Share

Bab 2 : Rencana Eliza

Sambil memijat kening yang masih sedikit pusing, Luxian berjalan menuju kamar mandi. Kemudian menelpon Bryan berkata bahwa dia akan ganti baju di kantor. Dia tidak berharap asisten nya itu masuk ke kamar dan melihat semua kekacauan yang sudah dibuatnya.

Tunggu di luar!

Awalnya Luxian berpikir jika gadis di tempat tidur adalah wanita panggilan yang disewa oleh temannya, jadi sebelum meninggalkan kamar dia bermaksud untuk memberinya sejumlah uang. Luxian berdiri disisi tempat tidur dengan dompet dan uang di tangannya saat matanya melihat bercak darah di sprei putih yang tertutup selimut, keningnya berkerut.

Kegilaan semalam teringat lagi olehnya. Ekspresi samar gadis itu, dan juga suaranya yang seperti menahan sakit sambil sedikit terisak.

Sial!

Apa mungkin dia masih…

Luxian semakin merasa bersalah, semalam dia terlalu terbawa suasana. Apa dia sudah menyiksa anak gadis orang sepanjang malam?

Dia tidak bisa menahan diri untuk melirik gadis itu lagi, dilihat dari penampilannya yang berantakan dan menyedihkan, bukankah itu sudah jelas? Luxian berdecak lagi dengan kesal dan memaki dirinya lagi.

Luxian penasaran.

Saat dia bermaksud menyingkirkan rambut yang menutupi wajah gadis itu, ponselnya tiba-tiba bergetar sebagai tanda pengingat waktu meeting yang hampir tiba. Karena sedang diburu waktu Luxian terpaksa mengurungkan niat untuk melihat wajah gadis itu. Sebagai ganti dia mengambil sebuah kotak dari saku jasnya yang berisi dua buah gelang yang terjalin menjadi satu. Itu dia peroleh dari memenangkan taruhan dengan Shane temannya semalam.

Luxian memakaikan satu bagian gelang itu di tangan Celia, lalu menyelipkan kartu nama dan sebuah pesan di tasnya. Dia berharap bisa bertemu dengannya lagi, di suatu hari di masa depan. 

Setengah jam kemudian.

Celia baru terbangun, masih sedikit pusing tapi dia berjuang menuju kamar mandi sambil menahan rasa sakit yang merobek di bagian tubuhnya.

Di depan cermin kamar mandi dia melihat tubuh polosnya penuh tanda merah di beberapa tempat membuatnya mengerutkan kening dalam-dalam, itu adalah kali pertama dia melakukannya, tapi kenapa semalam dia bertindak layaknya seorang profesional. Dan menghabiskan malam yang panas dengan orang yang bahkan tidak dia kenal. 

Apa yang sebenarnya terjadi?

Semalam seorang teman kantor mengundangnya ke sebuah pesta. Biasanya dia tidak pernah ada masalah dengan arak buah, tapi semalam baru sedikit minum tapi sudah membuatnya kehilangan akal.

Apalagi saat melihat pria tampan itu, dia merasakan tubuhnya menjadi semakin hilang kendali.

“Dasar pria brengsek, jika aku sampai bertemu denganmu lagi aku pasti akan menghajarmu!” 

Walau dia yang memulainya terlebih dahulu dengan sebuah ciuman, tapi sebagai pria sejati seharusnya dia tidak mengambil kesempatan dan memanfaatkan situasi. Dan menindas wanita yang lemah!

Celia memaki orang itu dalam hatinya. Kehilangan sesuatu yang sangat berharga dengan cara yang seperti itu membuat moodnya menjadi sangat buruk. Celia menghela nafas. 

Lalu kenapa jika dia tampan? 

Semakin tampan maka semakin brengsek!

***

Sambil melihat ke sekeliling kantor, Eliza mencari sosok Celia tapi dia belum berhasil menemukannya. Sudut mulutnya pun sedikit terangkat, ada kepuasan yang menghina tergambar di sorot matanya. 

Setelah tadi malam Celia bukan lagi orang yang sama, karena hidupnya sudah pasti hancur total. Dia yakin saat ini Celia pasti sedang menangis meratapi nasibnya di sebuah kamar hotel, tentu saja dengan Tuan Simon berada di sampingnya.

Lebih bagus jika Celia secepatnya mengundurkan diri dari perusahaan. Jadi saat di kantor dia tidak perlu lagi melihat wajah menyebalkannya. Ingin sekali dia merobek wajah polos dan baik hatinya itu.

Eliza dan Celia, mereka berdua bekerja di tempat yang sama yaitu sebuah perusahaan entertainment yang cukup besar di negara X, bernama Whispers.

Celia adalah anak dari kakak perempuan ayahnya, tapi sejak kecil dimanapun Celia berada, dia selalu menjadi pusat perhatian, bukan hanya karena kecerdasannya tapi juga karena wajah cantiknya. Membuat Eliza sangat membenci sepupunya itu.

Ketidaksukaannya pada Celia semakin menjadi saat beberapa waktu lalu seorang investor yang bernama Tuan Simon tertarik pada Celia dan mengancam tidak akan memberikan dukungan untuk proyek Whispers selanjutnya jika dia tidak bisa memiliki Celia.

Tuan Simon adalah investor utama Whispers. Karena pengaruhnya yang besar, bahkan orang sekelas Tuan Jack tidak berani untuk menyinggungnya. Jika Tuan Simon sampai menghentikan investasinya dan beralih ke perusahaan lain yang menjadi saingan Whispers, maka itu akan menjadi kerugian besar bagi Whispers.

Karena itu Tuan Jack yang merupakan CEO Whispers bahkan bersedia merendahkan diri datang secara pribadi menemui Celia yang hanya karyawan biasa di bagian akuntansi, hanya untuk membujuknya agar mau menuruti semua keinginan Tuan Simon demi perusahaan, tapi siapa sangka gadis itu menolaknya mentah-mentah, yang membuat Tuan Jack marah besar. 

Tapi karena Tuan Simon, dia tidak bisa memecat Celia walaupun gadis itu telah membuatnya sangat kehilangan muka. Sebagai gantinya Tuan Jack mengancam Eliza yang dia tahu merupakan sepupunya.

“Lakukan apa saja agar Tuan Simon senang.”

“Tapi apa yang harus saya lakukan?”

“Gunakan otakmu! Jika sampai gagal dan membuat Tuan Simon marah, serahkan surat pengunduran diri lalu segera tinggalkan SummerField karena saya pastikan kamu tidak akan mendapatkan pekerjaan dimanapun!”

Bukannya takut, justru dengan senang hati Eliza segera membuat rencana busuk untuk menghancurkan masa depan Celia. Dia berpikir perusahaan telah mendukung rencananya untuk menyingkirkan orang yang paling dia benci. Jadi siapa yang tidak senang. 

Eliza sangat bahagia.

Jadi jika suatu saat nanti terjadi masalah, dia akan dengan mudah menjadikan Tuan Jack sebagai alasan. Dan sebagai seorang CEO dia pasti akan bisa menyelesaikannya dengan mudah.

Dan tadi malam adalah waktunya. Sesuai rencana Eliza akan membawa Celia langsung ke kamar 1506, karena Tuan Simon sudah menunggunya di dalam. Tentu saja dengan beberapa tetes GHB di gelasnya. Eliza benar-benar tidak ingin Celia bisa mengangkat kepalanya lagi.

Eliza berjalan menuju mesin pembuat kopi. Setelah menyesap sedikit dia lalu menghampiri sekelompok karyawan wanita yang sedang berkumpul dan bergosip disalah satu meja pantry dan bertanya,

“Apa kalian melihat Celia?” 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status