Share

Bab 7 : Menemukan Rumah Baru

“Celia, jangan bicara padaku seperti orang asing. Tentu saja kamu boleh tinggal disini.”

Celia mencoba tersenyum, meskipun hatinya masih terasa berat. "Terima kasih, Kak Erika. Maaf merepotkan."

"Jangan khawatir. Kamu tidak merepotkan sama sekali. Masuklah, buat dirimu nyaman," jawab Erika sambil membuka pintu lebih lebar, mengisyaratkan Celia untuk masuk.

Saat mereka melangkah masuk, Celia merasakan suasana hangat yang mengisi rumah itu. Dinding-dindingnya dihiasi dengan foto-foto keluarga dan karya seni sederhana. Aroma kue yang baru dipanggang menguar dari dapur, membuat perut Celia keroncongan.

Erika melihat Celia dengan penuh perhatian. "Kamu pasti lelah setelah perjalanan panjang. Duduklah, aku akan membuatkan teh untukmu."

Celia mengangguk dan duduk di sofa yang empuk di ruang tamu. Eric meletakkan kopernya di sudut ruangan dan duduk di sebelahnya.

"Terima kasih, Kak Eric. Aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan tanpa bantuanmu," kata Celia dengan suara pelan.

Eric tersenyum lembut. "Kamu tidak perlu berterima kasih, Celia. Kita adalah teman, dan teman harus saling membantu."

Erika kembali dengan nampan berisi tiga cangkir teh dan sepiring kue. "Kebetulan aku baru saja membuat kue cicipilah, dan secangkir teh hangat ini akan membuatmu merasa jauh lebih baik."

Celia mengambil cangkir teh dan menghirup aroma jasmine yang menenangkan. "Terima kasih, Kak Erika. Ini sangat enak."

Erika duduk di seberang Celia, setelah menyesap teh dia berkata, "Celia, kamu bisa tinggal di sini selama yang kamu inginkan. Rumah ini adalah rumahmu juga sekarang."

Celia merasakan air mata mulai menggenang di matanya. Kebaikan yang diberikan oleh Erika dan Eric membuatnya merasa sedikit lebih ringan. "Aku... aku sangat berterima kasih. Jika tidak ada kalian, aku tidak tahu harus pergi kemana lagi."

Erik tertawa kecil. "Jangan khawatir tentang apapun. Kami senang bisa membantu."

Mereka berbicara tentang hal-hal ringan, mencoba membuat Celia agar merasa lebih nyaman dan rileks. Celia menceritakan sedikit tentang kehidupannya di kota, tentang pekerjaannya, dan tentang bagaimana dia merasa kehilangan arah setelah semua hal yang terjadi.

Erika mendengarkan dengan penuh perhatian, memberikan nasihat dan dukungan. "Celia, kamu punya kekuatan yang luar biasa. Kamu sudah melalui banyak hal, dan kamu masih berdiri tegak. Ashford mungkin bisa menjadi tempat yang kamu butuhkan untuk menenangkan diri dan menemukan kembali dirimu sendiri."

Celia mengangguk, merasakan sedikit harapan. "Aku harap begitu, Kak. Aku hanya ingin menemukan kedamaian dan memulai lagi."

Eric menepuk bahu Celia. "Dan kami adalah keluargamu sekarang. Kamu harus ingat kalau kamu tidak sendiri, Celia."

Hari itu, Celia merasa sedikit lebih baik. Meskipun masih ada banyak hal yang harus dihadapi, dia merasa diberkati dengan kehadiran teman-teman yang peduli. Di rumah kecil di Ashford ini, dia berharap bisa menemukan kedamaian yang dia cari dan membangun kehidupan baru yang lebih baik.

Setelah bicara banyak hal dengan Eric dan Erika, tidak terasa waktu sudah menjelang siang. Celia tidak merasa canggung lagi, benar-benar seperti berada di tengah kehangatan keluarga.

Erika mengantar Celia ke kamar tidur yang sudah dirapikan di lantai dua. Kamar itu terlihat nyaman, ada tempat tidur, lemari, kursi dan meja, juga kamar mandi. Jendela yang terbuka dengan pemandangan hijau pedesaan. Sinar matahari pagi yang cerah dan hangat, juga angin dingin khas daerah pegunungan bertiup pelan masuk memenuhi ruangan, sprei terlihat rapi dan bersih, harum dari pengharum pakaian membuat Celia tidak sabar untuk segera membaringkan tubuh diatasnya.

“Mulai sekarang ini adalah kamarmu, semoga kau kerasan tinggal disini.”

Celia tersenyum.

Setelah menaruh tasnya di kamar, Celia membantu Erika membuat makan siang.

Sementara itu di kediaman Arnold, ayah Eliza.

Arnold sedang duduk di ruang kerjanya, mengamati laporan keuangan keluarga dengan tatapan tajam. Suasana berubah drastis ketika salah satu anak buahnya masuk tergesa-gesa, tampak cemas.

"Tuan Arnold," kata anak buahnya dengan suara gemetar. "Kami punya masalah besar."

Arnold mendongak dengan alis terangkat. "Apa maksudmu? Katakan cepat!"

"Celia, dia berhasil melarikan diri," jawab anak buahnya, suaranya hampir tersendat. "Kami tidak tahu bagaimana dia bisa lolos, tapi dia tidak ada di kamarnya dan semua barangnya hilang."

Mata Arnold membelalak marah. "Apa? Bagaimana bisa kalian membiarkan hal ini terjadi?" Dia berdiri dengan cepat, hampir menjatuhkan kursinya. "Kalian semua tidak berguna!"

Arnold diikuti Eliza bergegas naik ke dalam mobilnya dan segera menuju rumah Celia.

Suasana di rumah itu langsung berubah menjadi kacau balau. Anak buah Arnold berlarian kesana kemari, mencoba menemukan petunjuk tentang kepergian Celia. Arnold, yang biasanya tampak tenang dan dingin, sekarang tampak sangat marah dan gelisah.

Eliza terdiam dan tubuhnya menggigil. Dia marah sekaligus takut. Dia mempunyai tugas yang diberikan oleh Tuan Jack untuk ‘menyerahkan’ Celia kepada Tuan Simon. Tapi sekarang Celia hilang entah kemana, lalu apa yang harus dia katakan pada Tuan Simon nanti malam?

Eliza panik dan dia lampiaskan pada ayahnya. “Ini semua salah ayah! Jika ayah tidak terburu-buru mengatakan semuanya pada anak haram itu, dia tidak akan ketakutan dan melarikan diri!”

Arnold menatap putrinya dengan mata menyala-nyala. "Celia melarikan diri! Semua ini adalah akibat kelalaian mereka," katanya sambil menunjuk ke arah anak buahnya yang tampak ketakutan.

"Rumah ini penuh dengan penjaga, hanya menjaga seorang Celia, bagaimana mereka bisa gagal?”

Arnold mendengus. "Ternyata kita terlalu meremehkan dia. Tapi jangan khawatir, ayah akan menemukannya. Ayah tidak akan membiarkan dia lari begitu saja."

Di lantai bawah, salah satu anak buah yang lebih muda tampak bingung dan ketakutan. Dia mendekati rekan yang lebih senior dan bertanya, "Apa yang harus kita lakukan? Tuan Arnold tampak sangat marah."

Rekan seniornya menggelengkan kepala. "Kita harus menemukan Celia secepat mungkin. Jika tidak, aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada kita."

Sementara itu, Arnold dengan cepat merencanakan langkah berikutnya. Dan dia berkata dengan nada memerintah, "Kumpulkan semua orang! Kita akan menyebar dan mencari dia di seluruh kota. Jangan biarkan dia keluar dari wilayah Summer Field!"

"Baik Tuan!"

Eliza mendekat. "Ayah. Kita tidak boleh gagal. Lagi pula Celia tidak punya banyak tempat untuk pergi."

Arnold mengangguk, mencoba menenangkan diri. "Kau benar, Eliza. Ayah tidak akan membiarkan kesalahan ini terjadi lagi. Pastikan semua orang tahu apa yang harus mereka lakukan. Kita harus menemukan dia."

Eliza tersenyum penuh keyakinan. "Tentu, Ayah. Kita akan memastikan dia kembali ke sini."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status