Share

Bagian 2

Author: Risna Putri
last update Last Updated: 2023-08-16 17:03:59

Suasana laut yang tenang di malam hari jadi saksi bisu dimana Dave menyaksikan percobaan bunuh diri seseorang. Jelas dia shock bukan main. Terlebih tingkah aneh wanita tersebut membungkukkan badannya lebih lama tanpa beranjak sedikit pun. Semburan angin pun ikut menerbangkan helaian rambutnya.

Dave melihat semua itu di tengah deru ombak yang menghantam bibir pantai. Kepanikan mulai menyelimuti pikirannya ketika sadar inilah waktu yang tepat bagi wanita asing tersebut melompat.

Jelas tubuhnya akan hanyut dibawa arus pantai yang ganas sehingga tidak ada seorang pun sadar telah terjadi aksi bunuh diri di sini.

"Aku harus mencegahnya. Dia pikir nyawa adalah mainan." Dave segera bergerak menuju bagian depan boat ini. Menghitung berapa lama lagi kapal yang dia tumpangi tiba di tepi pantai.

Namun, sepertinya laju kapal ini terasa semakin melambat. Dave berdecak tidak sabaran. Percuma punya mesin bertenaga tinggi kalau untuk sampai ke pinggir pantai saja memakan waktu kurang lebih dua puluh lima menit.

"Bisakah kau mengemudi boat ini lebih cepat lagi?" Nahkoda boat itu menoleh ke Dave. Dia agak terkejut mendengar permintaan sang penumpang. "Apa kau tidak lihat di sana ada wanita yang mencoba bunuh diri?"

Mata pria di balik kemudi boat tersebut mengikuti jari telunjuk penumpangnya. Seketika dia kaget bukan main.

Astaga, sedang apa wanita itu di sana?

Tanpa pikir panjang, kecepatan kendaraan air ini bertambah di antara heningnya pantai.

Sebagai saksi mata, Dave berulang kali menatap ke arah wanita tidak dikenal itu.

Beruntung boat bermuatan lima puluh orang ini berhenti di waktu yang tepat sehingga dia bisa berlari menuju jembatan agar mencegah aksi percobaan bunuh diri tersebut.

"Kau mau kemana Dave." Andreas berteriak di tempatnya. Namun, Dave hanya menggubris sang teman dengan lambaian tangan, mengisyaratkan kalau dia baik-baik saja dan sedang terburu-buru sekarang.

Dave meningkatkan kecepatan larinya. Beruntung sepatu pantovel yang melekat di kaki tidak menghambat pergerakannya.

Beberapa penumpang kapal boat juga kaget melihat Dave yang langsung berlari sesaat setelah kendaraan air ini berlabuh di dermaga.

Dave sungguh tidak peduli akan tatapan yang orang lain berikan. Secepatnya dia harus menyelamatkan nyawa wanita asing tersebut. Meski hati kecilnya sendiri menyebut ini konyol. Bagaimana bisa dia berempati dengan orang yang tidak mampu menyanyangi nyawanya sendiri.

"Sial, kukira populasi manusia bodoh sudah punah di dunia ini." Sarkas pria bermata belo ini menggerutu.

Sesulit apa pun kehidupannya yang pernah dia jalani tidak pernah sekali pun terbesit keinginan untuk bunuh diri. Bahkan saat serigala-serigala lapar itu hendak menerkamnya.

Dari kejauhan Andreas terus memperhatikan apa yang hendak temannya lakukan. Tidak mungkin penunggu pantai ini sedang merasuki Dave kan? Membuat tubuh sahabatnya berlaku impulsif seperti itu.

Akhirnya setelah menempuh jarak yang lumayan jauh kakinya pun berdiri di ujung jembatan, terlihat ragu harus menolong gadis itu atau tidak. Pasalnya, Dave bukanlah seorang malaikat baik hati yang mempunyai hati seluas samudera.

Namun, seolah ditarik oleh medan magnet. Dave berlari kencang lalu mencengkeram pergelangan tangan perempuan tidak dikenal ini sekuat tenaga berusaha mencegahnya bunuh diri.

Tentu perlawanan terus dia berikan. Sikap berontaknya makin menjadi-jadi, akan tetapi mau sekeras apa pun wanita ini memberi perlawanan, Dave tidak akan mundur dengan mudah. Tenaganya pun kalah jauh untuk memberontak seperti tadi.

"Lepaskan aku!" Teriakannya kontan menggema kemana-mana. Dan itu cukup membuat Dave marah.

"Teruslah berteriak. Kau pikir orang-orang akan peduli. Kalau kau sangat ingin bunuh diri maka lakukan di kantor polisi. Jangan rusak pantai tidak berdosa ini dengan kasus kematian konyolmu," tekan Dave urung melepaskan cengkeraman tangannya.

Dave dapat melihat aura kemarahan di mata cokelat gelap ini. "Lepaskan aku .... Kau sama sekali tidak berhak mencegahku untuk mati!"

Sekali sentak cengkeraman Dave mengendur perlahan. Dia pun kecolongan saat wanita itu menaiki jembatan hendak melompat ke bawah.

Jujur, dia pikir gadis ini akan menyerah usai diancam secara halus, tapi kenyataannya tidak. Perempuan gila ini sangat cerdik. Dia berlari beberapa meter setelah berhasil menginjak kaki Dave sekuat-kuatnya.

Kini raut sendulah yang perempuan itu perlihatkan. Matanya memejam sebentar sebelum benar-benar akan melompat ke bawah. Dave terkesiap di tempat. Dia mematung per sekian detik hingga entah kesadaran darimana tangannya sudah menarik perempuan tersebut agar tidak jadi melompat.

Akibatnya tubuh sepasang anak manusia inilah yang terhempas ke ujung aspal, nyaris menghantam pinggiran jembatan jika semesta sedang tidak berbaik hati menolong keduanya.

****

Ringisan panjang meluncur keluar tatkala Dave menyentuh pergelangan tangannya. Sendi-sendi tangannya seolah mati rasa sekarang. Insiden naas barusan nyaris membuat tulang-tulangnya remuk.

Ya, pria berkulit sawo matang tersebut memang kesakitan sekarang, akan tetapi mengapa gadis itu yang terdiam membisu seolah jiwanya telah dibawa oleh malaikat maut.

Sudah sepuluh menit dari insiden terhempasnya mereka ke aspal jalanan. Namun, sepanjang rentang waktu itulah si gadis asing melamun seakan menyesali perbuatan sok pahlawan yang telah Dave lakukan tadi.

"Sialan, bukannya menanyakan keadaanku dia malah termenung seperti orang kerasukan," umpat Dave menahan denyut yang mendera tangan serta tubuhnya.

Sikap gadis asing itu jelas memantik emosi Dave yang memang sedari tadi sudah naik ke ubun-ubun.

Jangankan meminta bantuan, dia betah menyaksikan kesakitan yang Dave alami. Bersama kekuatan yang tersisa tubuhnya mencoba bangkit. Sebisa mungkin rasa sakit itu dia abaikan. Keajaiban semesta membuat Dave akhirnya bisa bangkit lalu berpegangan pada pembatas jalan.

Meski sedikit tertatih dia mendekati wanita itu. Dalam keadaan lemah begini pun wajah sinis tidak mau lenyap dari fitur mukanya.

"Beginikah caramu berterimakasih pada orang yang telah menyelamatkanmu dari kematian?" tanya Dave retorik. Lengkungan senyum menyeringainya terpatri indah di belahan bibir.

Aaradya mendongakan kepala. Iris terangnya menatap Dave lekat. Walau begitu Aaradya tetap bergeming, seakan-akan menganggap Dave hanya angin lalu saja.

Tanpa pria berjas mahal itu sadari, Aaradya sedang dilanda syok berat. Dia tidak bisa berkata apa-apa sebab semua terjadi begitu cepat. Dia berniat bunuh diri, terlempar ke pinggiran jembatan lalu dihadapkan oleh situasi tidak terduga ini.

"Konyol! Apakah kau menyesali semuanya sekarang atau kau tidak senang aku selamatkan?"

Dave menodong Aaradya dengan puluhan pertanyaan. Jujur, dia jengkel sekali menghadapi sikap sok tersakiti wanita asing ini.

Aaradya menatap Dave dalam. Dia menggeleng kuat. Asumsi pria ini sudah jelas salah lalu kenapa dia kekeuh menodong berbagai pertanyaan tidak berdasar itu? Terlebih saat gadis yang dia tanya-tanya sedang terguncang jiwanya.

"Bangkit. Ikut aku sekarang juga. Kau harus mempertanggungjawabkan semua ini." Dave tetap menarik tangan Aaradya meski tangan kirinya terasa sulit digerakkan. "Aku akan menyeretmu ke keluargamu. Setidaknya mereka harus tahu tingkah konyol putrinya yang menyebabkan orang lain hampir celaka."

Aaradya terbelalak mendengar ucapan pria keras kepala ini. Kepalanya lantas menggeleng kuat. Tidak, dia tidak mau pulang.

"Tidak! Jangan bawa aku pulang! Kau tidak bisa melakukan itu," ujar Aaradya menahan tangan kanan Dave.

"Kenapa? Aku bisa dengan mudah menemukan alamat orangtuamu dimana," tekan pria setinggi seratus tujuh puluh lima senti ini menaikan alisnya. Apa gadis ini meragukan kekuasaanya?

"Aku akan dibunuh jika kembali ke rumah. Tidak, bukan cuma aku saja tapi kau juga!" Aaradya sampai harus berteriak menjelaskan semuanya pada Dave.

Tatapan memohon terus dia perlihatkan. Sampai mati pun dia tidak sudi kembali. Jangan sampai pria ini menghancurkan usahanya melarikan diri.

"Kau pikir aku peduli? Aku tidak takut apa pun bahkan jika nyawaku harus melayang hari itu juga."

Kekeraskepalaan Dave membuat Aaradya menghembuskan napas frustasi. Pria itu tetap teguh pada pendiriannya. Dia menyeret Aaradya meski gadis itu menolak keras.

"Kau boleh membawaku pulang asal berani bertanggung jawab pada hidupku." Kalimat Aaradya yang sedikit ambigu membuat Dave terpaksa menghentikan langkah kakinya. "Dengan kata lain apa kau bersedia menggantikan posisi calon suamiku yang telah kabur?"

****

Related chapters

  • Pernikahan di Atas Kertas   Bagian 3

    "Apa kau mempermainkanku?" Garis pandang mereka saling bersinggungan. Tatapan sinis mulai Dave layangkan. "Menggantikan posisi calon suamimu? Jangan konyol! Kau pikir aku akan percaya ucapanmu?" Dave malah meledakkan sedikit tawa kecilnya, terkesan sekali meledek ucapan tidak masuk akal Aaradya barusan."Kenapa kau tidak mempercayaiku? Apa aku terlihat seperti pembohong di matamu?" tekan gadis bermantel katun ini frustasi. "Aku tidak akan mau bunuh diri hanya karena masalah sepele. Hidupku sudah terlalu hancur dan kau seenaknya bersikap seperti itu seolah-olah kaulah Tuhan yang tahu segalanya."Raut putus asa tergambar di wajah cantik Aaradya. Dia begitu tersakiti mendengar perkataan nyelekit dari bibir pria asing ini. Dave terdiam beberapa saat. Helaan napasnya berhembus pelan. "Sekarang ikut aku. Kalau yang kau katakan itu benar maka dengan senang hati aku bersedia menggantikan posisi calon suamimu," balas Dave menatap manik mata itu dalam seolah-olah yang dia katakan barusan buka

    Last Updated : 2023-08-16
  • Pernikahan di Atas Kertas   Bagian 4

    Selama dua puluh tiga tahun bernapas Aaradya tidak menyangka takdir secepat kilat mengubah kehidupannya. Itu pun setelah peristiwa konyol itu terjadi lalu dia sesali sampai detik ini. Niat hati ingin bunuh diri karena batal menikah, Aaradya malah dipertemukan dengan pria gila seperti Dave. Bagaimana tidak disebut gila bila pria asing yang baru dia kenal selama kurun waktu dua puluh empat jam tersebut tidak mengada-ngada hendak melamarnya. Apalagi sikapnya begitu berani di hadapan sang ayah. "Apa semua ini sudah cukup untuk meminang putrimu? Tenang saja di dalamnya terdapat beberapa emas batangan juga uang tunai."Sebuah peti besar bak berisi harta karun pun terlihat, menimbulkan tanda tanya besar di benak semua orang. Dave berdiri pongah di tempatnya. Kuluman senyum itu entah mengapa sangat tidak Alan sukai. Pria sialan ini terlalu menyombongkan hartanya yang tidak seberapa itu"Anggap saja semua ini adalah mahar," lanjut Dave masih terlihat tenang seakan-akan tidak terjadi apa-apa

    Last Updated : 2023-08-16
  • Pernikahan di Atas Kertas   Bagian 5

    "Sialan, dia curang!" Andreas mengumpat keras. Emosinya mulai naik ke ubun-ubun melihat kecurangan yang Alan lakukan. Jelas kakak Aaradya itu sengaja. Dia sama sekalo tidak membiarkan Dave memberikan perlawanan. Lebih parahnya, Alan malah menyerang titik kelemahan sahabatnya yang belum pulih tatkala menolong Aaradya tempo hari.Tanpa pikir panjang Andreas menyuruh anak buahnya mengeluarkan Dave dari pertarungan curang tersebut. Namun, baru lima langkah maju, anggota tubuh sang bos bergerak. Terlihat dari tangannya yang perlahan mengepal bersama kelopak mata yang mulai terbuka. Tanpa Andreas sadari, helaan napas Dave mulai teratur diikuti kekuatannya untuk berdiri.Alan yang terlalu gembira tidak menyadari situasi ini dan semua itu Dave manfaatkan untuk menyerang titik syaraf sang rival. Kurang dari enam puluh detik sahabatnya itu sukses menumbangkan sang lawan. "Kalahkan dia, Dave. Tunjukkan seberapa kuat dirimu," ucap Andreas mensugesti sahabat karibnya agar bangkit lalu memenangk

    Last Updated : 2023-08-16
  • Pernikahan di Atas Kertas   Bagian 6

    Tangan Aaradya begitu erat melingkar di lengan calon suaminya. Dengan didampingi ayahanda serta sang kakak, keduanya berjalan menuju altar pernikahan. Sesosok anak kecil yang merupakan keponakannya turut membawa sebuah baki bunga yang di dalamnya terdapat sekotak cincin berlian. Binar bahagia terpancar jelas di mata sang mempelai pria yang tidak lain dan tidak bukan adalah Dave Bachtra. Pun tatapan hangat yang terus dia layangkan ke semua orang mampu menambah keharuan prosesi sakral ini. Hari bahagia yang dia tunggu akhirnya tiba juga. Seumur hidup Dave tidak pernah berpikir akan berada di situasi seperti ini. "Tersenyumlah. Semua orang menatap ke arah kita," bisik Dave lembut di telinga Aaradya. "Bukankah ini yang kau inginkan?" lanjutnya bertanya bahkan senyum manis itu tidak pernah pudar sama sekali.Sementara Aaradya yang ditatap serta diminta demikian merasa gugup. Walau semula merasa janggal dengan rencana konyol pria di sebelahnya ini, tetap saja rona malu-malu itu terpatri

    Last Updated : 2023-09-15
  • Pernikahan di Atas Kertas   Bagian 7

    Hanya keheningan yang terdengar di kamar tiga kali tiga meter ini. Lilin yang menyala di sudut-sudut ruangan semakin membuat Aaradya gugup. Suasana kamar pengantinnya begitu romantis. Tapi, entah kenapa dia tidak tahan berada satu ruangan dengan Dave. Pria yang sudah sah menjadi suaminya. Tanpa memboyong sang istri ke hotel, Dave lebih memilih memanfaatkan kamar Aaradya sebelum gadis itu benar-benar akan meninggalkan rumah orangtuanya. "Tidurlah. Tidak perlu takut. Aku bukan pembunuh bayaran yang musuh ayahmu kirim," ucap Dave membuyarkan lamunan Aaradya. Entah mengapa gadis itu betah sekali tidak beranjak dari duduknya. Dia diam sesekali mengedarkan pandangan ke segala arah. Masuknya Dave ke kamar ini membuat Aaradya bagai orang bodoh padahal ini adalah tempatnya beristirahat selama bertahun-tahun."Aku akan tidur di sofa kalau kau khawatir terjadi sesuatu," kata Dave lagi mulai mengambil selimut cadangan dari lemari. Wajahnya yang penuh senyuman semakin membuat Aaradya merasa ane

    Last Updated : 2023-09-16
  • Pernikahan di Atas Kertas   Bagian 1

    Dave mencengkeram sloki berisi vodka miliknya kuat. Entah kenapa perasaan tidak senang itu memusat di kepalanya kala menyaksikan kemesraan di antara sepasang anak manusia yang tengah berdansa diiringi alunan merdu saksofon. Suasana yang harusnya terdengar romantis malah membuatnya menyunggingkan senyuman sinis. Iri? Tentu saja tidak! Hanya saja matanya sedikit perih disuguhi pemandangan menjijikan di depan sana. Keintiman mereka sungguh tidak layak dipertontonkan kepada siapa pun. Membuat seisi perutnya bergejolak mual. "Memalukan," cibir Dave tatkala kedua sejoli itu kembali berciuman di tengah gemerlapnya ruang dansa. Pemandangan pantai lepas yang kapal pesiar ini suguhkan tidak sedikit pun membuat Dave bisa menikmatinya. Terlebih saat penampakkan sepasang kekasih tidak tahu malu tersebut mengisi tujuh puluh persen retina matanya. Embusan angin laut pun seakan tidak mampu mendinginkan seisi kepala Dave yang terbakar. Daripada memandangi sepasang insan tidak tahu malu itu saling

    Last Updated : 2023-08-16

Latest chapter

  • Pernikahan di Atas Kertas   Bagian 7

    Hanya keheningan yang terdengar di kamar tiga kali tiga meter ini. Lilin yang menyala di sudut-sudut ruangan semakin membuat Aaradya gugup. Suasana kamar pengantinnya begitu romantis. Tapi, entah kenapa dia tidak tahan berada satu ruangan dengan Dave. Pria yang sudah sah menjadi suaminya. Tanpa memboyong sang istri ke hotel, Dave lebih memilih memanfaatkan kamar Aaradya sebelum gadis itu benar-benar akan meninggalkan rumah orangtuanya. "Tidurlah. Tidak perlu takut. Aku bukan pembunuh bayaran yang musuh ayahmu kirim," ucap Dave membuyarkan lamunan Aaradya. Entah mengapa gadis itu betah sekali tidak beranjak dari duduknya. Dia diam sesekali mengedarkan pandangan ke segala arah. Masuknya Dave ke kamar ini membuat Aaradya bagai orang bodoh padahal ini adalah tempatnya beristirahat selama bertahun-tahun."Aku akan tidur di sofa kalau kau khawatir terjadi sesuatu," kata Dave lagi mulai mengambil selimut cadangan dari lemari. Wajahnya yang penuh senyuman semakin membuat Aaradya merasa ane

  • Pernikahan di Atas Kertas   Bagian 6

    Tangan Aaradya begitu erat melingkar di lengan calon suaminya. Dengan didampingi ayahanda serta sang kakak, keduanya berjalan menuju altar pernikahan. Sesosok anak kecil yang merupakan keponakannya turut membawa sebuah baki bunga yang di dalamnya terdapat sekotak cincin berlian. Binar bahagia terpancar jelas di mata sang mempelai pria yang tidak lain dan tidak bukan adalah Dave Bachtra. Pun tatapan hangat yang terus dia layangkan ke semua orang mampu menambah keharuan prosesi sakral ini. Hari bahagia yang dia tunggu akhirnya tiba juga. Seumur hidup Dave tidak pernah berpikir akan berada di situasi seperti ini. "Tersenyumlah. Semua orang menatap ke arah kita," bisik Dave lembut di telinga Aaradya. "Bukankah ini yang kau inginkan?" lanjutnya bertanya bahkan senyum manis itu tidak pernah pudar sama sekali.Sementara Aaradya yang ditatap serta diminta demikian merasa gugup. Walau semula merasa janggal dengan rencana konyol pria di sebelahnya ini, tetap saja rona malu-malu itu terpatri

  • Pernikahan di Atas Kertas   Bagian 5

    "Sialan, dia curang!" Andreas mengumpat keras. Emosinya mulai naik ke ubun-ubun melihat kecurangan yang Alan lakukan. Jelas kakak Aaradya itu sengaja. Dia sama sekalo tidak membiarkan Dave memberikan perlawanan. Lebih parahnya, Alan malah menyerang titik kelemahan sahabatnya yang belum pulih tatkala menolong Aaradya tempo hari.Tanpa pikir panjang Andreas menyuruh anak buahnya mengeluarkan Dave dari pertarungan curang tersebut. Namun, baru lima langkah maju, anggota tubuh sang bos bergerak. Terlihat dari tangannya yang perlahan mengepal bersama kelopak mata yang mulai terbuka. Tanpa Andreas sadari, helaan napas Dave mulai teratur diikuti kekuatannya untuk berdiri.Alan yang terlalu gembira tidak menyadari situasi ini dan semua itu Dave manfaatkan untuk menyerang titik syaraf sang rival. Kurang dari enam puluh detik sahabatnya itu sukses menumbangkan sang lawan. "Kalahkan dia, Dave. Tunjukkan seberapa kuat dirimu," ucap Andreas mensugesti sahabat karibnya agar bangkit lalu memenangk

  • Pernikahan di Atas Kertas   Bagian 4

    Selama dua puluh tiga tahun bernapas Aaradya tidak menyangka takdir secepat kilat mengubah kehidupannya. Itu pun setelah peristiwa konyol itu terjadi lalu dia sesali sampai detik ini. Niat hati ingin bunuh diri karena batal menikah, Aaradya malah dipertemukan dengan pria gila seperti Dave. Bagaimana tidak disebut gila bila pria asing yang baru dia kenal selama kurun waktu dua puluh empat jam tersebut tidak mengada-ngada hendak melamarnya. Apalagi sikapnya begitu berani di hadapan sang ayah. "Apa semua ini sudah cukup untuk meminang putrimu? Tenang saja di dalamnya terdapat beberapa emas batangan juga uang tunai."Sebuah peti besar bak berisi harta karun pun terlihat, menimbulkan tanda tanya besar di benak semua orang. Dave berdiri pongah di tempatnya. Kuluman senyum itu entah mengapa sangat tidak Alan sukai. Pria sialan ini terlalu menyombongkan hartanya yang tidak seberapa itu"Anggap saja semua ini adalah mahar," lanjut Dave masih terlihat tenang seakan-akan tidak terjadi apa-apa

  • Pernikahan di Atas Kertas   Bagian 3

    "Apa kau mempermainkanku?" Garis pandang mereka saling bersinggungan. Tatapan sinis mulai Dave layangkan. "Menggantikan posisi calon suamimu? Jangan konyol! Kau pikir aku akan percaya ucapanmu?" Dave malah meledakkan sedikit tawa kecilnya, terkesan sekali meledek ucapan tidak masuk akal Aaradya barusan."Kenapa kau tidak mempercayaiku? Apa aku terlihat seperti pembohong di matamu?" tekan gadis bermantel katun ini frustasi. "Aku tidak akan mau bunuh diri hanya karena masalah sepele. Hidupku sudah terlalu hancur dan kau seenaknya bersikap seperti itu seolah-olah kaulah Tuhan yang tahu segalanya."Raut putus asa tergambar di wajah cantik Aaradya. Dia begitu tersakiti mendengar perkataan nyelekit dari bibir pria asing ini. Dave terdiam beberapa saat. Helaan napasnya berhembus pelan. "Sekarang ikut aku. Kalau yang kau katakan itu benar maka dengan senang hati aku bersedia menggantikan posisi calon suamimu," balas Dave menatap manik mata itu dalam seolah-olah yang dia katakan barusan buka

  • Pernikahan di Atas Kertas   Bagian 2

    Suasana laut yang tenang di malam hari jadi saksi bisu dimana Dave menyaksikan percobaan bunuh diri seseorang. Jelas dia shock bukan main. Terlebih tingkah aneh wanita tersebut membungkukkan badannya lebih lama tanpa beranjak sedikit pun. Semburan angin pun ikut menerbangkan helaian rambutnya. Dave melihat semua itu di tengah deru ombak yang menghantam bibir pantai. Kepanikan mulai menyelimuti pikirannya ketika sadar inilah waktu yang tepat bagi wanita asing tersebut melompat. Jelas tubuhnya akan hanyut dibawa arus pantai yang ganas sehingga tidak ada seorang pun sadar telah terjadi aksi bunuh diri di sini. "Aku harus mencegahnya. Dia pikir nyawa adalah mainan." Dave segera bergerak menuju bagian depan boat ini. Menghitung berapa lama lagi kapal yang dia tumpangi tiba di tepi pantai. Namun, sepertinya laju kapal ini terasa semakin melambat. Dave berdecak tidak sabaran. Percuma punya mesin bertenaga tinggi kalau untuk sampai ke pinggir pantai saja memakan waktu kurang lebih dua pul

  • Pernikahan di Atas Kertas   Bagian 1

    Dave mencengkeram sloki berisi vodka miliknya kuat. Entah kenapa perasaan tidak senang itu memusat di kepalanya kala menyaksikan kemesraan di antara sepasang anak manusia yang tengah berdansa diiringi alunan merdu saksofon. Suasana yang harusnya terdengar romantis malah membuatnya menyunggingkan senyuman sinis. Iri? Tentu saja tidak! Hanya saja matanya sedikit perih disuguhi pemandangan menjijikan di depan sana. Keintiman mereka sungguh tidak layak dipertontonkan kepada siapa pun. Membuat seisi perutnya bergejolak mual. "Memalukan," cibir Dave tatkala kedua sejoli itu kembali berciuman di tengah gemerlapnya ruang dansa. Pemandangan pantai lepas yang kapal pesiar ini suguhkan tidak sedikit pun membuat Dave bisa menikmatinya. Terlebih saat penampakkan sepasang kekasih tidak tahu malu tersebut mengisi tujuh puluh persen retina matanya. Embusan angin laut pun seakan tidak mampu mendinginkan seisi kepala Dave yang terbakar. Daripada memandangi sepasang insan tidak tahu malu itu saling

DMCA.com Protection Status