Share

7. Malam Mingguan

Setelah semua urusan mereka selesai akhirnya mereka bertemu di parkiran motor tepatnya di tempat motor Robby diparkir. 

Raline segera bersikap manja agar Robby tidak curiga. Walaupun Robby tidak mengetahui hal yang tadi terjadi di Raline, namun Raline sekeras mungkin untuk bermain lebih pintar. 

Jika dibandingkan dengan perjuangan Robby kepada Raline selama ini, kelakuan Raline memang sangat jahat buat Robby. 

Senyuman manis yang palsu mungkin akan selalu Raline berikan untuk Robby agar semua bisa tertutupi. 

"Mau kemana kita?" Raline menggandeng tangan Robby dengan mesrah sambil menggunakan nada seperti anak kecil. 

Sejujurnya Robby paling suka jika Raline bersikap manja seperti ini — selain wajah Raline yang imut ia juga menyukai sikap-sikap lucunya Raline. 

"Line, asli kamu gemesin kalau kayak gini. Kamu jangan rese-rese, dong." 

"Dibahas lagi, aku rese juga karena kamu yang mulai" Raline melepaskan gandengannya lalu bersedekap. 

"Hehehe baiklah. Emm, kalau begitu kita mau malam mingguan kemana?" 

"Pasar malam, yuk. Kita beli jajan yang banyak lalu kita makan lesehan di pinggir jalan" 

"Serius kamu? Nggak mau masuk pusat perbelanjaan saja ? Makan yang enakan dikit gitu" 

"Kamu pikir di pasar malam makanannya nggak enak?"

"Ayolah, aku pingin makan jajan yang ada disana" Raline mulai merengek supaya permintaannya disetujui oleh Robby. 

Satu lagi, yang Robby bikin cinta mati sama Raline adalah jiwa kesederhanaan begitu tinggi. Raline bukan tipe perempuan yang akan menuntut pacarnya supaya makan atau jalan ke tempat yang mewah. Dan, itulah Raline Ayunda. 

Dalam hati Robby berkata begitu bersyukur memiliki kekasih seperti Raline ia tidak merasa sia-sia mengekang — menuntut sebuah kabar setiap saat kepadanya. 

"Malah lihatin aku sambil senyum-senyum kayak gitu.. ayo, By" Raline menarik-narik tangan Robby sambil mengerek. 

Pelan-pelan Robby mengarahkan bibirnya ke bibir Raline dan hampir tidak ada jarak diantara bibir mereka. Seketika, Raline langsung menghindar dan membuat pipinya merona. 

"Kenapa?" Tanya Robby dengan wajah yang sedikit tak tertahan dengan hal itu. 

"Di kampus, By, nanti di lihat satpam atau dosen gimana?" Raline mendorong bahu Robby dan bergegas untuk memakai helm. 

Robby terlewatkan sebuah momen yang harusnya bisa disimpan di kotak memori kenangannya. Perasaan sebenarnya Robby sedikit kesal, tapi semua teralihkan saat melihat wajah imut Raline yang sedang merona pipinya.

Bagi Raline, dengan helm yang lumayan besar bisa menutupi kepalanya juga dengan bibirnya. 

Tak lama kemudian mereka melaju sedang menuju pasar malam. 

Saat di perjalanan jantung Raline masih berdebar kencang mengingat kejadian yang hampir saja terjadi. Robby tidak pernah melakukan hal itu di tempat umum. Emm, maksudnya nggak pernah di kampus juga, biasanya di teras rumah Raline itupun akhir-akhir ini jarang karena mereka lebih mentingin debatnya. 

Robby marik paksa tangan Raline agar ia memeluk Robby dengan erat. Surabaya, malam dan sepasang kekasih sedang menulis lanjutan cerita mereka di malam minggu yang ramai itu. 

Emang bener-bener lama banget pasangan ini nggak malam mingguan, setiap akhir pekan mereka disibukan dengan berdebat — menghindar dan urusan lainnya. Ramainya kota Surabaya juga membuat malam yang sungguh baru untuk mereka. Pelukan Raline yang makin erat membuat rindunya makin menggebu-gebu. 

Tibalah mereka di sebuah pasar malam yang cukup luas dan ramai tentunya. 

"Kamu nggak pusing lihat orang segini banyaknya?" Robby yang sedang meyakinkan Raline sambil melepas helmnya. 

"Nggak, makanya kita beli makanan dulu baru duduk lesehan biar nggak terlalu pusing akunya" jawab Raline sambil membenarkan rambutnya. 

Dengan segera Raline menggandeng tangan Robby dan memasuki pasar malam dengan perasaan yang lama nggak mereka rasakan. Perasaan-perasaan yang seharusnya ada sebagai pasangan berbahagia, namun itu mendadak hilang ketika mereka sibuk dengan sebuah ego dan perdebatan. 

Raline langsung menuju ke suatu rombong makanan yang menjual sosis bakar. Terkenal enak memang sosis itu, tanpa berpikir panjang Raline membeli dua. 

"Beli dua lagi pasti kamu kurang"  bisik Robby kepada Raline. 

Setelah itu mereka berjalan lagi untuk membeli makanan lainnya. Sungguh malam itu terasa begitu indah, seakan langit malam itu sedang dirias gambar hati serta bunga mawar di langit angkasa. 

Akhirnya mereka duduk di pinggir jalan yang memang sudah disediakan karpet juga meja kecil. Raline meletakan semua makanan yang ia beli diatas meja, disusul oleh Robby yang duduk di hadapan Raline. 

"Minggu depan makan di restoran saja,ya" ucap Robby sambil mengeluarkan minuman dari kantong kresek. 

"Nggak usah ngapain, kamu nggak pernah ngerasain yang namanya kesederhanaan itu mampu menciptakan kebahagiaan yang nggak pernah kamu duga" jawab Raline yang membantu Robby mengeluarkan sedotan. 

Robby tersenyum lalu memandangi langit yang dihiasi kelap kelip bintang serta terangnya bulan sabit. Raline juga melihat ke arah atas dan kemudian tersenyum. 

"Kalau makan di restoran kamu nggak bisa senyum seperti sekarang" 

"Kalau makan di restoran kamu nggak bisa melihat bulan sabit kesayangan kamu." 

"Raline, aku benar-benar beruntung memilikimu" 

"Tentu.. hehehe" Raline tersenyum sambil memulai menyantap sosis bakar yang ia beli tadi. 

Semoga Robby tidak salah kira kalau ia beruntung memiliki Raline. Semoga Robby tidak cepat menyadari kalau Raline hatinya sedang terbagi oleh lelaki lain. 

Tapi, ngomong-ngomong soal hati Raline kepada Ifan itu juga tergantung bagaimana perjuangan Ifan. 

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status