Hujan turun sangat lebat membuat suara-suara terpendam bahkan yang bersuara besar pun tetap terdengar kecil karena tertutup suara hujan lebat
Di sebuah kota bernama kota sky seorang laki-laki berwajah lembut, berkacamata, sedang duduk menyelesaikan banyak sekali berkas dia terlihat sangat sibuk
Rama bekerja sebagai seorang pengacara, dia memilih bekerja di kota ini, karena kota ini memiliki pemandangan langit malam yang sangat indah, membuat Rama ingin mengajak Diana melihat pemandangan ini suatu saat nanti, tapi sepertinya untuk sekarang dia tidak mau memikirkan hal itu karena Diana sudah memutuskan hubungan dengan dia
Kantor Rama terletak di lantai 15 sebuah gedung bertingkat, kantornya berada di paling atas, kantor itu memiliki fasilitas yang mewah
Rama sedang sibuk menyelesaikan banyak berkas, tiba-tiba terdengar suara ketukan dari luar
"Masuk"
Pintu terbuka menampilkan sosok tinggi, berwajah tampan, bibir tipis, memiliki mata berwarna coklat, sedang memegang file berkas ber map kuning
Dia adalah Rian sekertaris Rama
"Bos ini data-data tentang Nathan Adrian yang sudah saya cari, tapi saya hanya dapat sebagian saja karena banyak datanya sudah di hapus"
Rian berkata sambil menaruh beberapa tumpul file berkas di atas meja
"Kerja bagus"
Rama tersenyum dia mendapatkan data tentang Nathan Adrian jika ada sesuatu yang salah tentang dia, Rama akan membongkarnya di depan Diana, agar mereka tidak tidak jadi di jodohkan
Rama tersenyum matanya berbinar, dia membaca semua file di atas meja yang di berikan oleh Rian
"Baik bos saya pamit dlu, karena masih banyak pekerjaan saya yang belum saya selesaikan"
Rama hanya mengangguk sibuk dengan berkas yang di berikan oleh Rian
Rian pergi dari Ruangan Rama, dan berjalan ke ruangannya sendiri
Ruangan Rian berada di sebelah ruangan Rama hanya berbeda beberapa langkah saja, Rama tidak suka walapun Rian adalah sekertarisnya sendiri dia tidak suka ada orang di dekatnya dia merasa seperti ada pengganggu
30 menit Rama selesai membaca semua file yang ada di atas meja, dia kesal memukul meja
Rian yang ada di ruangan sebelah terkejut, langsung berlari ke ruangan Rama
Rama melihat kedatangan Rian membuatnya semakin kesal
"Rian kenapa kamu ada di sini? Bukannya pekerjaan kamu masih banyak?"
Rian hanya menjawab dengan gugup, wajahnya ketakutan dia berbicara sambil menunduk
"Saya mendengar di ruangan bapak ada suara meja di pukul, jadi sayang langsung mengeceknya takut terjadi sesuatu dengan bapak"
Rama hanya menjawab dengan marah
"Itu saya yang lakukan kenapa? Lebih baik kamu keluar!!"
"Saya..."
"Saya katakan kepada kamu Rian keluar dari ruangan saya!!"
Rama menggertak, kesal memukul meja untuk kedua kalinya
Rian langsung buru-buru keluar dari ruangan Rama dia takut Rama akan berbuat hal lain jika dia kesal
Rian menggelengkan kepalanya, menghela napas berat, Rian hanya memikirkan tentang Diana dia adalah orang satu-satunya yang bisa membuat Rama lembut, bahkan di depan Diana Rama akan selalu bersikap lembut
*******************
Di rumah Diana
Dua orang sedang berbicara di depan pintu membicarakan suatu hal yang penting
"Ayah aku menerima perjodohan ini, aku akan mencobanya dulu"
Diana berkata dengan mantap, tapi hatinya masih menyimpan sakit hati karena kejadian kemarin
Ayah Diana mendengar jawaban itu matanya langsung memperhatikan sukacita, hanya 2 detik membuat siapapun tidak sadar, Ayah Diana langsung menunjukan ekspresi sedih dan khawatir
"Nak apa kamu yakin dengan ini? Apa kamu tidak apa-apa?"
Diana menghela napas dan menjawab
"Aku yakin ayah, aku tidak apa-apa aku baik"
Ayah Diana menepuk lembut bahu Diana, memeluk Diana dengan hangat
"Yasudah jika itu maumu Diana"
"Iya ayah"
Diana mengangguk sambil tersenyum di pelukan ayahanya
Ayah Diana melepas pelukannya, membelai lembut pipi Diana tersenyum menggoda
"Anak ayah sudah besar sekarang sebentar lagi akan menikah"
Diana menunjukkan senyum malu-malu tertunduk menjawab
"Kan aku sudah besar ayah umurku sudah 20 tahun"
"Di mata ayah kamu masih kecil"
Ayah Diana mencubit pipi Diana, mereka berdua tertawa dengan bahagia
Di Ruang tamu
ibu Diana sempat melihat interkasi mereka berdua saat melewati tangga tadi saat mengambil air minum, saat dia memikirkannya dia tersenyum meremehkan, tapi masih bertanya-tanya
Apa yang mereka berdua lakukan?
Apakah perjodohan ini akan disetujui oleh Diana?
Jika iya maka...
Ibu Diana tidak bisa lagi menahan senyum puasnya
Ayah Diana dan Diana yang sudah selesai berbicara, turun dari tangga mengejutkan ibu Diana yang sedang senyam-senyum sendiri
Ayah diana bingung langsung bertanya dengan heran
"Kamu sedang apa senyam-senyum sendiri di ruang tamu? Tv saja mati? Kamu jangan-jangan..."
"Jangan-jangan apa? Aku cuman sedang memikirkan sesuatu yang menarik saja mas"
Ayah Diana penasaran Diana hanya diam melihat kedua orang tuanya saling berbicara
"Tentang apa?"
"Mas mau tau?"
"Iya..."
Ayah Diana mengangguk
Karena terlalu senang ibu Diana ingin memberitahunya kepada ayah Diana, tapi dia melirik Diana dengan tatapan acuh tak acuh
"Kamu Diana kamu tidak main keluar saja? Ibu dan ayah ingin membicarakan sesuatu yang penting kamu tidak boleh tau"
"Tapi ibu... Aku"
"Apa? Bukannya jam segini kamu dengan Rama sering bertemu, temui saja dia, atau seterah kamu saja mau kemana ayah dan ibu ingin berbicara"
Ibu Diana berkata dengan dingin mengusir Diana, Diana hanya mengangguk berbalik dan pergi dengan suasana hati yang kacau
Kemana aku harus pergi?
Ayah Diana tiba-tiba mendatangi Diana yang sudah berada di luar rumah memberikan dia payung dan uang
"Ini payung dan uang, jangan lupa jam 13:00 di cafe white cat"
"Baik ayah aku pergi dlu"
"Hati-hati di jalan nak"
Diana pergi dengan menggunakan payungnya hujan tidak terlalu lebat tapi dia masih merasa kedinginan dia lupa membawa jaket saat keluar rumah tadi karena ibunya menyuruh dia keluar rumah
Diana berjalan sambil mengeluarkan ponselnya untuk melihat jam, dia melihat masih jam 10:25
Masih lama waktu Diana untuk bertemu dengan calon suaminya, Diana berjalan tak tau arah sampai dia berjalan ke sebuah taman
Di taman itu terlihat pemandangan yang sangat bagus bunga mawar, bunga anggrek bahkan bunga melati tersusun rapi di pinggir, kursi taman yang terlihat basah oleh tetesan hujan, dan banyak orang berlari untuk meneduhkan dirinya dari air hujan yang turun semakin lebat, Diana tidak peduli dengan hujan yang turun dia hanya berjalan ke kursi taman di tengah bunga bunga mawar dan duduk dengan payung yang masih dia pegang
hatinya sakit bahkan dia ingin menangis sekarang juga, dia tidak ingin menahan sakit hati ini lagi
Diana menangis kepalanya menunduk hujan deras turun merendam suara tangisannya, dia selalu memikirkan semua hal yang membuat dia ingin membenci Rama tetapi semuanya tidak pernah masuk ke pikirannya, Rama sangat baik dan lembut dengannya di tahun-tahun mereka SMA bahkan sekarang, sampai Diana memutuskan hubungan dengannya Rama masih tidak marah dengannya, Diana bimbang
Tiba-tiba suara seseorang laki-laki mengejutkan Diana
"Kamu jelek saat kamu menangis, kita sudah 3 kali bertemu 1 kali itu seperti kamu membenciku, 2 kalinya kamu selalu managis, kenapa? putus dengan pacarmu?"
Diana mendongak melihat Nathan dia langsung menghapus air matanya dengan lengan bajunya
"Kenapa kamu ada di sini? Kamu selalu datang di saat aku mengalami sesuatu yang buruk"
Diana Menambahkan dengan kesal
"pacar? Aku tidak punya, jangan sok tau kamu!!"
"Aku? Sok tau? Kamu satu-satunya orang yang berkata denganku seperti itu!!"
"Apa hah!!"
Dua orang di taman itu yang satu duduk, satunya berdiri di sebelahnya sama-sama sedang marah dan kesal, satunya mengabaikan satunya masih berbicara dengan kesal
Hujan semakin deras, Nathan berdiri di sebelah Diana tidak menggunakan payung membuat rambut dan bajunya basah, Diana tidak tahan dia berdiri, menutupi atas tubuh Nathan dengan payungnya yang lumayan besar, Nathan terkejut dengan perilaku Diana yang baik kepadanya, membuat hatinya sedikit hangat tetapi masih mengatakan sesuatu dengan dingin
"Jadi kenapa kamu menagis? Memang ya perempuan itu rapuh gampang menangis"
"Aku tidak rapuh, aku cuman memiliki banyak masalah tanya aja terus!!"
Diana semakin kesal dengan kata-kata Nathan
"Bertanya itu penting, yasudah jika kamu memiliki banyak masalah aku tidak peduli"
"Tapi kenapa kamu bertanya? Jika kamu tidak peduli!!!"
Melihat Diana marah membuat dia merasa berhadapan dengan kucing, yang teraniaya tiba-tiba mengeluarkan cakarnya, membuat Nathan mengaitkan bibirnya tersenyum tipis
Diana melihat dia tersenyum malah aneh
Kenapa dia tertawa horor begitu?
Bukannya dia itu batu es ya?
Diana mengeluarkan tatapan aneh
Nathan tidak peduli dengan tatapan Diana, dia berbalik berjalan kembali ke mobilnya, Diana melihat itu dia bahagia dia merasa penganggu itu akan pergi, tetapi 2 menit Diana melihat mobil itu tidak berjalan membuat Diana bingung
Dia ngapain?
Tidak pulang? Mau menunggu hujan mereda baru pulang?
Bukannya dia naik mobil?
Banyak pertayaan di benak Diana, dia terlalu banyak berpikir sampai tidak sadar Nathan menutup tubuh atasnya dengan sebuah jaket tebal berbahan kain dan sebuah syal di kaitkan di leher Diana dengan lembut, Diana merasa lembut saat di perlakukan oleh Nathan dia merasa ada Rama di sisinya lagi, tapi kenyataannya itu bukan Rama
Nathan selesai memakaikan jaket dan syal ke tubuh kurus Diana dia puas, berbalik kembali ke mobilnya langsung menghidupkan mobilnya pergi
Meninggalkan Diana yang diam kaku di kursi dengan payungnya
Bersambung....
Diana yang di tinggalkan Nathan, Diana membuat ekspresi tidak menentu di wajahnya kaget, lucu, bahkan masih ada rasa sedih di wajahnyaDia adalah orang yang anehKenapa dia lakukan seperti itu kepadaku padahal aku tidak kenal siapa dia?Jika aku bertemu dengan dia lagi nanti aku akan mengembalikan jaket ini, dan mengucapkan terima kasihEkspresi Diana berubah menjadi tersenyum hangat, tetapi dia juga tertawa mengingat kejadian tadi*****************Nathan mengendarai mobilnya karena dia bingung harus berkata apa lagi dengan Diana, dia hanya baik pada Diana karena dia tidak mau mainannya nanti sakit, malah membuat dia makin susah saja jika terjadi apa-apa dengannyaNathan mengingat waktu pertemuan mereka jam 13:00 nanti dia penasaran wajah seperti apa yang akan di perlihatkan Diana nanti, apakah kaget?, pura-pura tidak kenal?, Atau tidak peduliNathan semakin penasaran memikirkannya, tanpa dia sadari m
"Masalah apa?""Itu bos ada tamu datang ke kantor kita, dia ingin mendiskusikan kerja sama""Tapi saya sedang sibuk saya tidak mau di ganggu""Bos ini sangat penting, karena menyangkut keuntungan kita""Saya Katakan saya sibuk kamu paham?""Tapi bos ini..."Diana mendengar perdebatan Rama dengan Rian dia merasa seperti dia menganggu Rama dia tidak mau membuat masalah lagi untuk Rama karena sudah 2 kali Rama susah karena diaJadi Diana berkata dengan Lembut kepada Rama memotong kata-kata Rian"Rama lebih baik kamu ke kantor saja, tapi apa luka kamu sudah baik-baik saja? Atau masih sakit?"Mendengar nada lembut Diana Rama melihat ke arah Diana yang tampak khawatir, Rama menjawab dengan lembut tersenyum, sambil menutup telponnya, tidak peduli dengan kata-kata Rian"Lukannya sudah tidak sakit lagi, tapi Diana bagaimana kamu jika aku tinggal?""Aku tidak apa, aku juga masih ada urusan, lebih baik kamu ke kantor
50 menit yang laluDi jalan xx tempat Diana dan Rama bertemu seorang perempuan sedang menghentikan mobilnya karena melihat perkelahian di depannya, dia tidak bisa terus melaju jadi dia hanya memainkan ponselnya dengan malasSaat dia asik bermain game sebuah telpon muncul di layar ponselnya, nomor kontaknya bos nathan yang meneleponnyaDia langsung mengangkatnya"Iya ada apa bos? Ada masalah?""Iya saya lupa tadi ada berkas yang masih di atas meja belum saya simpan nanti kamu simpan di laci meja kerja saya""Iya baik bos setelah ini saya akan ke kantor untuk menyimpannya"Terdengar suara ribut dari luar dan suara perempuan menghentikan pertengkaranNathan mendengar suara seperti suara Diana dia langsung bertanya kepada Novita"Novita kamu dimana? Saya mendengar suara ribut dan ada perempuan juga?""Oh itu bos iya, ada keributan di sini di jalan xx, 3 orang laki-laki berkelahi, 1 perempuan memeluk satu laki-la
Hari yang cerah awan berkumpul di langit tidak terlalu banyak atau sedikit memperlihatkan warna langit yang biru seperti air laut Indah dan indah. Itu adalah pagi hari yang indah untuk sebagian orang tidak untuk Diana Pagi-pagi sekali dia sudah menerima telepon dari nomor yang tidak dikenal, tapi dia tau itu nomor siapa itu adalah nomor Nathan dia malas menyimpannya, dia kira Nathan tidak ada meneleponnya lagi hari ini karena mereka sudah ada janji bertemu kamarin tapi ternyata tidak Nathan masih meneleponnya Diana menjawab telepon sambil mengantuk mengusap matanya menguap berkata dengan malas "iya?" Nathan mendengar suara malas Diana berkata dengan biasa saja "Kamu ingat kan hari ini kita ada bertemu?" Diana menghela napas panjang menjawab "Iya aku tau, kamu kira aku lupa?" "Oh bagus jika kamu tidak lupa, yasudah aku tutup telponnya" Nathan menutup telponnya dengan satu ketukan di layarnya. Diana masih
Sebuah tangan menepuk lembut bahu Diana, Diana terkejut langsung menoleh, ia melihat Rama yang sedang tersenyum kepadanya Rama menggunakan baju jas lengkap dengan sepatu berwarna coklat, kacamata masih terbingkai indah di matanya. Melihat Rama tersenyum kepadanya Diana balas terseyum dengan canggung. "Diana apa yang kamu lakukan di sini?" Rama bertanya dengan khawatir Diana hanya membalas kata-kata Rama dengan tersenyum, tidak mengucapkan sepatah katu pun, membuat Rama khawatir, Rama tidak tau harus berbuat apa jadi dia memeluk tubuh Diana dengan erat, menenangkan "Diana kamu ada masalah? jika ada katakan kepadaku, akan kubantu" Diana merasa pelukan hangat Rama di tubuhnya Diana langsung melepasnya, dia tidak mau di lihat orang, karena kejadian tadi bisa membuat orang salah paham. Pelukannya di lepas oleh Diana membuat Rama mengerucutkan bibirnya sedih, tapi dia masih menangkan Diana. Melihat ekspresi sedih Rama dari yang tersenyum menjadi sedih, Dian
Diana langsung bergegas berjalan mencari taksi untuk mengantarnya ke rumah sakit, dia berterima kasih di dalam hatinya untuk perempuan yang berteriak mengatakan alamat rumah sakit tadi. Jika kita bertemu, aku akan mengatakan terima kasih Diana tersenyum bahagia, dia akhrinya bisa tau alamat rumah sakit anak itu, jadi dia tidak lelah mencarinya. Diana berjalan menuju pinggir jalan, ada sebuah taksi berwarna biru di ujung jalan menuju ke tempatnya, dia lansung melambaikan tangannya untuk memanggil taksi itu. Tidak lama Diana melambaikan tangannya, taksi itu berhenti di sebelahnya, Diana berjalan mendekat ke taksi membuka pintu langsung masuk. sopir taksi yang sedang memegang kemudi, membalikan tubuhnya dengan lembut bertanya kepada Diana "Mbak mau pergi kemana?" "kerumah sakit xi adrian hospital, bisa pak?" "bisa mbak" sopir taksi, membalikan tubuhnya ke depan, dengan lembut memegang kemudi, menjalankan mobilnya. Diana di dalam t
Tidak terasa mereka bertiga sudah sampai di depan ruangan vip yang di pesan Nathan untuk anak yang di selamatkan Diana, Billy dan Diana melihat Novita seperti memohon untuk membukakan pintu, Novita paham dengan tatapan mereka langsung membuka pintu, terlihat Nathan yang sedang duduk memegang gelas di tangannya, dengan wajah dingin tapi tatapanya kesal melihat Diana. Diana tidak melihat mata kesal Nathan dia hanya berjalan mendatangi anak yang dia selamatakan tadi yang masih berbaring di atas kasur rumah sakit. Novita berjalan ke sebalah kanan Nathan dengan gugup, berpikir bosanya pasti sedang marah karena kejadin tadi, Billy berjalan medekati Diana sambil mengecek keadaan anak itu. Nathan menoleh ke kanan menatap Novita yang sedang berdiri di sebelahnya dengan tangannya yang terkait erat mencubit kuku-kukunya dengan gugup, Nathan tidak peduli dengan kegugupan Novita, dia mengerakan tangannya memanggil Novita untuk menundukan kepalnya. Karena tidak mau bosnya semakin marah No
laki-laki itu berkata: "Bil ini kamu kamu teryata kerja di rumah sakit ini?" Billy menjawab dengan bahagia: "iya kamu juga di sini Rama apa kamu sedang sakit? tapi sepertinya tidak?" Rama menjawab dengan lantang: "Tidak aku tidak sakit aku ingin mencari Diana, ada yang berkata Diana di rumah sakit ini jadi aku mengeceknya" Billy tersenyum menjawab: "Oh, dia ada di sini malah tepat di dalam ruangan Vip ini" Rama terkejut: "Diana kenapa dia ada di dalam ruangan ini? apakah dia sakit?" Billy menjawab sambil tertawa: "tidak-tidak dia hanya tidak sengaja menyelamatkan seseorang anak, jadi dia kesini hanya mengeceknya, dari dulu kamu selalu menghawatirkan Diana" Rama tersenyum kaku: "itu.." Rama mengalihkan pandangannya ke Novita yang masih duduk di kursi, dan kembali memandangan Billy dengan tatapan penasaran, karena Biily dan Rama sudah bersahabat sejak SMA, Billy paham apa yang dimaksud oleh Rama. Biily memegang lembut tan
Sembilan bulan telah berlalu sejak kejadian itu, Diana lambat laun sudah menerima semua kenyataan itu, untuk kedua orang tua yang sudah merawatnya dia tidak pernah menemui mereka lagi sejak itu, yah mereka juga tidak berada di indonesia untuk saat ini ataupun sembilan bulan lalu.Dia hidup dengan bahagia karena dia sudah tau semuanya dimasa lalu dan dia merasa perasaan dan hatinya sudah terisi semua saat ini, Karena sejak saat itu pertemanannya dengan Kirana menjadi sangat baik, bahkan mereka tidak menjadi musuh lagi, tapi sayangnya Kirana sekarang tidak berada di indonesia dia kembali keluar negeri.Diana sekarang sedang berada dirumah sendirian, tetapi dia sedang asik menatap layar ponselnya dengan tersenyum, karena dia sedang membalas pesan teks temannya yaitu Novita, dia ingin mengajak Diana untuk membantunya memilih baju pernikahan, saat menerima pesan itu dia sangat bersemangat dia juga ingin tau baju pengantin apa yang bagus dipakai oleh temannya ini.Beberapa seminggu yang lal
David dan Kirana masih berada didalam mobil, Kirana melirik david dari sudut matanya dan berkata dengan nada ringan, "David aku sudah memutuskan, sepertinya aku ingin mejelaskan semua hal yang kutahu kepada Diana dan beberapa dendam dan kenyataan yang harus dia tau, agar kami tidak salah paham lagi dan aku tidak mau menyimpan dendam lagi dengan Diana."David menganggukan kepalanya, menatap Kirana dan berkata dengan lembut, "kamu ingin memberitahunya kapan?".Kirana berpikir selama beberapa saat setelah itu dia balas menatap David dengan berkata, "Sepertinya besok, lebih cepat lebih baik dan besok juga hari libur."David tersenyum sedikit dan berkata dengan nada biasa, "Oke, dan kamu ingin berbicara empat mata saja dengan Diana?".Kirana menggelengkan kepalanya perlahan-lahan, dan menjawab dengan ketegasan dimata putih hitamnya, "Tidak, aku akan mengajak Diana, Novita, Nathan, kamu, dan Rama."Mendengar ucapan Kirana membuat David seketika terkejut, dia tidak tau kenapa Kirana harus me
Diana bermimpi dia sebuah tempat yang dia rasa akrab, dia menyapu sekelilingnya dia entah kenapa merasa tempat ini sangatlah akrab, dia seperti pernah melihat tempat ini, tetapi dia tidak terlalu ingat di mana dia pernah melihatnya, seperti penuh dengan banyak kenangan, dia mengulurkan tangannya kedepan dan menatap tangannya yang sangat kecil, dia terkejut, dia bingung kenapa tangannya sangat kecil seperti umur 8 atau 10 tahun, menghela nafas dengan kasar, dia hanya bisa menerima kenyataan bahwa dia menjadi gadis kecil sekarang, bahkan dia ingin sekali mencari cermin untuk melihat wajahnya.Tetapi dia juga ingin mencari suaminya, mungkin saja dia bertemu suaminya yang juga menjadi anak kecil seperti dia, apakah itu akan sangat imut?Dia sangat penasaran dan tanpa sadar tersenyum lucu.Sampai seseorang perawat masuk kedalam ruangannya untuk memeriksa keadaanya, perawat itu menatap Diana kecil dia berkata, "Adek apakah kamu masih mengalami pusing kepala?."Di
David mengendarai mobilnya seperti apa yang dikatakan oleh Kirana, saat sampai dipersimpangan jalan, Kirana melihat ada toko yang menjual bunga, dia menoleh kearah David yang duduk disebelahnya, dia juga mendengar David sedang bersenandung tampak bahagia, tetapi dia tidak tau kenapa lelaki itu bisa bahagia, dia melirik David dari sudut matanya dan berkata dengan ringan, "Berhenti." David langsung mengerem mendadak, untung saja Kirana sudah siap dan memegang pegangan mobil yang ada disebelahnya jika tidak, wajahnya sudah menghantam kaca mobil, David yang terkejut itu, langsung menoleh kearah Kirana yang seperti tersenyum tetapi tidak tersenyum menatapnya berkata, "Aku keluar dulu, kamu tunggu disini." David mengangguk, setelah itu Kirana keluar dari mobil dan masuk kedalam toko bunga. Di dalam toko bunga Kirana, membeli sepaket bunga melati sekaligus dengan pandan dan juga air yang berada didalam botol, pemilik toko itu tersenyum kearah Kirana dan berkata, "Apa ini digunakan untuk me
Nathan yang tampak sangat gugup dan ketakutan terjadi sesuatu dengan Diana, dan tanpa pikir panjang saat melihat rumah sakit, dia langsung menghentikan mobilnya dan membawa Diana secara horizontal untuk masuk kedalam rumah sakit.Dokter dan perawat melihat Nathan masuk, mereka langsung membawa kursi roda, dan Nathan mendudukkan Diana diatasnya dengan lembut, saat sudah melihat pasien di atas kursi roda, perawat langsung membawa Diana yang tidak sadarkan diri ke ruangan UGD.Dan Nathan dengan khawatir menunggu diluar ruangan, dia mondar-mandir didepan pintu, sambil menggigit jarinya, tampak sangat putus asa dan sangat khawatir, bahkan seperti sikap acuh tak acuh dan dingin Nathan, tidak terlihat sama sekali sekarang, hanya digantikan dengan perasaan gugup dan takut diwajahnya.Dia tidak mau memberitahu ibunya kalau Diana sedang ada dirumah sakit, dia ingin memberitahu ibunya saat Diana sudah sadarkan diri, karena dia takut ibunya sangat khawatir.
Kirana berbalik dan menatap lelaki itu dengan terkejut, penampilan lelaki itu bisa dibilang dia memiliki rambut coklat pendek, dengan kulit putih, dengan wajah tampan, bibir merah, dan gigi putih, mata berwarna coklat, hidung mancung dan setelan baju biasa ditubuhnya, dengan senyum bahagia di wajahnya dia menatap Kirana yang juga berbalik mentapnya. Kirana yang melihat wajah familiar dan senyum familiar itu ingin langsung berbalik dan kabur, tetapi lelaki itu langsung memeluk tubuh Kirana dengan erat ada sedikit rasa sedih dinadanya berkata, "Kirana aku merindukanmu." Merasakan tubuhnya dipeluk dengan erat, kirana langsung mengerutkan kening, Kirana meronta-ronta dipelukan lelaki itu, untuk melepaskannya, tetapi bukannya dilepaskan, lelaki itu memeluknya semakin erat. Kirana tidak tahan lagi dan meraung dengan kesal, "Jonathan kenapa kamu memelukku, lepaskan aku sekarang juga!." lelaki yang bernama jonthan itu, seperti tidak mendengarkan ucapan Kirana dia masih s
David mengejar Kirana sampai kedepan kafe, tetapi Kirana tidak menyadari bahwa David mengejarnya dan sekarang tepat berdiri dibelakangnya sambil tersenyum menatap bahu Kirana, dia lebih tinggi dari Kirana, jika dijejerkan Kirana tingginya hanya sampai bahunya saja, dia ingin mendekati Kirana dan memeluknya, untuk pertama kalinya dalam hidupnya ingin memeluk seseorang dan melindunginya bahkan ingin merubahnya menjadi lebih baik, untuk masa lalu yang sudah lewat bahkan jika dia dulu membenci perempuan yang ada dihadapannya ini, dia tidak peduli lagi.Karena tujuan utamanya sekarang adalah memiliki perempuan ini sepenuhnya dari hati, pikirin bahkan tubuh, tapi mungkin itu hanya hayalannya saja, setiap dia bertemu dengan perempuan ini dia selalu saja menjauh darinya, seperti tidak memperdulikannya, padahal dia sudah berkali-kali mengejarnya meyatakan perasaannya, tetapi sayangnya perempuan ini tidak peka atau hanya mengira dia berbohong?, Padahal dia sudah mengatakan yang seju
Ketika mereka sampai jembatan itu sangat sepi bahkan satu orang lewatpun tidak ada sama sekali, tetapi pemadangan diseberang jembatan itu cukup bagus dan juga udaranya sangat sejuk.Nathan yang keluar terlebih dahulu, setelah itu diikuti oleh Diana, yang langsung mengangkat kepalanya sedikit keatas untuk merasakan dan menghirup udara sejuk, dia sekarang sedang berdiri diatas jembatan dengan kedua tangannya menyentuh pinggiran pagar jembatan, Nathan juga berdiri disebelahnya dan menatapnya dalam diam, dia bahagia melihat istrinya yang tampak menikmati tempat ini.Diana menoleh dan menatap suaminya dengan senyum lembut dibibirnya matanya yang tampak meyipit memberikan ilusi, bahwa saat melihat mata itu seseorang yang menatapnya akan melihat perempuan itu sangat bahagia.Tapi memang benar Diana sangat bahagia, karena saat mendengar cerita dan langsung datang ketempatnya langsung benar-benar berbeda, bahkan dia sangat senang bisa tau tempat yang disukai oleh suaminy
Novita yang terkejut karena dilempar oleh Diana, walapun itu tidak sakit, karena Billy dengan cepat menangkap tubuhnya, walapun dia terpana, karena mungkin keinginannya yang terlalu besar dan cepat untuk melindungi Novita dia langsung menangkap tubuh Novita dengan cepat.Novita mencium bau parfum dari tubub Billy yang sangat nyaman, membuatku ketagian dan memeluk Billy semakin erat, Billy yang dipeluk semakin erat oleh Novita membuatnya melebarkan matanya, dia sebenarnya bahagia dipeluk seperti itu oleh Novita, tetapi disisi lain dia takut jika dia dipeluk oleh perempuan yang dia suka terlalu lama, dia takut dia tidak bisa menahan dirinya.Billy mengigit bibirnya keras, seperti menahan dirinya untuk tidak mendorong Novita untuk menciumnya.Setelah lama mereka berpelukan, Novita dengan cepat melepaskan pelukannya dari tubuh Billy, Billy merasa lengannya kosong, dia hanya bisa menghela nafas perlahan, dan menatap Novita yang masih saja tampak merajuk didepannya.