Share

Bagian 4

Author: Risna Putri
last update Last Updated: 2023-08-16 17:06:08

Selama dua puluh tiga tahun bernapas Aaradya tidak menyangka takdir secepat kilat mengubah kehidupannya. Itu pun setelah peristiwa konyol itu terjadi lalu dia sesali sampai detik ini. Niat hati ingin bunuh diri karena batal menikah, Aaradya malah dipertemukan dengan pria gila seperti Dave.

Bagaimana tidak disebut gila bila pria asing yang baru dia kenal selama kurun waktu dua puluh empat jam tersebut tidak mengada-ngada hendak melamarnya. Apalagi sikapnya begitu berani di hadapan sang ayah.

"Apa semua ini sudah cukup untuk meminang putrimu? Tenang saja di dalamnya terdapat beberapa emas batangan juga uang tunai."

Sebuah peti besar bak berisi harta karun pun terlihat, menimbulkan tanda tanya besar di benak semua orang.

Dave berdiri pongah di tempatnya. Kuluman senyum itu entah mengapa sangat tidak Alan sukai. Pria sialan ini terlalu menyombongkan hartanya yang tidak seberapa itu

"Anggap saja semua ini adalah mahar," lanjut Dave masih terlihat tenang seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Aaradya meremat jari-jarinya, sedikit kesal melihat tingkah pria itu.

"Aku suka kepercayaan dirimu anak muda, tapi apa ini pantas untuk seorang gadis yang sama sekali tidak kau kenal?"

Broto Seno mulai menguji keseriusan Dave terlepas dari niatnya yang hendak melenyapkan Aaradya. Gadis itu tidak pantas berada di sini setelah berhasil membuat nama baik keluarga tercoreng.

Namun, semua itu Broto Seno kesampingkan dulu. Dia sangat penasaran dengan pria asing yang terang-terangan hendak melamar anak bungsunya.

"Pikirkan secara matang. Kau tidak mengenal putriku dan sebaliknya dia tidak mengetahui apa pun tentang dirimu, tetapi kau begitu yakin mau menikahinya?"

Wajar kan pria tua ini bertanya? Pun semula dia kira lamaran Dave barusan hanyalah bualan semata. Ternyata dia salah. Malah pemuda ini membawa sebuah peti berisi emas batangan.

"Kau sedang mengujiku ternyata," urai Dave tahu kemana arah pembicaraan ini. "Apa yang harus kulakukan agar kalian percaya aku benar-benar serius ingin menikahi Aaradya?"

Broto Seno tersenyum sangat lebar mendengarnya. Rupanya dia belum menyerah juga. Tanpa mereka sadari berbagai pasang mata pelayan sedang tertuju ke satu titik yang sama. Mereka sangat penasaran apa yang tengah terjadi di rumah megah ini.

Dave yang mengirim anak buahnya usai diberi kesempatan oleh pria tua itu berbicara. Sungguh dia tidak sabar menampar kesadaran Broto Seno seberapa berharga sang putri.

Belajar dari masa lalu, Dave sudah tidak heran lagi darimana ide mempertanyakan kekayaannya tersebut datang. Jelas ayah Aaradya itu salah bila menyangka Dave miskin.

"Kenapa kau sangat ingin menikahi putriku? Apa kau pernah tidur dengannya?" Kepala Aaradya kontan terangkat. Mata sayunya sekali lagi menyiratkan luka yang teramat dalam.

Semurahan itukah dia sampai dituduh yang tidak-tidak?

"Anggap saja begitu," balas Dave acuh tak acuh. Sejujurnya, dia sedikit kesal mendengar ucapan sampah yang pria tua itu lontarkan.

"Kalau kau memang sangat ingin melamar putriku kalahkan kakak sulungnya di pertarungan nanti. Bagaimana? Apa kau setuju?"

***

Malam itu atmosfer sekeliling ruangan terasa sangat mencekam. Seberkas sinar yang masuk menembus fentilasi ruangan pengap itu memacu adrenalin yang sudah berkobar di dalam dadanya. Tidak cuma itu saja, dia sangat tidak sabaran mengalahkan Alan dalam pertarungan yang sepertinya akan sengit nanti.

Dave masih berdiri teguh di tempatnya. Niat pria bergolongan darah O tersebut sama sekali tak pudar meski telah diperingatkan Andreas berkali-kali. Sahabatnya itu sampai tercengang.

Dia pikir memberikan sepeti harta karun sudah cukup membuktikan keseriusan. Ternyata pria tua bernama Broto Seno tersebut masih belum puas menguji teman kecilnya.

"Bukankah janji harus ditepati?" Begitulah yang Dave katakan tatkala Andreas mewanti-wantinya.

Entah apa isi otak Dave yang pasti dia ingin keluar sebagai pemenang. Bukan sekedar bualan semata, tantangan yang Broto Seno lemparkan dia terima dengan tangan terbuka.

Toh, Dave sudah berjanji akan datang hari ini setelah tiga hari berlalu sejak keberaniannya mempersunting Aaradya.

Semua orang tahu seberapa kuat Alan di medan pertarungan. Meski mereka tidak terlalu mengenal Alan, orang-orang di dunia bawah tahu kekuatan putra sulung Broto Seno itu.

Sementara Aaradya sama sekali tidak setuju akan keputusan sepihak yang Dave ambil. Pria asing itu tidak perlu terlalu berlebihan menyelamatkannya. Ingatlah, mereka tidak saling mengenal.

"Sekarang kau begitu angkuh Alan padahal apa saja bisa terjadi nanti," tutur Dave melirik kakak laki-laki Aaradya itu lekat. "Mungkin ini adalah hari kekalahanmu."

Dari sudut lain, Broto Seno datang menghampiri putranya. Penampilannya yang nampak segar ditemani beberapa bodyguard Dave perhatikan. Tampak sekali pak tua itu sangat bersemangat padahal bukan dialah yang akan bertarung nanti.

"Ayah tidak perlu khawatir. Akan aku tunjukkan padanya seberapa banyak yang harus dia bayar dan korbankan jika ingin menikahi putri keluarga ini," ungkap Alan mengepalkan tangannya.

Dia sudah sangat gatal hendak menjatuhkan harga diri pria itu. Semua itu jelas dilatarbelakangi oleh kebenciannya menyaksikan keberanian Dave yang telah melampaui batas.

"Ayah percaya padamu, Nak. Tunjukkan kemampuanmu. Buat dia bertekuk lutut sehingga berpikir dua kali ketika menunjukkan kesombongannya," balas Broto Seno mendukung putra sematawayangnya.

"Setidaknya, dia perlu diajari sedikit tatakrama." Bersama tongkat penyangga kayu kesayangannya, pria paruh baya itu sedikit membenci Dave.

Beberapa orang kepercayaannya juga dia perintahkan untuk berjaga di luar. Jangan sampai ada pihak yang berusaha mengacaukan pertarungan antara Alan serta Dave kali ini. Pak Tua itu ingin semuanya berjalan mulus.

Percakapan singkat di antara mereka akhirnya berakhir ketika salah satu wasit yang sudah dia pilih memanggil kedua petarung malam ini. Suara pukulan mulai menggema kala Dave berhasil mengenai rahang Alan untuk pertama kalinya setelah kakak Aaradya itu mencoba menghindar.

"Ternyata cuma segini kemampuanmu," kata Dave menyulut emosi yang telah bergumul di kepala sang rival.

"Jangan sombong dulu. Ini belum berakhir," balas Alan tidak kalah gesit menyerang calon suami Aaradya. Keinginannya semakin besar untuk menumbangkan pria sombong ini.

Berkat kepekaannya yang terlalu tinggi dia sukses menghindari pukulan serta tendangan yang coba Alan berikan. Meski kemampuan bela dirinya tidak sebagus para atlit di luar sana, bukankah saat ini dia patut diperhitungkan?

Dave juga sedikit licik. Dia tidak membiarkan putra Broto Seno itu menyerang pergelangan tangannya. Sedikit saja pria itu sadar maka tamatlah riwayatnya.

Namun, baru dia katakan, Alan seolah tahu lalu menujukan titik fokusnya ke arah badan Dave. Sebisa mungkin Dave mengalihkan perhatian rivalnya itu. Jangan sampai tulangnya beneran retak cuma karena pertarungan konyol ini.

"Sungguh Dave? Kau pikir kau bisa memenangkan pertarungan ini?" Alan mulai menunjukkan taringnya. Seringaiannya terlihat menyebalkan di mata Dave.

Tepat di detik berikutnya Alan mampu menjatuhkan Dave. Tidak ingin melewatkan kesempatan ini dia pun melayangkan beberapa pukulan balasan. Anggaplah, pembalasan dendam terhadap keangkuhan calon adik iparnya ini.

Dave sungguh dibuat kelabakan. Dia seolah kehilangan kendali ketika Alan begitu bernafsu menyerang wajah tampannya ini.

"Berdiri. Kau tidak selemah itu kan?"

Alan memaksa Dave bangkit. Kebrutalannya muncul ke permukaan. Keganasannya makin menjadi tatkala mengambil ancang-ancang melakukan serangan kedua.

Benar saja dugaan Dave. Pria sialan ini membanting tubuhnya ke sudut ruangan. Membuat punggung belakangnya terasa remuk seketika. Laki-laki berdarah Swiss-Indonesia tersebut kembali membabi buta melayangkan pukulan ke wajah lawannya.

Bahkan, sampai hidung Dave mengeluarkan darah, Alan tidak mau berhenti. Wasit yang berada di sini pun seperti tidak ada gunanya hingga kesadaran Dave mulai menipis.

Puncaknya, ketika Alan menginjak dada serta pergelangan tangan calon adik ipar tersayangnya ini tanpa belas kasihan.

***

Alan sama sekali tidak membiarkan sang rival menang. Syukur-syukur bila pria itu bisa lepas dari intaian kematian. Alan sama sekali tidak membiarkan lawannya pulang dengan selamat. Walau dia bukan seorang petarung profesional setidaknya kemampuannya patut diperhitungkan.

"Jangan meremehkanku. Bahkan kalau aku mau seisi dunia ini bisa aku miliki," balas Dave tidak mau kalah. Peluh di tubuh keduanya sudah bercucuran tampak enggan menyudahi aksi pertarungan ini.

"Tampaknya kau memang tidak mau menyerah meski sudah aku gertak untuk mundur berkali-kali."

Saat pertarungan mencapai puncaknya entah kenapa Dave seperti kehilangan arah. Alan yang terlampau berambisi sama sekali tidak membiarkan lawannya lepas begitu saja. Dia harus kalah meski dengan cara apa pun.

Power Alan yang terlalu meledak-ledak terus saja mendesak Dave ke sudut ruangan. Sekali tendangan Dave berhasil dia buat jatuh lalu terkapar di lantai. Aaradya yang melihat adegan barusan shock bukan main. Terlebih saat mata Dave mulai tertutup perlahan.

***

Related chapters

  • Pernikahan di Atas Kertas   Bagian 5

    "Sialan, dia curang!" Andreas mengumpat keras. Emosinya mulai naik ke ubun-ubun melihat kecurangan yang Alan lakukan. Jelas kakak Aaradya itu sengaja. Dia sama sekalo tidak membiarkan Dave memberikan perlawanan. Lebih parahnya, Alan malah menyerang titik kelemahan sahabatnya yang belum pulih tatkala menolong Aaradya tempo hari.Tanpa pikir panjang Andreas menyuruh anak buahnya mengeluarkan Dave dari pertarungan curang tersebut. Namun, baru lima langkah maju, anggota tubuh sang bos bergerak. Terlihat dari tangannya yang perlahan mengepal bersama kelopak mata yang mulai terbuka. Tanpa Andreas sadari, helaan napas Dave mulai teratur diikuti kekuatannya untuk berdiri.Alan yang terlalu gembira tidak menyadari situasi ini dan semua itu Dave manfaatkan untuk menyerang titik syaraf sang rival. Kurang dari enam puluh detik sahabatnya itu sukses menumbangkan sang lawan. "Kalahkan dia, Dave. Tunjukkan seberapa kuat dirimu," ucap Andreas mensugesti sahabat karibnya agar bangkit lalu memenangk

    Last Updated : 2023-08-16
  • Pernikahan di Atas Kertas   Bagian 6

    Tangan Aaradya begitu erat melingkar di lengan calon suaminya. Dengan didampingi ayahanda serta sang kakak, keduanya berjalan menuju altar pernikahan. Sesosok anak kecil yang merupakan keponakannya turut membawa sebuah baki bunga yang di dalamnya terdapat sekotak cincin berlian. Binar bahagia terpancar jelas di mata sang mempelai pria yang tidak lain dan tidak bukan adalah Dave Bachtra. Pun tatapan hangat yang terus dia layangkan ke semua orang mampu menambah keharuan prosesi sakral ini. Hari bahagia yang dia tunggu akhirnya tiba juga. Seumur hidup Dave tidak pernah berpikir akan berada di situasi seperti ini. "Tersenyumlah. Semua orang menatap ke arah kita," bisik Dave lembut di telinga Aaradya. "Bukankah ini yang kau inginkan?" lanjutnya bertanya bahkan senyum manis itu tidak pernah pudar sama sekali.Sementara Aaradya yang ditatap serta diminta demikian merasa gugup. Walau semula merasa janggal dengan rencana konyol pria di sebelahnya ini, tetap saja rona malu-malu itu terpatri

    Last Updated : 2023-09-15
  • Pernikahan di Atas Kertas   Bagian 7

    Hanya keheningan yang terdengar di kamar tiga kali tiga meter ini. Lilin yang menyala di sudut-sudut ruangan semakin membuat Aaradya gugup. Suasana kamar pengantinnya begitu romantis. Tapi, entah kenapa dia tidak tahan berada satu ruangan dengan Dave. Pria yang sudah sah menjadi suaminya. Tanpa memboyong sang istri ke hotel, Dave lebih memilih memanfaatkan kamar Aaradya sebelum gadis itu benar-benar akan meninggalkan rumah orangtuanya. "Tidurlah. Tidak perlu takut. Aku bukan pembunuh bayaran yang musuh ayahmu kirim," ucap Dave membuyarkan lamunan Aaradya. Entah mengapa gadis itu betah sekali tidak beranjak dari duduknya. Dia diam sesekali mengedarkan pandangan ke segala arah. Masuknya Dave ke kamar ini membuat Aaradya bagai orang bodoh padahal ini adalah tempatnya beristirahat selama bertahun-tahun."Aku akan tidur di sofa kalau kau khawatir terjadi sesuatu," kata Dave lagi mulai mengambil selimut cadangan dari lemari. Wajahnya yang penuh senyuman semakin membuat Aaradya merasa ane

    Last Updated : 2023-09-16
  • Pernikahan di Atas Kertas   Bagian 1

    Dave mencengkeram sloki berisi vodka miliknya kuat. Entah kenapa perasaan tidak senang itu memusat di kepalanya kala menyaksikan kemesraan di antara sepasang anak manusia yang tengah berdansa diiringi alunan merdu saksofon. Suasana yang harusnya terdengar romantis malah membuatnya menyunggingkan senyuman sinis. Iri? Tentu saja tidak! Hanya saja matanya sedikit perih disuguhi pemandangan menjijikan di depan sana. Keintiman mereka sungguh tidak layak dipertontonkan kepada siapa pun. Membuat seisi perutnya bergejolak mual. "Memalukan," cibir Dave tatkala kedua sejoli itu kembali berciuman di tengah gemerlapnya ruang dansa. Pemandangan pantai lepas yang kapal pesiar ini suguhkan tidak sedikit pun membuat Dave bisa menikmatinya. Terlebih saat penampakkan sepasang kekasih tidak tahu malu tersebut mengisi tujuh puluh persen retina matanya. Embusan angin laut pun seakan tidak mampu mendinginkan seisi kepala Dave yang terbakar. Daripada memandangi sepasang insan tidak tahu malu itu saling

    Last Updated : 2023-08-16
  • Pernikahan di Atas Kertas   Bagian 2

    Suasana laut yang tenang di malam hari jadi saksi bisu dimana Dave menyaksikan percobaan bunuh diri seseorang. Jelas dia shock bukan main. Terlebih tingkah aneh wanita tersebut membungkukkan badannya lebih lama tanpa beranjak sedikit pun. Semburan angin pun ikut menerbangkan helaian rambutnya. Dave melihat semua itu di tengah deru ombak yang menghantam bibir pantai. Kepanikan mulai menyelimuti pikirannya ketika sadar inilah waktu yang tepat bagi wanita asing tersebut melompat. Jelas tubuhnya akan hanyut dibawa arus pantai yang ganas sehingga tidak ada seorang pun sadar telah terjadi aksi bunuh diri di sini. "Aku harus mencegahnya. Dia pikir nyawa adalah mainan." Dave segera bergerak menuju bagian depan boat ini. Menghitung berapa lama lagi kapal yang dia tumpangi tiba di tepi pantai. Namun, sepertinya laju kapal ini terasa semakin melambat. Dave berdecak tidak sabaran. Percuma punya mesin bertenaga tinggi kalau untuk sampai ke pinggir pantai saja memakan waktu kurang lebih dua pul

    Last Updated : 2023-08-16
  • Pernikahan di Atas Kertas   Bagian 3

    "Apa kau mempermainkanku?" Garis pandang mereka saling bersinggungan. Tatapan sinis mulai Dave layangkan. "Menggantikan posisi calon suamimu? Jangan konyol! Kau pikir aku akan percaya ucapanmu?" Dave malah meledakkan sedikit tawa kecilnya, terkesan sekali meledek ucapan tidak masuk akal Aaradya barusan."Kenapa kau tidak mempercayaiku? Apa aku terlihat seperti pembohong di matamu?" tekan gadis bermantel katun ini frustasi. "Aku tidak akan mau bunuh diri hanya karena masalah sepele. Hidupku sudah terlalu hancur dan kau seenaknya bersikap seperti itu seolah-olah kaulah Tuhan yang tahu segalanya."Raut putus asa tergambar di wajah cantik Aaradya. Dia begitu tersakiti mendengar perkataan nyelekit dari bibir pria asing ini. Dave terdiam beberapa saat. Helaan napasnya berhembus pelan. "Sekarang ikut aku. Kalau yang kau katakan itu benar maka dengan senang hati aku bersedia menggantikan posisi calon suamimu," balas Dave menatap manik mata itu dalam seolah-olah yang dia katakan barusan buka

    Last Updated : 2023-08-16

Latest chapter

  • Pernikahan di Atas Kertas   Bagian 7

    Hanya keheningan yang terdengar di kamar tiga kali tiga meter ini. Lilin yang menyala di sudut-sudut ruangan semakin membuat Aaradya gugup. Suasana kamar pengantinnya begitu romantis. Tapi, entah kenapa dia tidak tahan berada satu ruangan dengan Dave. Pria yang sudah sah menjadi suaminya. Tanpa memboyong sang istri ke hotel, Dave lebih memilih memanfaatkan kamar Aaradya sebelum gadis itu benar-benar akan meninggalkan rumah orangtuanya. "Tidurlah. Tidak perlu takut. Aku bukan pembunuh bayaran yang musuh ayahmu kirim," ucap Dave membuyarkan lamunan Aaradya. Entah mengapa gadis itu betah sekali tidak beranjak dari duduknya. Dia diam sesekali mengedarkan pandangan ke segala arah. Masuknya Dave ke kamar ini membuat Aaradya bagai orang bodoh padahal ini adalah tempatnya beristirahat selama bertahun-tahun."Aku akan tidur di sofa kalau kau khawatir terjadi sesuatu," kata Dave lagi mulai mengambil selimut cadangan dari lemari. Wajahnya yang penuh senyuman semakin membuat Aaradya merasa ane

  • Pernikahan di Atas Kertas   Bagian 6

    Tangan Aaradya begitu erat melingkar di lengan calon suaminya. Dengan didampingi ayahanda serta sang kakak, keduanya berjalan menuju altar pernikahan. Sesosok anak kecil yang merupakan keponakannya turut membawa sebuah baki bunga yang di dalamnya terdapat sekotak cincin berlian. Binar bahagia terpancar jelas di mata sang mempelai pria yang tidak lain dan tidak bukan adalah Dave Bachtra. Pun tatapan hangat yang terus dia layangkan ke semua orang mampu menambah keharuan prosesi sakral ini. Hari bahagia yang dia tunggu akhirnya tiba juga. Seumur hidup Dave tidak pernah berpikir akan berada di situasi seperti ini. "Tersenyumlah. Semua orang menatap ke arah kita," bisik Dave lembut di telinga Aaradya. "Bukankah ini yang kau inginkan?" lanjutnya bertanya bahkan senyum manis itu tidak pernah pudar sama sekali.Sementara Aaradya yang ditatap serta diminta demikian merasa gugup. Walau semula merasa janggal dengan rencana konyol pria di sebelahnya ini, tetap saja rona malu-malu itu terpatri

  • Pernikahan di Atas Kertas   Bagian 5

    "Sialan, dia curang!" Andreas mengumpat keras. Emosinya mulai naik ke ubun-ubun melihat kecurangan yang Alan lakukan. Jelas kakak Aaradya itu sengaja. Dia sama sekalo tidak membiarkan Dave memberikan perlawanan. Lebih parahnya, Alan malah menyerang titik kelemahan sahabatnya yang belum pulih tatkala menolong Aaradya tempo hari.Tanpa pikir panjang Andreas menyuruh anak buahnya mengeluarkan Dave dari pertarungan curang tersebut. Namun, baru lima langkah maju, anggota tubuh sang bos bergerak. Terlihat dari tangannya yang perlahan mengepal bersama kelopak mata yang mulai terbuka. Tanpa Andreas sadari, helaan napas Dave mulai teratur diikuti kekuatannya untuk berdiri.Alan yang terlalu gembira tidak menyadari situasi ini dan semua itu Dave manfaatkan untuk menyerang titik syaraf sang rival. Kurang dari enam puluh detik sahabatnya itu sukses menumbangkan sang lawan. "Kalahkan dia, Dave. Tunjukkan seberapa kuat dirimu," ucap Andreas mensugesti sahabat karibnya agar bangkit lalu memenangk

  • Pernikahan di Atas Kertas   Bagian 4

    Selama dua puluh tiga tahun bernapas Aaradya tidak menyangka takdir secepat kilat mengubah kehidupannya. Itu pun setelah peristiwa konyol itu terjadi lalu dia sesali sampai detik ini. Niat hati ingin bunuh diri karena batal menikah, Aaradya malah dipertemukan dengan pria gila seperti Dave. Bagaimana tidak disebut gila bila pria asing yang baru dia kenal selama kurun waktu dua puluh empat jam tersebut tidak mengada-ngada hendak melamarnya. Apalagi sikapnya begitu berani di hadapan sang ayah. "Apa semua ini sudah cukup untuk meminang putrimu? Tenang saja di dalamnya terdapat beberapa emas batangan juga uang tunai."Sebuah peti besar bak berisi harta karun pun terlihat, menimbulkan tanda tanya besar di benak semua orang. Dave berdiri pongah di tempatnya. Kuluman senyum itu entah mengapa sangat tidak Alan sukai. Pria sialan ini terlalu menyombongkan hartanya yang tidak seberapa itu"Anggap saja semua ini adalah mahar," lanjut Dave masih terlihat tenang seakan-akan tidak terjadi apa-apa

  • Pernikahan di Atas Kertas   Bagian 3

    "Apa kau mempermainkanku?" Garis pandang mereka saling bersinggungan. Tatapan sinis mulai Dave layangkan. "Menggantikan posisi calon suamimu? Jangan konyol! Kau pikir aku akan percaya ucapanmu?" Dave malah meledakkan sedikit tawa kecilnya, terkesan sekali meledek ucapan tidak masuk akal Aaradya barusan."Kenapa kau tidak mempercayaiku? Apa aku terlihat seperti pembohong di matamu?" tekan gadis bermantel katun ini frustasi. "Aku tidak akan mau bunuh diri hanya karena masalah sepele. Hidupku sudah terlalu hancur dan kau seenaknya bersikap seperti itu seolah-olah kaulah Tuhan yang tahu segalanya."Raut putus asa tergambar di wajah cantik Aaradya. Dia begitu tersakiti mendengar perkataan nyelekit dari bibir pria asing ini. Dave terdiam beberapa saat. Helaan napasnya berhembus pelan. "Sekarang ikut aku. Kalau yang kau katakan itu benar maka dengan senang hati aku bersedia menggantikan posisi calon suamimu," balas Dave menatap manik mata itu dalam seolah-olah yang dia katakan barusan buka

  • Pernikahan di Atas Kertas   Bagian 2

    Suasana laut yang tenang di malam hari jadi saksi bisu dimana Dave menyaksikan percobaan bunuh diri seseorang. Jelas dia shock bukan main. Terlebih tingkah aneh wanita tersebut membungkukkan badannya lebih lama tanpa beranjak sedikit pun. Semburan angin pun ikut menerbangkan helaian rambutnya. Dave melihat semua itu di tengah deru ombak yang menghantam bibir pantai. Kepanikan mulai menyelimuti pikirannya ketika sadar inilah waktu yang tepat bagi wanita asing tersebut melompat. Jelas tubuhnya akan hanyut dibawa arus pantai yang ganas sehingga tidak ada seorang pun sadar telah terjadi aksi bunuh diri di sini. "Aku harus mencegahnya. Dia pikir nyawa adalah mainan." Dave segera bergerak menuju bagian depan boat ini. Menghitung berapa lama lagi kapal yang dia tumpangi tiba di tepi pantai. Namun, sepertinya laju kapal ini terasa semakin melambat. Dave berdecak tidak sabaran. Percuma punya mesin bertenaga tinggi kalau untuk sampai ke pinggir pantai saja memakan waktu kurang lebih dua pul

  • Pernikahan di Atas Kertas   Bagian 1

    Dave mencengkeram sloki berisi vodka miliknya kuat. Entah kenapa perasaan tidak senang itu memusat di kepalanya kala menyaksikan kemesraan di antara sepasang anak manusia yang tengah berdansa diiringi alunan merdu saksofon. Suasana yang harusnya terdengar romantis malah membuatnya menyunggingkan senyuman sinis. Iri? Tentu saja tidak! Hanya saja matanya sedikit perih disuguhi pemandangan menjijikan di depan sana. Keintiman mereka sungguh tidak layak dipertontonkan kepada siapa pun. Membuat seisi perutnya bergejolak mual. "Memalukan," cibir Dave tatkala kedua sejoli itu kembali berciuman di tengah gemerlapnya ruang dansa. Pemandangan pantai lepas yang kapal pesiar ini suguhkan tidak sedikit pun membuat Dave bisa menikmatinya. Terlebih saat penampakkan sepasang kekasih tidak tahu malu tersebut mengisi tujuh puluh persen retina matanya. Embusan angin laut pun seakan tidak mampu mendinginkan seisi kepala Dave yang terbakar. Daripada memandangi sepasang insan tidak tahu malu itu saling

DMCA.com Protection Status