Home / Romansa / Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir / BAB 4 Apa hanya kata Maaf yang kamu tahu

Share

BAB 4 Apa hanya kata Maaf yang kamu tahu

Author: Liana Lee
last update Last Updated: 2024-12-21 20:06:46

Liana's PoV

Hari ini aku sangat senang sekali.

Setelah mencari kerja di berbagai tempat setelah kepulanganku ke kota kelahiranku ini, akhirnya aku diterima di perusahaan besar dengan gaji yang menjanjikan.

Namun hari ini...

Sungguh.. Sungguh sangat diluar dugaanku.

Aku bertemu kembali dengan seorang Devan.

Dia adalah kekasih yang aku tinggalkan dua tahun lalu dengan alasanku tersendiri.

Ceritanya begitu panjang untuk diceritakan, mungkin panjangnya seperti struk belanja selama satu tahun lebih.

Anehnya, hari ini aku baru mengetahui nama asli dan nama lengkap serta nama keluarganya. Itu, David Evans Hubert.

Dan dia merupakan seorang CEO perusahaan besar raja bisnis di kota kami, Perusahaan Hubert tempatku diterima bekerja saat ini.

Jadi rumor yang dulu aku dengar itu memang benar adanya.

Dan lagi...

Setelah menghilang selama dua tahun dan berusaha menghindar darinya.

Aku tidak menyangka bahwa kami pada akhirnya akan dipertemukan lagi.

Tapi... Mengapa harus dengan cara seperti ini?

Mengapa aku benar-benar harus bekerja di bawah pengawasannya bahkan ruang kerjaku berada di depan ruangnya.

Aku begitu gugup dari awal kehadirannya hingga saat ini.

Padahal saat mengobrol dengan Pak Harry soal kontrak dan kesepakatan serta bdberapa hal aku benar - benar bersemangat dan ceria seolah awal baru akan dimulai.

Namun dia tiba - tiba muncul disekitar kami, kehadirannya bak hantu membawa suasana yang agak mencekam.

Terlebih lagi aku tidak tahu soal sikapnya yang sebenarnya sebagai seorang CEO.

Hanya sedikit mendengar dari Pak Harry dan seolah sekarang sedang dibuktikan dan dibenarkan sendiri oleh pemiliknya di depan mataku.

Terkadang aku berusaha mengalihkan perasaan ini dengan memfokuskan menjelajahi hal lain untuk dipikirkan.

Dengan pandangan menelusuri sekitar, atau sesekali mrnatap sepatu sendiri tanpa alasan.

Nyatanya.. Hal tersebut membuatku jadi selalu berbuat kesalahan di depannya seolah aku..

Saat sedang asik tenggelam dalam pikiranku dengan semua terkaan dan pemikiran yang ada.

Tanpa sadar sosok yang sedang kupikirkan tersebut tengah berada dihadapanku.

Aku ditutupi bayangannya yang bahkan sama sempurnanya dengan dirinya.

Sosoknya yang mengesankan dan berwibawa menjulang tinggi bak gunung dihadapanku yang kecil ini.

Aroma Musk khas ini, tidak berubah.

Dengan sopannya masuk kedalam indra penciumanku dan itu masih terasa sama, nyaman dan memabukkan.

Aku tak berani menatapnya, masih tak berani.

Aku terus menunduk, jemariku menarik - narik ujung kemejaku ranpa alasan menandakan bahwa aku grogi.

Dia membungkuk, nafasnya menggelitik menyentuh sekitar area leherku, memberi sensasi agak merinding.

Mendekatkan mulutnya ke dauntelingaku seraya berbisik.

"Apa kamu diterima bekerja disini dan digaji hanya untuk melamun seperti patung pajangan untuk ruanganku?". Nadanya terdengar tenang dan dingin namun seolah menggoda.

Aku tertegun dengan apa yang dia katakan sekaligus membuatku tersentak dan sadar.

Aku mundur beberapa langkah.

Mataku menatap sosoknya yang menarik diri dan kembali tegap membuat jarak diantara kami.

Dia terkekeh sinis padaku.

"Bukankah Harry sudah menjelaskan posisi dan tugasmu sebagai sekretarisku? Jadi kamu tahu betul harus bersikap seperti apa, bukan?" Tanganya dilipat di dada.

Matanya memicing menatap tajam kearahku sama seperti perkataannya seolah sebuah belati yang siap menusuk jantungku.

"M-maaf. Saya..." Aku buru - buru membuang pandang kearah sembarang. Jantungku berdegup kencang.

Dia mendengus kesal.

"Apa cara kerjamu hanya sebatas minta maaf?"

"Apa di dalam otakmu itu hanya ada kata maaf dan tak bisa fokus pada hal lain?"

"Apa kamu tidak punya kata - kata lain selain 'maaf'?"

"Apa minta maaf sudah lama menjadi hobimu?"

"Apa kamu bayi baru lahir yang baru belajar sepatah demi sepatah dan baru diajari sebuah kata 'maaf'?"

Dia menghujaniku dengan pertanyaan demi pertanyaan sindiran dengan nada dingin penuh penekanan pada kata 'maaf' yang tidak tahu harus ku jawab apa.

Aku terus menundukkan kepala tak berani menatapnya dan membiarkannya mengoceh mengomeliku hingga dirinya mungkin merasa puas.

Orang bilang kita tidak bisa menentang bos. Dan itu sangat tidak diperlukan.

Karena itu sia - sia dan percuma saja. Jadi cukup dengarkan, biarkan, dan iyakan, selama itu tidak berdampak terlalu parah seperti fitnah yang mengharuskan berujung pada jalur hukum. Kalau masalah sepele tantrum seperti alien, bukankah hampir kebanyakan atasan suka seperti itu? Lalu..

Ya, minta maaf.

"Atau.."

Related chapters

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 5 Sudah terbiasa bukan?

    Liana's PoV "Kamu memang sudah terbiasa seperti itu?" Kata - katanya membuatku mengerutkan dahi, sontak akupun mengangkat kepalaku dan mata kami saling bertemu pandang. Ada tatapan begitu rumit dari matanya, terasa seperti dibalik aura dingin dan suram itu jugq terselip kerinduan dan kesedihan yang mendalam. Ntahlah, apa memang seperti itu atau mungkin hanya sekedar perasaanku belaka. "Terbiasa membuat kesalahan, mengulanginya dan dengan mudahnya mengucapkan kata maaf seolah hanya dengan kata maaf saja semua masalah akan selesai, begitu?" Kata demi kata ia lontarkan ntah kenapa seperti memberiku beban, setiap kata terasa sangat tajam seolah belati tajam melayang menusuk hati. Aku sungguh antara fokus tak fokus mendengarkannya. Karena memiliki perasaan aneh tiap kali dia bicara. Aku masih menatapnya dengan heran berusaha menerka - nerka maksudnya. Namun juga takut dan ragu dengan terkaanku sendiri. Sambil menerka nerka dalam hati, hal tersebut tanpa sadar membuat

    Last Updated : 2024-12-21
  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 6 Kamu tidak akan bisa lari lagi

    David's PoV Hari ini cukup sibuk. Setumpuk dokumen yang terasa sangat menjengkelkan setiap kali aku melihat mereka seolah tidak ada habisnya dan tidak memberiku jeda untuk beristirahat sedikitpun. Terkadang beberapa orang juga masuk silih berganti meminta revisi atau ACC dariku. Aku memijat pelipisku agak sedikit penat. Tetapi sebenarnya kesibukan ini cukup membantuku melupakan sesuatu yang sangat ingin aku lupakan. Sesuatu yang selalu membuatku frustasi. Aku mencoba kembali fokus memeriksa setiap dokumen kerja sama dan dokumen lainnya dengan seksama, juga beberapa dokumen dan surat - surat yang juga menunggu untuk direvisi. Saat sedang asik dengan duniaku, tiba - tiba saja Wilson datang. Tentu saja, apalagi kalau bukan membawa setumpuk kertas untuk kulihat. Namun kali ini dia membawa sesuatu yang menarik perhatian serta pendengaranku. Seolah merangsang ingatan lama kembali memenuhi pikiranku. Ya.. Pikiran yang telah lama ingin akh lupakan dan kubur dalam - dalam tentang ha

    Last Updated : 2024-12-21
  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 7 Sedikit berubah

    David's PoVSaat dia membalikkan badan untuk menyapaku matanya yang terbuka lebar mungkin terkejut melihatku, ekspresi itu membuatku berdegup kencang ntah mengapa. Namun. Aku masih menatapnya dengan dingin dan agak kesal. Aku mencoba menerka - nerka isi hatinya, namun tak bisa. Kedua mata kami saling bertemu pandang, ku tatap lekat mata indahnya yang merupakan perpaduan coklat keemasan. Mata elegan yang meneduhkan itu, mata yang membuatku jatuh hati sejak pertama kali menatapnya. Dia sedikit banyaknya telah berubah, kamu sungguh menjadi lebih dewasa dengan bentuk tubuh yang semakin indah. Sial! Liana, jika seperti ini pasti akan ada banyak pria yang jatuh cinta padamu. Bagaimanapun juga, aku... Aku.. Aku sedikit frustasi memikirkan kemungkinan - kemungkinan tersebut. Terbesit rasa sakit dan sedih serta kemarahan dalam saat aku menatapnya, juga ada kecemasan serta rasa lainnya yang tak dapat ku mengerti. Untuk beberapa saat suasana menjadi hening. Lalu liana buru - buru meme

    Last Updated : 2024-12-22
  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 8 Bawahan yang menjengkelkan

    David's PoV Kali ini tak sedikitpun terbesit dalam benakku tentang sebuah niatan untuk melepaskanmu. Yang ada akan ku pastikan kamu selalu dalam genggamanku. Liana... Sungguh jangan harap kamu bisa melarikan diri lagi kali ini. Aku akan meminta semua pertanggung jawaban atas rasa sakitku. Mataku masih asik memandanginya yang tentu saja sedang melamun, aku pun berdeham dan membuatnya sedikit tersentak dan tersadar. Kepala gadis itu menengadah keatas dan pandangannya bertemu dengan tatapanku yang sedari tadi menatapnya dengan dingin dengan berbagai pikiran dalam benakku. Dan ntahlah, apa dia sadar atau tidak bahwa setiap kata yang ku lontarkan untuknya merupakan sebuah 'sindiran'. Aku tak mempedulikan orang disekitar, fokusku hanya tertuju padanya. Tak peduli pemikiran orang ketiga diantara kami itu. "Nona Liana, nanti akan ada orang yang antar untuk mengarahkan dan memberitahu letak ruang kerja—" Mendengar Harry bicara seperti itu, aku memotongnya tak memberi kesempatan untu

    Last Updated : 2024-12-23
  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 9 Masih milikku

    David's PoV "Kamu memang sudah terbiasa seperti itu?" Kataku remeh dan sinis. Mendengar hal tersebut dia mendongak mengerutkan dahi, mata kami saling bertemu pandang. Namun begitu menatap mata indah gadis tersebut aku merasa ada kesedihan dihatiku juga kerinduan yang mendalam. Liana.. Aku benar - benar tak bisa membencimu sepenuhnya. "Terbiasa membuat kesalahan, mengulanginya dan dengan mudahnya mengucapkan kata maaf seolah hanya dengan kata maaf saja semua masalah akan selesai, begitu?" Aku buru - buru mengubah diri ke mode dingin dan serius lagi. Dapatku lihat ada tatapan bingung dan rumit di wajah gadis manis tersebut, ntah mengerti atau tidak maksud perkataanku. Namun tatapannya juga sedikit kosong. Apa dia melamun? "Ekhmm.." tanganku mengepal menutupi mulut gaya khas orang berdeham. "Ah?!.." dia menggelengkan kepala seperti seseorang yang berusaha mengumpulkan kembali fokus dan nyawanya. Aku mengubah ekspresiku menjadi santai. Sekali lagi berdeham. "Ek

    Last Updated : 2024-12-25
  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 10 Seorang Sahabat

    Liana's PoV Hari ini sungguh sangat melelahkan. Ntah mengapa aku juga sedikit kesal. Sekujur tubuhku jadi sakit dan kaku, kakiku bahkan terasa lemas. Bagaimana tidak? Banyak hal yang tak terduga membuatku sangat lelah. Seolah dihantam sesuatu yang berat secara bertubi - tubi. Sungguh menguras tenaga dan emosiku. Ingin sekali segera ku hamburkan diri ke kasur. Aku sungguh tak menyangka bahwa hal seperti ini akan terjadi. Hari seperti ini akhirnya datang juga. Aku bingung harus apa dan bagaimana kedepannya. Akhirnya akupun berhasil keluar dari gedung tinggi di belakangku ini meskin agak gemetar sambil menghela nafas lega dan berusaha menenangkan diri. Ku raih ponsel yang ada di saku blazerku, lalu aku mengetik sesuatu mengirimkan pesan kepada seseorang yang selalu menjadi yang pertama tahu tentang semua keadaanku. Tempatku bersandar dikala tak satupun dapat seperti itu. 'Aku sudah selesai interview, dan langsung diterima. Besok mulai bekerja.

    Last Updated : 2024-12-27
  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 1 Kembalinya sosok yang ia kenal

    David duduk di Ruang kerjanya asik dengan dunianya, sebagai seorang CEO dia sangat sibuk. Tatapan dinginnya tersebut sungguh menusuk sampai - sampai jika tumpukan dokumen di depannya tersebut dapat berbicara mereka sudah pasti akan bergosip seperti persoalan sikap David seperti halnya para staff dan karyawannya. Meski demikian, dengan sikap dan sifat David yang seperti itu dirinya memiliki asisten pribadi kepercayaannya yang kesetiaan serta kesabarannya dalam bekerja dibawah tekanan David tersebut tidak perlu diuji dan diragukan lagi. Ya, dia adalah Wilson Hamilton. Suara ketukan pintu membuyarkan dunia serta keseriusan David. "Masuk" nadanya terdengar tenang namun tersirat kedinginan. Seketika pintu itu terbuka dan menampakkan sosok Wilson dengan setumpuk berkas dalam dekapannya. "Tuan David.. Maaf mengganggu.. Ini adalah ber—" belum selesai bicara Wilson sudah dipotong dengan dingin. "Tidak perlu minta maaf. Sejak kapan kamu tidak menggangguku?" David mendengus kesal

    Last Updated : 2024-12-19
  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 2 Ternyata itu dia

    "Liana..." Matanya tak percaya dengan apa yang dia lihat, firasatnya setelah mendengar nama keluarga 'Edsel' dari mulut Asisten Pribadinya tersebut. Kini dibenarkan langsung oleh kenyataan di depan matanya. Ya, gadis itu adalah Liana Edsel. Seorang gadis cantik yang menjadi kekasihnya dua tahun yang lalu.Mereka menjalin kasih selama satu tahun, sebelum gadis itu tiba - tiba menghilang tanpa jejak atau sepatah katapun.Pergi tanpa memberikan penjelasan mengapa dan menggantungkan hati dan cintanya yang bahkan frustasi mencari - cari keberadaannya namun hasilnya nihil. Keluarga dan teman dekatnya juga bahkan bungkam soal keberadaannya membuatnya semakin frustasi dan putus asa untuk mencari. Berusaha tetap tenang dan ingin melupakan setelah dua tahun tak kunjung menemukan. Namun kini.. Takdir macam apa ini?Kembalinya sosok yang ia kenal, dan ternyata gadis yang dia cari selama dua tahun belakangan ini, hari ini gadis itu datang sendiri kehadapannya. Ditengah dirinya yang ingin

    Last Updated : 2024-12-19

Latest chapter

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 10 Seorang Sahabat

    Liana's PoV Hari ini sungguh sangat melelahkan. Ntah mengapa aku juga sedikit kesal. Sekujur tubuhku jadi sakit dan kaku, kakiku bahkan terasa lemas. Bagaimana tidak? Banyak hal yang tak terduga membuatku sangat lelah. Seolah dihantam sesuatu yang berat secara bertubi - tubi. Sungguh menguras tenaga dan emosiku. Ingin sekali segera ku hamburkan diri ke kasur. Aku sungguh tak menyangka bahwa hal seperti ini akan terjadi. Hari seperti ini akhirnya datang juga. Aku bingung harus apa dan bagaimana kedepannya. Akhirnya akupun berhasil keluar dari gedung tinggi di belakangku ini meskin agak gemetar sambil menghela nafas lega dan berusaha menenangkan diri. Ku raih ponsel yang ada di saku blazerku, lalu aku mengetik sesuatu mengirimkan pesan kepada seseorang yang selalu menjadi yang pertama tahu tentang semua keadaanku. Tempatku bersandar dikala tak satupun dapat seperti itu. 'Aku sudah selesai interview, dan langsung diterima. Besok mulai bekerja.

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 9 Masih milikku

    David's PoV "Kamu memang sudah terbiasa seperti itu?" Kataku remeh dan sinis. Mendengar hal tersebut dia mendongak mengerutkan dahi, mata kami saling bertemu pandang. Namun begitu menatap mata indah gadis tersebut aku merasa ada kesedihan dihatiku juga kerinduan yang mendalam. Liana.. Aku benar - benar tak bisa membencimu sepenuhnya. "Terbiasa membuat kesalahan, mengulanginya dan dengan mudahnya mengucapkan kata maaf seolah hanya dengan kata maaf saja semua masalah akan selesai, begitu?" Aku buru - buru mengubah diri ke mode dingin dan serius lagi. Dapatku lihat ada tatapan bingung dan rumit di wajah gadis manis tersebut, ntah mengerti atau tidak maksud perkataanku. Namun tatapannya juga sedikit kosong. Apa dia melamun? "Ekhmm.." tanganku mengepal menutupi mulut gaya khas orang berdeham. "Ah?!.." dia menggelengkan kepala seperti seseorang yang berusaha mengumpulkan kembali fokus dan nyawanya. Aku mengubah ekspresiku menjadi santai. Sekali lagi berdeham. "Ek

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 8 Bawahan yang menjengkelkan

    David's PoV Kali ini tak sedikitpun terbesit dalam benakku tentang sebuah niatan untuk melepaskanmu. Yang ada akan ku pastikan kamu selalu dalam genggamanku. Liana... Sungguh jangan harap kamu bisa melarikan diri lagi kali ini. Aku akan meminta semua pertanggung jawaban atas rasa sakitku. Mataku masih asik memandanginya yang tentu saja sedang melamun, aku pun berdeham dan membuatnya sedikit tersentak dan tersadar. Kepala gadis itu menengadah keatas dan pandangannya bertemu dengan tatapanku yang sedari tadi menatapnya dengan dingin dengan berbagai pikiran dalam benakku. Dan ntahlah, apa dia sadar atau tidak bahwa setiap kata yang ku lontarkan untuknya merupakan sebuah 'sindiran'. Aku tak mempedulikan orang disekitar, fokusku hanya tertuju padanya. Tak peduli pemikiran orang ketiga diantara kami itu. "Nona Liana, nanti akan ada orang yang antar untuk mengarahkan dan memberitahu letak ruang kerja—" Mendengar Harry bicara seperti itu, aku memotongnya tak memberi kesempatan untu

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 7 Sedikit berubah

    David's PoVSaat dia membalikkan badan untuk menyapaku matanya yang terbuka lebar mungkin terkejut melihatku, ekspresi itu membuatku berdegup kencang ntah mengapa. Namun. Aku masih menatapnya dengan dingin dan agak kesal. Aku mencoba menerka - nerka isi hatinya, namun tak bisa. Kedua mata kami saling bertemu pandang, ku tatap lekat mata indahnya yang merupakan perpaduan coklat keemasan. Mata elegan yang meneduhkan itu, mata yang membuatku jatuh hati sejak pertama kali menatapnya. Dia sedikit banyaknya telah berubah, kamu sungguh menjadi lebih dewasa dengan bentuk tubuh yang semakin indah. Sial! Liana, jika seperti ini pasti akan ada banyak pria yang jatuh cinta padamu. Bagaimanapun juga, aku... Aku.. Aku sedikit frustasi memikirkan kemungkinan - kemungkinan tersebut. Terbesit rasa sakit dan sedih serta kemarahan dalam saat aku menatapnya, juga ada kecemasan serta rasa lainnya yang tak dapat ku mengerti. Untuk beberapa saat suasana menjadi hening. Lalu liana buru - buru meme

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 6 Kamu tidak akan bisa lari lagi

    David's PoV Hari ini cukup sibuk. Setumpuk dokumen yang terasa sangat menjengkelkan setiap kali aku melihat mereka seolah tidak ada habisnya dan tidak memberiku jeda untuk beristirahat sedikitpun. Terkadang beberapa orang juga masuk silih berganti meminta revisi atau ACC dariku. Aku memijat pelipisku agak sedikit penat. Tetapi sebenarnya kesibukan ini cukup membantuku melupakan sesuatu yang sangat ingin aku lupakan. Sesuatu yang selalu membuatku frustasi. Aku mencoba kembali fokus memeriksa setiap dokumen kerja sama dan dokumen lainnya dengan seksama, juga beberapa dokumen dan surat - surat yang juga menunggu untuk direvisi. Saat sedang asik dengan duniaku, tiba - tiba saja Wilson datang. Tentu saja, apalagi kalau bukan membawa setumpuk kertas untuk kulihat. Namun kali ini dia membawa sesuatu yang menarik perhatian serta pendengaranku. Seolah merangsang ingatan lama kembali memenuhi pikiranku. Ya.. Pikiran yang telah lama ingin akh lupakan dan kubur dalam - dalam tentang ha

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 5 Sudah terbiasa bukan?

    Liana's PoV "Kamu memang sudah terbiasa seperti itu?" Kata - katanya membuatku mengerutkan dahi, sontak akupun mengangkat kepalaku dan mata kami saling bertemu pandang. Ada tatapan begitu rumit dari matanya, terasa seperti dibalik aura dingin dan suram itu jugq terselip kerinduan dan kesedihan yang mendalam. Ntahlah, apa memang seperti itu atau mungkin hanya sekedar perasaanku belaka. "Terbiasa membuat kesalahan, mengulanginya dan dengan mudahnya mengucapkan kata maaf seolah hanya dengan kata maaf saja semua masalah akan selesai, begitu?" Kata demi kata ia lontarkan ntah kenapa seperti memberiku beban, setiap kata terasa sangat tajam seolah belati tajam melayang menusuk hati. Aku sungguh antara fokus tak fokus mendengarkannya. Karena memiliki perasaan aneh tiap kali dia bicara. Aku masih menatapnya dengan heran berusaha menerka - nerka maksudnya. Namun juga takut dan ragu dengan terkaanku sendiri. Sambil menerka nerka dalam hati, hal tersebut tanpa sadar membuat

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 4 Apa hanya kata Maaf yang kamu tahu

    Liana's PoVHari ini aku sangat senang sekali.Setelah mencari kerja di berbagai tempat setelah kepulanganku ke kota kelahiranku ini, akhirnya aku diterima di perusahaan besar dengan gaji yang menjanjikan. Namun hari ini...Sungguh.. Sungguh sangat diluar dugaanku. Aku bertemu kembali dengan seorang Devan. Dia adalah kekasih yang aku tinggalkan dua tahun lalu dengan alasanku tersendiri.Ceritanya begitu panjang untuk diceritakan, mungkin panjangnya seperti struk belanja selama satu tahun lebih.Anehnya, hari ini aku baru mengetahui nama asli dan nama lengkap serta nama keluarganya. Itu, David Evans Hubert. Dan dia merupakan seorang CEO perusahaan besar raja bisnis di kota kami, Perusahaan Hubert tempatku diterima bekerja saat ini. Jadi rumor yang dulu aku dengar itu memang benar adanya.Dan lagi...Setelah menghilang selama dua tahun dan berusaha menghindar darinya. Aku tidak menyangka bahwa kami pada akhirnya akan dipertemukan lagi.Tapi... Mengapa harus dengan cara seperti ini

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 3 Kenal namun terasa asing

    Liana melihat sepatu hitam mengkilap terkesan mahal berada dibawah pandangnya membuatnya mendongak, pandangan mereka saling bertemu. Kakinya ingin melangkah mundur namun terasa berat, dirinya membeku di tempat sambil menatap sorot tajam dan dingin itu. Jantung Liana seperti dipaksa berpacu, seolah dapat meledak kapan saja menghadapi tatapan dingin dari pria di depannya tersebut. Wangi musk khas David yang tak pernah berubah kembali tercium dan terpancar dari tubuh David yang begitu dekat.Terkesan hangat, maskulin, sedikit manis sekali lagi menerobos indra penciuman Liana menambahkan efek debaran dalam jantungnya yang seolah memaksa akalnya untuk mengenang hal yang sama.Pria di depannya ini sungguh adalah kekasih yang ia tinggalkan dua tahun lalu. Tidak disangka akan kembali bertemu dengan cara seperti ini. Meski sekeras apapun dia berusaha menghindar.Aroma khas parfurm ditubuhnya itu tentu saja tidak terlupakan juga tidak sedikitpun berubah.David mencondongkan tubunya kearah Li

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 2 Ternyata itu dia

    "Liana..." Matanya tak percaya dengan apa yang dia lihat, firasatnya setelah mendengar nama keluarga 'Edsel' dari mulut Asisten Pribadinya tersebut. Kini dibenarkan langsung oleh kenyataan di depan matanya. Ya, gadis itu adalah Liana Edsel. Seorang gadis cantik yang menjadi kekasihnya dua tahun yang lalu.Mereka menjalin kasih selama satu tahun, sebelum gadis itu tiba - tiba menghilang tanpa jejak atau sepatah katapun.Pergi tanpa memberikan penjelasan mengapa dan menggantungkan hati dan cintanya yang bahkan frustasi mencari - cari keberadaannya namun hasilnya nihil. Keluarga dan teman dekatnya juga bahkan bungkam soal keberadaannya membuatnya semakin frustasi dan putus asa untuk mencari. Berusaha tetap tenang dan ingin melupakan setelah dua tahun tak kunjung menemukan. Namun kini.. Takdir macam apa ini?Kembalinya sosok yang ia kenal, dan ternyata gadis yang dia cari selama dua tahun belakangan ini, hari ini gadis itu datang sendiri kehadapannya. Ditengah dirinya yang ingin

DMCA.com Protection Status