Eve duduk di sisi ranjang sambil memegangi tangan Maria yang berada di samping tubuhnya. Maria berbaring telentang di salah satu kamar tamu Rumah Besar D dengan infus di tangan satunya. Dia tampak sangat rapuh saat menutup matanya dan pipinya mulai kering dari air mata seperti itu. Wajar saja kalau mungkin Maria malas membuka matanya karena ini memang terlalu mengejutkan untuknya. Dokter sudah memeriksa keadaannya dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan, hanya perlu menunggu dia bangun.
Kalau Eve bisa melihat masa depan dan ini akan terjadi, dia tidak akan menjalankan rencananya. Rencana bodoh, gerutunya dalam hati. Lalu kenapa kalau Maria tidak pernah menyaksikan Daniel berulang tahun dan bahagia di tengah keluarga yang menyayanginya. Toh Maria tidak akan rugi dengan tidak mengetahui apa-apa soal Daniel.
Saat Eve berlari masuk ke dalam rumah setelah mendengar teriakan pelayan, otaknya segera mencerna apa yang terjadi. Salah! Ini salah Eve seorang! Seharusnya dia meny
Terima kasih sudah membaca novel ini. Semoga kalian suka. Terima kasih atas dukungan kalian, thank you, xie xie, gracias.... Hug and kiss, Josie
Dexter duduk di taman belakang bersama dengan Felix, saling berdiam diri. Daniel sudah tidur nyenyak dalam box bayinya, malahan anak itu mungkin sudah berputar pindah arah. Dexter yakin Eve pasti akan menengok Daniel dulu baru mencari Dexter. Rencana mereka malam ini mungkin akan batal, Dexter perlu mengambil hadiahnya besok malam saja, Eve pasti sudah terlalu lelah untuk menghadapinya. “Apa kamu tahu apa yang terjadi?” tanya Dexter. Felix mengedikkan bahunya dan menguncang-guncang kaleng bir yang sudah terbuka di tangannya. Isi kaleng itu pasti sudah hampir habis karena terasa ringan di tangannya. “Eve penuh rahasia.” Itu benar-benar yang dipikirkan Felix saat meninggalkan Eve berdua dengan ibunya. “Bukan. Kadang dia hanya minim bicara. Selama ini, aku harus mengejarnya untuk minta penjelasan. Dia pergi semalaman dengan kamu, dia nggak cerita. Dia kerja dan memasak di apartemen Darwin, dia nggak cerita. Dia ketemu psikiater, dia nggak cerita. Dia akan
Maria teringat sesuatu saat dia pulang ke rumahnya sendiri siang itu. Sopir Eve mengantarnya pulang, sementara Felix dan Dexter langsung ke kantor karena ada masalah dengan salah satu proyek. Masa waspada pada Wenas Harahap masih menjadi perhatian mereka berdua tanpa berniat memberitahukan ini pada Eve. Eve memang lebih sensitif terhadap masalah-masalah pada perusahaan mertuanya itu, kekhawatirannya sungguh beralasan menurutnya. Maria menepuk dadanya lagi pelan, masih saja terasa sesak. Bukan tentang Frans dan Razeena, Eve sudah menjelaskan dan memberikan harapannya, itu sudah cukup untuk Maria. Ini tentang fakta yang ditutupi Aksa dan Diana yang membuat dadanya terasa sesak. Maria bisa saja mencari Aksa atau Diana tetapi dia masih memberikan mereka waktu untuk datang padanya menjelaskan. Dia juga mengerti menutupi rahasia seperti itu pastilah ada alasannya. Tidak tega juga Maria marah pada keluarga jauh yang dikenalnya cukup lama. Meskipun dia sudah mencoba
Eve sudah menunggu Dexter di depan rumah dan bersiap menyerangnya dengan berbagai pertanyaan segera setelah turun dari mobil, tetapi Eve kalah cepat dengan Daniel. “Da-da-da. Cum,” celoteh Daniel. Kedua tangan mungilnya sudah terulur menggapai Dexter. Rupanya anak itu begitu ingin mencium Dexter. “Missed me?” tanya Dexter pada Daniel. Tubuh Daniel yang makin berat itu berada dalam gendongan Dexter dengan nyaman. Ciuman kecil berkali-kali sudah membuat pipi Dexter basah. “Ma-ma,” celoteh Daniel. “Daddy tahu, Mommy yang kangen Daddy, begitu ‘kan?” Mereka berdua terkekeh geli dan membiarkan Eve tersenyum melihat mereka. Mereka berjalan masuk melalui jalan di bawah tangga. Eve hanya tidak suka Dexter naik ke tangga sambil menggendong anak karena Daniel juga mulai belajar berjalan. Anak itu bisa merangkak kalau mengetahui mereka sedang berjalan di atas tangga jadi lebih baik mereka naik melalui lift. “Bagaimana keadaan Tante Maria?” tanya E
Aksa sudah berunding dengan Diana tentang makna kehadiran mereka untuk Maria. Selama ini mereka banyak menyembunyikan banyak hal di depan Maria. Aksa dan Diana merasa tidak nyaman, meskipun mereka juga sadar kalau mereka tulus menyayangi Maria. Maria itu makhluk yang mudah dicintai karena lembut dan lugu, pancaran matanya itu selalu teduh, menjawab semua perasaan mereka dengan tulus juga. “Tante Maria ingin ketemu Papa dan Mama,” kata Dexter saat meminta ijin Aksa untuk membawa Maria ke rumah mereka. Dexter, Darren dan Aksa baru saja mengakhiri pembicaraan mereka tentang sengketa lahan yang membuat mereka sibuk akhir-akhir ini. “Iya, Boy,” sahut Aksa setelah cukup lama diam dan berpikir. Kalau mau buka rahasia, sekalian saja, rumah ini menjadi tempat yang tenang untuk pembicaraan mereka, begitu saja menurut Aksa. “Kapan, Pa?” “Jumat malam aja sekalian ini waktunya keluargamu menginap di rumah. Ajak Felix juga,” kata Aksa. Lalu dia melanjutkan, “ Darre
12 Juli 2019 “Del, I missed you so much. And I always miss you,” bisik Eve sambil memeluk Darren yang berdiri di ruang keluarga rumah Aksa. Eve tidak peduli yang lain memandangnya seperti apa saat dia berlari menghampiri Darren. Darren saja terlihat bingung melihat Eve seperti itu. Sudah berbulan-bulan dia mengatakan ingin bertemu dengan Darren bersamaan dengan ingatannya yang mulai kembali. Dia merindukan kakak laki-lakinya yang paling tenang dan selalu memeluknya itu. Darren tersenyum dan memeluk Eve tidak kalah erat. Del, itu nama panggilan Eve untuk Darren karena dia kesulitan menyebut nama Darren. Eve juga memberikan nama Ex untuk Dexter karena kesulitan yang sama. Dada Eve terasa sesak, matanya terasa panas dan tenggorokannya tercekat lalu tanpa bisa ditahan bulir-bulir air mata itu terjatuh begitu saja di pipinya. Darren hanya bisa mendengar isak tangis Eve lirih di telinganya bersamaan dengan pelukannya yang mengetat. “Baby, don’t cry,” bisik
Angkasa Wongso lahir sebagai anak tunggal dan anak laki-laki Keluarga Andrew Wongso. Sejak kecil dia tidak pernah akrab dengan ibunya. Ibunya, Kemilau, selalu membuat dinding pemisah di antara mereka. Saat kecil, Aksa mengira hanya karena ibunya seorang wanita mungkin tidak mengerti dirinya yang seorang bocah laki-laki. Tetapi seorang wanita lain sepertinya mengambil peran sebagai ibunya. Evita Daveno, teman akrab dan rekan bisnis Andrew selalu ada untuk menggantikan peran ibu di hatinya. Bukan dengan jarak dekat karena Evita sering tinggal di Singapura dan sekalinya datang ke Jakarta akan sangat sibuk. Tetapi wanita itu selalu dekat di hati. Evita juga yang memberinya panggilan Aksa, dari bahasa Sansekerta yang artinya sumbu. Evita melihat Aksa akan menjadi sumbu atau poros dari Keluarga Wongso, selalu begitu. Karena itu juga, Aksa mendidik anaknya dengan sangat keras agar bisa menjadi poros dalam keluarganya sendiri sebagaimana Andrew Wongso selalu mendidiknya deng
“Jadi Daniel itu cucuku, anak Frans?” tanya Maria tidak percaya. Matanya membulat dan memandangi anak yang sedang duduk dengan tenang di atas pangkuan Dexter. Pantas saja dia langsung menyayangi Daniel begitu mereka bertemu. “Da-da, mam, da-da” celoteh Daniel. Kepalanya mendongak ke kepala Dexter yang tinggi menaunginya. “Niel sudah makan tadi,” sahut Dexter dengan lembut. Dia memang tidak pernah memanggil Daniel dengan panggilan ‘sayang’ seperti Eve biasa menyebut Daniel kalau anak itu memanggil Eve. “Da-da, mik cu-cu,” celoteh Daniel lagi. Bibirnya mengerucut ke depan dan tangannya menggapai wajah Dexter di atas kepalanya. “Niel mau minum susu?” tanya Dexter. Daniel tersenyum lalu menguap. Dia mengubah posisi tubuhnya sendiri karena ingin digendong di dada Daddy. “Maaf, Daniel sudah mengantuk,” kata Dexter pada semua orang yang masih duduk di ruang keluarga. Untung Daniel sudah meminta susunya, Dexter tidak suka Daniel menjadi pusat perhatia
5 November 2019 Dexter meradang seperti orang gila sesaat setelah menerima telpon dari bodyguard yang bertugas mengawal Eve. Bibirnya mengatup dengan rahang mengetat, buku-buku jarinya memutih karena kepalan tangannya terlalu kuat. Kalau tidak begini, dia bisa-bisa menangis, merana memikirkan istri dan anaknya. Namun dia sadar kalau dia harus tenang supaya bisa mencari Eve. Dexter tidak pernah merasa bersalah seperti saat ini karena Eve dan Daniel menghilang di tengah-tengah demo para pemilik lahan yang cukup merepotkan itu, sebenarnya mereka hanya terhasut saja dan menjadi marah. Sudah berbulan-bulan kondisi begitu tenang dan begitu banyak hal yang sudah mereka berdua bereskan, jadi kewaspadaannya menurun. Dexter juga tidak menduga kalau Harahap itu mengincar anak dan istrinya. Felix juga sampai berkeringat dingin, langkahnya berderap tidak kalah cepat dengan detak jantungnya. Yang benar saja, keponakan lucunya itu baru saja diketahui keberadaannya mal