Share

BAB 2 Ternyata itu dia

Penulis: Liana Lee
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-19 21:19:50

"Liana..."

Matanya tak percaya dengan apa yang dia lihat, firasatnya setelah mendengar nama keluarga 'Edsel' dari mulut Asisten Pribadinya tersebut.

Kini dibenarkan langsung oleh kenyataan di depan matanya.

Ya, gadis itu adalah Liana Edsel.

Seorang gadis cantik yang menjadi kekasihnya dua tahun yang lalu.

Mereka menjalin kasih selama satu tahun, sebelum gadis itu tiba - tiba menghilang tanpa jejak atau sepatah katapun.

Pergi tanpa memberikan penjelasan mengapa dan menggantungkan hati dan cintanya yang bahkan frustasi mencari - cari keberadaannya namun hasilnya nihil.

Keluarga dan teman dekatnya juga bahkan bungkam soal keberadaannya membuatnya semakin frustasi dan putus asa untuk mencari.

Berusaha tetap tenang dan ingin melupakan setelah dua tahun tak kunjung menemukan.

Namun kini.. Takdir macam apa ini?

Kembalinya sosok yang ia kenal, dan ternyata gadis yang dia cari selama dua tahun belakangan ini, hari ini gadis itu datang sendiri kehadapannya.

Ditengah dirinya yang ingin berusaha melupakan dan mengikhlaskan.

Ada banyak perasaan berkecamuk didalam hati David, terutama saat melihat senyum gadis manis itu merekah yang dulu ditujukan hanya padanya namun sekarang diperlihatkan untuk orang lain.

Tangan David mengepal di samping tubuhnya.

Pandangannya menjelajahi sosok gadis tersebut dari atas sampai bawah, dari tempatnya berdiri.

Harry dan Liana yang sejak tadi asik mengobrol.

Terlihat Liana yang memang begitu ramah dan terbuka pada semua orang.

Hal itu juga yang membuat David yang agak pendiam dan tertutup sering cemburu di masa lalu saat mereka masih bersama.

David masih tetap di tempatnya, hingga Harry mendaratkan tangannya dibahu Liana menepuk - nepuk menyemangatinya seraya bercanda memberi arahan tentang CEOnya yang harus dengan lapang dada dihadapi atau jika tidak akan ada sekretaris kesebelas nantinya.

Seketika seperti ada gejolak api kemarahan dalam hatinya.

Seperti 'Beraninya kamu menyentuh milikku'.

Gejolak itu mendorong langkah kakinya berjalan masuk kedalam ruangan tersebut.

Tak menyadari seseorang masuk, Harry dan Liana masih asik berbincang.

Kini ntah bagaimana posisinya berubah, Liana memunggungi David sedangkan Harry di depannya.

"Tuan David... Selamat pagi." Sapa Harry dengan sigap dan senyum sopan setelah menyadari keberadaan David.

Kepalanya menyembul dari balik sosok gadis di depannya.

David hanya mengangguk tanpa menatap balik Harry apalagi membalas senyumnya. Namun profesional tetaplah profesional senyum sopan santun meski seperti apapun atasan mereka.

Mata David hanya fokus pada gadis yang berdiri memunggunginya.

Menatap punggung tersebut dengan sinis dan tajam.

Seolah menunggu gadis itu berbalik dan melihat kearahnya.

Pikirannnya bahkan menerka - nerka tentang reaksi apa yang akan gadis itu keluarkan setelah melihat orang yang dia campakkan kini berada tepat di dekatnya.

Liana yang mendengar Harry menyapa seseorang di belakangnyapun dengan sigap berbalik.

Saat membalikkan badan untuk menyapa orang tersebut juga, matanya seketika terbuka lebar, dirinya terkesiap melihat sosok di depannya.

Jantungnya berdegup kencang diiringi perasaan cemas dan gelisah.

'Devan...' Batin Liana.

Kedua mata mereka saling bertemu pandang, mata David sedingin es Kutub Utara menatap lekat mata Liana yang terbelalak terbuka lebar menatap sosoknya yang menjulang tinggi diatasnya.

Terbesit rasa sakit dan sedih serta kemarahan dalam tatapan dingin David dan kecemasan serta rasa lainnya yang tak dapat terbaca dari mata Liana.

Untuk beberapa saat mereka bertiga hening.

Lalu Liana buru - buru memecah keheningan dengan menyapa '"S-selamat pagi, Tuan.." Dia sedikit grogi dan terbata - bata lalu membuang pandang tak mampu menatap lebih lama sosok pria yang menatapnya tajam tersebut.

Melihat hal tersebut sontak membuat Harry berpikir dalam batinnya 'Wah, apakah benaran akan ada sekretaris kesebelas? Lihat saja gadis ini baru ketemu bos sampai gugup gitu gk berani menatapnya pula.' Harry menghela nafas pelan.

David lagi - lagi hanya diam dengan tatapan makin dalam dan tajam.

Dinginnya tatapan tersebut dan kebungkaman Liana membuat Harry berinisiatif menjadi pemecah gunung es tersebut.

"Tuan David, ini Nona Liana Edsel. Dia adalah sekretaris baru anda dan akan mulai bekerja besok hari." Harry memperkenalkan Liana pada David, namun bosnya tersebut sekali lagi hanya mengangguk dan tatapannya masih sangat tajam kearah Liana mengabaikan penjelasannya tanpa menoleh kearahnya sedikitpun.

Dimata Harry tatapan David terhadap Liana sangat aneh, seolah ada dendam pribadi.

Namun Harry menghiraukan hal tersebut dan beralih ke Liana.

"Nona Liana, ini adalah Tuan David Evans Hubert. Dia adalah CEO perusahaan kita. Kamu akan menjadi sekretaris untuk Tuan David. Mulai besok kamu sudah bisa mulai bekerja. Adapun jika ada sesuatu yang ingin ditanyakan, dapat langsung bertanya ataupun bicara dengan Tuan David atau asisten pribadinya yaitu Tuan Hamilton. Ruang kerjamu ada di Lantai 23, di depan ruang Tuan David." Penjelasan dari Harry membuat jantung Liana seolah dipaksa terpompa dengan cepat, rasanya hampir meledak.

'Jadi.. Dia adalah David? David Evans Hubert? Dan aku.. Harus bekerja untuknya? Menjadi sekretarisnya? Bagaimana ini? Apa mengundurkan diri saja? Tapi..' Batin Liana cemas.

Namun dia berusaha mempertahankan sikap profesionalnya dan melayangkan senyuman terkesan dipaksakan dan kikuk kearah David.

"M-mohon kerja samanya Tuan David, saya akan berusaha keras untuk melakukan yang terbaik." Liana memberi hormat dan menundukkan pandangannya setelah itu.

"Ya, sebaiknya kamu benar-benar 'melakukannya'." Jawaban David seolah ditekan dan terasa seperti sedang menyindir.

Seketika Liana tenggelam dalam lamunannya seolah kata tersebut familiar untuknya.

Terbesit kenangan masa lalu dalam benak Liana.

"Devan... Aku mencintaimu.. Sungguh!! Aku janji gk akan meninggalkanmu!" Seorang gadis tersenyum riang sambil membuat janji dengan seorang pria dihadapannya.

Ya, gadis itu adalah dirinya itu sendiri.

Dalam benaknya dia bersama seorang remaja laki - laki berusia dua tahun lebih tua darinya.

Laki - laki itu bernama Devan, kekasihnya yang tampan dan penuh misteri.

Liana adalah orang yang ekspresif dan terbuka, sedangkan Devan sedikit pendiam dan agak dingin serta tertutup.

Keduanya bertemu saat menempuh pendidikan di Universitas yang sama di kota Lincoln.

Dari pertemuan tak disengaja, sering tak sengaja berpapasan, saling mencuri pandang, hingga berkenalan dan saling jatuh cinta serta menjalin kasih.

Mata berwarna hazelnya perpaduan hijau dan emas dengan kesan tatapan dingin serta rambutnya yang selalu tertata rapih juga rahangnya yang tegas serta hidung mancungnya.

Tingginya menjulang bak gunung bertolak belakang dengan gadis mungil yang ada di sampingnya tersebut, bahunya gagah tegap dengan kaki jenjang menambahkan keseluruhan efek yang sempurna membuat Devan bak pangeran yang keluar dari negeri dongeng.

Matanya menatap dalam gadis riang itu dengan senyumnya yang terkesan tulus namun sedih seraya berkata dengan lembut padanya "Ya, sebaiknya kamu benar-benar melakukannya. Karena aku tidak akan pernah melepaskanmu. Liana..".

Seketika laki - laki tersebut mengecup puncak kepala sang gadis membuat gadis tersebut melebarkan matanya dengan wajahnya merah padam.

Kilasan tentang ingatan tersebut serta lamunan Liana dibuyarkan oleh dehaman David. Membuatnya sedikit tersentak dan tersadar.

Kepalanya mendengah keatas dan pandangannya bertemu dengan tatapan dingin sosok pria di depannya tersebut.

Sorot matanya masih tajam dan dingin menusuk hingga membuat Liana menundukkan kembali padangannya dan hanya Liana yang menyadari bahwa itu adalah 'sindiran' untuknya.

Sedangkan Harry hanya memaklumin karena sifat bosnya yang terkenal dingin, acuh tak acuh dan bermulut tajam tersebut.

"Nona Liana, nanti akan ada orang yang antar untuk mengarahkan dan memberitahu letak ruang kerja—" belum selesai bicara Harry sudah dipotong.

"Biar dia ikut denganku saja. Aku sendiri yang akan menunjukkan dimana 'tempatnya' seharusnya." Dengan tekanan itu, David sungguh masih dan tak pernah melepas pandang dari Liana. Matanya masih begitu dingin dan lekat meski nada bicaranya terdengar tenang.

Liana tercengang, matanya yang tertunduk kembali terbuka lebar.

'Ah..' Batin Liana dengan jantung berdegup kencang.

Mata Harry terbelalak, ekspresinya sungguh terkejut.

Seolah 'Apa aku gk salah dengar? Seorang Tuan David yang bahkan sebelumnya tak peduli sama sekali dan selalu suruh orang lain saja yang urus, sekarang mau jadi tour guide untuk karyawan baru itu sendiri. Jangan - jangan karena Nona Liana ini... Begitu cantik, atau ada..'

Seolah paham isi pikiran bawahannya tersebut.

"Jangan salah paham, kebetulan aku akan kembali ke atas. Lagi pula dia akan menjadi sekretarisku dan ruangannya ada di depan ruanganku, sebaiknya hilangkan pikiran tukang gosipmu itu." David menatap Harry sinis dengan nada dinginnya seperti biasa membuat Harry tersenyum canggung.

"Ekhhmm.. Baiklah. Kalau begitu Nona bisa ikut Tuan David, jika ada yang ingin ditanyakan bisa langsung bertanya padanya juga." Kata Harry berdeham lalu kembali kesosok profesionalnya sebagai kepala manajer HRD.

"Dia tidak akan makan orang, hanya harus ekstra sabar menghadapinya." Bisik Harry yang hanya ditujukan untuk Liana.

"Kamu ingin potong gaji berapa persen bulan ini?" Sayangnya itu terdengar oleh David kali ini wajahnya datar menatap Harry namun nadanya penuh ancaman membuat Harry cengengesan dan buru - buru pamit pergi.

"Nona Liana semoga kamu berhasil." Harry dengan sedikit keras lalu bergegas kembali masuk keluar ruangannya dengan alasan masih ada urusan.

Meninggalkan David dan Liana di sana dengan suasana canggung dan dingin.

David kembali mengarahkan padangannya kepada Liana dengan dingin seolah ingin menerkam dan menghakiminya.

Dan Liana hanya menunduk sambil menarik - narik ujung roknya.

Suasana begitu hening beberapa waktu hingga David memecahkan keheningan tersebut.

"Ikut aku." Singkat dan dingin, dia berbalik berjalan keluar menuju lift.

Liana mengangguk.

Saat mengangkat wajahnya untuk melihat David, dia hanya mendapati punggungnya yang tengah berbalik dan beranjak pergi lalu mengikutinya dari belakang menjaga jarak.

Pandangannya terfokus pada langkah lebar serta kaki jenjang pria yang ia kenal tiga tahun yang lalu.

'Masih sama, cepat sekali.' Batinnya dengan arah pandang masih sama.

Langkah David terkesan agak cepat karena kaki jenjangnya, di depan lift dirinya menekan tombol kearah arah atas untuk naik.

Liana yang terfokus pada hal tersebut tak menyadari bahwa pria itu tengah berhenti di depannya.

Seketika dia menabrak bagain belakang pria tersebut.

"Ughh!! M-maafkan saya Tu.. Tuan.." Liana memegangi dahinya yang sakit seolah baru saja menghantam dinding. Liana agak mundur untuk kembali memberi jarak antar mereka.

Saat sedang asik memegangi dahinya yang sakit.

David tiba - tiba berbalik kearahnya.

Diapun mendekat kearah Liana.

Langkahnya dingin, tubuh tingginya menjulang diatas gadis mungil tersebut.

"Kamu.." Suaranya menekan kearah gadis yang ia ajak bicara.

Bab terkait

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 3 Kenal namun terasa asing

    Liana melihat sepatu hitam mengkilap terkesan mahal berada dibawah pandangnya membuatnya mendongak, pandangan mereka saling bertemu. Kakinya ingin melangkah mundur namun terasa berat, dirinya membeku di tempat sambil menatap sorot tajam dan dingin itu. Jantung Liana seperti dipaksa berpacu, seolah dapat meledak kapan saja menghadapi tatapan dingin dari pria di depannya tersebut. Wangi musk khas David yang tak pernah berubah kembali tercium dan terpancar dari tubuh David yang begitu dekat.Terkesan hangat, maskulin, sedikit manis sekali lagi menerobos indra penciuman Liana menambahkan efek debaran dalam jantungnya yang seolah memaksa akalnya untuk mengenang hal yang sama.Pria di depannya ini sungguh adalah kekasih yang ia tinggalkan dua tahun lalu. Tidak disangka akan kembali bertemu dengan cara seperti ini. Meski sekeras apapun dia berusaha menghindar.Aroma khas parfurm ditubuhnya itu tentu saja tidak terlupakan juga tidak sedikitpun berubah.David mencondongkan tubunya kearah Li

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 4 Apa hanya kata Maaf yang kamu tahu

    Liana's PoVHari ini aku sangat senang sekali.Setelah mencari kerja di berbagai tempat setelah kepulanganku ke kota kelahiranku ini, akhirnya aku diterima di perusahaan besar dengan gaji yang menjanjikan. Namun hari ini...Sungguh.. Sungguh sangat diluar dugaanku. Aku bertemu kembali dengan seorang Devan. Dia adalah kekasih yang aku tinggalkan dua tahun lalu dengan alasanku tersendiri.Ceritanya begitu panjang untuk diceritakan, mungkin panjangnya seperti struk belanja selama satu tahun lebih.Anehnya, hari ini aku baru mengetahui nama asli dan nama lengkap serta nama keluarganya. Itu, David Evans Hubert. Dan dia merupakan seorang CEO perusahaan besar raja bisnis di kota kami, Perusahaan Hubert tempatku diterima bekerja saat ini. Jadi rumor yang dulu aku dengar itu memang benar adanya.Dan lagi...Setelah menghilang selama dua tahun dan berusaha menghindar darinya. Aku tidak menyangka bahwa kami pada akhirnya akan dipertemukan lagi.Tapi... Mengapa harus dengan cara seperti ini

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21
  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 5 Sudah terbiasa bukan?

    Liana's PoV "Kamu memang sudah terbiasa seperti itu?" Kata - katanya membuatku mengerutkan dahi, sontak akupun mengangkat kepalaku dan mata kami saling bertemu pandang. Ada tatapan begitu rumit dari matanya, terasa seperti dibalik aura dingin dan suram itu jugq terselip kerinduan dan kesedihan yang mendalam. Ntahlah, apa memang seperti itu atau mungkin hanya sekedar perasaanku belaka. "Terbiasa membuat kesalahan, mengulanginya dan dengan mudahnya mengucapkan kata maaf seolah hanya dengan kata maaf saja semua masalah akan selesai, begitu?" Kata demi kata ia lontarkan ntah kenapa seperti memberiku beban, setiap kata terasa sangat tajam seolah belati tajam melayang menusuk hati. Aku sungguh antara fokus tak fokus mendengarkannya. Karena memiliki perasaan aneh tiap kali dia bicara. Aku masih menatapnya dengan heran berusaha menerka - nerka maksudnya. Namun juga takut dan ragu dengan terkaanku sendiri. Sambil menerka nerka dalam hati, hal tersebut tanpa sadar membuat

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21
  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 6 Kamu tidak akan bisa lari lagi

    David's PoV Hari ini cukup sibuk. Setumpuk dokumen yang terasa sangat menjengkelkan setiap kali aku melihat mereka seolah tidak ada habisnya dan tidak memberiku jeda untuk beristirahat sedikitpun. Terkadang beberapa orang juga masuk silih berganti meminta revisi atau ACC dariku. Aku memijat pelipisku agak sedikit penat. Tetapi sebenarnya kesibukan ini cukup membantuku melupakan sesuatu yang sangat ingin aku lupakan. Sesuatu yang selalu membuatku frustasi. Aku mencoba kembali fokus memeriksa setiap dokumen kerja sama dan dokumen lainnya dengan seksama, juga beberapa dokumen dan surat - surat yang juga menunggu untuk direvisi. Saat sedang asik dengan duniaku, tiba - tiba saja Wilson datang. Tentu saja, apalagi kalau bukan membawa setumpuk kertas untuk kulihat. Namun kali ini dia membawa sesuatu yang menarik perhatian serta pendengaranku. Seolah merangsang ingatan lama kembali memenuhi pikiranku. Ya.. Pikiran yang telah lama ingin akh lupakan dan kubur dalam - dalam tentang ha

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21
  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 7 Sedikit berubah

    David's PoVSaat dia membalikkan badan untuk menyapaku matanya yang terbuka lebar mungkin terkejut melihatku, ekspresi itu membuatku berdegup kencang ntah mengapa. Namun. Aku masih menatapnya dengan dingin dan agak kesal. Aku mencoba menerka - nerka isi hatinya, namun tak bisa. Kedua mata kami saling bertemu pandang, ku tatap lekat mata indahnya yang merupakan perpaduan coklat keemasan. Mata elegan yang meneduhkan itu, mata yang membuatku jatuh hati sejak pertama kali menatapnya. Dia sedikit banyaknya telah berubah, kamu sungguh menjadi lebih dewasa dengan bentuk tubuh yang semakin indah. Sial! Liana, jika seperti ini pasti akan ada banyak pria yang jatuh cinta padamu. Bagaimanapun juga, aku... Aku.. Aku sedikit frustasi memikirkan kemungkinan - kemungkinan tersebut. Terbesit rasa sakit dan sedih serta kemarahan dalam saat aku menatapnya, juga ada kecemasan serta rasa lainnya yang tak dapat ku mengerti. Untuk beberapa saat suasana menjadi hening. Lalu liana buru - buru meme

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-22
  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 8 Bawahan yang menjengkelkan

    David's PoV Kali ini tak sedikitpun terbesit dalam benakku tentang sebuah niatan untuk melepaskanmu. Yang ada akan ku pastikan kamu selalu dalam genggamanku. Liana... Sungguh jangan harap kamu bisa melarikan diri lagi kali ini. Aku akan meminta semua pertanggung jawaban atas rasa sakitku. Mataku masih asik memandanginya yang tentu saja sedang melamun, aku pun berdeham dan membuatnya sedikit tersentak dan tersadar. Kepala gadis itu menengadah keatas dan pandangannya bertemu dengan tatapanku yang sedari tadi menatapnya dengan dingin dengan berbagai pikiran dalam benakku. Dan ntahlah, apa dia sadar atau tidak bahwa setiap kata yang ku lontarkan untuknya merupakan sebuah 'sindiran'. Aku tak mempedulikan orang disekitar, fokusku hanya tertuju padanya. Tak peduli pemikiran orang ketiga diantara kami itu. "Nona Liana, nanti akan ada orang yang antar untuk mengarahkan dan memberitahu letak ruang kerja—" Mendengar Harry bicara seperti itu, aku memotongnya tak memberi kesempatan untu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 9 Masih milikku

    David's PoV "Kamu memang sudah terbiasa seperti itu?" Kataku remeh dan sinis. Mendengar hal tersebut dia mendongak mengerutkan dahi, mata kami saling bertemu pandang. Namun begitu menatap mata indah gadis tersebut aku merasa ada kesedihan dihatiku juga kerinduan yang mendalam. Liana.. Aku benar - benar tak bisa membencimu sepenuhnya. "Terbiasa membuat kesalahan, mengulanginya dan dengan mudahnya mengucapkan kata maaf seolah hanya dengan kata maaf saja semua masalah akan selesai, begitu?" Aku buru - buru mengubah diri ke mode dingin dan serius lagi. Dapatku lihat ada tatapan bingung dan rumit di wajah gadis manis tersebut, ntah mengerti atau tidak maksud perkataanku. Namun tatapannya juga sedikit kosong. Apa dia melamun? "Ekhmm.." tanganku mengepal menutupi mulut gaya khas orang berdeham. "Ah?!.." dia menggelengkan kepala seperti seseorang yang berusaha mengumpulkan kembali fokus dan nyawanya. Aku mengubah ekspresiku menjadi santai. Sekali lagi berdeham. "Ek

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 10 Seorang Sahabat

    Liana's PoV Hari ini sungguh sangat melelahkan. Ntah mengapa aku juga sedikit kesal. Sekujur tubuhku jadi sakit dan kaku, kakiku bahkan terasa lemas. Bagaimana tidak? Banyak hal yang tak terduga membuatku sangat lelah. Seolah dihantam sesuatu yang berat secara bertubi - tubi. Sungguh menguras tenaga dan emosiku. Ingin sekali segera ku hamburkan diri ke kasur. Aku sungguh tak menyangka bahwa hal seperti ini akan terjadi. Hari seperti ini akhirnya datang juga. Aku bingung harus apa dan bagaimana kedepannya. Akhirnya akupun berhasil keluar dari gedung tinggi di belakangku ini meskin agak gemetar sambil menghela nafas lega dan berusaha menenangkan diri. Ku raih ponsel yang ada di saku blazerku, lalu aku mengetik sesuatu mengirimkan pesan kepada seseorang yang selalu menjadi yang pertama tahu tentang semua keadaanku. Tempatku bersandar dikala tak satupun dapat seperti itu. 'Aku sudah selesai interview, dan langsung diterima. Besok mulai bekerja.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27

Bab terbaru

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 23 Aku juga ingin mencobanya

    Tangannya mengepal melihat sosok dalam foto di layar laptopnya itu."Hm.. Ternyata dia.." Seketika ekspresi David menjadi sangat serius, ada kilatan amarah dan posesif dalam matanya."Liana.. Sama dia sekalipun, gk akan ku kasih. Jangan harap..."Tangannya mengepal, beberapa saat kemudian jari - jarinya dengan cekatan menggerakan mouse mengarahkan kursor dengan tepat pada suatu halaman.Matanya menatap serius dan menjelajahi dengan cermat isi halaman tersebut."Kita lihat saja nanti..."Kemudian dirinya menelpon seseorang......KlikBunyi pintu terbuka.Wilson mendongak dengan ekspresi agak senang.Liana tersenyum ramah melihat sosok Wilson yang sedang duduk di meja kerjanya yang menatap kerah Liana dengan riang."Kamu sudah kembali?" Wilson memiringkan kepalanya pandangannya teralih kearah dua cangkir dengan kepulan asap yang berada dalam genggaman Liana. Alis Wilson menyatu seolah 'Apa sebegitu beratnya tugas yang diberikan, sampai harus minum dua cangkir? Kenapa tidak pakai yang

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 22 Sebuah izin dan sesuatu

    Wilson pun terkejut dengan pemandangan yang baru saja ia lihat.‘Lagi?’ Batinnya, dahinya mengerut kebingungan.‘Apa aku gk salah lihat lagi? Tuan David, tersenyum ‘lagi'?’’ Masih dalam batin seorang asisten pribadi yang menatap Tuannya yang sedang tersenyum menatap jauh keluar jendela tersebut.Entah apa yqng ada dipikirannya saat ini.Dahi Wilson berkerut kebingungan.Mungkin merasa tak mendapat respon dari sang bawahan, pandangannya berubah beralih menatap dingin sosok Wilson, senyum yang terukir di bibirnya seketika pudar digantikan oleh ekspresi yang menunjukkan sikap ketenangan. David berdeham sambil menarik kerah kemejanya yang tidak berantakan.Matanya terpejam kedua tangannya bertopang didagu."Kamu.." Matanya masih terpejam dengan dagunya yang masih bertopang di tanganya seolah sedang memikirkan sesuatu.Seketika Wilson menegang. Buah adamnya naik turun menelan ludah menantikan perkataan bosnya tersebut selanjutnya."Y-ya, Tuan.." Wilson menelan ludah, jakunnya naik turun

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 21 Seperti bukan memperlakukan karyawannya

    Wilson pun teringat kejadian kemarin pagi. Itu terjadi begitu cepat, seketika dirinyapun flashback dengan wajah sedikit lelah dan jengkel. Wilson yang pada hari itu sudah cukup direpotkan dengan mengurus pertemuan bisnis dan urusan lainnya pun tiba - tiba ditelpon oleh Tuannya tersebut untuk segera kembali ke perusahaan. Nadanya terdengar dingin dan mendesak. Dia disuruh kembali dengan cepat. Wilson sempat berpikir itu mungkin adalah urusan mendesak dan penting atau terjadi suatu masalah, namun setelah Wilson bergegas kembali ke kantor dan masuk kedalam ruang kerja David untuk menghadap. "Tuan, apa ada masalah?" Wilson terengah - engah karena dirinya terburu - buru datang, namun seketika itu juga dahinya berkerut melihat David sedang duduk santai bersandar pada kursi kerjanya dengan mata terpejam. "Oh.. Sudah datang." David dengan santai, matanya terbuka dengan tatapan tertunduk kearah Wilson. Wilson hanya menjawab dengan anggukan. Seketika David berdiri dan pergi kelua

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 20 Sebuah tekad

    Begitu melihat kearah yang dituju sudah disambut oleh tatapan tajam dan dingin oleh David yang tertuju pada Wilson."Lupa tugasmu?" David dengan nada dinginnya.Wilson hanya menelan ludah dan terdiam tidak tahu bagaimana dia harus merespon."Kalau begitu biar aku ingatkan." Kali ini nadanya terdengar sangat mengancam, matanya masih menatap tajam sosok Wilson yang sedang tegang."Aku suruh kamu bantu dia untuk jelaskan sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan, 'mengarahkannya'. Bukan membicarakan hal diluar itu." Ekspresinya begitu suram kedatangannya seperti membawa hawa dingin yang kelam dan menusuk, setiap perkataan dia tujukan pada Wilson dengan penuh penekanan seolah mengisyaratkan sesuatu.Wilson pun tersenyum kikuk dan mengangguk, tangannya yang bebaspun memegangi lehernya yang sebenarnya tidak pegal."B-baik Tuan." Liana menatap Wilson dan David secara bergantian, seolah bingung dengan David yang tiba - tiba datang dan bersikap begitu sinis dan dingin."Tuan Wilson menjelaska

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 19 Sebuah kenyamanan yang tak ia sadari

    "Nona Liana, ini.." Ditangannya ada sebuah kartu dengan wajah dan nama Liana.Liana menatapnya dengan bingung."Kartu akses ruangan kita." Wilson dengan santai masih selalu tersenyum."R-ruangan kita?" Tanyanya heran, kedua alisnya terangkat dengan lucu saat matanya membesar menatap sosok Wilson.Wilson mengangguk sambil terkekeh."Mulai hari ini, kita itu teman satu ruangan. Mejaku ada di sebelahmu. Kedepannya kalau Nona ada kesulitan atau apa bisa langsung mendatangiku." Wilson dengan santai menjelaskan, dirinya berpikir ekspresi gadis di depannya ini begitu lucu dan menggemaskan."Ah.. Aku mengerti, terima kasih Tuan Wilson. Kedepannya mohon bantuannya." Liana tersenyum dengan senang sambil mengangguk. Dia merasakan sebuah perasaan kelegaan bahwa ternyata dirinya masih memiliki teman seruangan."Ambillah, kamu coba sendiri." Wilson kembali menyodorkan kartu ditangannya tersebut kepada Liana.Dia pun mengambil kartu akses tersebut dengan sopan, menatapnya seolah harta paling berharg

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 18 Yang disembunyikan

    "Nona Edsel, mari.." Wilson pun berdeham kemudian mengajak Liana dengan sopan mengarahkan untuk mengikutinya. Lianapun mengangguk sambil tersenyum kemudian mengikutinya dari belakang. Di sepanjang jalan Wilson menjelaskan berbagai macam hal dengan apik. Dari mulai visi misi perusahaan, tata cara bekerja di sini, peraturan yang harus dipatuhi, berbagai letak ruang serta fungsinya, dan apa saja yang harus dilakukannya sebagai seorang sekretaris untuk David. Dirinya juga tidak lupa untuk menunjukan tentang letak lift khusus yang dibicarakan David dan Wilson di dalam lift tadi agar Liana lebih mudah untuk ke ruangannya agar dapat menghemat waktu karena lift tersebut berada di dekat ruangan mereka sehingga begitu keluar dari lift akan lebih cepat ke ruangan yang dituju. Tidak seperti sekarang yang menggunakan lift khusus karyawan jadi membuat mereka harus berjalan melewati koridor yang terasa panjang dan agak sedikit jauh dari ruangan mereka. Dia menunjuk kearah ujung koridor meng

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 17 Angin baru dengan kehadiran orang baru

    "Ngg..." Liana menatap sosok di depannya tersebut dengan canggung seraya menggigit bibir bawahnya. Ekspresinya memancarkan rasa bersalah dan memelas seperti anak kucing kecil minta diberi makan. David hanya menatapnya dengan datar namun wajahnya yang tegas dan tampan tetap terkesan membawa wibawanya tersendiri juga membuatnya masih terlihat agak dingin. Pandangannya seketika beralih kearah bibir tipis merah muda gadis cantik di depannya itu yang sedikit berkilap karena menggunakan lipbalm, dilihatnya gadis itu sedang asik menggigit bibir bawahnya sendiri. Ciri khas lain seorang Liana saat dirinya sedang gugup. Dia menatap bibir itu dengan tatapan yang tak terbaca. "B-bukan.. Bukan siapa - siapa." Jawab Liana dengan senyum kikuk. "Oh.." David pun menarik pandangannya dan mengalihkannya menatap lurus kedepan kemudian berjalan menuju lift, di belakangnya ada Wilson sang asisten pribadi yang mengikutinya sedari tadi. "Pagi Nona Edsel." Sapa Wilson dengan sopan dan sedikit

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 16 Bos mu

    Liana menscroll layar ponselnya dan mendapati bahwa ternyata ada beberapa notifikasi pesan dari beberapa orang. Ada pesan dari Celina yang seperti biasa melakukan obrolan sesama perempuan, lalu ada pesan dari sang kakak Galvin yang menanyakan kabarnya juga memberi perhatian yang seharusnya seorang kakak juga lakukan hanya saja melalui sebuah pesan karena mereka tidak sedang berada di satu atap yang sama. Juga pesan dari ayah dan ibunya selayaknya orang tua yang biasanya selalu bersama dengan anak - anak mereka kini sekarang harus terpisah sekalipun masih satu kota. Melihat semua itu Liana hanya tersenyum dengan tulus, ingat bahwa di dunia ini dia tidak pernah sendirian. Masih ada orang - orang yang menyayangi dan memperhatikannya. Liana berencana untuk membalasnya nanti, sampai matanya tertuju pada pesan terakhir di paling bawah yang ia lihat, matanya mengernyit melihat nomor tidak dikenal. ‘Simpan nomorku’ Isi dari pesan tersebut singkat. “Siapa ini?” Matanya menyipit dan d

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 15 Gadis Itu

    "Yasudah, kita lihat saja nanti." Isaac dengan santai masih bersandar dikursinya dengan malas. "Suruh dia bawa gadis itu untuk dikenalkan ke David. Lagian umur mereka gk beda jauh juga." Sambungnya dengan seringai, matanya masih terpejam santai. "Dia? Dia siapa? Gadis itu? Gadis yang mana? Kalian berdua sedang membicarakan siapa?" Leon mengernyit kebingungan ntah siapa yang dimaksud kedua temannya tersebut. Namun Isaac hanya bersandar santai masih memejamkan mata tak merespon sedangkan Jason mengangkat - angkat kedua alisnya menggoda keingintahuan Leon. "Yang ku dengar dulu saat di kampus.. Gadis itu, dia jadi incaran para pria bahkan para senior. Dosen juga rebutan mau bimbing dia gk sih? Tapi sikapnya David kalau kita ada bicarakan dia ya cuek saja, tapi kalau kita bilang kita mau ikut incar dia langsung kaya singa lapar lalu bilang 'Hal konyol seperti itu gk perlu kalian ikut - ikutan, seperti gk ada yang lain saja.'" Jason bahkan memperagakan nada bicara dingin David juga eksp

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status