Share

2. Kejadian Waktu Itu

Ini kejadian satu tahun yang lalu, disaat Raline memberikan rasa sakit yang paling sakit kepada kekasihnya, disaat kekasihnya sedang merasa paling nyaman berada di sisi Raline dan kekasihnya merasa beruntung memiliki Raline Ayunda. 

✨✨✨

Sepulang Raline kuliah entah kenapa nafsu makan Raline tiba-tiba membludak. Ia ingin makan dengan berbagai macam menu yang dari tadi sudah mengganggu pikirannya. Seblak, mie pedas, ayam geprek. Semua makanan itu ingin Raline makan dalam satu hari sekaligus. Namun, Raline tidak bisa melakukannya sendirian kala itu ia sedang membutuhkan teman untuk menemaninya. 

Ia membuka ponselnya dan membaca pesan grup dari teman-temannya tidak lupa untuk membaca pesan dari Robby 

"Aku masih ada kelas, nih, lima menit lagi pulang. Kamu sudah makan?" 

"Sayang, makan dulu" 

"Besok temenin aku nugas, ya." 

Raline hanya menghela nafas lalu menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Disaat ini lah Raline merasa hubungannya mulai monoton. Seharusnya ini tidak boleh terjadi, seharusnya Raline atau Robby mempunyai cara lain untuk membuat hubungannya tidak terlalu gitu-gitu aja. Raline yang menatap langit-langit kamarnya dan berpikir bagaimana kalau ia lampiaskan sejenak kebosanannya ini kepada orang lain. 

Tidak, semua orang tahu kalau itu bukan perbuatan yang tidak baik atau bahkan tidak boleh ditiru. Namun, Raline tidak memiliki alasan lain. Walaupun ia memilih untuk mengakhiri hubungannya dengan alasan bosan, itu malah hanya bersifat sementara nggak lama dari Raline putus nanti dia ada rasa lagi. Rasa perasaan yang sulit orang-orang ketahui. 

Raline masih terus berdecak kesal dengan pikirannya sendiri. Ia akhirnya memilih untuk duduk lalu mengambil air mineral yang ada di samping kanannya. Cara Raline untuk menenangkan diri seperti itu, meneguk air mineral sambil melamun. 

Drrt...Drrt...

Ponsel Raline bergetar. Ada panggilan masuk dari seseorang. 

"Halo?" 

"Lagi sibuk, nggak, Line?" Suara laki-laki yang berat membuat Raline sedikit berdebar jantungnya

"Nggak begitu. Kenapa?" 

"Temenin aku makan, yuk" 

"Dimana?" 

"Ayam geprek di jalan Kusuma Bangsa, gimana?" 

"Yaudah.. aku siap-siap" 

Ini sebuah kebetulan, saat semesta mengirimkan lelaki itu untuk menemani Raline sejenak. 

Mereka sama-sama mematikan panggilannya dan segera bergegas. Raline yang menggeletakkan ponselnya di kasur begitu saja sedangkan ponselnya berdering lagi. Ada panggilan masuk dari Robby. 

✨✨✨

Raline sudah tiba di tempat yang sudah ditentukan tadi. Ia turun dari motor dengan kebiasaannya, melepas helm — bercermin di kaca spion — dan merapikan kembali pakaiannya kali ini ditambah dengan mengatur nafas agar tidak terlihat begitu gugup. 

Ayam geprek Kusuma Bangsa, tempat makan yang cukup ramai kalau di jam sibuk seperti ini — jam pulang kantor. Raline clinga clingu mencari keberada seseorang itu dan… 

"Raline…" lelaki itu melambaikan tangan kepada perempuan yang sudah ia tunggu dari sepuluh menit lalu. Dengan sigap Raline berjalan menghampiri lelaki itu. 

"Sudah lama nunggunya?" 

"Baru sepuluh menit" 

"Sudah pesan makanan?" Raline masih sibuk dengan dirinya dan meletakan tas di samping kirinya. 

"Sudah kok, kamu juga sudah ku pesankan" 

"Memangnya tahu aku bakal pesan apa?" 

"Ayam geprek telur asin level dua" 

"Ingatan mu masih begitu kuat atau kamu belum bisa melupakannya?" Raline tertawa kecil sambil menaikan alis kirinya.

"Kenapa kamu mau menemuiku?" 

"Entahlah aku bingung sama diriku sendiri" 

"Kamu datang kesini Robby tahu?" 

"Jangan bahas itu lupakan dia. Anggap saja sekarang kita berkencan lagi"

"Aahh kamu membuatku tersipu" lelaki itu benar-benar tersipu. Dia adalah Gading, mantan pacar Raline. Di situ Gading juga belum memberikan alasan kenapa ia ingin mengajak Raline makan bersamanya. 

Gading dan Raline terlibat obrolan yang sangat basa basi, maklum saja mereka sudah lama putus dan nggak pernah ketemu. Kabar terakhir Raline mendengar kalau Gading baru saja putus dari pacarnya. Sambil menikmati ayam geprek kesukaan Raline, tiba-tiba saja Gading menyodorkan sebuah jaket. 

"Aku kira sudah kamu buang" dengan ekspresi terkejut Raline menerima jaket itu

"Setiap malam jaketmu menggangguku" 

"Apa kamu akan melabuhkan hatimu ke perempuan lain? 

"Nggak juga kok, Line. Aku cuma nggak mau terus-terusan inget kamu" Gading mulai menunjukan mimik sedihnya. 

"Hmm.. Ding, kita sepakat buat selesai baik - baik kenapa kamu jadi gini?" 

"Entahlah.." Gading hanya menjawab sambil mengangkat bahunya. 

"Seharusnya kamu begini dengan mantan terakhir kamu, kenapa harus denganku?" 

"Kamu yang paling berkesan" kata Gading yang sedang kesusahan memotong ayamnya. 

"Kalau begitu.. setelah ini kita ulangi cerita yang dulu pernah kita tulis. Mau?" 

"Cerita yang mana?" 

"Yang menyusuri kota Surabaya dengan bersenda gurau" Raline menjawabnya sambil tersenyum dan menatap Gading. 

Dengan menjawab anggukan dan senyuman yang menawan membuat Raline segera mengulangi ceritanya dengan Gading. Di atas motor yang ditemani angin sore, Raline mengingat semua cerita bersama mantannya ini. 

Di atas kebahagian Raline sore itu ada sebuah hati yang sedang terinjak sakit. Robby yang setelah pulang kuliah hanya bisa melongo menyaksikan tontonan yang begitu menyakitkan buat Robby. Ia tak sengaja melihat Raline melintasi jalan di daerah rumahnya. 

"Entah di bagian mana yang membuatmu sampai seperti ini, Line. Dengan telah ku pertaruhkan semua waktu dan tenagaku, dengan telah ku pertaruhkan egoku buat bikin kamu nyaman sama aku, lalu ini balasan kamu?" 

Tepat di pergantian hari Robby mendapatkan rasa sakit yang paling sakit dari Raline. Dia tidak bisa berkata banyak, dia hanya diam dan memandangi jalanan dengan pikiran yang mulai kosong. Perlahan lalu ia pulang dengan pikiran yang kacau semua bergelut jadi satu di otak Robby. 

Orang yang telah membuatnya menjadi diri sendiri telah menghianatinya. Orang yang telah merubah hidupnya kini telah menghancur kehidupan barunya. 

Setelah itu, setelah kejadian itu Robby mulai lebih protektif dengan Raline, Robby lebih memilih meninggalkan tugas-tugasnya agar Raline tidak mengulanginya lagi dan dengan mengatasnamakan cinta juga sayang, Robby tetap memilih untuk bertahan dengan Raline. 

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status