"Masalah apa?"
"Itu bos ada tamu datang ke kantor kita, dia ingin mendiskusikan kerja sama"
"Tapi saya sedang sibuk saya tidak mau di ganggu"
"Bos ini sangat penting, karena menyangkut keuntungan kita"
"Saya Katakan saya sibuk kamu paham?"
"Tapi bos ini..."
Diana mendengar perdebatan Rama dengan Rian dia merasa seperti dia menganggu Rama dia tidak mau membuat masalah lagi untuk Rama karena sudah 2 kali Rama susah karena dia
Jadi Diana berkata dengan Lembut kepada Rama memotong kata-kata Rian
"Rama lebih baik kamu ke kantor saja, tapi apa luka kamu sudah baik-baik saja? Atau masih sakit?"
Mendengar nada lembut Diana Rama melihat ke arah Diana yang tampak khawatir, Rama menjawab dengan lembut tersenyum, sambil menutup telponnya, tidak peduli dengan kata-kata Rian
"Lukannya sudah tidak sakit lagi, tapi Diana bagaimana kamu jika aku tinggal?"
"Aku tidak apa, aku juga masih ada urusan, lebih baik kamu ke kantor saja"
"Apa kita besok bisa bertemu lagi?"
"Iya jika aku ada waktu besok, kita bisa bertemu lagi"
"Iya, yasudah aku pergi dulu"
Rama menatap Diana lama setelah itu dia berjalan pergi memasuki mobilnya, Diana mengikutinya mengetuk kaca mobilnya
Memberikan kotak P3k yang dia pakai tadi
"Rama ini punya kamu, untung aku ingat mengembalikannya"
"Iya Dah... Diana sampai bertemu lagi"
Rama mengambil kotak p3k dari tangan Diana
"Iya"
Diana tersenyum, Rama kembali menutup pintu mobilnya, melaju kencang menuju kantornya, meninggalkan Diana yang masih berdiri disana menatap belakang mobil Rama yang berjalan menjauh, Diana mengambilnya ponselnya melihat jam lagi menunjukan jam 13:30
Dia terlambat 30 menit Diana melembarkan matanya terkejut, langsung berlari ke taksi yang masih menunggunya tadi
"Pak ke kafe white cat tadi ya"
"Baik Mba"
Taksi melanju dengan kecepatan cukup cepat, Diana takut calon suaminya akan marah karena dia terlambat tidak tepat waktu dia takut akan terjadi masalah dengan perjodohan mereka
Ponsel Diana berdering, Diana membuka layar ponselnya
Melihat pesan chat dari ayahnya
Ayah: Nak kamu sudah sampai? Bagaimana dia? Apa kamu suka?
Diana: Belum ayah, terjadi sesuatu tadi di jalan aku belum bertemu dengannya
Ayah: sepertinya kamu akan terlambat
Diana: iya ayah 30 menit, bagaimana ayah Aku takut
Ayah: Tidak apa, coba kamu bertemu dengannya saja dan minta maaf
Diana: iya ayah
Diana keluar dari layar chat, menyimpan ponselnya dengan rasa khawatir dia hatinya
Tidak terasa Diana sudah sampai di cafe white cat
Dia melihat mobil yang seperti di kenalnya di parkir di depan cafe mobil berwarna hitam mewah
Mobil ini sepertinya aku pernah melihatnya seperti mobil dia
Tapi mungkin mobil seperti ini banyak yang punya
Diana memikirkannya sambil berjalan masuk ke kafe
Seorang pelayan laki-laki menyambutnya di depan
"Nyonya apakah anda nyonya Diana, yang akan bertemu jam 13:00 yang sudah memesan meja"
"Iya..."
"Oke meja anda ada di belakang dekat pot bunga itu"
"Baik, terima kasih"
Diana tersenyum kepada pelayan itu, dia melihat meja yang di katakan pelayan tadi, tapi dia melihat seorang laki-laki menggunakan setelan jas, rambut hitam pendek berwajah dingin sedang duduk di sana seperti menunggu seseorang wajahnya hanya setengahnya saya kelihatan karena dia sibuk menunduk memainkan ponselnya Diana melihatnya dari depan, meja yang lakk-laki itu duduki menghadap ke kanan, Diana ingin mendatangi pelayan tadi tapi, dia ragu ragu jadi dia hanya berjalan ke arah meja yang di tunjukan tadi
Dia menyapa sambil tersenyum
"Hai..."
Laki-laki itu mendongak, ekspresi dinginnya makin terlihat, tapi muncul senyum yang sangat tipis di bibirnya
Diana melihat laki-laki itu terkejut, bingung, tidak tau mau berkata apa dia hanya diam
"Hai Diana kita bertemu lagi untuk yang keempat kalinya, oh iya saya lupa memberitahu nama saya, saya adalah Nathan Adrian"
"Kamu...kamu... Adalah"
"Yang di jodohkan denganmu iya aku kenapa?, sudah ku katakan kita akan bertemu lagi"
Suara Nathan masih acuh tak acuh
Diana hanya membalas dengan bodoh
"Tapi kenapa bisa kamu, atau ini hanya akal-akalan kamu untuk menganggu aku lagi?"
"Apa kamu tidak percaya?"
"Tidak sama sekali"
"Oh jika tidak percaya, coba kamu telpon ayah kamu, aku akan menjawabnya"
"Oke baik kita coba"
Diana langsung mengeluarkan ponselnya mencari kontak ayahnya langsung mengklik nomornya, 2 menit kemudian ayahnya langsung mengangkat panggilan Diana
"Ayah menjodohkanku dengan Nathan Adrian kan?"
"Iya kenapa kamu bertanya bukannya kamu tau"
"Apa ayah tau fotonya atau, suarannya?"
"Dua duanya ayah tau, kenapa apa kalian sudah bertemu?
"Sudah tapi sepertinya dia bukan orangnya dia hanya mengaku Nathan Adrian, atau ayah ingin mendengar suaranya"
"Hah? Apakah benar begitu?, Yasudah coba kamu berikan ponsel kamu ke dia"
Diana memberikan ponselnya ke Nathan, Nathan langsung mengambilnya berkata dengan santai
"Halo pak apakah anda kenal saya? Apakah saya bukan Nathan Adrian?"
"Ya anda adalah Nathan Adrian, bukannya kita pernah bertemu?"
"Iya tapi kenapa anak perempuan anda ini berkata saya bukan Nathan Adrian?"
"Mohon maaf, anak saya mungkin dia hanya tidak pernah tau anda seperti apa, apakah anda bisa memberikan ponselnya kembali ke anak saya?"
"Hm"
Nathan mengembalikan ponselnya ke Diana dengan malas
"Iya ayah apakah benar apa salah?'
"Benar itu dia, Diana kamu harus baik-baik padanya dan minta maaf atas kesalahan kamu tadi"
"Tapi ayah aku tidak mau"
"Coba saja dulu nak, yasudah ayah tutup telponny dulu ya ayah masih banyak kerjaan"
"Iya..."
Diana langsung menutup telponnya menatap Nathan yang duduk dengan santai memegang gelas kopi di tangannya, berkata dengan acuh tak acuh
"Bagaimana? Sudah percaya? Atau harus aku buktikan lagi?"
"Aku sudah percaya, maaf aku tadi menunduhmu"
Diana masih berdiri menundukkan kepalanya menggertakan giginya kesal
Kenapa harus dia?
Kenapa tidak orang lain saja?
Kenapa selalu dia yang membuatku tidak bisa berkata apa-apa, aku kesal dengannya tapi mau bagaimana lagi untuk menyelamatkan perusahaan ayah dan ibu aku harus, menikah dengannya
Nathan mendengar jawaban Diana, masih menunjukkan ekspresi dingin, berkata dengan membosankan
"Akan aku maafkan jika, kamu ingin aku hukum apa hukuman yang bagus untuk perempuan sepertimu? Yang sudah telat dan menuduh orang"
Diana hanya diam
Toh aku juga akan di hukum lebih baik aku diam saja, biarkan dia berpikir sendiri
Aku terlalu malas berdebat dengannya, dari awal sampai sekarang aku selalu kalah, perdebatan kami tidak pernah selesai
Nathan melihat Diana hanya diam dia berkata dengan dingin mengancam
"Katakan jika kamu tidak katakan aku akan membuat perusahaan orang tuamu bangkrut sekarang"
"Katakan apa? Aku tidak tau"
"Tidak tau?"
"Apa kamu tidak mendengarkanku? daritadi?"
Diana melihat kegigihan Nathan dia mulai merasa takut, Diana berkata dengan lemah
"Hukuman kan? Untukku terserah kamu saja aku akan lakukan apapun yang kamu mau"
"Apapun yang aku mau? Apakah kamu bisa melakukannya sepertinya perempuan sepertimu tidak bisa"
"Aku bisa apapun itu"
Nathan melihat ke tubuh Diana, dia melihat Diana masih memakai jaket dan syal pemberian dia, Nathan berpikir dia bisa menghukum Diana sedikit kejam agar Diana jera
"Aku memberikanmu hukuman tidak boleh bertemu dengan laki-laki yang kamu temui tadi siang, selama 1 bulan paham?"
Diana heran masih menundukkan kepalanya berpikir
Bagaimana dia bisa tau?
Apa dia mata-mata?
Atau dia berada di sana tadi?
Tapi apa hubungannya aku bertemu dengan Rama sama hukuman aku terlambat dan menuduh dia?
Orang yang aneh
Diana terkubur dalam pertanyaan-pertanyaaan di benaknya
Nathan melihat Diana diam lagi dia tak tahan menarik tangan Diana duduk
Diana kembali ke kenyataan, melihat Nathan bingung, berkata dengan bodoh
"Apa hubungannya dia dengan, aku terlambat dan menuduhmu?"
"Terserah aku kamu tidak perlu tau, dan jika kamu melanggar kamu akan tau akibatnya Diana"
Diana tak menjawab hanya menundukkan kepalanya lagi
Nathan melihat Diana menunduk lagi dia tak tahan berkata dengan dingin
"Lebih baik kamu makan saja makanmu jangan banyak bertanya"
"Iya..."
Mereka berdua makan dengan diam, hanya suara orang lain yang terdengar di cafe tersebut sedang mengobrol.
Di meja Diana dan Nathan hanya ada suara sendok dan garpu saat mereka makan
30 menit mereka selesai makan, suasana mereka berdua masih sunyi tidak ada yang berbicara, Diana menjadi canggung dia hanya melepaskan jaket dan syal yang ada di tubuhnya dengan lembut melipatnya, dia ingin memberikan jaket dan syal ini kepada Nathan untuk mengembalikannya karena dia tidak mau terlalu banyak berhutang kepada Nathan karena mereka baru saja kenal
Nathan melihat Diana diam-diam masih mempertahankan ekspresi dingin acuh tak acuhnya
Diana tersenyum memberikan jaket dan syal yang sudah di lipatnya kepada Nathan
"Ini jaket dan syalmu terima kasih sudah meminjamkannya untukku"
Nathan hanya melirik jaket dan syal itu tidak mengambilnya, berkata dengan malas
"Itu bukan milikku lagi, aku tidak mau mengambilnya karena itu sudah di pakai oleh orang lain, aku tidak mau memakai barang bekas orang lain, jika kamu tak mau buang saja"
Diana kesal menghela napas dengan berat
Dia maunya apa sih?
Aku hanya ingin mengembalikan jaket dan syalnya dia bersikap seperti itu lagi
Dasar batu es terlalu lama di kulkas jadi terlalu beku
Ahhhhh
Diana kesal, mengatai-ngatai Nathan di pikirannya, tapi yang keluar di mulutnya hanya kata-kata mengalah
"Yasudah aku simpan saja, jika tidak ada apa-apa lagi aku pergi dulu"
Diana memakai jaket dan syalnya lagi, berdiri ingin pergi, tapi Nathan langsung berdiri di depannya menghentikannya
"Tunggu sebentar"
Diana terdiam beberapa saat sebelum menjawab dengan terlalu malas
"Iya ada apa? Menahanku"
"Aku hanya ingin...."
Bersambung....
50 menit yang laluDi jalan xx tempat Diana dan Rama bertemu seorang perempuan sedang menghentikan mobilnya karena melihat perkelahian di depannya, dia tidak bisa terus melaju jadi dia hanya memainkan ponselnya dengan malasSaat dia asik bermain game sebuah telpon muncul di layar ponselnya, nomor kontaknya bos nathan yang meneleponnyaDia langsung mengangkatnya"Iya ada apa bos? Ada masalah?""Iya saya lupa tadi ada berkas yang masih di atas meja belum saya simpan nanti kamu simpan di laci meja kerja saya""Iya baik bos setelah ini saya akan ke kantor untuk menyimpannya"Terdengar suara ribut dari luar dan suara perempuan menghentikan pertengkaranNathan mendengar suara seperti suara Diana dia langsung bertanya kepada Novita"Novita kamu dimana? Saya mendengar suara ribut dan ada perempuan juga?""Oh itu bos iya, ada keributan di sini di jalan xx, 3 orang laki-laki berkelahi, 1 perempuan memeluk satu laki-la
Hari yang cerah awan berkumpul di langit tidak terlalu banyak atau sedikit memperlihatkan warna langit yang biru seperti air laut Indah dan indah. Itu adalah pagi hari yang indah untuk sebagian orang tidak untuk Diana Pagi-pagi sekali dia sudah menerima telepon dari nomor yang tidak dikenal, tapi dia tau itu nomor siapa itu adalah nomor Nathan dia malas menyimpannya, dia kira Nathan tidak ada meneleponnya lagi hari ini karena mereka sudah ada janji bertemu kamarin tapi ternyata tidak Nathan masih meneleponnya Diana menjawab telepon sambil mengantuk mengusap matanya menguap berkata dengan malas "iya?" Nathan mendengar suara malas Diana berkata dengan biasa saja "Kamu ingat kan hari ini kita ada bertemu?" Diana menghela napas panjang menjawab "Iya aku tau, kamu kira aku lupa?" "Oh bagus jika kamu tidak lupa, yasudah aku tutup telponnya" Nathan menutup telponnya dengan satu ketukan di layarnya. Diana masih
Sebuah tangan menepuk lembut bahu Diana, Diana terkejut langsung menoleh, ia melihat Rama yang sedang tersenyum kepadanya Rama menggunakan baju jas lengkap dengan sepatu berwarna coklat, kacamata masih terbingkai indah di matanya. Melihat Rama tersenyum kepadanya Diana balas terseyum dengan canggung. "Diana apa yang kamu lakukan di sini?" Rama bertanya dengan khawatir Diana hanya membalas kata-kata Rama dengan tersenyum, tidak mengucapkan sepatah katu pun, membuat Rama khawatir, Rama tidak tau harus berbuat apa jadi dia memeluk tubuh Diana dengan erat, menenangkan "Diana kamu ada masalah? jika ada katakan kepadaku, akan kubantu" Diana merasa pelukan hangat Rama di tubuhnya Diana langsung melepasnya, dia tidak mau di lihat orang, karena kejadian tadi bisa membuat orang salah paham. Pelukannya di lepas oleh Diana membuat Rama mengerucutkan bibirnya sedih, tapi dia masih menangkan Diana. Melihat ekspresi sedih Rama dari yang tersenyum menjadi sedih, Dian
Diana langsung bergegas berjalan mencari taksi untuk mengantarnya ke rumah sakit, dia berterima kasih di dalam hatinya untuk perempuan yang berteriak mengatakan alamat rumah sakit tadi. Jika kita bertemu, aku akan mengatakan terima kasih Diana tersenyum bahagia, dia akhrinya bisa tau alamat rumah sakit anak itu, jadi dia tidak lelah mencarinya. Diana berjalan menuju pinggir jalan, ada sebuah taksi berwarna biru di ujung jalan menuju ke tempatnya, dia lansung melambaikan tangannya untuk memanggil taksi itu. Tidak lama Diana melambaikan tangannya, taksi itu berhenti di sebelahnya, Diana berjalan mendekat ke taksi membuka pintu langsung masuk. sopir taksi yang sedang memegang kemudi, membalikan tubuhnya dengan lembut bertanya kepada Diana "Mbak mau pergi kemana?" "kerumah sakit xi adrian hospital, bisa pak?" "bisa mbak" sopir taksi, membalikan tubuhnya ke depan, dengan lembut memegang kemudi, menjalankan mobilnya. Diana di dalam t
Tidak terasa mereka bertiga sudah sampai di depan ruangan vip yang di pesan Nathan untuk anak yang di selamatkan Diana, Billy dan Diana melihat Novita seperti memohon untuk membukakan pintu, Novita paham dengan tatapan mereka langsung membuka pintu, terlihat Nathan yang sedang duduk memegang gelas di tangannya, dengan wajah dingin tapi tatapanya kesal melihat Diana. Diana tidak melihat mata kesal Nathan dia hanya berjalan mendatangi anak yang dia selamatakan tadi yang masih berbaring di atas kasur rumah sakit. Novita berjalan ke sebalah kanan Nathan dengan gugup, berpikir bosanya pasti sedang marah karena kejadin tadi, Billy berjalan medekati Diana sambil mengecek keadaan anak itu. Nathan menoleh ke kanan menatap Novita yang sedang berdiri di sebelahnya dengan tangannya yang terkait erat mencubit kuku-kukunya dengan gugup, Nathan tidak peduli dengan kegugupan Novita, dia mengerakan tangannya memanggil Novita untuk menundukan kepalnya. Karena tidak mau bosnya semakin marah No
laki-laki itu berkata: "Bil ini kamu kamu teryata kerja di rumah sakit ini?" Billy menjawab dengan bahagia: "iya kamu juga di sini Rama apa kamu sedang sakit? tapi sepertinya tidak?" Rama menjawab dengan lantang: "Tidak aku tidak sakit aku ingin mencari Diana, ada yang berkata Diana di rumah sakit ini jadi aku mengeceknya" Billy tersenyum menjawab: "Oh, dia ada di sini malah tepat di dalam ruangan Vip ini" Rama terkejut: "Diana kenapa dia ada di dalam ruangan ini? apakah dia sakit?" Billy menjawab sambil tertawa: "tidak-tidak dia hanya tidak sengaja menyelamatkan seseorang anak, jadi dia kesini hanya mengeceknya, dari dulu kamu selalu menghawatirkan Diana" Rama tersenyum kaku: "itu.." Rama mengalihkan pandangannya ke Novita yang masih duduk di kursi, dan kembali memandangan Billy dengan tatapan penasaran, karena Biily dan Rama sudah bersahabat sejak SMA, Billy paham apa yang dimaksud oleh Rama. Biily memegang lembut tan
Beberapa menit sebelumnya Novita, Billy dan Rama yang di tinggalkan oleh Diana yang tidak sadar menarik tangan Nathan dan Nathan yang biasa saja di tarik oleh Diana. Rama menggertakan giginya marah, ingin mengejar mereka tapi di pegang bahunya oleh Billy, Rama berbalik memukul tangan Billy dari bahunya marah. "Apa yang kamu lakukan Bil!!" Billy menghela napas panjang menenangkan Rama sambil menggelengkan kepalanya: "Coba kamu tenag dulu, dan jangan pikirkan kata-kata si Nathan tadi, untuk Diana mungkin dia memiliki sesuatu hal yang mau dikatakan kepadanya, itu adalah urusan mereka" Rama tidak peduli dengan ucapan Billy dia langsung berjalan dengan marah dan sakit hati. Aku tau dia sudah di jodohkan dengan Nathan Tapi aku hanya ingin melihat dia terakhir kali aku hanya ingin Diana bahagia menikah dengan seseorang yang dia sayang walapun itu bukan aku tapi jika Nathan memperlakukan Diana dengan kasar, aku tidak akan menye
Nathan berjalan menuju parkiran mobil, Diana masih berada di lengannya dan masih pingsan dengan tenang, meninggalkan Rama yang masih teridam di pinggir kolam dengan ekspresi tidak pasti di wajahnya, dia kesal, marah, dan tidak rela di hatinya ia menggepalkan jari tangannya dan mengigit bibirnya menahan rasa kesal dan marah di hatinya.Diana aku menyukaimu tapi... jika seperti ini sepertinya aku akan menyerahaku memang tidak percaya dengan yang di katakan oleh Nathanjika kamu tidak menjawab apa-apa Diana aku akan berkata itu benar, walapun yang aku harapkan itu tidak benarTapi aku akan tetap dengan Niatku padamu, aku akan menjagamu seperti teman, jika dia melakukan hal yang menyakitimu dan membuat kamu menangis aku akan membelamu, melindungimu walapun kita hanya teman, Perasaanku tidak terlalu penting daripada perasaanmu.Rama menghela napas panjang memegang dadanya yang sakit, sambil melihat sekeliling danau yang sepi dia melihat beberapa meter
Sembilan bulan telah berlalu sejak kejadian itu, Diana lambat laun sudah menerima semua kenyataan itu, untuk kedua orang tua yang sudah merawatnya dia tidak pernah menemui mereka lagi sejak itu, yah mereka juga tidak berada di indonesia untuk saat ini ataupun sembilan bulan lalu.Dia hidup dengan bahagia karena dia sudah tau semuanya dimasa lalu dan dia merasa perasaan dan hatinya sudah terisi semua saat ini, Karena sejak saat itu pertemanannya dengan Kirana menjadi sangat baik, bahkan mereka tidak menjadi musuh lagi, tapi sayangnya Kirana sekarang tidak berada di indonesia dia kembali keluar negeri.Diana sekarang sedang berada dirumah sendirian, tetapi dia sedang asik menatap layar ponselnya dengan tersenyum, karena dia sedang membalas pesan teks temannya yaitu Novita, dia ingin mengajak Diana untuk membantunya memilih baju pernikahan, saat menerima pesan itu dia sangat bersemangat dia juga ingin tau baju pengantin apa yang bagus dipakai oleh temannya ini.Beberapa seminggu yang lal
David dan Kirana masih berada didalam mobil, Kirana melirik david dari sudut matanya dan berkata dengan nada ringan, "David aku sudah memutuskan, sepertinya aku ingin mejelaskan semua hal yang kutahu kepada Diana dan beberapa dendam dan kenyataan yang harus dia tau, agar kami tidak salah paham lagi dan aku tidak mau menyimpan dendam lagi dengan Diana."David menganggukan kepalanya, menatap Kirana dan berkata dengan lembut, "kamu ingin memberitahunya kapan?".Kirana berpikir selama beberapa saat setelah itu dia balas menatap David dengan berkata, "Sepertinya besok, lebih cepat lebih baik dan besok juga hari libur."David tersenyum sedikit dan berkata dengan nada biasa, "Oke, dan kamu ingin berbicara empat mata saja dengan Diana?".Kirana menggelengkan kepalanya perlahan-lahan, dan menjawab dengan ketegasan dimata putih hitamnya, "Tidak, aku akan mengajak Diana, Novita, Nathan, kamu, dan Rama."Mendengar ucapan Kirana membuat David seketika terkejut, dia tidak tau kenapa Kirana harus me
Diana bermimpi dia sebuah tempat yang dia rasa akrab, dia menyapu sekelilingnya dia entah kenapa merasa tempat ini sangatlah akrab, dia seperti pernah melihat tempat ini, tetapi dia tidak terlalu ingat di mana dia pernah melihatnya, seperti penuh dengan banyak kenangan, dia mengulurkan tangannya kedepan dan menatap tangannya yang sangat kecil, dia terkejut, dia bingung kenapa tangannya sangat kecil seperti umur 8 atau 10 tahun, menghela nafas dengan kasar, dia hanya bisa menerima kenyataan bahwa dia menjadi gadis kecil sekarang, bahkan dia ingin sekali mencari cermin untuk melihat wajahnya.Tetapi dia juga ingin mencari suaminya, mungkin saja dia bertemu suaminya yang juga menjadi anak kecil seperti dia, apakah itu akan sangat imut?Dia sangat penasaran dan tanpa sadar tersenyum lucu.Sampai seseorang perawat masuk kedalam ruangannya untuk memeriksa keadaanya, perawat itu menatap Diana kecil dia berkata, "Adek apakah kamu masih mengalami pusing kepala?."Di
David mengendarai mobilnya seperti apa yang dikatakan oleh Kirana, saat sampai dipersimpangan jalan, Kirana melihat ada toko yang menjual bunga, dia menoleh kearah David yang duduk disebelahnya, dia juga mendengar David sedang bersenandung tampak bahagia, tetapi dia tidak tau kenapa lelaki itu bisa bahagia, dia melirik David dari sudut matanya dan berkata dengan ringan, "Berhenti." David langsung mengerem mendadak, untung saja Kirana sudah siap dan memegang pegangan mobil yang ada disebelahnya jika tidak, wajahnya sudah menghantam kaca mobil, David yang terkejut itu, langsung menoleh kearah Kirana yang seperti tersenyum tetapi tidak tersenyum menatapnya berkata, "Aku keluar dulu, kamu tunggu disini." David mengangguk, setelah itu Kirana keluar dari mobil dan masuk kedalam toko bunga. Di dalam toko bunga Kirana, membeli sepaket bunga melati sekaligus dengan pandan dan juga air yang berada didalam botol, pemilik toko itu tersenyum kearah Kirana dan berkata, "Apa ini digunakan untuk me
Nathan yang tampak sangat gugup dan ketakutan terjadi sesuatu dengan Diana, dan tanpa pikir panjang saat melihat rumah sakit, dia langsung menghentikan mobilnya dan membawa Diana secara horizontal untuk masuk kedalam rumah sakit.Dokter dan perawat melihat Nathan masuk, mereka langsung membawa kursi roda, dan Nathan mendudukkan Diana diatasnya dengan lembut, saat sudah melihat pasien di atas kursi roda, perawat langsung membawa Diana yang tidak sadarkan diri ke ruangan UGD.Dan Nathan dengan khawatir menunggu diluar ruangan, dia mondar-mandir didepan pintu, sambil menggigit jarinya, tampak sangat putus asa dan sangat khawatir, bahkan seperti sikap acuh tak acuh dan dingin Nathan, tidak terlihat sama sekali sekarang, hanya digantikan dengan perasaan gugup dan takut diwajahnya.Dia tidak mau memberitahu ibunya kalau Diana sedang ada dirumah sakit, dia ingin memberitahu ibunya saat Diana sudah sadarkan diri, karena dia takut ibunya sangat khawatir.
Kirana berbalik dan menatap lelaki itu dengan terkejut, penampilan lelaki itu bisa dibilang dia memiliki rambut coklat pendek, dengan kulit putih, dengan wajah tampan, bibir merah, dan gigi putih, mata berwarna coklat, hidung mancung dan setelan baju biasa ditubuhnya, dengan senyum bahagia di wajahnya dia menatap Kirana yang juga berbalik mentapnya. Kirana yang melihat wajah familiar dan senyum familiar itu ingin langsung berbalik dan kabur, tetapi lelaki itu langsung memeluk tubuh Kirana dengan erat ada sedikit rasa sedih dinadanya berkata, "Kirana aku merindukanmu." Merasakan tubuhnya dipeluk dengan erat, kirana langsung mengerutkan kening, Kirana meronta-ronta dipelukan lelaki itu, untuk melepaskannya, tetapi bukannya dilepaskan, lelaki itu memeluknya semakin erat. Kirana tidak tahan lagi dan meraung dengan kesal, "Jonathan kenapa kamu memelukku, lepaskan aku sekarang juga!." lelaki yang bernama jonthan itu, seperti tidak mendengarkan ucapan Kirana dia masih s
David mengejar Kirana sampai kedepan kafe, tetapi Kirana tidak menyadari bahwa David mengejarnya dan sekarang tepat berdiri dibelakangnya sambil tersenyum menatap bahu Kirana, dia lebih tinggi dari Kirana, jika dijejerkan Kirana tingginya hanya sampai bahunya saja, dia ingin mendekati Kirana dan memeluknya, untuk pertama kalinya dalam hidupnya ingin memeluk seseorang dan melindunginya bahkan ingin merubahnya menjadi lebih baik, untuk masa lalu yang sudah lewat bahkan jika dia dulu membenci perempuan yang ada dihadapannya ini, dia tidak peduli lagi.Karena tujuan utamanya sekarang adalah memiliki perempuan ini sepenuhnya dari hati, pikirin bahkan tubuh, tapi mungkin itu hanya hayalannya saja, setiap dia bertemu dengan perempuan ini dia selalu saja menjauh darinya, seperti tidak memperdulikannya, padahal dia sudah berkali-kali mengejarnya meyatakan perasaannya, tetapi sayangnya perempuan ini tidak peka atau hanya mengira dia berbohong?, Padahal dia sudah mengatakan yang seju
Ketika mereka sampai jembatan itu sangat sepi bahkan satu orang lewatpun tidak ada sama sekali, tetapi pemadangan diseberang jembatan itu cukup bagus dan juga udaranya sangat sejuk.Nathan yang keluar terlebih dahulu, setelah itu diikuti oleh Diana, yang langsung mengangkat kepalanya sedikit keatas untuk merasakan dan menghirup udara sejuk, dia sekarang sedang berdiri diatas jembatan dengan kedua tangannya menyentuh pinggiran pagar jembatan, Nathan juga berdiri disebelahnya dan menatapnya dalam diam, dia bahagia melihat istrinya yang tampak menikmati tempat ini.Diana menoleh dan menatap suaminya dengan senyum lembut dibibirnya matanya yang tampak meyipit memberikan ilusi, bahwa saat melihat mata itu seseorang yang menatapnya akan melihat perempuan itu sangat bahagia.Tapi memang benar Diana sangat bahagia, karena saat mendengar cerita dan langsung datang ketempatnya langsung benar-benar berbeda, bahkan dia sangat senang bisa tau tempat yang disukai oleh suaminy
Novita yang terkejut karena dilempar oleh Diana, walapun itu tidak sakit, karena Billy dengan cepat menangkap tubuhnya, walapun dia terpana, karena mungkin keinginannya yang terlalu besar dan cepat untuk melindungi Novita dia langsung menangkap tubuh Novita dengan cepat.Novita mencium bau parfum dari tubub Billy yang sangat nyaman, membuatku ketagian dan memeluk Billy semakin erat, Billy yang dipeluk semakin erat oleh Novita membuatnya melebarkan matanya, dia sebenarnya bahagia dipeluk seperti itu oleh Novita, tetapi disisi lain dia takut jika dia dipeluk oleh perempuan yang dia suka terlalu lama, dia takut dia tidak bisa menahan dirinya.Billy mengigit bibirnya keras, seperti menahan dirinya untuk tidak mendorong Novita untuk menciumnya.Setelah lama mereka berpelukan, Novita dengan cepat melepaskan pelukannya dari tubuh Billy, Billy merasa lengannya kosong, dia hanya bisa menghela nafas perlahan, dan menatap Novita yang masih saja tampak merajuk didepannya.