit penat. Tetapi sebenarnya kesibukan ini cukup membantuku melupakan sesuatu yang sangat ingin aku lupakan. Sesuatu yang selalu membuatku frustasi. Aku mencoba kembali fokus memeriksa setiap dokumen kerja sama dan dokumen lainnya dengan seksama, juga beberapa dokumen dan surat - surat yang juga menunggu untuk direvisi. Saat sedang asik dengan duniaku, tiba - tiba saja Wilson datang. Tentu saja, apalagi kalau bukan membawa setumpuk kertas untuk kulihat. Namun kali ini dia membawa sesuatu yang menarik perhatian serta pendengaranku. Seolah merangsang ingatan lama kembali memenuhi pikiranku. Ya.. Pikiran yang telah lama ingin akh lupakan dan kubur dalam - dalam tentang ha

    Huling Na-update : 2024-12-21
  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 7 Sedikit berubah

    David's PoVSaat dia membalikkan badan untuk menyapaku matanya yang terbuka lebar mungkin terkejut melihatku, ekspresi itu membuatku berdegup kencang ntah mengapa. Namun. Aku masih menatapnya dengan dingin dan agak kesal. Aku mencoba menerka - nerka isi hatinya, namun tak bisa. Kedua mata kami saling bertemu pandang, ku tatap lekat mata indahnya yang merupakan perpaduan coklat keemasan. Mata elegan yang meneduhkan itu, mata yang membuatku jatuh hati sejak pertama kali menatapnya. Dia sedikit banyaknya telah berubah, kamu sungguh menjadi lebih dewasa dengan bentuk tubuh yang semakin indah. Sial! Liana, jika seperti ini pasti akan ada banyak pria yang jatuh cinta padamu. Bagaimanapun juga, aku... Aku.. Aku sedikit frustasi memikirkan kemungkinan - kemungkinan tersebut. Terbesit rasa sakit dan sedih serta kemarahan dalam saat aku menatapnya, juga ada kecemasan serta rasa lainnya yang tak dapat ku mengerti. Untuk beberapa saat suasana menjadi hening. Lalu liana buru - buru meme

    Huling Na-update : 2024-12-22
  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 8 Bawahan yang menjengkelkan

    David's PoV Kali ini tak sedikitpun terbesit dalam benakku tentang sebuah niatan untuk melepaskanmu. Yang ada akan ku pastikan kamu selalu dalam genggamanku. Liana... Sungguh jangan harap kamu bisa melarikan diri lagi kali ini. Aku akan meminta semua pertanggung jawaban atas rasa sakitku. Mataku masih asik memandanginya yang tentu saja sedang melamun, aku pun berdeham dan membuatnya sedikit tersentak dan tersadar. Kepala gadis itu menengadah keatas dan pandangannya bertemu dengan tatapanku yang sedari tadi menatapnya dengan dingin dengan berbagai pikiran dalam benakku. Dan ntahlah, apa dia sadar atau tidak bahwa setiap kata yang ku lontarkan untuknya merupakan sebuah 'sindiran'. Aku tak mempedulikan orang disekitar, fokusku hanya tertuju padanya. Tak peduli pemikiran orang ketiga diantara kami itu. "Nona Liana, nanti akan ada orang yang antar untuk mengarahkan dan memberitahu letak ruang kerja—" Mendengar Harry bicara seperti itu, aku memotongnya tak memberi kesempatan untu

    Huling Na-update : 2024-12-23
  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 9 Masih milikku

    David's PoV "Kamu memang sudah terbiasa seperti itu?" Kataku remeh dan sinis. Mendengar hal tersebut dia mendongak mengerutkan dahi, mata kami saling bertemu pandang. Namun begitu menatap mata indah gadis tersebut aku merasa ada kesedihan dihatiku juga kerinduan yang mendalam. Liana.. Aku benar - benar tak bisa membencimu sepenuhnya. "Terbiasa membuat kesalahan, mengulanginya dan dengan mudahnya mengucapkan kata maaf seolah hanya dengan kata maaf saja semua masalah akan selesai, begitu?" Aku buru - buru mengubah diri ke mode dingin dan serius lagi. Dapatku lihat ada tatapan bingung dan rumit di wajah gadis manis tersebut, ntah mengerti atau tidak maksud perkataanku. Namun tatapannya juga sedikit kosong. Apa dia melamun? "Ekhmm.." tanganku mengepal menutupi mulut gaya khas orang berdeham. "Ah?!.." dia menggelengkan kepala seperti seseorang yang berusaha mengumpulkan kembali fokus dan nyawanya. Aku mengubah ekspresiku menjadi santai. Sekali lagi berdeham. "Ek

    Huling Na-update : 2024-12-25
  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 10 Seorang Sahabat

    Liana's PoV Hari ini sungguh sangat melelahkan. Ntah mengapa aku juga sedikit kesal. Sekujur tubuhku jadi sakit dan kaku, kakiku bahkan terasa lemas. Bagaimana tidak? Banyak hal yang tak terduga membuatku sangat lelah. Seolah dihantam sesuatu yang berat secara bertubi - tubi. Sungguh menguras tenaga dan emosiku. Ingin sekali segera ku hamburkan diri ke kasur. Aku sungguh tak menyangka bahwa hal seperti ini akan terjadi. Hari seperti ini akhirnya datang juga. Aku bingung harus apa dan bagaimana kedepannya. Akhirnya akupun berhasil keluar dari gedung tinggi di belakangku ini meskin agak gemetar sambil menghela nafas lega dan berusaha menenangkan diri. Ku raih ponsel yang ada di saku blazerku, lalu aku mengetik sesuatu mengirimkan pesan kepada seseorang yang selalu menjadi yang pertama tahu tentang semua keadaanku. Tempatku bersandar dikala tak satupun dapat seperti itu. 'Aku sudah selesai interview, dan langsung diterima. Besok mulai bekerja.

    Huling Na-update : 2024-12-27
  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 11 Perasaan lama juga teman lama

    Liana's PoV Ah.. Sudahlah.. Lupakan saja. Kenapa juga aku masih harus memikirkan hal - hal seperti itu. Wajahku sedikit muram saat mengingat apa yang dia lakukan padaku, membuat kenangan - kenangan tersebut menjadi hal yang menyakitkan untuk diingat. Setelah lift sampai pada lantai tujuan akupun keluar dan bergegas menuju ke arah Cafe Joyful. Sepanjang jalan tiba - tiba aku terpikirkan oleh pertemuan tadi pagi dan sosoknya tersebut. “Ngg.. Tapi.. Kalau dipikir - pikir lama gk ketemu, dia makin tampan ya..” Tiba - tiba saja pemikiran tersebut terlintas dalam benakku, dan tanpa sadar membuatku mengungkapkannya. Dia memang dua tahun lebih dewasa dariku, tapi saat bertemu tadi dia jauh lebih dewasa dan tampan. Aura tegas, dingin namun tenang dan penuh dengan wibawanya benar - benar cocok dengan pekerjaannya saat ini, seorang CEO banget. Namun lagi - lagi saat mengingatnya seperti ada sesuatu dalam diriku yang berusaha menghentikan kegiatan tersebut. Seolah diiingatkan

    Huling Na-update : 2024-12-28

Pinakabagong kabanata

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 27 Tanyakan pada diri sendiri

    “Namun, dua tahun yang lalu dia tiba – tiba menghilang…” Lanjut David dengan ekspresi kalem, nadanya yang tenang menutupi kesedihan pada kata – kata yang baru saja ia ucapkan.Mendengar hal tersebut, seketika Liana menundukkan kepalanya tak berani menatap David.Wajahnya nampak sedih dan merasa bersalah namun ada sesuatu dalam diri dan hatinya yang seolah ingin keluar untuk menjelaskan sesuatu yang kontras dengan raut wajahnya.Mungkin saja perasaan kecewa?“Setelah kepergiannya yang tanpa kabar atau bahkan sepatah kata itupun, duniaku seakan – akan runtuh saat itu juga..” Kali ini nada bicara David terdengar sedikit suram dan kecewa.“Selama dua tahun belakangan ini aku berusaha mencari keberadaannya, bertanya – tanya kenapa dia pergi meninggalkanku begitu saja dan dimana dia? Bagaimana kondisinya? Apakah dia hidup dengan baik? Atau… Apakah dia baik – baik saja tanpaku?”.David membuka matanya mengintip untuk mengetahui reaksi Liana setelah ia berkata seperti itu.Dilihatnya Liana me

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 26 Sebuah kopi bersama dengan kenangannya

    Setelah mendapatkan perintah dari dalam, Liana masuk dan mendapati sosok David tengah menyibukkan diri tenggelam dalam tumpukkan dokumen di hadapannya.Fitur wajahnya yang tampan nan tegas begitu dingin dan serius menatap benda - benda tersebut.Wibawanya terasa begitu lekat dan kuat.Seketika hati Liana dipenuhi sesuatu, Liana merasa sosok di depannya tersebut terasa begitu asing.Dirinya terdiam beberapa saat berdiri di ambang pintu, sebelum berbicara, "Tuan David.. ini... Kopi anda.".Mendengar suara tersebut David sontak mendongak sekilas untuk melihat kearah sumber suara tersebut.Dengan dingin dan acuh tak acuh ia menatap sosok gadis di depanya tersebut, kemudian ia kembali menunduk membaca dokumen yang ada di genggamannya.Liana yang hanya mendapati lirikan singkat nan dingin tersebut secara singkat membuat dahinya berkerut bingung."Letakan saja di meja." Katanya singkat setelah keheningan beberapa saat.Namun bagi Liana perintah tersebut terasa ambigu.'Meja yang mana?' Batin

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 25 Jangan salahkan aku itu menyesakkan

    David's PoVDan setelahnya dia membuatku agak dongkol. "Kalau begitu cuti lima hari boleh?" Wilson bertanya dengan ragu dan canggung. "Boleh.." Jawabku dengan santai, tenang dan halus. Mataku masih sibuk dengan berkas - berkas di hadapanku ini. "Bagaimana kalau satu minggu?" Tanyanya lagi aku dapat mendengar keraguan dqlam nada bicaranya. Namun tak masalah. Kalau dia mau begitu akan kuberikan. "Boleh.." jawabku masih sama. "Kalau satu bulan..... B-boleh?" Hatiku terasa dongkol, pandanganku masih menunduk dan sudut mataku sedokit berkedut kesal namun aku kembali tenang. "Boleh.. Segitu juga gk masalah.." Namu aku masih menjawabnya dengan sama, sangat tenang. "Hah? Serius? Tuan..." Aku dapat mengetahui bahwa dia terkejut tanpa melihat ekspresinya, hanya dengan nada bicaranya. "Tentu saja." Ku hentikan aktivitasku, kemudian aku mendongak menatap Wilson dengan senyuman yang menyiratkan kedongkolan.Sebelum mulut Wilson terbuka untuk mengatakan sesuatu yang masih tertahan di da

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 24 Diri sendiri yang tidak masuk akal

    David's PoV Entah mengapa melihat ekspresinya tadi yang begitu senang dan puas saat melihat dekorasi ruang kerjanya membuatku memiliki suasana hati yang cukup cerah dan bagus hari ini. Tanpa sadar senyuman dibibirku terukir tipis. Aku menatap jauh langit biru yang cerah di luar jendela. Seketika terlintas dalam benakku apa yang barusan saja ku lihat. Reaksinya terlihat senang dan nyaman, terutama saat menggambarkan perasaannya pada bunga melati di dalam lukisan itu. Wilson sungguh terima kasih, pengaturannya tidak buruk juga. Bahkan sangat baik."Liana.. Aku masih ingat detail tentangmu, semua.. Termasuk apapun yang kamu sukai.. Sekarang akan kuberikan perlahan." Aku tersenyum puas dengan mata terpejam kemudian kembali membukanya untuk melihat pemandangan hamparan satu kota Lincoln dari jendela yang sedang ku tatap. "Heh, gadis kecil masih bersemangat dan penuh tekad seperti dulu ha. Kita lihat saja bagaimana kedepannya, bukan berarti aku gk akan memberikanmu pelajaran, gadis n

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 23 Aku juga ingin mencobanya

    Tangannya mengepal melihat sosok dalam foto di layar laptopnya itu."Hm.. Ternyata dia.." Seketika ekspresi David menjadi sangat serius, ada kilatan amarah dan posesif dalam matanya."Liana.. Sama dia sekalipun, gk akan ku kasih. Jangan harap..."Tangannya mengepal, beberapa saat kemudian jari - jarinya dengan cekatan menggerakan mouse mengarahkan kursor dengan tepat pada suatu halaman.Matanya menatap serius dan menjelajahi dengan cermat isi halaman tersebut."Kita lihat saja nanti..."Kemudian dirinya menelpon seseorang......KlikBunyi pintu terbuka.Wilson mendongak dengan ekspresi agak senang.Liana tersenyum ramah melihat sosok Wilson yang sedang duduk di meja kerjanya yang menatap kerah Liana dengan riang."Kamu sudah kembali?" Wilson memiringkan kepalanya pandangannya teralih kearah dua cangkir dengan kepulan asap yang berada dalam genggaman Liana. Alis Wilson menyatu seolah 'Apa sebegitu beratnya tugas yang diberikan, sampai harus minum dua cangkir? Kenapa tidak pakai yang

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 22 Sebuah izin dan sesuatu

    Wilson pun terkejut dengan pemandangan yang baru saja ia lihat.‘Lagi?’ Batinnya, dahinya mengerut kebingungan.‘Apa aku gk salah lihat lagi? Tuan David, tersenyum ‘lagi'?’’ Masih dalam batin seorang asisten pribadi yang menatap Tuannya yang sedang tersenyum menatap jauh keluar jendela tersebut.Entah apa yqng ada dipikirannya saat ini.Dahi Wilson berkerut kebingungan.Mungkin merasa tak mendapat respon dari sang bawahan, pandangannya berubah beralih menatap dingin sosok Wilson, senyum yang terukir di bibirnya seketika pudar digantikan oleh ekspresi yang menunjukkan sikap ketenangan. David berdeham sambil menarik kerah kemejanya yang tidak berantakan.Matanya terpejam kedua tangannya bertopang didagu."Kamu.." Matanya masih terpejam dengan dagunya yang masih bertopang di tanganya seolah sedang memikirkan sesuatu.Seketika Wilson menegang. Buah adamnya naik turun menelan ludah menantikan perkataan bosnya tersebut selanjutnya."Y-ya, Tuan.." Wilson menelan ludah, jakunnya naik turun

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 21 Seperti bukan memperlakukan karyawannya

    Wilson pun teringat kejadian kemarin pagi. Itu terjadi begitu cepat, seketika dirinyapun flashback dengan wajah sedikit lelah dan jengkel. Wilson yang pada hari itu sudah cukup direpotkan dengan mengurus pertemuan bisnis dan urusan lainnya pun tiba - tiba ditelpon oleh Tuannya tersebut untuk segera kembali ke perusahaan. Nadanya terdengar dingin dan mendesak. Dia disuruh kembali dengan cepat. Wilson sempat berpikir itu mungkin adalah urusan mendesak dan penting atau terjadi suatu masalah, namun setelah Wilson bergegas kembali ke kantor dan masuk kedalam ruang kerja David untuk menghadap. "Tuan, apa ada masalah?" Wilson terengah - engah karena dirinya terburu - buru datang, namun seketika itu juga dahinya berkerut melihat David sedang duduk santai bersandar pada kursi kerjanya dengan mata terpejam. "Oh.. Sudah datang." David dengan santai, matanya terbuka dengan tatapan tertunduk kearah Wilson. Wilson hanya menjawab dengan anggukan. Seketika David berdiri dan pergi kelua

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 20 Sebuah tekad

    Begitu melihat kearah yang dituju sudah disambut oleh tatapan tajam dan dingin oleh David yang tertuju pada Wilson."Lupa tugasmu?" David dengan nada dinginnya.Wilson hanya menelan ludah dan terdiam tidak tahu bagaimana dia harus merespon."Kalau begitu biar aku ingatkan." Kali ini nadanya terdengar sangat mengancam, matanya masih menatap tajam sosok Wilson yang sedang tegang."Aku suruh kamu bantu dia untuk jelaskan sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan, 'mengarahkannya'. Bukan membicarakan hal diluar itu." Ekspresinya begitu suram kedatangannya seperti membawa hawa dingin yang kelam dan menusuk, setiap perkataan dia tujukan pada Wilson dengan penuh penekanan seolah mengisyaratkan sesuatu.Wilson pun tersenyum kikuk dan mengangguk, tangannya yang bebaspun memegangi lehernya yang sebenarnya tidak pegal."B-baik Tuan." Liana menatap Wilson dan David secara bergantian, seolah bingung dengan David yang tiba - tiba datang dan bersikap begitu sinis dan dingin."Tuan Wilson menjelaska

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 19 Sebuah kenyamanan yang tak ia sadari

    "Nona Liana, ini.." Ditangannya ada sebuah kartu dengan wajah dan nama Liana.Liana menatapnya dengan bingung."Kartu akses ruangan kita." Wilson dengan santai masih selalu tersenyum."R-ruangan kita?" Tanyanya heran, kedua alisnya terangkat dengan lucu saat matanya membesar menatap sosok Wilson.Wilson mengangguk sambil terkekeh."Mulai hari ini, kita itu teman satu ruangan. Mejaku ada di sebelahmu. Kedepannya kalau Nona ada kesulitan atau apa bisa langsung mendatangiku." Wilson dengan santai menjelaskan, dirinya berpikir ekspresi gadis di depannya ini begitu lucu dan menggemaskan."Ah.. Aku mengerti, terima kasih Tuan Wilson. Kedepannya mohon bantuannya." Liana tersenyum dengan senang sambil mengangguk. Dia merasakan sebuah perasaan kelegaan bahwa ternyata dirinya masih memiliki teman seruangan."Ambillah, kamu coba sendiri." Wilson kembali menyodorkan kartu ditangannya tersebut kepada Liana.Dia pun mengambil kartu akses tersebut dengan sopan, menatapnya seolah harta paling berharg

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status