50 menit yang lalu
Di jalan xx tempat Diana dan Rama bertemu seorang perempuan sedang menghentikan mobilnya karena melihat perkelahian di depannya, dia tidak bisa terus melaju jadi dia hanya memainkan ponselnya dengan malas
Saat dia asik bermain game sebuah telpon muncul di layar ponselnya, nomor kontaknya bos nathan yang meneleponnya
Dia langsung mengangkatnya
"Iya ada apa bos? Ada masalah?"
"Iya saya lupa tadi ada berkas yang masih di atas meja belum saya simpan nanti kamu simpan di laci meja kerja saya"
"Iya baik bos setelah ini saya akan ke kantor untuk menyimpannya"
Terdengar suara ribut dari luar dan suara perempuan menghentikan pertengkaran
Nathan mendengar suara seperti suara Diana dia langsung bertanya kepada Novita
"Novita kamu dimana? Saya mendengar suara ribut dan ada perempuan juga?"
"Oh itu bos iya, ada keributan di sini di jalan xx, 3 orang laki-laki berkelahi, 1 perempuan memeluk satu laki-laki ituu untukmenghentikannya"
"Bagaiamana ciri-ciri perempuan itu?"
"Berambut panjang sebahu, memakai syal dan jaket seperti yang bos pakai kemarin"
"Coba bisa di video call biar saya bisa melihat perempuan itu lebih jelas"
Novita melakukan panggilan video call dengan Nathan mengarahkan kameranya ke luar kaca mobil ke hadapan Rama dan Diana
Nathan melihat itu kesal dan marah
Teryata dia terlambat gara gara laki-laki itu
Sampai di peluk dan di obati lukannya
Aku akan memberikan pelajaran untukmu Diana saat dia datang nanti lihat saja
Tapi kenapa aku marah?
Aku hanya menganggap dia mainan
Tidak mendengar suara Nathan, Novita bingung dia bertanya kepada Nathan
"Bos? Ada masalah?"
Mendengar suara Novita membuat Nathan kembali ke kenyataan
"Oh tidak ada, saya masih ada urusan saya tutup dulu telponnya"
"Baik pak"
Novita menaruh ponselnya di kursi mobil sebelahnya dengan tenang
******************
Kembali ke tempat Diana dan Nathan sesudah Rama berkelahi
"Aku hanya ingin mengatakan berikan nomor ponselmu!!"
Diana mendengar itu masih bertanya dalam hatinya
Untuk apa?
Tapi jika aku katakan seperti itu kami akan makin ribut yasudah aku mengalah saja nanti dia mengancam aku lagi
"Iya sebentar aku tulis dulu di kertas"
Diana mengambil kertas dan pulpen, menaruh di atas meja dengan lembut menulis nomor telponnya langsung memberikan kepada Nathan
"Ini, yasudah aku bisa pergi kan? Aku pergi dulu"
Diana langsung pergi dari hadapan Nathan tidak menunggu jawaban Nathan
Nathan hanya melihat punggung Diana dengan kesal, dia langsung berjalan menuju mobilnya dan kembali ke kantornya
Diana yang sudah berjalan duluan tadi berhenti di sebuah tempat pemberhentian taksi dia menunggu taksi sambil bermain dengan ponselnya dia memainkan game, ataupun membuka pesan yang ada di hpnya
Diana sedang asik bermain game, tiba-tiba ada notifikasi chat yang membuat Diana penasaran dia langsung mengeluarkan gamenya
Menekan notifikasi pesan tadi teryata itu adalah pesan dari Rama
Rama: Diana
Diana: iya Rama ada apa?
Rama: itu... Besok kita bisa bertemu?
Diana ingin mengetik jawaban "bisa" tapi mengingat ancaman dan hukuman yang di lakukan Nathan tadi kepadanya dia menghela napas lelah
Diana: maaf Rama aku tidak bisa bertemu kamu besok aku masih ada urusan... Maaf
Diana mengigit bibirnya dia kesal dengan Nathan dan kasihan dengan Rama karena mereka baru saja berbaikan tadi siang, tapi Nathan malahan mengancam dan menghukum dia dengan hukuman tidak jelas seperti itu Diana malas memikirkannya.
Dia hanya mengeluarkan aplikasi pesan menuju layar utama dan mematikannya, menyimpan hpnya di dalam sakunya
Diana menunggu taksi sambil melihat keadaan sekitar saja, di sebelah kirinya ada sebuah sekolah SMA Tata karya, di sebelah kananmya masih terlihat kafe white cat yang lumayan jauh, Diana mengunggu dengan bosen menguap dia terlalu bosan jadi dia mengantuk.
Mencari tempat yang nyaman Diana menggeser tubuhnya, menemukan sebuah tiang dia bersender dengan nyaman dan tertidur dengan tenang
Diana bermimpi sebuah mimpi yang indah keluarga yang terlihat harmonis, Diana tersenyum melihat mereka dia sangat bahagia
Tapi Diana tidak bisa melihat wajah kedua pasangan itu, apakah mereka cantik dan tampan dia tidak tau, wajah mereka seperti tertutup sebuah cahaya yang membuat siapa punt tidak biss melihat ekspresinya
Sebuah suara terdengar di telinga Diana seseorang seperti sedang memanggilnya
"Mba mba bangun..."
"Mbakk..."
Diana membuka matanya linglung melihat sosok laki-laki tua ada kerutan di wajahnya seperti berumur 60 tahun, menggunakan pakaian bisa kaos dan celana panjang, sedang menggoyangkan tubuh Diana
Saat dia meihat Diana bangun dia langsung melepas tangannya dari bahu Diana berkata dengan lembut
"Mba kenapa mba tidur di sini?"
"Aku hanya mengantuk, jadi tidak sengaja tertidur, apakah bapak supir taksi?"
"Iya saya supir taksi, ada apa ya mbak?"
"Saya ingin bapak mengantar saya ke rumah saya bisa?"
"Bisa saja mbak ayo naik"
Bapak supir taksi membukakan pintu mobilnya untuk Diana, Diana langsung masuk, mobil langsung berjalan
Diana sedang berjalan menuju rumahnya tapi terdengar suara dering hpnya
Sebuah nomor baru meneleponnya, Diana selalu malas mengangkat telpon dari nomor baru jadi dia mengabaikannya
Sampai 2 kali panggilan tidak Diana angkat
Pesan teks muncul di ponselnya
Nomor tidak di kenal: jika tidak kamu angkat awas besok akan terjadi sesuatu dengan keluarga kamu Diana
Diana kira penipuan dia abaikan saja
Sampai 5 kali masih di telpon, Diana kesal dan mengangkatnya, Diana berkata dengan acuh tak acuh
"Siapa kamu? Kenapa meneleponku?"
"Aku Nathan bagus ya Diana tidak mengangkat telponku"
Diana terkejut teryata itu dari Nathan dia langsung mengembalikan ekspersinya berkata dengan lembut
"Maaf... Aku tidak sengaja tidak mengangkatnya aku kira orang lain"
Nathan menjawab dengan mengejek
"Orang lain, oh iya nomorku kan baru, untuk Diana nomorku tidak penting jadi tidak di angkat seperti itu?"
"Itu... Tidak aku bisa jelaskan..."
Nathan kesal langsung menutup telponnya, tapi dia masih memberikan Diana pesan teks
Nomor tak di kenal: simpan nomorku jika tidak lihat saja besok, saat kita bertemu lagi di cafe aku tidak ada mengampunimu, besok bertemu di cafe jam 12:00 jika kamu tidak ada akan aku buat bisnis keluargamu hancur!!
Diana: iya...
Diana menutup ponselnya mengela napas panjang menggertakan giginya
Apa mau dia?
Laki-laki itu terlalu ngeselin aku tidak kuat menghadapinya, tapi demi ayah dan ibu tidak apa aku kuat
Di jam yang sama di kantor Nathan
Dia kesal dengan Diana karena tidak menjawab telponnya dia sudah berkali-kali menelepon tapi tidak di angkat dia hanya ingin menyuruh Diana menyimpan nomornya, tapi Diana Malah membuatnya marah
Bagus Diana aku tau kita belum memiliki hubungan yang sah, kita hanya masih di jodohkan, tapi lihat saja 2 hari lagi kamu akan menjadi mainanku yang sebenarnya
Aku akan menghukum mu lebih berat dari sebelumnya lagi saja besok
Nathan tersenyum licik, dia sebenarnya hanya ingin membuat Diana menjadi mainannya tapi dia merasa tidak tega melakukannya, tapi dia tidak peduli dengan perasaanya Diana bukan siapa-siapanya dia hanya perempuan yang di jodohkan kepadanya jika mereka menikah Nathan akan bebas memperlakukannya dengan seenak hatinya, dia tidak peduli dengan perasaan Diana, dia tidak suka lembut kecuali dengan perempuan yang dia sayang, tapi itu bukan Diana.
Nathan kembali menyelesaikan berkas di atas meja dengan suana hati yang menyenangkan, karena dia berpikir dia akan mendapat mainan baru sebentar lagi.
Novita mengetuk pintu, mendengar suara Nathan menyuruh masuk dia langsung masuk
Memberikan setumpuk berkas kepada Nathan, menaruhnya di depan meja
Nathan mengangkat alisnya, bertanya dengan bingung
"Apa ini berkas lagi? Bukannya sudah mau selesai?"
"Ini berkas untuk jam 12:00 besok pak, bapak berkata dengan saya tadi, jam12:00 besok sampai jam 14:00 ingin bertemu dengan seseorang, jadi saya buat rangkuman tugas besok dan memberikannya kepada bapak"
"Yasudah kamu keluar"
"Baik pak"
Novita keluar dari ruangan itu dengan cepat, dia takut Nathan akan marah padanya, suasana hati bosnya suka ber ubah-ubah
Nathan melihat banyak berkas di atas meja membuat kepalanya pusing, dia sudah menyelesaikan banyak berkas tadi sesudah pergi dari cafe, sekarang berkas lagi, Nathan mengerjakannya dengan menghela napas
Tidak terasa jam 19:00 sudah tiba, Nathan melihat jam dinding di kantornya, dia berdiri meregangkan tubuhnya, mengambil jaketnya dan berjalan keluar menuju mobilnya, karena jam 19:00 adalah jam pulang kerjanya
Novita dan semua orang di kantor sudah pergi, kecuali dia dan ada satpam di depan yang selalu menjaga keamanan, satpam melihat Nathan menyambutnya dengan senyum, Nathan hanya mengangguk dengan dingin
Nathan memasuki mobilnya, dia berkendara menuju rumahnya dengan santai
40 menit kemudian dia sampai di rumahnya, membuka pintu melihat ibunya di dalam rumah sedang menunggunya
Saat melihat Nathan masuk wajah ibunya langsung berseri-seri, langsung menghampiri Nathan
"Nak apakah Diana anak yang baik? Jadi bagaimana kalian?"
Mendengar itu Nathan hanya menjawab dengan biasa saja
"Lumayan bu, aku memutuskan untuk menikahinya 2 hari lagi"
"Begitu cepat? Kenapa nak cepat sekali sampai 2 hari, tapi itu bagus karena kamu sudah bisa melepas Kirana"
"Kalau itu aku hanya ingin mengenal dia lebih dekat dengan menikah"
Nathan memalingkan wajahnya dari ibunya, dia menggunakan ekspresi licik, di matanya yang dingin menujukan tatapan "hanya mainan"
Nathan berbalik lagi menunjukan ekspresi biasa
"Yasudah jika kamu inginnya seperti itu, lebih baik kamu istirahat saja dulu, ibu ingin kembali ke kamar"
"Iya Bu..."
Ibu Nathan pergi ke kamarnya di lantai 1
Nathan menatap ke pergian ibunya dengan malas, dia berjalan ke kamarnya dengan langkah kaki santai
Bersambung....
Hari yang cerah awan berkumpul di langit tidak terlalu banyak atau sedikit memperlihatkan warna langit yang biru seperti air laut Indah dan indah. Itu adalah pagi hari yang indah untuk sebagian orang tidak untuk Diana Pagi-pagi sekali dia sudah menerima telepon dari nomor yang tidak dikenal, tapi dia tau itu nomor siapa itu adalah nomor Nathan dia malas menyimpannya, dia kira Nathan tidak ada meneleponnya lagi hari ini karena mereka sudah ada janji bertemu kamarin tapi ternyata tidak Nathan masih meneleponnya Diana menjawab telepon sambil mengantuk mengusap matanya menguap berkata dengan malas "iya?" Nathan mendengar suara malas Diana berkata dengan biasa saja "Kamu ingat kan hari ini kita ada bertemu?" Diana menghela napas panjang menjawab "Iya aku tau, kamu kira aku lupa?" "Oh bagus jika kamu tidak lupa, yasudah aku tutup telponnya" Nathan menutup telponnya dengan satu ketukan di layarnya. Diana masih
Sebuah tangan menepuk lembut bahu Diana, Diana terkejut langsung menoleh, ia melihat Rama yang sedang tersenyum kepadanya Rama menggunakan baju jas lengkap dengan sepatu berwarna coklat, kacamata masih terbingkai indah di matanya. Melihat Rama tersenyum kepadanya Diana balas terseyum dengan canggung. "Diana apa yang kamu lakukan di sini?" Rama bertanya dengan khawatir Diana hanya membalas kata-kata Rama dengan tersenyum, tidak mengucapkan sepatah katu pun, membuat Rama khawatir, Rama tidak tau harus berbuat apa jadi dia memeluk tubuh Diana dengan erat, menenangkan "Diana kamu ada masalah? jika ada katakan kepadaku, akan kubantu" Diana merasa pelukan hangat Rama di tubuhnya Diana langsung melepasnya, dia tidak mau di lihat orang, karena kejadian tadi bisa membuat orang salah paham. Pelukannya di lepas oleh Diana membuat Rama mengerucutkan bibirnya sedih, tapi dia masih menangkan Diana. Melihat ekspresi sedih Rama dari yang tersenyum menjadi sedih, Dian
Diana langsung bergegas berjalan mencari taksi untuk mengantarnya ke rumah sakit, dia berterima kasih di dalam hatinya untuk perempuan yang berteriak mengatakan alamat rumah sakit tadi. Jika kita bertemu, aku akan mengatakan terima kasih Diana tersenyum bahagia, dia akhrinya bisa tau alamat rumah sakit anak itu, jadi dia tidak lelah mencarinya. Diana berjalan menuju pinggir jalan, ada sebuah taksi berwarna biru di ujung jalan menuju ke tempatnya, dia lansung melambaikan tangannya untuk memanggil taksi itu. Tidak lama Diana melambaikan tangannya, taksi itu berhenti di sebelahnya, Diana berjalan mendekat ke taksi membuka pintu langsung masuk. sopir taksi yang sedang memegang kemudi, membalikan tubuhnya dengan lembut bertanya kepada Diana "Mbak mau pergi kemana?" "kerumah sakit xi adrian hospital, bisa pak?" "bisa mbak" sopir taksi, membalikan tubuhnya ke depan, dengan lembut memegang kemudi, menjalankan mobilnya. Diana di dalam t
Tidak terasa mereka bertiga sudah sampai di depan ruangan vip yang di pesan Nathan untuk anak yang di selamatkan Diana, Billy dan Diana melihat Novita seperti memohon untuk membukakan pintu, Novita paham dengan tatapan mereka langsung membuka pintu, terlihat Nathan yang sedang duduk memegang gelas di tangannya, dengan wajah dingin tapi tatapanya kesal melihat Diana. Diana tidak melihat mata kesal Nathan dia hanya berjalan mendatangi anak yang dia selamatakan tadi yang masih berbaring di atas kasur rumah sakit. Novita berjalan ke sebalah kanan Nathan dengan gugup, berpikir bosanya pasti sedang marah karena kejadin tadi, Billy berjalan medekati Diana sambil mengecek keadaan anak itu. Nathan menoleh ke kanan menatap Novita yang sedang berdiri di sebelahnya dengan tangannya yang terkait erat mencubit kuku-kukunya dengan gugup, Nathan tidak peduli dengan kegugupan Novita, dia mengerakan tangannya memanggil Novita untuk menundukan kepalnya. Karena tidak mau bosnya semakin marah No
laki-laki itu berkata: "Bil ini kamu kamu teryata kerja di rumah sakit ini?" Billy menjawab dengan bahagia: "iya kamu juga di sini Rama apa kamu sedang sakit? tapi sepertinya tidak?" Rama menjawab dengan lantang: "Tidak aku tidak sakit aku ingin mencari Diana, ada yang berkata Diana di rumah sakit ini jadi aku mengeceknya" Billy tersenyum menjawab: "Oh, dia ada di sini malah tepat di dalam ruangan Vip ini" Rama terkejut: "Diana kenapa dia ada di dalam ruangan ini? apakah dia sakit?" Billy menjawab sambil tertawa: "tidak-tidak dia hanya tidak sengaja menyelamatkan seseorang anak, jadi dia kesini hanya mengeceknya, dari dulu kamu selalu menghawatirkan Diana" Rama tersenyum kaku: "itu.." Rama mengalihkan pandangannya ke Novita yang masih duduk di kursi, dan kembali memandangan Billy dengan tatapan penasaran, karena Biily dan Rama sudah bersahabat sejak SMA, Billy paham apa yang dimaksud oleh Rama. Biily memegang lembut tan
Beberapa menit sebelumnya Novita, Billy dan Rama yang di tinggalkan oleh Diana yang tidak sadar menarik tangan Nathan dan Nathan yang biasa saja di tarik oleh Diana. Rama menggertakan giginya marah, ingin mengejar mereka tapi di pegang bahunya oleh Billy, Rama berbalik memukul tangan Billy dari bahunya marah. "Apa yang kamu lakukan Bil!!" Billy menghela napas panjang menenangkan Rama sambil menggelengkan kepalanya: "Coba kamu tenag dulu, dan jangan pikirkan kata-kata si Nathan tadi, untuk Diana mungkin dia memiliki sesuatu hal yang mau dikatakan kepadanya, itu adalah urusan mereka" Rama tidak peduli dengan ucapan Billy dia langsung berjalan dengan marah dan sakit hati. Aku tau dia sudah di jodohkan dengan Nathan Tapi aku hanya ingin melihat dia terakhir kali aku hanya ingin Diana bahagia menikah dengan seseorang yang dia sayang walapun itu bukan aku tapi jika Nathan memperlakukan Diana dengan kasar, aku tidak akan menye
Nathan berjalan menuju parkiran mobil, Diana masih berada di lengannya dan masih pingsan dengan tenang, meninggalkan Rama yang masih teridam di pinggir kolam dengan ekspresi tidak pasti di wajahnya, dia kesal, marah, dan tidak rela di hatinya ia menggepalkan jari tangannya dan mengigit bibirnya menahan rasa kesal dan marah di hatinya.Diana aku menyukaimu tapi... jika seperti ini sepertinya aku akan menyerahaku memang tidak percaya dengan yang di katakan oleh Nathanjika kamu tidak menjawab apa-apa Diana aku akan berkata itu benar, walapun yang aku harapkan itu tidak benarTapi aku akan tetap dengan Niatku padamu, aku akan menjagamu seperti teman, jika dia melakukan hal yang menyakitimu dan membuat kamu menangis aku akan membelamu, melindungimu walapun kita hanya teman, Perasaanku tidak terlalu penting daripada perasaanmu.Rama menghela napas panjang memegang dadanya yang sakit, sambil melihat sekeliling danau yang sepi dia melihat beberapa meter
Rama teryata menanggapi pertanyaan Billy tapi menjawab denhan bodoh: "aku tidak pulang aku di sini saja ingin menengakan hatiku" mendengar jawaban Rama membuat Billy menempuk-nepuk lembut bahunya:" aku tau kamu menyukai dia dari dulu kan, mengapa kamu tidak menyatakan perasanmu saja padanya?" Rama menjawab dengan desahan mengatakan: "aku ingin... tapi aku takut dia membenciku dan dia akan menjaga jarak dariku, tidak menggap aku teman, senyuman yang dia perlihatkan padaku bukan senyum cerianya lagi aku takut itu terjadi" Billy mendengar semakin jauh ucapan Rama membuat Billy memahami rasa sakit yang di rasakannya sama seperti dia yang sudah lama menyukai seseorang, tetapi seseorang itu tidak menyukainya hanya menggapnya teman, seperti kata menyerah, tak apa dia bukan menjadi miliku dengan melihat senyumannya saja bisa membuatku bahagia, tapi Billy bukan Rama dia pasti akan berjuang. Billy menghela napas menjawab ucapan Rama dengan nada santai menyembun
Sembilan bulan telah berlalu sejak kejadian itu, Diana lambat laun sudah menerima semua kenyataan itu, untuk kedua orang tua yang sudah merawatnya dia tidak pernah menemui mereka lagi sejak itu, yah mereka juga tidak berada di indonesia untuk saat ini ataupun sembilan bulan lalu.Dia hidup dengan bahagia karena dia sudah tau semuanya dimasa lalu dan dia merasa perasaan dan hatinya sudah terisi semua saat ini, Karena sejak saat itu pertemanannya dengan Kirana menjadi sangat baik, bahkan mereka tidak menjadi musuh lagi, tapi sayangnya Kirana sekarang tidak berada di indonesia dia kembali keluar negeri.Diana sekarang sedang berada dirumah sendirian, tetapi dia sedang asik menatap layar ponselnya dengan tersenyum, karena dia sedang membalas pesan teks temannya yaitu Novita, dia ingin mengajak Diana untuk membantunya memilih baju pernikahan, saat menerima pesan itu dia sangat bersemangat dia juga ingin tau baju pengantin apa yang bagus dipakai oleh temannya ini.Beberapa seminggu yang lal
David dan Kirana masih berada didalam mobil, Kirana melirik david dari sudut matanya dan berkata dengan nada ringan, "David aku sudah memutuskan, sepertinya aku ingin mejelaskan semua hal yang kutahu kepada Diana dan beberapa dendam dan kenyataan yang harus dia tau, agar kami tidak salah paham lagi dan aku tidak mau menyimpan dendam lagi dengan Diana."David menganggukan kepalanya, menatap Kirana dan berkata dengan lembut, "kamu ingin memberitahunya kapan?".Kirana berpikir selama beberapa saat setelah itu dia balas menatap David dengan berkata, "Sepertinya besok, lebih cepat lebih baik dan besok juga hari libur."David tersenyum sedikit dan berkata dengan nada biasa, "Oke, dan kamu ingin berbicara empat mata saja dengan Diana?".Kirana menggelengkan kepalanya perlahan-lahan, dan menjawab dengan ketegasan dimata putih hitamnya, "Tidak, aku akan mengajak Diana, Novita, Nathan, kamu, dan Rama."Mendengar ucapan Kirana membuat David seketika terkejut, dia tidak tau kenapa Kirana harus me
Diana bermimpi dia sebuah tempat yang dia rasa akrab, dia menyapu sekelilingnya dia entah kenapa merasa tempat ini sangatlah akrab, dia seperti pernah melihat tempat ini, tetapi dia tidak terlalu ingat di mana dia pernah melihatnya, seperti penuh dengan banyak kenangan, dia mengulurkan tangannya kedepan dan menatap tangannya yang sangat kecil, dia terkejut, dia bingung kenapa tangannya sangat kecil seperti umur 8 atau 10 tahun, menghela nafas dengan kasar, dia hanya bisa menerima kenyataan bahwa dia menjadi gadis kecil sekarang, bahkan dia ingin sekali mencari cermin untuk melihat wajahnya.Tetapi dia juga ingin mencari suaminya, mungkin saja dia bertemu suaminya yang juga menjadi anak kecil seperti dia, apakah itu akan sangat imut?Dia sangat penasaran dan tanpa sadar tersenyum lucu.Sampai seseorang perawat masuk kedalam ruangannya untuk memeriksa keadaanya, perawat itu menatap Diana kecil dia berkata, "Adek apakah kamu masih mengalami pusing kepala?."Di
David mengendarai mobilnya seperti apa yang dikatakan oleh Kirana, saat sampai dipersimpangan jalan, Kirana melihat ada toko yang menjual bunga, dia menoleh kearah David yang duduk disebelahnya, dia juga mendengar David sedang bersenandung tampak bahagia, tetapi dia tidak tau kenapa lelaki itu bisa bahagia, dia melirik David dari sudut matanya dan berkata dengan ringan, "Berhenti." David langsung mengerem mendadak, untung saja Kirana sudah siap dan memegang pegangan mobil yang ada disebelahnya jika tidak, wajahnya sudah menghantam kaca mobil, David yang terkejut itu, langsung menoleh kearah Kirana yang seperti tersenyum tetapi tidak tersenyum menatapnya berkata, "Aku keluar dulu, kamu tunggu disini." David mengangguk, setelah itu Kirana keluar dari mobil dan masuk kedalam toko bunga. Di dalam toko bunga Kirana, membeli sepaket bunga melati sekaligus dengan pandan dan juga air yang berada didalam botol, pemilik toko itu tersenyum kearah Kirana dan berkata, "Apa ini digunakan untuk me
Nathan yang tampak sangat gugup dan ketakutan terjadi sesuatu dengan Diana, dan tanpa pikir panjang saat melihat rumah sakit, dia langsung menghentikan mobilnya dan membawa Diana secara horizontal untuk masuk kedalam rumah sakit.Dokter dan perawat melihat Nathan masuk, mereka langsung membawa kursi roda, dan Nathan mendudukkan Diana diatasnya dengan lembut, saat sudah melihat pasien di atas kursi roda, perawat langsung membawa Diana yang tidak sadarkan diri ke ruangan UGD.Dan Nathan dengan khawatir menunggu diluar ruangan, dia mondar-mandir didepan pintu, sambil menggigit jarinya, tampak sangat putus asa dan sangat khawatir, bahkan seperti sikap acuh tak acuh dan dingin Nathan, tidak terlihat sama sekali sekarang, hanya digantikan dengan perasaan gugup dan takut diwajahnya.Dia tidak mau memberitahu ibunya kalau Diana sedang ada dirumah sakit, dia ingin memberitahu ibunya saat Diana sudah sadarkan diri, karena dia takut ibunya sangat khawatir.
Kirana berbalik dan menatap lelaki itu dengan terkejut, penampilan lelaki itu bisa dibilang dia memiliki rambut coklat pendek, dengan kulit putih, dengan wajah tampan, bibir merah, dan gigi putih, mata berwarna coklat, hidung mancung dan setelan baju biasa ditubuhnya, dengan senyum bahagia di wajahnya dia menatap Kirana yang juga berbalik mentapnya. Kirana yang melihat wajah familiar dan senyum familiar itu ingin langsung berbalik dan kabur, tetapi lelaki itu langsung memeluk tubuh Kirana dengan erat ada sedikit rasa sedih dinadanya berkata, "Kirana aku merindukanmu." Merasakan tubuhnya dipeluk dengan erat, kirana langsung mengerutkan kening, Kirana meronta-ronta dipelukan lelaki itu, untuk melepaskannya, tetapi bukannya dilepaskan, lelaki itu memeluknya semakin erat. Kirana tidak tahan lagi dan meraung dengan kesal, "Jonathan kenapa kamu memelukku, lepaskan aku sekarang juga!." lelaki yang bernama jonthan itu, seperti tidak mendengarkan ucapan Kirana dia masih s
David mengejar Kirana sampai kedepan kafe, tetapi Kirana tidak menyadari bahwa David mengejarnya dan sekarang tepat berdiri dibelakangnya sambil tersenyum menatap bahu Kirana, dia lebih tinggi dari Kirana, jika dijejerkan Kirana tingginya hanya sampai bahunya saja, dia ingin mendekati Kirana dan memeluknya, untuk pertama kalinya dalam hidupnya ingin memeluk seseorang dan melindunginya bahkan ingin merubahnya menjadi lebih baik, untuk masa lalu yang sudah lewat bahkan jika dia dulu membenci perempuan yang ada dihadapannya ini, dia tidak peduli lagi.Karena tujuan utamanya sekarang adalah memiliki perempuan ini sepenuhnya dari hati, pikirin bahkan tubuh, tapi mungkin itu hanya hayalannya saja, setiap dia bertemu dengan perempuan ini dia selalu saja menjauh darinya, seperti tidak memperdulikannya, padahal dia sudah berkali-kali mengejarnya meyatakan perasaannya, tetapi sayangnya perempuan ini tidak peka atau hanya mengira dia berbohong?, Padahal dia sudah mengatakan yang seju
Ketika mereka sampai jembatan itu sangat sepi bahkan satu orang lewatpun tidak ada sama sekali, tetapi pemadangan diseberang jembatan itu cukup bagus dan juga udaranya sangat sejuk.Nathan yang keluar terlebih dahulu, setelah itu diikuti oleh Diana, yang langsung mengangkat kepalanya sedikit keatas untuk merasakan dan menghirup udara sejuk, dia sekarang sedang berdiri diatas jembatan dengan kedua tangannya menyentuh pinggiran pagar jembatan, Nathan juga berdiri disebelahnya dan menatapnya dalam diam, dia bahagia melihat istrinya yang tampak menikmati tempat ini.Diana menoleh dan menatap suaminya dengan senyum lembut dibibirnya matanya yang tampak meyipit memberikan ilusi, bahwa saat melihat mata itu seseorang yang menatapnya akan melihat perempuan itu sangat bahagia.Tapi memang benar Diana sangat bahagia, karena saat mendengar cerita dan langsung datang ketempatnya langsung benar-benar berbeda, bahkan dia sangat senang bisa tau tempat yang disukai oleh suaminy
Novita yang terkejut karena dilempar oleh Diana, walapun itu tidak sakit, karena Billy dengan cepat menangkap tubuhnya, walapun dia terpana, karena mungkin keinginannya yang terlalu besar dan cepat untuk melindungi Novita dia langsung menangkap tubuh Novita dengan cepat.Novita mencium bau parfum dari tubub Billy yang sangat nyaman, membuatku ketagian dan memeluk Billy semakin erat, Billy yang dipeluk semakin erat oleh Novita membuatnya melebarkan matanya, dia sebenarnya bahagia dipeluk seperti itu oleh Novita, tetapi disisi lain dia takut jika dia dipeluk oleh perempuan yang dia suka terlalu lama, dia takut dia tidak bisa menahan dirinya.Billy mengigit bibirnya keras, seperti menahan dirinya untuk tidak mendorong Novita untuk menciumnya.Setelah lama mereka berpelukan, Novita dengan cepat melepaskan pelukannya dari tubuh Billy, Billy merasa lengannya kosong, dia hanya bisa menghela nafas perlahan, dan menatap Novita yang masih saja tampak merajuk didepannya.