Home / Pernikahan / Perselingkuhan berkedok Iba / 03. Siapa sebenarnya Thika

Share

03. Siapa sebenarnya Thika

Author: ZuniaZuny
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Brukh."

Tiba tiba ada seorang wanita cantik memeluk tubuh Satria dengan air mata membasahi pipi mulusnya. Bukan memeluk, lebih tepatnya menabrakkan diri pada dada bidang Satria.

Satria hanya diam terpaku melihat sikap wanita cantik yang tak lain adalah mantan kekasihnya selama delapan tahun itu.

Alih alih menolak pelukan karena mereka bukan muhrim, Satria malah mengelus pundak si wanita, sesekali menepuk nepuk punggungnya.

"Menangislah sepuasnya jika itu bisa meringankan beban hidupmu Thika," lirih Satria.

Suara merdu dan sikap welcome dari Satria membuat Thika semakin mengeratkan pelukan dan menangis sepuasnya.

"Hiks."

"Hiks."

"Maaf. Maafkan aku Mas, aku sungguh bingung harus mengadu kemana lagi dan kepada siapa? hiks, hiks."

Thika menangis sesenggukan di pelukan Satria.

Semua sahabatnya ikut menangis haru melihat apa yang kini terjadi di depan mata.

Sahabat Satria terdiri dari sembilan laki laki dan mereka di dampingi istrinya masing masing. Sedangkan Satria sengaja datang sendirian dan Thika juga datang sendiri. Sungguh kebetulan yang benar benar mendukung suasana pertemuan mereka setelah dua belas tahun lamanya.

"Kamu sudah merasa tenang dek?" tanya Satria melihat sang mantan sudah berhenti menangis.

Satria dari dulu memanggil Thika dengan sebutan Adek sehingga saat bertemu pun masih memanggil adek.

Thika mengangguk dan Satria memapah tubuh lemas itu untuk duduk berkumpul bersama teman temannya.

"Bagaimana kabarmu Satria?" tanya teguh, salah satu sahabat yang paling dekat.

"Kabarku baik kok, alhamdulillah."

"Kamu ngilang kemana aja? aku mencarimu? Saat ini aku mengkoordinasikan semua untuk berkumpul bersama karena Thika yang memintanya," imbuh Sholeh.

"Thika telah menceritakan semuanya kepada kami dan,..."

Yuli berhenti berkata dan kembali menangis.

Satria memandang raut wajah para sahabatnya. Mereka terlihat lesu dan sembab membuat Satria menalar logikanya untuk berpikir keras, pasti masalah yang dihadapi Thika sangatlah rumit. Serumit apakah itu?

"Cerita padaku Thika, aku akan berusaha membantumu menyelesaikan masalah yang kamu hadapi dengan bijak dan sesuai kemampuanku," ucap Satria memandang penuh kasih pada wanita yang kini masih berlinang air mata tersebut.

"Mas, aku,.."

"Tidak apa apa, cerita semua kepada mas."

"Begini mas,.."

Flashback 2 tahun yang lalu.

Pov Thika.

Semua bermula dari kejadian Covid 19. Aku dan suamiku mempunyai bisnis restoran di Surabaya. Suamiku orang surabaya dan semenjak menikah aku dibawa ke Surabaya tahun 2008.

Sejak itulah aku putus kontak dengan mas Satria, kekasih yang aku tinggalkan tanpa aku memutus hubungan pacaranku dengannya.

Usia pernikahan dua belas tahun berjalan harus kandas di tengah jalan hanya karena suamiku bangkrut dari bisnis yang dikelola.

Tiada hari tanpa pertengkaran dan setiap bertengkar, suamiku selalu melakukan kdrt kepadaku.

Hidup kami semakin susah karena suamiku sibuk mabuk mabukan.

Karena aku selalu mengalami pertengkaran berujung kekerasan, aku memutuskan untuk berselingkuh dari suamiku. Sebenarnya aku ingin meminta cerai saja namun lagi lagi karena memikirkan kedua anak membuatku bertahan. Hanya bisa mencari kasih sayang dan kepuasan batin dari orang lain.

Namanya kehidupan, ada istilah "Take and Give" yang berarti "Memberi dan Menerima". Seorang yang memberiku perhatian kali ini adalah Wisnu. Dia lelaki kaya dan tampan, aku tidak tahu jika dia sudah beristri. Dia memberikan semua yang aku minta dari uang, biaya sekolah anakku dan perhatian penuh kasih sayang.

Aku dipuja bak ratu semalam olehnya dan membuatku melambung seolah dia lelaki yang tepat dari Sholeh. Namun dibalik semua itu dia meminta imbalan tubuhku. Dengan senang hati aku memberikan tubuhku karena aku juga merindukan bagaimana rasanya bercinta. Suamiku tak pernah menjamahku. Hal itu membuatku tanpa pikir panjang melakukan dosa zina ini.

6 bulan berjalan.

Aku masih berhubungan dengan Wisnu dan Suamiku masih sama, pulang mabuk dan melakukan kdrt kepadaku. Aku hanya ingin mengambil harta kekayaannya sehingga aku bertahan. Yang aku tahu Sholeh mempunyai banyak aset berupa tanah kavlingan yang diperjualbelikan. 

Aku ingin menjual semuanya dan setelah itu aku akan meminta cerai darinya.

Setidaknya itulah pikiranku selama ini dan aku harus bertahan.

 Ya, aku harus bertahan demi anak anakku. Memikirkan banyak hal untuk masa depan mereka.

Suatu hari ada satu kejadian memalukan di hidupku. 

"Brakh."

Meja Cafe tempatku duduk saat ini di gebrak oleh seorang wanita.

"Ada apa ya mbak?" tanyaku sopan.

"Plakh."

"Plakh."

Wanita itu menampar pipi kanan dan kiriku.

'Perih, ngilu, sakit dan sangat malu'. Itulah yang kurasakan saat ini namun aku berusaha setenang mungkin.

"Mbak, kenapa mbak menamparku?"

Aku kembali bertanya dengan sopan.

"Aaaakh."

Tiba tiba wanita itu menarik kuat rambutku membuatku merasakan sakit yang begitu hebat di ubun ubun.

"Dasar wanita j*l*ng, pel*k*r!"

"Kamu tanya apa salahmu hah?"

"Salahmu adalah merusak rumah tanggaku, kamu rayu suamiku, dasar wanita tak tahu diri kamu!"

"Aaauwh sakit mbak!" 

Aku meringis kesakitan namun dia semakin kuat menarik rambutku.

"Aku peringatkan kamu, jangan ganggu kehidupan rumah tanggaku!"

"Jika kamu masih melakukannya, aku tak segan segan memberitahukan kelakuan bejatmu pada anak anakmu!?"

"Brukh."

Wanita itu melepaskan tangannya dengan mendorongku hingga aku tersungkur ke meja, jus jeruk yang kupesan tumpah ruah di dadaku.

"Semuanya, lihatlah wanita ini, dia adalah pelakor. Pantes saja suamiku tega menghianatiku karena penampilannya saja seperti wanita panggilan!" teriak istri Wisnu kepada semua tamu yang hadir membuatku sangat malu.

Tumpahan jus jeruk membuat dadaku tercetak jelas. Aku merasa malu ditambah kata kata Hinaan yang terlontar.

Aku harus memutuskan hubunganku dengan Wisnu akibat kami ketahuan selingkuh oleh istrinya padahal aku sama sekali tak tahu jika Wisnu sudah beristri.

Penampilanku memang seperti ini, aku suka memakai tanktop dan celana jeans pendek. Rambut juga selalu aku cat warna, aku suka sekali mewarnainya. Dari dulu aku memang seperti ini. Aku tak pernah menyangka jika kali ini penampilanku menjadi petaka bagiku.

Aku kembali berselingkuh, kali ini aku bersama Akhtar, lelaki tampan, anak kuliahan. Bisa disebut berondong muda. Jika dari Wisnu aku bisa mendapatkan uang untuk menafkahi anak anakku berbeda dengan kekasihku saat ini. Aku hanya mendapatkan kebahagiaan jalan bareng, berbagi keluh kesahku dan kepuasan tambahan darinya.

Maklum saja, dia belum bekerja jadi tak bisa memberiku uang tapi selain itu aku merasa bahagia, melupakan masalah rumah tangga yang kini menimpaku.

Enam bulan kami bersama, melakukan hubungan layaknya suami istri. Dia juga akrab dengan anak anakku karena suamiku jarang pulang jadi dia bebas main ke rumah.

Tak ada yang curiga jika dia main kerumah. Mungkin karena usianya yang masih muda dan lebih pantas menjadi kekasih anakku. Terlebih lagi, saya tinggal di perumahan jadi rasa solidaritas sesama tetangga benar-benar telah hilang.

Buktinya saya yang mengalami kdrt setiap hari dan berteriak minta tolong saja, tak ada satu warga yang datang melerai dan membantuku.

Suatu hari,

Saat aku pulang dari acara arisan bersama teman temanku, aku mendengar suara desahan orang bergumul dari dalam kamar putriku.

Siapakah itu?

Related chapters

  • Perselingkuhan berkedok Iba   04. Kepergok bercinta

    Desahan yang begitu keras dan sepertinya aku tak asing dengan suara si lelaki membuatku tak tahan lagi dan membuka pintu kamar anakku."Angel!?"Aku sungguh syok melihat apa yang terjadi saat ini."Dan kamu!?"Lebih syok lagi saat mataku bersirobok dengan lelaki yang baru saja menoleh padaku.Ya, Anakku bergumul dengan lelaki yang kukenal.Akhtar dan Angel sungguh terkejut melihatku."Kalian!?"Aku mundur selangkah dan menabrak pintu kamar. Rasanya sangat sakit melihat orang yang aku cintai melakukan hubungan terlarang dengan wanita lain. Dan wanita itu tak lain adalah anakku sendiri, Angel. Sungguh aku tak percaya dan tak pernah membayangkan jika Akhtar tega melakukan hal ini."Cepat pakai baju kalian!""Ayo kita bicara di ruang tamu!?" ucapku bergetar.Hampir sepuluh menit mereka baru keluar kamar dan duduk berjajar di sofa panjang."Sudah berapa kali kalian melakukannya?" tanyaku memandang nanar Angel.Aku pikir anakku itu akan takut kepadaku namun nyatanya tidak sna sekali."Tiga

  • Perselingkuhan berkedok Iba   05. Pertemuan membekas di hati

    "Mas, jangan talak aku mas, aku mohon?!""Sekarang juga kamu pergi dari sini dan bawa anak anak. Pergi dari sini! Aku tak mau tahu pokoknya besok kalian sudah enyah dari rumahku!" ucap Sholeh pergi meninggalkanku.Aku bingung harus pergi kemana lagi hingga aku memutuskan untuk menghubungi Johan.Panggilan pertama,Panggilan kedua.Dan panggilan ketiga di reject.Seketika aku tak bisa menghubungi Johan, mungkin aku telah di blokir.Flashback off."Begitu mas ceritanya," ucap Thika berlinang air mata.Thika menceritakan bagaimana suami menyiksa dan mengusirnya tanpa menceritakan perselingkuhan yang dialami.Hal ini membuat Satria ikut merasakan rasa sakit yang dialami Thika."Aku harus bagaimana mas? Aku tak tahu harus kemana lagi?"Satria segera memeluk Thika."Kamu tenang ya dek, aku janji akan membantumu mengatasi masalah yang kamu hadapi. Aku akan ada di sisimu.""Benarkah mas?""Iya dek, mas Satria janji."Semua sahabat tersenyum mengangguk, setuju dengan sikap Satria.Teguh member

  • Perselingkuhan berkedok Iba   06. Izin dari Shafira?

    'Thika!?' Dengan penasaran Satria segera membuka pesan tersebut. {Assalamualaikum mas, apakah sudah tidur? Aku mau berterima kasih banyak karena mas sudah mau bertemu dan mendengarkan keluh kesahku. Mimpi indah ya mas, good night.} Satria tersenyum dan menutup mata berharap bisa bertemu Thika di alam mimpi. Esok hari. "Tadi malam pulang jam berapa kamu mas?" tanya Shafira saat duduk santai setelah sarapan bersama dan mengantar sekolah kedua anaknya. Satria menyesap kopi dan menjawab santai, "jam satu pagi ma." Satria memandang sang istri yang menanggapi biasa saja. "Ma, ada yang mau aku katakan." "Apa itu mas?" "Ini soal Thika." "Ada apa dengan Thika??????" Satria memandang intens Shafira, memegang tangannya. "Kemarin aku bertemu Thika di acara halal bihalal ma," ucap Satria membuka omongan. "Lalu?" "Dia terlihat sangat sedih, aku baru sadar jika kondisinya tak seperti dulu." "Apa maksud mas?" tanya Shafira. Satria menelan ludah seolah tak bisa mengucapkan kata yang s

  • Perselingkuhan berkedok Iba   07. Perubahan drastis Satria

    Satria bahagia bukan main, seperti mendapatkan durian runtuh saja."Benarkah Sayang?!" tanya Satria memastikan.Lagi lagi Shafira mengangguk membuat Satria memeluk penuh kasih.Satria segera mengirim pesan WA kepada Thika, memberitahukan jika dirinya diberi izin oleh sang istri untuk membantunya.Tentu saja, gayung bersambut. Thika juga senang sekali membaca pesan dari Satria. Dia bebas menghubungi Satria kapanpun dia mau dan tak khawatir bakalan disebut pelakor. Tak seperti dulu, saat dia meminta bantuan teman lelakinya, sang istri marah marah pada Thika dan menyebutnya pelakor."Mas, bukannya kamu akan berangkat kerja?" ucap Shafira mengingatkan sang suami."Oh iya, ini aku mau berangkat. Aku pergi dulu ya?" ucap Satria disambut ciuman tangan dari Safira.Jika biasanya Satria mengecup keningnya, tidak untuk hari ini membuat Safira begitu kecewa.'Tenang Shafira, mungkin mas Satria lupa mencium keningmu,' batin Shafira mencoba menenangkan hatinya. Sejak saat itu, Satria mengubah pen

  • Perselingkuhan berkedok Iba   08. Satu fakta terungkap

    Shafira harus menelan pil kekecewaan dimana semua tamu keluarga berbondong bondong pergi dari rumahnya. Mereka bahkan tak menyentuh makanan yang disajikan di meja makan.Semua tamu kecewa karena tuan rumah mereka tak ada di acara penting ini. Terlebih Shafira harus menahan rasa malu yang terdalam karena semua menuduh jika Shafira berbohong padahal Shafira mengatakan yang sebenarnya."Sebenarnya kemana perginya anak nakal ini?" gerutu sang mertua membuat Shafira tak tahu harus menjawab apa."Apa benar, suamimu berpamitan pergi bersama Indra?" telisik sang mertua."Tentu saja bu. Untuk apa aku berbohong?" jawab Shafira tak mengira jika ibu mertua juga tak percaya kepadanya.Meski merasa dibohongi dan kecewa dengan sikap sang ibu mertua, Shafira tetap tersenyum dan meyakinkan diri jika suaminya itu pasti punya alasan tidak hadir di acaranya sendiri.Shafira mulai membersihkan ruang tamu dan beristirahat. Maklum saja, kandungan sudah delapan bulan akhir membuatnya cepat lelah dan sakit pu

  • Perselingkuhan berkedok Iba   09. Pertemuan Thika dengan Mira

    Rumah Satria tidak pernah sepi, selalu ada teman ataupun saudara yang datang hanya sekedar silaturahmi ataupun meminta kritik serta saran sesuai profesi Satria yaitu konselor.Seperti saat ini, ada tamu yang datang. Mereka adalah teman Satria yang merasa tertolong berkat saran dan arahan dari Satria."Assalamualaikum.""Wa'alaikumsalam. Mari masuk Pak Trio, Bu Marmi," ucap Shafira mempersilahkan masuk dan segera membuatkan minuman."Dimana Pak Satria, bu?""Silahkan diminum dulu Pak, Bu" ucap Aini yang kini duduk di depan para tamu, dia suka sekali nimbrung jika ada tamu yang datang."Satria sedang ke rumah adik saya dengan Mira.Setelah mendengar kabar jika adik saya sedang sakit, saya menyuruh mereka ke sana. Maklum saja, kaki saya sakit linu linu sedangkan Shafira ditinggal karena hamil tua," jelas Aini pada tamu Satria.Mereka mengangguk dan berbicara pada Aini sekedar basa- basi sedangkan Safira hanya duduk mendengarkan."Assalamualaikum.""Waalaikumsalam."Satria datang dengan M

  • Perselingkuhan berkedok Iba   10. Menyadap ponsel Satria

    Satria Pambudi, lelaki umur 35 tahun, mapan, body goals, tajir melintir, dan kini menjabat konselor.Jika dibandingkan dengan masa lalunya, Satria yang dulu bukanlah siapa- siapa.Terlahir dari keluarga kaya membuatnya semena- mena, semua keinginan harus terpenuhi, hidup berfoya- foya sesuai keinginan hatinya, terjerumus dalam berbagai maksiat.Satria pernah masuk penjara akibat tawuran, mabuk dan narkoba.Perubahan diri terjadi setelah putus cinta dengan Thika. Satria bersikap anarkis seperti lelaki tak berpendidikan padahal Ayah dan Ibunya dari orang kaya dan terkenal sangat alim, terlebih lagi sang ayah, Budiman dikenal sebagai lelaki pemberi petuah dan menjadi pemuka dalam menyiarkan agama islam.Budiman kewalahan mengurus Satria, setiap malam dia meminta pada sang Khaliq agar Satria sadar dari maksiat yang dilakukannya.Budiman juga meminta saran kepada teman- temannya yang menjadi ustad dan Kyai.Kebetulan Kyai Harun mendengar berita itu merasa simpati dan tergugah hatinya ingin

  • Perselingkuhan berkedok Iba   11. Shafira menghubungi Thika

    "Tega kamu mas?" teriak Shafira mengeluarkan semua rasa kecewa di dada.Satria sama sekali tak iba, pergi dengan kemarahan yang menjadi.Shafira terduduk lemas, air mata sudah mengalir deras dari pelupuk mata. Suami yang 13 tahun ini bersama bisa sebenci itu padanya. Hal itu dapat Shafira lihat dari tatapan mata Satria yang tajam bagai pedang yang siap menghunus lawannya. Tatapan yang tak pernah Shafira temui selama berumah tangga dengan Satria. Jika biasanya Satria akan marah dan selang lima menit saja dia akan melupakan rasa amarah itu dan bersikap biasa saja.Kali ini sungguh berbeda.Api kebencian terlihat jelas dimata Satria. Hal itu membuat Shafira sangat kecewa, merasa telah dicampakkan Satria."Ma, aku mohon jangan menangis ma?" hibur Mira pada Shafira."Iya ma, jangan nangis nanti dedek ikutan nangis lo," celoteh Mila mencoba menenangkan sang ibu.Bukannya berhenti menangis, Shafira semakin terisak, menangis sesegukan membuat kedua anaknya memeluk dan ikut menangis. Perubaha

Latest chapter

  • Perselingkuhan berkedok Iba   74. Janji setia

    "Kenapa buru buru? Tidak mau mampir dulu?" sapa Satria yang kini sudah berada di belakang Shafira."Mas Satria?"Shafira kaget bukan main mendengar suara bariton sang suami, segera mendekat dan menjelaskan situasi saat ini. "Mas, aku bisa jelaskan bagaima–""Tidak perlu kamu jelaskan, aku sudah mengerti. Sekarang kamu masuk dan tidurkan Maya," potong Satria sambil menatap Maya yang terlelap di gendongan ibunya."Baik."Shafira melipir ke dalam rumah tanpa berpamitan pada Zico. Dia sungguh takut terjadi hal yang tidak diinginkan karena salah paham. Tak langsung masuk kamar, melainkan mondar mandir di belakang pintu sambil sesekali mengintip Zico dan suaminya. "Sedang apa kamu?"Shahira terjengkang, reflek menoleh ke belakang. "I–ibu."Aini mendekat dan mengelus pelan tangan Maya, "aduh kasihan cucu nenek. Seharian diajak keluar, panas panas gini. Cepat tidurin Maya, badannya pasti sakit semua karena kamu gendong terus."Shafira mengangguk, merasa lega karena ibu mertuanya itu hanya fok

  • Perselingkuhan berkedok Iba   73. Zico dan Shafira

    "Biar Mila, aku yang gendong," ucap seseorang."Kamu …. Zico?"Ya lelaki itu adalah Zico, sahabat Shafira Zico mendekati Shafira dengan langkah ragu. Dia memperhatikan wanita itu yang tengah menggendong bayi di satu tangan dan anak yang lebih tua berpegangan di tangan lainnya. Matanya yang sayu tidak bisa berpaling dari sosok yang dulu pernah dia impikan sebagai pendamping hidupnya."Shafira, kamu terlihat baik," kata Zico, mencoba menyembunyikan rasa sakit yang menggurita di dadanya.Shafira menoleh, terkejut namun segera menyusun raut wajahnya menjadi senyum sopan. "Oh, iya Zico. Terima kasih sudah peduli. Kamu, apa kabar?" tanya Shafira, suaranya terdengar lelah namun tetap hangat."Aku baik.""Em, mengapa kamu ada di Jakarta? Bukannya kamu ….""Aku sedang berlibur.""Owh," ucap Shafira sambil mengangguk mengerti dan tersenyum manis.Di balik senyumnya, Zico merasakan pahit. Dia tahu, sebagian dari dirinya iri melihat Shafira yang tampak begitu kuat dan tegar, meski kehidupannya p

  • Perselingkuhan berkedok Iba   72. Siapakah yang datang?

    Aini berdiri tegak dengan tatapan tajam, memancarkan emosi tak terkendali. Ia menatap Shafira dengan pandangan yang menyiratkan kesal dan kecewa. "Shafira, bagaimana kau bisa begitu percaya pada Iva? Kau tahu betul dia hanya akan datang jika membutuhkan sesuatu dari keluarga kita. Sekarang lihatlah kondisi Maya, panas badannya sangat tinggi, dan kau masih saja tidak berangkat ke rumah sakit! Apa kau tidak sayang pada cucuku?"Shafira terdiam, tampak menahan tangis. Ia mencoba menjelaskan, "Tapi Bu... Iva bilang dia akan membantu..."Aini memotong perkataan Shafira dengan suara keras, "Cukup! Jangan sebut-sebut nama Iva lagi! Aku tidak ingin mendengarnya! Sekarang, kau segera bawa Maya ke rumah sakit. Aku tidak peduli bagaimana caranya, tapi pastikan dia segera mendapatkan perawatan yang layak."Shafira ingin sekali marah dan berontak. Bagaimana tidak, hanya itu selalu menyalahkan dirinya, tidak mau menyalakan anaknya, Satria. Mestinya seorang ibu akan menyuruh anaknya mengantar sang m

  • Perselingkuhan berkedok Iba   71. Sakitnya anak, hanya Ibu yang tahu

    Iva menjawab panggilan dengan pelan, "Halo Mbak Safira, ada apa apa?""Va, kamu baik-baik saja kan?""Iya, aku baik."Ahmad mengambil alih ponsel Iva dan menekan tombol speaker."Syukurlah jika kamu baik-baik saja, Va. Aku takut jika Ahmad menghajarmu lagi."Ahmad melotot tajam pada Iva."Tidak kok, mbak. Dia sudah tidur."“Ya sudah kalau begitu. Oh ya Va, mengenai Mas Satria yang tak mau menemui kamu, aku benar-benar minta maaf ya, Va."Ahmad semakin geram, tangannya mengepal erat. Semua pertanyaan yang ditujukan pada Iva, terjawab sudah. Segera disahut ponsel, dimatikan panggilan dan dibanting keras ke kasur. Untung saja tidak ke lantai.Iva hanya bisa melihat semuanya dengan mata sembab, air mata sudah kembali menetes dari sudut matanya.Srekh.Bugh.Bugh.Ahmad kembali melakukan KDRT pada Iva dan parahnya Iva menerima dengan lapang.Baginya, sudah cukup dia berusaha keluar dari masalah dengan meminta bantuan pada orang lain. Pada kenyataannya dia akan kembali ke rumah kontrakan in

  • Perselingkuhan berkedok Iba   70. Ternyata sama saja

    Iva terdiam mendengar ucapan Shafira, menimang nimang kembali keputusannya. "Aku yakin Mbak, Ahmad gak akan berani memukulku. Mbak Shafira tenang saja. Jika dia memukulku, aku akan melawannya."Shafira tersenyum dan berkata, "bagus itu, kamu harus berani menentang hal yang salah. Jangan biarkan Ahmad terus menindasmu." Dipeluk erat adik yang menjadi teman suka dan duka Shafira selama ini.Iva pergi dengan was was menuju rumah kontrakan. Disana Ahmad sudah menunggu. "Dari mana kamu?"Shafira terdiam sesaat, langkahnya dipercepat masuk kamar. Jika biasanya Iva akan bersalaman dan mencium punggung tangan Ahmad, kali ini tidak dilakukan. Ada rasa nyeri menyelubungi hatinya "Va, jawab pertanyaanku? Apa susahnya menjawabnya? Jangan membuat aku marah," ucap Ahmad sambil berlari mengejar Iva. Hampir saja pintu ditutup namun Ahmad sempat menggapai pinggiran pintu."Aku mau istirahat Mas.""Jawab dulu pertanyaanku." Melihat Iva terdiam, Ahmad tahu darimana istrinya itu pergi. "Kamu dari rumah

  • Perselingkuhan berkedok Iba   69. KDRT

    Shafira terduduk di kursi dengan malas sambil memegang secangkir teh hangat, pandangannya kosong menatap jendela rumah yang terbuka lebar. Dalam lamunan, ia teringat akan memori indah bersama almarhumah ibunya, membuat wingko babat dengan resep ibunya. Hasil eksekusi pertama waktu digigit seperti batu, alotnya minta ampun.Setelah diteliti lagi, ternyata adonan tidak diberi air sehingga tekstur menjadi keras seperti batu. Mungkin saat itu sang ibu sudah pikun padahal usianya enam puluh sembilan tahun. Mereka tertawa bersama mengingat Adonan yang kekurangan air seperti mereka yang kekurangan cairan, butuh Aqua.Shafira tersenyum kecil, mengenang saat-saat bahagia ketika sang ibu masih ada di sisinya.Namun, lamunan Shafira harus terhenti saat Mira, putri sulungnya, memanggil namanya, "Ma, mama" dan menggoyangkan tubuhnya pelan. "Ada apa, sayang?" tanya Shafira dengan suara lembut, berusaha menyembunyikan kesedihan yang tengah menghampirinya."Mama melamun, ya?" tanya Mira dengan polos

  • Perselingkuhan berkedok Iba   68. Minta uang pengadaian

    Shafira menatap Aini, mertuanya, dengan kecewa mendalam ketika mendengar ucapan wanita itu. "Kamu harus menjual apa saja yang kamu miliki!"Shafira merasa bingung dan tidak mengerti apa maksud di balik kata- kata itu.Sampai malam larut, Shafira terjaga di kamarnya, berpikir keras tentang apa yang bisa dijual untuk memenuhi permintaan Aini. Pilihan jatuh pada gelang emas seberat lima gram yang pernah diberikan Satria, sebagai hadiah saat mereka merayakan ulang tahun pernikahan pertama. Meskipun berat hati, Shafira memutuskan untuk membawa gelang tersebut ke pegadaian demi menjaga keharmonisan keluarga.Keesokan harinya.Di pegadaian, Shafira menghadapi perdebatan sengit dengan pemilik pegadaian yang awalnya menawarkan harga jauh dibawah nilai gelang tersebut. "Maaf Bu, saya hanya bisa memberi dua juta.""Ya Allah pak, saya belinya pas dollar naik pak, kenapa cuma dapat segitu," keluh Shafira."Tapi memang dapatnya segitu, Bu."Shafira menahan air matanya sambil berusaha menjelaskan

  • Perselingkuhan berkedok Iba   67. Jual yang kamu miliki!

    Satria baru saja pulang dari perusahaan barunya dengan raut wajah murung dan tatapan hampa. Dia merasa kecewa karena kembali dipecat dan harus menghadapi kenyataan bahwa dia kembali menjadi pengangguran. Langkah kakinya terasa berat seiring pikirannya yang melayang tentang bagaimana kehidupan rumah tangganya ke depan.Shafira, istrinya, yang sedari tadi menunggu di ruang tamu, langsung menyambut Satria dengan wajah cemas. Begitu melihat ekspresi Satria, ia langsung bisa merasakan bahwa sesuatu yang buruk baru saja terjadi."Mas Satria, ada apa? Kamu kenapa?" tanya Shafira dengan nada khawatir.Lelaki tampan itu hanya bisa menghela nafas panjang, lalu ia menggenggam tangan Shafira erat. "Aku dipecat lagi, Shaf. Aku benar- benar tidak tahu harus bagaimana lagi," ungkap Satria dengan suara parau. Mendengar hal tersebut, Shafira merasa seakan jantungnya teriris. Namun, rasa cemas dan kecewa itu mulai bercampur menjadi amarah. Kekhawatiran akan keuangan yang menipis dan masa depan mereka

  • Perselingkuhan berkedok Iba   66. Pengangguran banyak acara

    Satria baru saja kembali ke rumahnya setelah mengalami hari yang sangat berat di kantor. Dia baru saja dipecat dari pekerjaannya karena perusahaan mengetahui berita tentangnya.Dengan berat hati, Satria harus memberitahu istrinya."Shafira, aku mau bicara sebentar.""Bicaralah, Mas."Shafira menghentikan aktivitas memotong sayur, sore ini Shafira berniat membuat tumis kangkung."Em, maaf ya. Mas dipecat dari perusahaan.""Apa Mas?!"Mendengar kabar tersebut, Shafira merasa sangat kaget, kecewa dan kesal. Selama ini, dia selalu mendukung Satria untuk bekerja keras demi mencapai karir yang lebih baik. Namun, sekarang, semua usaha tersebut seakan sia-sia. Shafira merasa cemas tentang masa depan mereka, terutama anak anak karena mereka baru saja mempunyai bayi dan belum memiliki tabungan yang cukup untuk menghadapi situasi seperti ini."Maaf Shafira, Maafkan aku," ucap Satria merasa sangat bersalah atas apa yang terjadi."Aku janji, aku akan mencari pekerjaan baru dengan segera," imbuh S

DMCA.com Protection Status