Pagi hari yang cerah suara burung terdengar bernyanyi di luar jendela, daun-daun berterbangan tertiup angin terasa hangat dan nyaman.
Tapi itu hanya di luar rumah, di dalam sebuah vila besar di sebuah perumahan elite di tengah kota ada 3 orang yang tinggal di rumah tersebut, 2 pasangan suami istri.
Suami memiliki rambut hitam pendek panjang setelinga ada sedikit uban di rambutnya dia mengenakan baju jas bernawarna hitam dengan dasi dan sepatu hitam.
Istrinya memiliki rambut hitam yang di sanggul bulat di belakang rambutnya, menggunakan tusuk rambut berwarna putih seperti batu giok dan mengenakan gaun sepanjang mata kaki bermotif bunga-bunga, umur kedua suami istri itu berusia 40 dan 42 tahun.
Anaknya perempuan yang masih berusia awal 20an memiliki wajah yang cantik bibir yang merah alami, putih bersih mengenakan gaun sepanjang lutut berwarna Merah.
2 orang yang sedang ribut di dalam rumah itu adalah Anaknya yang bernama Diana dan istrinya, ayahnya hanya diam dan mendengarkan mereka berdebat dengan sedikit menenangkan anaknya
Di dalam Rumah
"Diana ibu sudah katakan kepadamu untuk menikah dengan pemilik Adrian jayana grup!" Ucap ibu Diana dengan marah
"Tapi ibu aku tidak mengenal dia siapa aku juga tidak tau" Ucap Diana menggelengkan kepalanya, tetapi suaranya tetap lembut
"Nak ibu sudah katakan kalian bertemu saja jangan banyak berdebat dengan ibu, ibu lelah, ayah saja berbicara dengan Diana" ucap ibu Diana sambil berdiri dan berjalan ke kamarnya
Ayah Diana duduk di sebelah Diana dan mengelus lembut rambut Diana
"Nak sabar ya dengan ibumu dia memang seperti itu, dan untuk perjodohan ini lebih baik kamu pikirkan dulu saja beberapa hari ini dan katakan jawabannya dengan ayah dulu kamu menerima atau tidak, setelah itu akan ayah diskusikan dengan ibumu"
"Baik ayah akan Diana pikirkan dulu" Ucap Diana tersenyum manis
"Yasudah kalau begitu, ayah akan kembali ke kamar dulu dan menenangkan ibumu" Ucapa ayah Diana sambil berjalan ke kamarnya, Diana hanya menggangguk samar.
Hati Diana rasanya sakit dia tidak pernah ingin di paksa untuk menikah dengan seorang laki-laki yang bahkan tidak dia kenal. Banyak rumor yang mengatakan bahwa Nathan Adrian itu adalah seorang yang berhati dingin, tidak memiliki perasaan apapun kepada seseorang, semua orang di matanya hanya dia anggap penganggu pemandangan tak pernah menganggap semua orang yang mendekatinya serius. Memikirkan ini membuat hati Diana tambah sakit membuat dadanya sesak. Tidak berselang beberapa menit terdengar suara vas pecah di dalam kamar orang tua Diana.
Prang...
Diana langsung terkejut, berdiri dan langsung berlari ke depan pintu kamar orang tuanya dia takut orang tuanya mengalami cedera. Dia ingin mengetuknya tetapi dia mendengar suara marah ibunya dari balik pintu, karena penasaran dia membuka celah sedikit.
Dia melihat kamar yang awalnya bersih dan rapi berantakan tidak karuan vas bunga jatuh di mana-mana, kasur terbalik dan kaca lemari pecah. Diana terkejut melihat pemandangan ini.
"Aku sudah katakan kepadamu mas bahwa Diana harus menikah dengan Nathan Adrian itulah satu satunya cara agar perusahaan kita bisa terselamatkan!" Ucap ibu Diana marah dan acuh tak acuh
"Tapi ini adalah pilihan Diana, itu hidupnya dan dia yang akan menjalankan apa kamu tega menyuruh dia seperti itu" Ucapa ayah diana lembut tapi ada kedinginan di matanya
"Apa urusannya denganku, dia hanya..." Ucap ibu Diana tak habis, mulutnya di tutup ayah Diana dengan tangan.
"Kamu bisa diam tidak! jika anak itu mendengarnya kamu tau apa konsekuensinya aku tidak akan membuat itu terulang lagi!"Ucap ayah Diana marah
Ayah Diana melepaskan tangganya dari mulut istirnya, dan berkata dengan perlahan namun di matanya tampak dingin dan acuh tak acuh
"Aku sudah katakan ini pilihan dia jika dia mau aku akan menyetujuinya jika kamu tetapi bersikap seperti ini dan memaksa dia aku tak akan tinggal diam kamu ingat apa yang mas katakan ini"ucap ayah Diana berbalik dan pergi membuka pintu.
Diana yang awalnya tercengang mendengar mereka berdebat di dalam dan dalam suasana hati yang rumit. Saat pintu ingin dibuka Diana langsung berlari ke kamarnya dengan tergesa- gesa.
Ayah Diana hanya menggelengkan kepala dan menghela napas menatap punggung Diana dengan tatapan kasihan di matanya.
Saat sampai di pintu kamarnya Diana langsung masuk menutup pintu kamar rapat-rapat agar tidak ada seorang pun yang bisa masuk ke dalamnya.
Suasana hati Diana makin rumit saat dia memikirkan kata-kata ayah dan ibunya tadi di kamar, dia menikah hanya untuk menyelamatkan perusahaan ayah dan ibunya jika dia menolak sepertinya perusahaan mereka akan terkena dampaknya.
Tetapi apa yang ingin ibunya katakan tadi kepada ayahnya tentang Diana hanya apa?
Itu yang membuat Diana penasaran apa yang di katakan ibunya, mungkin ibunya berpikir Diana hanya anak ayahnya karena ayahnya selalu lembut kepadanya, mungkin itu. Pikir Diana sambil menundukkan kepalanya
Dia harus memutuskan apakah dia menerima pernikahan ini atau tidak jika tidak perusahaan ayah dan ibunya akan terancam, jika dia menerimanya dia akan sengsara sepertinya laki-laki itu tidak pernah menggap Diana ada tapi itu tidak apa-apa karena dia bisa membantu ayah dan ibunya yang sudah membesarkannya dari dia kecil sampai besar, pikir Diana matang-matang.
Di saat Diana sibuk memikirkan masa depannya suara ponselnya berdering dan memunculkan sebuah pesan yang membuat Diana penasaran, langsung membukanya ada sebuah pesan teks di sebuah kontak bernama Rama
Rama: Diana apakah kamu ada waktu hari ini bagaimana jika kita berdua bertemu di kafe anggrek nanti sore jam 15:00 bagaimana?
Membaca pesan teks Rama membuat hati Diana sedikit rileks, dia berpikir untuk mendiskusikan hal ini dengan Rama karena Rama adalah teman masa kecilnya dia menggap Rama sudah sebagai saudaranya sendiri.
Diana: Bisa, aku juga berniat untuk bertemu denganmu dan mendiskusikan sesuatu hal yang sangat penting.
Rama: itu bagus, yasudah kita bertemu nanti dan aku ingin melanjutkan pekerjaanku.
Diana hanya mengirim stiker bergambar kucing yang menampilkan tulisan oke dan selamat bekerja kepada Rama. Dan langsung menutup layar pesannya.
Sekarang masih jam 14:00 ada masih 1 jam Diana untuk bertemu dengan Rama, karena itu Diana sedang sibuk ingin pergi ke supermarket untuk membeli beberapa kebutuhan rumah untuk dia sendiri dan kedua orangtuanya karena sudah habis.
Saat keluar dari kamar Diana melihat tatapan ayahnya yang seperti kasihan kepada Diana, Diana langsung terkejut dan berkata
"Ayah kenapa wajah ayah seperti itu apakah ayah sakit?" Ucap Diana lembut mendekatkan tangannya ke dahi ayahnya Diana dengan lembut menambahkan
"Sepertinya tidak, ayah tidak demam. Apakah ada rasa tidak enak ayah kenapa wajah ayah seperti kasihan begitu? Ayah berkelahi lagi dengan ibu?" Ucap Diana lembut sambil melepas tangannya dari dahi ayahnya
Ayahnya tetap diam
"Ayah apakah ayah...
"Ayahmu tidak apa-apa, Diana Kamu mau kemana? Berpakaian rapi seperti itu?" Ucap ibu Diana tanpa ekspresi potong ibu Diana
Diana memakai baju Atasan putih dengan tangan panjang, di bawahnya celana panjang se mata kaki berwarna hitam, rambutnya tergerai panjang sebahu di belakangnya dengan jepit rambut di pinggir rambutnya mengenakan sepatu santai berwarna putih senada dengan bajunya yang membuat tampilan Diana Cantik sedikit manis.
"Itu ibu Diana mau membeli perlengkapan rumah, sabun mandi dan sampo mandi Diana habis. Apa ibu ingin memesan sesuatu? Jika ada nanti akan Diana belikan" Ucap Diana sambil tersenyum
"Tidak ada, ibu hanya ingin memberikan kamu uang untuk membelinya. Ini uangnya" ucap ibu dinana dan pergi langsung ke kamarnya setelah menaruh uang di tangan Diana
Dina sudah biasa di perlakukan seperti ini dia biasa saja.
"Yasudah aku pergi dlu ya ayah, byee ayah" Ucap Diana ke ayahnya yang masih berdiri tidak jauh di depannya sambil mencium lembut tangan ayahnya
Di luar rumah Diana Sedang berjalan dengan santai ke sebuah mall kecil di dekat rumahnya, untuk sampai kesana hanya membutuhkan waktu 10 menit untuk sampai jika berjalan kaki, jika naik motor atau mobil hanya 5 menit.
Diana memilih untuk berjalan kaki karena cuaca hari ini sangat bagus tidak panas tidak juga dingin terasa hangat.
Saat sampai di sebuah gang Diana di kejutkan oleh sebuah mobil yang tiba tiba melaju di depannya yang ingin manbraknya Diana terkejut hampir tidak bisa menggerakkan kakinya.
Teriak seseorang
Diana awasss......
Bersambung....
1 jam yang laluDi sebuah rumah di pinggiran kota terdapat rumah bertingkat tiga dengan gaya barat itu adalah rumah keluarga Adrian.Terdengar suara keributan di dalam rumah"Nat ibu menjodohkan kamu dengan anak teman ibu, namanya Diana dia anak yang baik, cantik dan baik hati kamu harus menerima ini!" ucap ibu Nathan melolot ke anaknya yang duduk bersebrangan dengan diaIbu Nathan bernama Intan dia seorang wanita yang tidak terlalu tua atau muda memiliki wajah cantik meski umurnya sudah hampir 45 tahun, ia mengenakan baju atasan berwarna biru sepinggang ditutupi dengan celana panjang senada dengan bajunya."Tapi ibu aku masih mencintai dia, aku tidak mau orang lain menggantikamnya!!" ucap Nathan dengan ekspresi dingin"Dia? Dia Kirana? Perempuan itu ibu tak setuju kamu dengannya dia mencampakkanmu dan pergi ke luar negeri tidak peduli denganmu lagi!" Ucap ibu Nathan marah" Tidak peduli apa aku tetap akan me
Nathan sedang mengendarai mobilnya dengan senyum licik di wajahnya. Dia merasa pertemuan hari ini sangat menarik, karena dia melihat bagaimana wajah wanita yang akan menjadi istirnya nanti jika pernikahan mereka terjadi. Wajah wanita itu menurutnya tidak terlalu buruk, memang seperti yang dikatakan ibunya dia punya sifat yang baik, walapun saat pertama kali mereka bertemu wajah Diana seperti benci dengannya, tapi dia tidak peduli karena wanita itu hanya akan menjadi mainannya. Dia tak peduli dengan sifat orang lain dia hanya akan menghargai wanita yang paling dia cintai di dunia ini hanyalah satu orang di dunia Tetapi saat Nathan tidak sengaja menatap wajah Diana dia merasa seperti akrab dengannya, mungkin hanya imajinasinya ************ Di cafe green apple "Rama sebenarnya aku menghawatirkan luka kamu kenapa kamu tidak menyembuhkannya?" Diana khawatir sambil melihat luka di tumit dan siku baju Rama yang sobek Rama hany
Diana berlari sambil meneteskan air matanya yang tidak bisa dia tahan lagi, dia tidak berani melihat ke belakang dia takut Rama akan membencinya padahal Rama sudah sangat baik padanya, tapi tidak apa-apa Diana akan membalas Rama suatu saat nanti. Diana sedang berhenti di depan toko sambil menagis dia menundukkan kepalanya, orang-orang yang lewat melihatnya dengan perasaan iba, tetapi tidak ada satupun yang berhenti, mendekati, atau bertanya kenapa. Diana tidak peduli dengan tatapan orang, dia hanya diam. Tiba-tiba seorang laki-laki memberikannya sebuah tisu "Ini untukmu" Suara laki-laki itu dingin Diana melihat sebuah sepatu hitam mendekatinya, mendongak dan melihat penampilan tampan memakai kacamata hitam dia tak bisa melihat ekspresi apa yang di buat laki-laki itu Diana menolak mengambilnya, dia tak kenal siapa laki-laki ini, dia hanya menundukkan kepalanya lagi Laki-laki itu kesal di abaikan dia langsung membuka kacama
Hujan turun sangat lebat membuat suara-suara terpendam bahkan yang bersuara besar pun tetap terdengar kecil karena tertutup suara hujan lebatDi sebuah kota bernama kota sky seorang laki-laki berwajah lembut, berkacamata, sedang duduk menyelesaikan banyak sekali berkas dia terlihat sangat sibukRama bekerja sebagai seorang pengacara, dia memilih bekerja di kota ini, karena kota ini memiliki pemandangan langit malam yang sangat indah, membuat Rama ingin mengajak Diana melihat pemandangan ini suatu saat nanti, tapi sepertinya untuk sekarang dia tidak mau memikirkan hal itu karena Diana sudah memutuskan hubungan dengan diaKantor Rama terletak di lantai 15 sebuah gedung bertingkat, kantornya berada di paling atas, kantor itu memiliki fasilitas yang mewahRama sedang sibuk menyelesaikan banyak berkas, tiba-tiba terdengar suara ketukan dari luar"Masuk"Pintu terbuka menampilkan sosok tinggi, berwajah tampan, bibir tipis, memiliki mata berw
Diana yang di tinggalkan Nathan, Diana membuat ekspresi tidak menentu di wajahnya kaget, lucu, bahkan masih ada rasa sedih di wajahnyaDia adalah orang yang anehKenapa dia lakukan seperti itu kepadaku padahal aku tidak kenal siapa dia?Jika aku bertemu dengan dia lagi nanti aku akan mengembalikan jaket ini, dan mengucapkan terima kasihEkspresi Diana berubah menjadi tersenyum hangat, tetapi dia juga tertawa mengingat kejadian tadi*****************Nathan mengendarai mobilnya karena dia bingung harus berkata apa lagi dengan Diana, dia hanya baik pada Diana karena dia tidak mau mainannya nanti sakit, malah membuat dia makin susah saja jika terjadi apa-apa dengannyaNathan mengingat waktu pertemuan mereka jam 13:00 nanti dia penasaran wajah seperti apa yang akan di perlihatkan Diana nanti, apakah kaget?, pura-pura tidak kenal?, Atau tidak peduliNathan semakin penasaran memikirkannya, tanpa dia sadari m
"Masalah apa?""Itu bos ada tamu datang ke kantor kita, dia ingin mendiskusikan kerja sama""Tapi saya sedang sibuk saya tidak mau di ganggu""Bos ini sangat penting, karena menyangkut keuntungan kita""Saya Katakan saya sibuk kamu paham?""Tapi bos ini..."Diana mendengar perdebatan Rama dengan Rian dia merasa seperti dia menganggu Rama dia tidak mau membuat masalah lagi untuk Rama karena sudah 2 kali Rama susah karena diaJadi Diana berkata dengan Lembut kepada Rama memotong kata-kata Rian"Rama lebih baik kamu ke kantor saja, tapi apa luka kamu sudah baik-baik saja? Atau masih sakit?"Mendengar nada lembut Diana Rama melihat ke arah Diana yang tampak khawatir, Rama menjawab dengan lembut tersenyum, sambil menutup telponnya, tidak peduli dengan kata-kata Rian"Lukannya sudah tidak sakit lagi, tapi Diana bagaimana kamu jika aku tinggal?""Aku tidak apa, aku juga masih ada urusan, lebih baik kamu ke kantor
50 menit yang laluDi jalan xx tempat Diana dan Rama bertemu seorang perempuan sedang menghentikan mobilnya karena melihat perkelahian di depannya, dia tidak bisa terus melaju jadi dia hanya memainkan ponselnya dengan malasSaat dia asik bermain game sebuah telpon muncul di layar ponselnya, nomor kontaknya bos nathan yang meneleponnyaDia langsung mengangkatnya"Iya ada apa bos? Ada masalah?""Iya saya lupa tadi ada berkas yang masih di atas meja belum saya simpan nanti kamu simpan di laci meja kerja saya""Iya baik bos setelah ini saya akan ke kantor untuk menyimpannya"Terdengar suara ribut dari luar dan suara perempuan menghentikan pertengkaranNathan mendengar suara seperti suara Diana dia langsung bertanya kepada Novita"Novita kamu dimana? Saya mendengar suara ribut dan ada perempuan juga?""Oh itu bos iya, ada keributan di sini di jalan xx, 3 orang laki-laki berkelahi, 1 perempuan memeluk satu laki-la
Hari yang cerah awan berkumpul di langit tidak terlalu banyak atau sedikit memperlihatkan warna langit yang biru seperti air laut Indah dan indah. Itu adalah pagi hari yang indah untuk sebagian orang tidak untuk Diana Pagi-pagi sekali dia sudah menerima telepon dari nomor yang tidak dikenal, tapi dia tau itu nomor siapa itu adalah nomor Nathan dia malas menyimpannya, dia kira Nathan tidak ada meneleponnya lagi hari ini karena mereka sudah ada janji bertemu kamarin tapi ternyata tidak Nathan masih meneleponnya Diana menjawab telepon sambil mengantuk mengusap matanya menguap berkata dengan malas "iya?" Nathan mendengar suara malas Diana berkata dengan biasa saja "Kamu ingat kan hari ini kita ada bertemu?" Diana menghela napas panjang menjawab "Iya aku tau, kamu kira aku lupa?" "Oh bagus jika kamu tidak lupa, yasudah aku tutup telponnya" Nathan menutup telponnya dengan satu ketukan di layarnya. Diana masih
Sembilan bulan telah berlalu sejak kejadian itu, Diana lambat laun sudah menerima semua kenyataan itu, untuk kedua orang tua yang sudah merawatnya dia tidak pernah menemui mereka lagi sejak itu, yah mereka juga tidak berada di indonesia untuk saat ini ataupun sembilan bulan lalu.Dia hidup dengan bahagia karena dia sudah tau semuanya dimasa lalu dan dia merasa perasaan dan hatinya sudah terisi semua saat ini, Karena sejak saat itu pertemanannya dengan Kirana menjadi sangat baik, bahkan mereka tidak menjadi musuh lagi, tapi sayangnya Kirana sekarang tidak berada di indonesia dia kembali keluar negeri.Diana sekarang sedang berada dirumah sendirian, tetapi dia sedang asik menatap layar ponselnya dengan tersenyum, karena dia sedang membalas pesan teks temannya yaitu Novita, dia ingin mengajak Diana untuk membantunya memilih baju pernikahan, saat menerima pesan itu dia sangat bersemangat dia juga ingin tau baju pengantin apa yang bagus dipakai oleh temannya ini.Beberapa seminggu yang lal
David dan Kirana masih berada didalam mobil, Kirana melirik david dari sudut matanya dan berkata dengan nada ringan, "David aku sudah memutuskan, sepertinya aku ingin mejelaskan semua hal yang kutahu kepada Diana dan beberapa dendam dan kenyataan yang harus dia tau, agar kami tidak salah paham lagi dan aku tidak mau menyimpan dendam lagi dengan Diana."David menganggukan kepalanya, menatap Kirana dan berkata dengan lembut, "kamu ingin memberitahunya kapan?".Kirana berpikir selama beberapa saat setelah itu dia balas menatap David dengan berkata, "Sepertinya besok, lebih cepat lebih baik dan besok juga hari libur."David tersenyum sedikit dan berkata dengan nada biasa, "Oke, dan kamu ingin berbicara empat mata saja dengan Diana?".Kirana menggelengkan kepalanya perlahan-lahan, dan menjawab dengan ketegasan dimata putih hitamnya, "Tidak, aku akan mengajak Diana, Novita, Nathan, kamu, dan Rama."Mendengar ucapan Kirana membuat David seketika terkejut, dia tidak tau kenapa Kirana harus me
Diana bermimpi dia sebuah tempat yang dia rasa akrab, dia menyapu sekelilingnya dia entah kenapa merasa tempat ini sangatlah akrab, dia seperti pernah melihat tempat ini, tetapi dia tidak terlalu ingat di mana dia pernah melihatnya, seperti penuh dengan banyak kenangan, dia mengulurkan tangannya kedepan dan menatap tangannya yang sangat kecil, dia terkejut, dia bingung kenapa tangannya sangat kecil seperti umur 8 atau 10 tahun, menghela nafas dengan kasar, dia hanya bisa menerima kenyataan bahwa dia menjadi gadis kecil sekarang, bahkan dia ingin sekali mencari cermin untuk melihat wajahnya.Tetapi dia juga ingin mencari suaminya, mungkin saja dia bertemu suaminya yang juga menjadi anak kecil seperti dia, apakah itu akan sangat imut?Dia sangat penasaran dan tanpa sadar tersenyum lucu.Sampai seseorang perawat masuk kedalam ruangannya untuk memeriksa keadaanya, perawat itu menatap Diana kecil dia berkata, "Adek apakah kamu masih mengalami pusing kepala?."Di
David mengendarai mobilnya seperti apa yang dikatakan oleh Kirana, saat sampai dipersimpangan jalan, Kirana melihat ada toko yang menjual bunga, dia menoleh kearah David yang duduk disebelahnya, dia juga mendengar David sedang bersenandung tampak bahagia, tetapi dia tidak tau kenapa lelaki itu bisa bahagia, dia melirik David dari sudut matanya dan berkata dengan ringan, "Berhenti." David langsung mengerem mendadak, untung saja Kirana sudah siap dan memegang pegangan mobil yang ada disebelahnya jika tidak, wajahnya sudah menghantam kaca mobil, David yang terkejut itu, langsung menoleh kearah Kirana yang seperti tersenyum tetapi tidak tersenyum menatapnya berkata, "Aku keluar dulu, kamu tunggu disini." David mengangguk, setelah itu Kirana keluar dari mobil dan masuk kedalam toko bunga. Di dalam toko bunga Kirana, membeli sepaket bunga melati sekaligus dengan pandan dan juga air yang berada didalam botol, pemilik toko itu tersenyum kearah Kirana dan berkata, "Apa ini digunakan untuk me
Nathan yang tampak sangat gugup dan ketakutan terjadi sesuatu dengan Diana, dan tanpa pikir panjang saat melihat rumah sakit, dia langsung menghentikan mobilnya dan membawa Diana secara horizontal untuk masuk kedalam rumah sakit.Dokter dan perawat melihat Nathan masuk, mereka langsung membawa kursi roda, dan Nathan mendudukkan Diana diatasnya dengan lembut, saat sudah melihat pasien di atas kursi roda, perawat langsung membawa Diana yang tidak sadarkan diri ke ruangan UGD.Dan Nathan dengan khawatir menunggu diluar ruangan, dia mondar-mandir didepan pintu, sambil menggigit jarinya, tampak sangat putus asa dan sangat khawatir, bahkan seperti sikap acuh tak acuh dan dingin Nathan, tidak terlihat sama sekali sekarang, hanya digantikan dengan perasaan gugup dan takut diwajahnya.Dia tidak mau memberitahu ibunya kalau Diana sedang ada dirumah sakit, dia ingin memberitahu ibunya saat Diana sudah sadarkan diri, karena dia takut ibunya sangat khawatir.
Kirana berbalik dan menatap lelaki itu dengan terkejut, penampilan lelaki itu bisa dibilang dia memiliki rambut coklat pendek, dengan kulit putih, dengan wajah tampan, bibir merah, dan gigi putih, mata berwarna coklat, hidung mancung dan setelan baju biasa ditubuhnya, dengan senyum bahagia di wajahnya dia menatap Kirana yang juga berbalik mentapnya. Kirana yang melihat wajah familiar dan senyum familiar itu ingin langsung berbalik dan kabur, tetapi lelaki itu langsung memeluk tubuh Kirana dengan erat ada sedikit rasa sedih dinadanya berkata, "Kirana aku merindukanmu." Merasakan tubuhnya dipeluk dengan erat, kirana langsung mengerutkan kening, Kirana meronta-ronta dipelukan lelaki itu, untuk melepaskannya, tetapi bukannya dilepaskan, lelaki itu memeluknya semakin erat. Kirana tidak tahan lagi dan meraung dengan kesal, "Jonathan kenapa kamu memelukku, lepaskan aku sekarang juga!." lelaki yang bernama jonthan itu, seperti tidak mendengarkan ucapan Kirana dia masih s
David mengejar Kirana sampai kedepan kafe, tetapi Kirana tidak menyadari bahwa David mengejarnya dan sekarang tepat berdiri dibelakangnya sambil tersenyum menatap bahu Kirana, dia lebih tinggi dari Kirana, jika dijejerkan Kirana tingginya hanya sampai bahunya saja, dia ingin mendekati Kirana dan memeluknya, untuk pertama kalinya dalam hidupnya ingin memeluk seseorang dan melindunginya bahkan ingin merubahnya menjadi lebih baik, untuk masa lalu yang sudah lewat bahkan jika dia dulu membenci perempuan yang ada dihadapannya ini, dia tidak peduli lagi.Karena tujuan utamanya sekarang adalah memiliki perempuan ini sepenuhnya dari hati, pikirin bahkan tubuh, tapi mungkin itu hanya hayalannya saja, setiap dia bertemu dengan perempuan ini dia selalu saja menjauh darinya, seperti tidak memperdulikannya, padahal dia sudah berkali-kali mengejarnya meyatakan perasaannya, tetapi sayangnya perempuan ini tidak peka atau hanya mengira dia berbohong?, Padahal dia sudah mengatakan yang seju
Ketika mereka sampai jembatan itu sangat sepi bahkan satu orang lewatpun tidak ada sama sekali, tetapi pemadangan diseberang jembatan itu cukup bagus dan juga udaranya sangat sejuk.Nathan yang keluar terlebih dahulu, setelah itu diikuti oleh Diana, yang langsung mengangkat kepalanya sedikit keatas untuk merasakan dan menghirup udara sejuk, dia sekarang sedang berdiri diatas jembatan dengan kedua tangannya menyentuh pinggiran pagar jembatan, Nathan juga berdiri disebelahnya dan menatapnya dalam diam, dia bahagia melihat istrinya yang tampak menikmati tempat ini.Diana menoleh dan menatap suaminya dengan senyum lembut dibibirnya matanya yang tampak meyipit memberikan ilusi, bahwa saat melihat mata itu seseorang yang menatapnya akan melihat perempuan itu sangat bahagia.Tapi memang benar Diana sangat bahagia, karena saat mendengar cerita dan langsung datang ketempatnya langsung benar-benar berbeda, bahkan dia sangat senang bisa tau tempat yang disukai oleh suaminy
Novita yang terkejut karena dilempar oleh Diana, walapun itu tidak sakit, karena Billy dengan cepat menangkap tubuhnya, walapun dia terpana, karena mungkin keinginannya yang terlalu besar dan cepat untuk melindungi Novita dia langsung menangkap tubuh Novita dengan cepat.Novita mencium bau parfum dari tubub Billy yang sangat nyaman, membuatku ketagian dan memeluk Billy semakin erat, Billy yang dipeluk semakin erat oleh Novita membuatnya melebarkan matanya, dia sebenarnya bahagia dipeluk seperti itu oleh Novita, tetapi disisi lain dia takut jika dia dipeluk oleh perempuan yang dia suka terlalu lama, dia takut dia tidak bisa menahan dirinya.Billy mengigit bibirnya keras, seperti menahan dirinya untuk tidak mendorong Novita untuk menciumnya.Setelah lama mereka berpelukan, Novita dengan cepat melepaskan pelukannya dari tubuh Billy, Billy merasa lengannya kosong, dia hanya bisa menghela nafas perlahan, dan menatap Novita yang masih saja tampak merajuk didepannya.