Home / Romansa / Persimpangan Pilihan / 7. Malam Mingguan

Share

7. Malam Mingguan

Author: Ayas Larasati
last update Last Updated: 2021-10-13 18:04:41

Setelah semua urusan mereka selesai akhirnya mereka bertemu di parkiran motor tepatnya di tempat motor Robby diparkir. 

Raline segera bersikap manja agar Robby tidak curiga. Walaupun Robby tidak mengetahui hal yang tadi terjadi di Raline, namun Raline sekeras mungkin untuk bermain lebih pintar. 

Jika dibandingkan dengan perjuangan Robby kepada Raline selama ini, kelakuan Raline memang sangat jahat buat Robby. 

Senyuman manis yang palsu mungkin akan selalu Raline berikan untuk Robby agar semua bisa tertutupi. 

"Mau kemana kita?" Raline menggandeng tangan Robby dengan mesrah sambil menggunakan nada seperti anak kecil. 

Sejujurnya Robby paling suka jika Raline bersikap manja seperti ini — selain wajah Raline yang imut ia juga menyukai sikap-sikap lucunya Raline. 

"Line, asli kamu gemesin kalau kayak gini. Kamu jangan rese-rese, dong." 

"Dibahas lagi, aku rese juga karena kamu yang mulai" Raline melepaskan gandengannya lalu bersedekap. 

"Hehehe baiklah. Emm, kalau begitu kita mau malam mingguan kemana?" 

"Pasar malam, yuk. Kita beli jajan yang banyak lalu kita makan lesehan di pinggir jalan" 

"Serius kamu? Nggak mau masuk pusat perbelanjaan saja ? Makan yang enakan dikit gitu" 

"Kamu pikir di pasar malam makanannya nggak enak?"

"Ayolah, aku pingin makan jajan yang ada disana" Raline mulai merengek supaya permintaannya disetujui oleh Robby. 

Satu lagi, yang Robby bikin cinta mati sama Raline adalah jiwa kesederhanaan begitu tinggi. Raline bukan tipe perempuan yang akan menuntut pacarnya supaya makan atau jalan ke tempat yang mewah. Dan, itulah Raline Ayunda. 

Dalam hati Robby berkata begitu bersyukur memiliki kekasih seperti Raline ia tidak merasa sia-sia mengekang — menuntut sebuah kabar setiap saat kepadanya. 

"Malah lihatin aku sambil senyum-senyum kayak gitu.. ayo, By" Raline menarik-narik tangan Robby sambil mengerek. 

Pelan-pelan Robby mengarahkan bibirnya ke bibir Raline dan hampir tidak ada jarak diantara bibir mereka. Seketika, Raline langsung menghindar dan membuat pipinya merona. 

"Kenapa?" Tanya Robby dengan wajah yang sedikit tak tertahan dengan hal itu. 

"Di kampus, By, nanti di lihat satpam atau dosen gimana?" Raline mendorong bahu Robby dan bergegas untuk memakai helm. 

Robby terlewatkan sebuah momen yang harusnya bisa disimpan di kotak memori kenangannya. Perasaan sebenarnya Robby sedikit kesal, tapi semua teralihkan saat melihat wajah imut Raline yang sedang merona pipinya.

Bagi Raline, dengan helm yang lumayan besar bisa menutupi kepalanya juga dengan bibirnya. 

Tak lama kemudian mereka melaju sedang menuju pasar malam. 

Saat di perjalanan jantung Raline masih berdebar kencang mengingat kejadian yang hampir saja terjadi. Robby tidak pernah melakukan hal itu di tempat umum. Emm, maksudnya nggak pernah di kampus juga, biasanya di teras rumah Raline itupun akhir-akhir ini jarang karena mereka lebih mentingin debatnya. 

Robby marik paksa tangan Raline agar ia memeluk Robby dengan erat. Surabaya, malam dan sepasang kekasih sedang menulis lanjutan cerita mereka di malam minggu yang ramai itu. 

Emang bener-bener lama banget pasangan ini nggak malam mingguan, setiap akhir pekan mereka disibukan dengan berdebat — menghindar dan urusan lainnya. Ramainya kota Surabaya juga membuat malam yang sungguh baru untuk mereka. Pelukan Raline yang makin erat membuat rindunya makin menggebu-gebu. 

Tibalah mereka di sebuah pasar malam yang cukup luas dan ramai tentunya. 

"Kamu nggak pusing lihat orang segini banyaknya?" Robby yang sedang meyakinkan Raline sambil melepas helmnya. 

"Nggak, makanya kita beli makanan dulu baru duduk lesehan biar nggak terlalu pusing akunya" jawab Raline sambil membenarkan rambutnya. 

Dengan segera Raline menggandeng tangan Robby dan memasuki pasar malam dengan perasaan yang lama nggak mereka rasakan. Perasaan-perasaan yang seharusnya ada sebagai pasangan berbahagia, namun itu mendadak hilang ketika mereka sibuk dengan sebuah ego dan perdebatan. 

Raline langsung menuju ke suatu rombong makanan yang menjual sosis bakar. Terkenal enak memang sosis itu, tanpa berpikir panjang Raline membeli dua. 

"Beli dua lagi pasti kamu kurang"  bisik Robby kepada Raline. 

Setelah itu mereka berjalan lagi untuk membeli makanan lainnya. Sungguh malam itu terasa begitu indah, seakan langit malam itu sedang dirias gambar hati serta bunga mawar di langit angkasa. 

Akhirnya mereka duduk di pinggir jalan yang memang sudah disediakan karpet juga meja kecil. Raline meletakan semua makanan yang ia beli diatas meja, disusul oleh Robby yang duduk di hadapan Raline. 

"Minggu depan makan di restoran saja,ya" ucap Robby sambil mengeluarkan minuman dari kantong kresek. 

"Nggak usah ngapain, kamu nggak pernah ngerasain yang namanya kesederhanaan itu mampu menciptakan kebahagiaan yang nggak pernah kamu duga" jawab Raline yang membantu Robby mengeluarkan sedotan. 

Robby tersenyum lalu memandangi langit yang dihiasi kelap kelip bintang serta terangnya bulan sabit. Raline juga melihat ke arah atas dan kemudian tersenyum. 

"Kalau makan di restoran kamu nggak bisa senyum seperti sekarang" 

"Kalau makan di restoran kamu nggak bisa melihat bulan sabit kesayangan kamu." 

"Raline, aku benar-benar beruntung memilikimu" 

"Tentu.. hehehe" Raline tersenyum sambil memulai menyantap sosis bakar yang ia beli tadi. 

Semoga Robby tidak salah kira kalau ia beruntung memiliki Raline. Semoga Robby tidak cepat menyadari kalau Raline hatinya sedang terbagi oleh lelaki lain. 

Tapi, ngomong-ngomong soal hati Raline kepada Ifan itu juga tergantung bagaimana perjuangan Ifan. 

***

Related chapters

  • Persimpangan Pilihan   8. Kafe Tenda Hitam

    Perjuangan ? Apa yang harus Ifan perjuangkan di keadaan Raline sudah memiliki Robby. Apa alasan terkuat Ifan agar tetap memiliki Raline yang hatinya sudah dimiliki terlebih dahulu.Ifan Fernanda yang sekarang sedang menunggu kabar dari Raline. Karena hari ini hari Sabtu, Ifan juga sedang malam mingguan bersama teman-teman kampusnya. Ifan sedang duduk manis di bawah tenda hitam bersama lima teman-temannya, dua perempuan dan tiga pria totalnya jadi enam orang yang duduk dibawah tenda hitam.Dari tadi Ifan hanya merenung dan memutar-mutar sedotan es kopinya. Di dalam hatinya sedang berbicara yang tidak karuan.Kenapa ia harus menunggu Raline sebegininya. Jelas-jelas jika seseorang sudah memiliki pasangan ia akan memprioritaskan pasangannya. Namun, disisi lain

    Last Updated : 2021-10-16
  • Persimpangan Pilihan   9. Sleep Call

    "Halo?" suara berat dari seorang laki-laki itu terdengar begitu jelas di telinga Raline. "Hehe, iya halo. Gimana sudah sampai rumah?" jawab Raline dengan senyum-senyum malu. "Sudah, nih, tadi aku aku sedikit ngebut biar cepet sampai kostan. Ini aku baru selesai mandi." jawab Ifan sambil merebahkan tubuhnya diatas kasur. Iya, Raline memberikan nomor ponselnya kepada Ifan agar ia bisa lebih mudah berkomunikasi dengan lelaki dandanan ibu kota itu. Kalau dilihat masih banyak yang lebih keren daripada Ifan dan kalau di pikir-pikir kenapa harus Ifan? Raline berguling-guling diatas kasur sambil tersenyum senang— seperti sedang merasakan jatuh cinta lagi. Mereka melakukan panggilan suara sambil ber

    Last Updated : 2021-10-21
  • Persimpangan Pilihan   10. Robby Wijayanto

    Jauh sebelum Raline mengenal Ifan, Robby adalah laki-laki pertama yang membuat Raline merasakan indahnya jatuh cinta. Suatu hari, mereka berbicara empat mata di sebuah halaman belakang sekolah di saat jam istirahat.In adalah cerita saat Robby dan Raline pertama kali bertemu dan ini cerita tentang perasan Robby yang sebenarnya.Mereka bersekolah di sekolah yang sama. Sekolah yang kini menjadi saksi bisu ketika Robby menyatakan cintanya kepada Raline.Robby Wijayanto berlutut di hadapan Raline sambil memberikannya setangkai bunga mawar yang sengaja ia bawa sebelum datang ke sekolah. Waktu itu, Robby sudah mengincar Raline begitu lama saat mereka ditugaskan menjadi petugas upacara bendera di hari Senin.

    Last Updated : 2021-10-28
  • Persimpangan Pilihan   11. Kegelisahan

    Setelah beberapa hari Raline dekat dengan Ifan, sikap Raline perlahan berubah. Setiap ia datang ke kelas senyuman dan tawanya selalu ia bawa sampai membuat Geisha kebingungan. Buat Geisha kalau itu penyebabnya dari Robby, Raline nggak mungkin berbunga-bunga sepanjang hari.Hari itu kelas ditiadakan karena dosen sedang menghadiri sebuah seminar dan asisten dosen hanya memberikan beberapa tugas. Setelah asisten dosen keluar dari kelas, Raline kembali menatap layar ponselnya sambil tersenyum merona.“Line, Robby habis ngapain kamu?” Geisha mendekat ke arah Raline sambil mengintip ponsel Raline.“Ihh.. apa,sih, pengen tahu banget” Raline langsung menghindar dan mengalihkan ponselnya.

    Last Updated : 2021-10-29
  • Persimpangan Pilihan   12. Geisha Yang Rese

    Setibanya Raline dirumah ia langsung mengajak Geisha masuk ke dalam kamarnya karena di ruang tamu terlihat ada kakaknya yang baru saja datang dari luar kota. Kakak Raline yang sudah lama merantau karena bekerja hari ini ia datang karena ingin memecahkan celengan rindunya kepada keluarga.Melihat adiknya yang nyeludur masuk ke rumah tanpa salam membuat Rania sedikit kesal. Cukup lama juga Rania dan Raline tidak membuat keributan dirumah. Dengan perasaan kesal dan geram, Rania menyusul adiknya di kamar.Ceklek..Suara pintu kamar Raline terdengar renyah sekali.“Kakak?!” Raline terkejut melihat mata Rania sudah membelalak kepadanya. Raline juga kesal sebenarnya karena Rania masuk ke kamarnya tanp

    Last Updated : 2021-12-02
  • Persimpangan Pilihan   13. Hampir Ketahuan

    Seusai mengerjakan tugas yang tertinggal bersama Rino, dengan mulut yang diam seribu bahasa Robby langsung berjalan menuju parkiran motor. Robby masih kepikiran dengan kegelisahannya yang ia rasakan di perpustakaan tadi. Melihat hal itu, Rino dengan sigap merangkul temannya ini ia tidak ingin cowok setampan Robby harus merenung galau memikirkan satu perempuan. “Masih kusut aja wajahnya, udah dong jangan dipikirin terus” ucap Rino setelah tangan kirinya berhasil merangkul tubuh temannya itu. “Aku nggak mikirin kok” jawab Robby dengan lirih “Hahaha wajah kusut kamu, tuh, nggak bisa di bohongi. Emm, gimana kalau kita lupakan semua dengan minum beer di kafe tenda hitam?” “Kafe tenda hitam?” jaw

    Last Updated : 2021-12-15
  • Persimpangan Pilihan   14. Malam Yang Sunyi

    Setelah hampir seharian Raline bersama Ifan ia pulang kerumah dengan badan yang lesu dan cukup melelahkan. Bagaimana tidak, setelah ia menyaksikan senja di balkon bersama Ifan, ia pergi keluar untuk membeli makan. Raline dan Ifan begitu menikmati makan malam yang cukup sederhana. Mereka membeli satu bungkus nasi goreng berukuran jumbo dan membeli satu botol besar minuman soda. Raline dan Ifan menikmati makan malam yang sederhana itu di dalam kamar kost Ifan. Itu saran terbaik dari Ifan karena ia tidak mau Raline kesusahan lagi jika di luar ia bertemu dengan Robby. Hari itu sudah cukup menjadi hari yang menyenangkan untuk Raline. Setelah makan malam pun mereka masih sempat bersenda gurau membicarakan hal yang tidak penting dan tentunya Ifan berusaha mengeluarkan kata-kata manisnya untuk perempuan yang ia sukai itu.

    Last Updated : 2022-01-05
  • Persimpangan Pilihan   15. I Miss You

    Jam alarm yang sedari tadi bunyi tidak berhasil membuat Robby bangun. Pagi itu Robby harus di bangunkan oleh Mamanya yang hendak berangkat bekerja.Ketika Eni masuk ke dalam kamar anak laki-lakinya ia begitu tidak menyangka dengan isi kamar Robby seperti kapal pecah yang terkena badai di laut. Eni menggelengkan kepalanya sambil berusaha membangunkan Robby.“Rob.. Robby.. ini alarm kamu dari tadi bunyi kamu kok nggak segera bangun?” ucap Eni yang terus menggoyangkan tubuh RobbyHari itu Robby akan ada ujian susulan karena ia pernah melewatkan satu matakuliah. Bicara soal semalam, Robby tidak begitu ingat banyak ia hanya ingat saat masih datang pertama di kafe Tenda Hitam. Ketika ia sedang berusaha mengumpulkan nyawa ia baru memeriksa ponselnya.&n

    Last Updated : 2022-01-14

Latest chapter

  • Persimpangan Pilihan   67. Ending

    Keputusan Raline sudah begitu bulat ia memutuskan untuk ambil cuti kuliah dan meninggalkan Surabaya. Sebenarnya sayang sekali kalau Raline harus cuti karena secara nggak langsung ia akan mengulur waktu untuk menuju kelulusan. Tapi, demi kedamaian dan ketenangan hati seorang Raline dirinya harus rela menerima resiko itu. Alasan yang ia berikan kepada keluarganya adalah ia ingin mencari suasana baru sambil mendalami bakatnya itu. Ingat, kan, kalau Raline jago gambar melalui tab. Ia akan pergi ke sebuah kota yang membuatnya bisa merasakan kedamaian. Tidak bermaksud untuk meninggalkan Surabaya dan seisinya, tapi apa yang Raline butuhkan sekarang itu adalah hal yang utama. Setelah pesta ulang tahun Eni, tentunya Robby tetap mencari Raline kesana kemari dan tujuan yang selalu Robby tuju adalah Geisha. Perempuan itu sudah berjanji untuk terus bungkam keadaan Raline, ia juga tidak bisa berbuat banyak karena keputusan Raline sudah bulat. Di suatu hari, Robby dan Geisha bertemu empat mata d

  • Persimpangan Pilihan   66. it's The Time

    Di depan meja riasnya perempuan yang dinobatkan sebagai boneka barbie ini sedang bersiap dan sekarang dirinya sedang menyemprotkan minyak wangi ke beberapa titik tertentu di tubuhnya. Malam itu Bella tidak terlihat begitu mewah dalam soal pemilihan gaunnya. Ia sudah begitu cantik karena didukung oleh wajah yang cantik. Malam itu Bella akan datang bersama Rose yang sekarang juga sedang bersiap. Kedekatan Bella dengan Robby beberapa hari ini membuat pintu hati Bella perlahan terbuka. Itu mengapa dirinya bertanya lebih detail kepada Robby di toko bahan kue tadi. Memang tidak bisa disalahkan jika pintu hati itu terbuka. Namun, apakah Bella siap jika dirinya mengetahui bahwa Robby masih memiliki status dengan seorang wanita. Mungkin Bella seharusnya tidak perlu tahu agar masalah di antara Robby dan Raline tidak semakin runyam. "Bella? Kamu sudah siap?" Teriak Rose dari luar kamar Bella. "Sudah, Ma. Sebentar lagi aku keluar" walaupun Bella sedikit terkesiap, tapi label keanggunannya t

  • Persimpangan Pilihan   65. Harus Melupakannya?

    "Ada yang kurang?" tanya Robby kepada Bella sambil mendorong troli belanjaan. "Sepertinya tidak ini hanya bahan kering saja." jawab Bella sambil mengusap dagunya. Mereka sekarang berada di sebuah toko bahan kue yang bisa dibilang terlengkap di Surabaya. Hari itu tinggal menghitung jam saja untuk menyajikan kue ulang tahun Eni, namun Bella masih saja kelupaan untuk membeli kebutuhan pelengkap kue ulang tahun. Tujuan mereka bertemu hari ini memang untuk berbelanja ke toko bahan kue dan Robby akan membawa kue ulang tahun itu ke rumahnya. Tadi, ketika Robby berada dirumah Bella ia sudah melihat kuenya yang dihias begitu indah oleh Bella. Robby juga begitu takjub karena benar-benar sesuai pesanan. "Ohya, Rob. Boleh tanya nggak? tiba-tiba saja Bella melontarkan pertanyaan yang sedikit membuat Robby mengalami serangan jantung mini. "Mau tanya apa?" Robby juga memasang muka panik, tapi berlagak biasa aja. "Perempuan yang kemarin itu pacar kamu?" tepat pada sasaran tidak pakai basa basi l

  • Persimpangan Pilihan   64. Ice Cream Vanila

    Di tengah kamar yang sunyi, Ifan sedang fokus menyantap makan malamnya. Akhir-akhir ini Ifan lebih suka membeli makanan di dekat kostnya karena disana hanya menjual masakan rumahan. Sebenarnya ia bisa memasak sendiri, tapi beberapa hari ini ia sedang lelah sekali. Dirinya disibukkan oleh pekerjaan juga tugas kuliahnya. Jangan ditanya bagaimana Ifan sekarang, dirinya sudah cukup terkenal dan punya nama dimana-mana. Untuk ukuran usia Ifan yang sudah sukses termasuk hebat apalagi kesuksesan itu di iringi dengan berjalan bersama perempuan yang ia cintai. Semenjak putus dengan Raline, Ifan memang begitu fokus dengan Defani. Ia bisa mendapatkan waktu yang utuh bersama perempuan itu. Makan siang bersama, ngecek toko juga bersama-sama apalagi jika Ifan datang ke kantor untuk memeriksa koneksi jelas saja di temani oleh Defani. Namun… ada satu yang nggak bisa Ifan lakukan bersama Defani. Malam yang hangat itu tidak bisa Ifan dapatkan dari Defani. Entah, setiap Ifan minta untuk bermalam di kost

  • Persimpangan Pilihan   63. Kesialan

    Mendengar suara itu, Raline hanya mematung dengan mata yang melebar serta mulut yang sedikit menganga. Raline tidak menjawab sepatah kata sedikit pun ia hanya menundukkan kepalanya sambil mengatur nafas agar terlihat biasa saja. "Nggak perlu, tadi aku hanya kebetulan lewat dan sedikit kaget lihat toko mu seperti ini" dengan keberanian yang penuh akhirnya Raline mendongakkan kepalanya dan menjawab pertanyaan Ifan tanpa terbata-bata. Lelaki yang ada di hadapannya itu melirik ke arah tas yang Raline bawa di tangan kanannya, ia sedang bertanya melalui lirikannya itu. "Ini… Habis jalan-jalan beliin kado buat seseorang. Kalau gitu aku permisi dulu sudah ditunggu soalnya" dengan secepat kilat, Raline meninggalkan toko Ifan dengan kembali menundukkan kepalanya. Sepeninggalan Raline, Ifan menoleh kebelakang melihat tingkah Raline yang sedikit membuatnya terkekeh. Itu hanya kebetulan dan Ifan memang tidak benar-benar untuk kembali dengannya. "Perempuan itu tidak membeli apa-apa?" tanya Ifan

  • Persimpangan Pilihan   62. Raline's Days

    "Have a nice day, sayang" ucap Robby ketika mereka hendak berpisah di parkiran motor fakultas Robby. Hari itu mereka berangkat bersama ke kampus karena Robby ingin sekalian memberikan undangan pesta ulang tahun Eni. "Have a nice day too, sayang." jawab Raline dengan begitu manisnya. "Oh iya.. Nanti nggak bisa pulang bareng, ya. Aku ada kerja kelompok, kamu nggak papa kan pulang sendiri?" Robby memberhentikan langkahnya saat teringat hal itu. Dari kejauhan Robby bisa melihat anggukan Raline beserta senyum yang masih sama seperti tadi, ia tidak merubahnya sedikitpun. Setelah itu Robby berjalan duluan meninggalkan Raline dan senyumnya. Sedangkan Raline menundukkan kepalanya lalu berjalan begitu saja menuju ke arah kelasnya. Sungguh cerah hari itu, matahari pun bersinar begitu cerah. Omong-omong soal hubungan mereka, semua berjalan dengan semestinya. Sudah tidak ada pertikaian diantara mereka dan hari ini mereka berangkat bersama karena Robby sekalian ingin mengantarkan undangan ulang

  • Persimpangan Pilihan   61. Pertemuan Kedua Kali

    Di tengah keramaian yang ada di kafe itu, Robby sedang duduk manis sambil memainkan ponselnya. Keberadaan Robby disana bukan hanya semata ia ingin numpang WiFi atau membuang waktunya. Ia berada di kafe itu untuk menunggu seseorang yang sudah membuat janji dengannya. Selama menunggu, Robby sudah memesan segelas kopi susu beserta kentang goreng yang kini berada di hadapannya. Sambil mengusap layar ponsel, tangan kanan Robby berusaha menggapai kentang goreng dan sesekali meneguk kopi susu itu. Untuk masalah yang ada semua tidak usah di ceritakan kembali. Semua sudah berjalan dengan semestinya dan sekarang Raline memang masih fokus untuk beberapa mata kuliahnya. Jadi, Robby bisa izin untuk bertemu dengan seseorang. Pertemuannya ini mempunyai maksud dan tujuan yang semoga tidak merambat kemana-mana. Suara lonceng yang ada di pintu masuk kafe itu membuat Robby harus menengok ke arahnya. Dan benar saja seseorang yang ia tunggu sudah datang. "Nunggu lama? Maaf, ya, tadi sempet lama dapat

  • Persimpangan Pilihan   60. Raline Ayunda

    POV : Raline Ayunda. Aku tidak pernah menyangka jika aku mampu melakukan ini. Aku bisa membuang jauh-jauh egoku untuk sebuah perasaan dan aku juga membuang jauh soal cinta untuk dua hati itu. Melupakan itu hal yang sangat mustahil jika aku melakukannya dengan cepat, melupakan itu membutuhkan waktu yang entah sampai kapan. Awalnya aku pikir aku tidak akan bisa hidup tanpa cinta, tapi ternyata aku akan lebih tenang jika aku hidup dengan cinta yang tulus. Aku melihat begitu jelas ketulusan yang ada di Robby dan seharusnya tidak perlu aku ragukan lagi. Namun, entahlah mungkin dengan adanya kejadian kemarin aku membuat sebuah pengalaman jika mencintai dua hati itu tidak benar-benar baik. Sekarang aku melepaskan seseorang dengan keikhlasan karena aku juga telah tersadarkan bahwa porsi yang aku miliki itu tidak lebih untuk bersama Ifan. Begitupun juga dengan jalan yang aku pijak sekarang bukan lagi di sebuah persimpangan pilihan melainkan aku sudah menentukan arah kemana aku akan berjalan

  • Persimpangan Pilihan   59. Selesai Sudah

    Bahan pertimbangan yang selama ini Raline pertahankan untuk sebagai penentu pilihannya harus berakhir begitu saja. Sebab, setelah ia sembuh dan sadar akan semuanya ia tak repot-repot melakukan itu lagi. Dengan keputusan yang tegas, Raline tidak memilih Ifan. Jika berbicara soal perasaan tentu itu tidak karuan, tapi mengingat harga dirinya juga sudah jatuh di depan Defani, Raline tidak ingin membuang waktu bersama Ifan. Maka dari itu.. Raline memutuskan setelah pulang kuliah ia bertemu dengan Ifan. Pertemuan kali itu terasa berbeda, ia harus menyiapkan sebuah perpisahan yang mungkin ia tidak akan pernah bisa ketemu lagi dengan Ifan. Lebih tepatnya Raline tidak akan pernah bisa merasakan hal yang pernah dirasakan sebelumnya. Itu sudah pasti, tapi harusnya ada sedikit kesombongan di diri Raline kalau Defani masih mau dengan lelaki yang pernah 'tidur' dengannya. Namun, kesombongan itu tidak akan bisa Raline tumbuhan karena ia sibuk dengan perasaannya. Di sore yang masih selalu cantik it

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status