Share

Pernikahan di Atas Kertas
Pernikahan di Atas Kertas
Author: Risna Putri

Bagian 1

Author: Risna Putri
last update Last Updated: 2023-08-16 17:02:33

Dave mencengkeram sloki berisi vodka miliknya kuat. Entah kenapa perasaan tidak senang itu memusat di kepalanya kala menyaksikan kemesraan di antara sepasang anak manusia yang tengah berdansa diiringi alunan merdu saksofon. Suasana yang harusnya terdengar romantis malah membuatnya menyunggingkan senyuman sinis.

Iri? Tentu saja tidak! Hanya saja matanya sedikit perih disuguhi pemandangan menjijikan di depan sana. Keintiman mereka sungguh tidak layak dipertontonkan kepada siapa pun. Membuat seisi perutnya bergejolak mual.

"Memalukan," cibir Dave tatkala kedua sejoli itu kembali berciuman di tengah gemerlapnya ruang dansa.

Pemandangan pantai lepas yang kapal pesiar ini suguhkan tidak sedikit pun membuat Dave bisa menikmatinya. Terlebih saat penampakkan sepasang kekasih tidak tahu malu tersebut mengisi tujuh puluh persen retina matanya.

Embusan angin laut pun seakan tidak mampu mendinginkan seisi kepala Dave yang terbakar.

Daripada memandangi sepasang insan tidak tahu malu itu saling berbagi saliva lebih baik dia menenggak minumannya sampai tandas.

Entahlah, dia butuh melampiaskan perasaan tidak senang itu sekarang juga dan hanya alkohol inilah yang dapat menolongnya. Meski gerak-gerik mereka serta bayangan masa lalu menjijikan itu terus berdesakan di kepala.

"Aku pikir Tuhan telah benar-benar mengirim kalian ke neraka." Untuk sekali lagi Dave mengepalkan tangannya sembari tersenyum miring. Rasa kesalnya meningkat berkali-kali lipat.

Mau sekesal dan sebenci apa pun dia terhadap sepasang sejoli itu tetap saja tatapannya terus tertuju ke sana.

Katakanlah dia munafik, terlihat seperti seseorang yang belum bisa melupakan masa lalunya. Sangat menyedihkan memang. Manivestasi rasa sakit yang telah menumpuk bertahun-tahun lalu.

Di antara kerumunan pasangan yang saling memuja lewat tatapan itu cuma

Dave yang tidak tertarik untuk berdansa. Ikut mengobrol dengan tamu lain pun rasanya dia enggan. Anggaplah, dia seorang manusia gua yang sengaja menepi di keramaian.

Kalau bukan karena Andreas yang mengajaknya kemari mana sudi dia membuang-buang waktu melihat pemandangan sok romantis yang mereka tunjukkan.

Jangan tanya sudah berapa banyak wanita yang menghampirinya, menawarkan tangan mereka untuk digenggam. Entah itu mengajak berdansa atau pun sekedar menghabiskan malam panas di tengah kemewahan kapal pesiar ini.

Namun, semua itu langsung Dave tolak mentah-mentah. Seolah dia alergi akan wanita cantik. Benar-benar pria dingin yang tidak tersentuh. Akhirnya demi mempertahankan harga diri, wanita-wanita itu menjauh dengan sendirinya.

Tentu Dave senang lantaran tidak ada yang bisa mengganggunya. Beberapa pelayan laki-laki di kapal pesiar ini sampai melongo melihat tingkah jual mahal sang tamu.

Namun, semua tidak berlaku bagi Dave. Dia sangat membenci wanita dan itulah faktanya. Menurut pria tampan bermata agak belo itu semua wanita sama saja. Selalu menyusahkan bak anjing peliharaan yang senang menggonggong.

"Tolong tambah satu gelas lagi." Dave menyodorkan slokinya yang telah kosong

Tanpa mempedulikan mereka, Dave meminta seorang pelayan menuangkan minuman ke slokinya. Rasanya vodka ini lebih manis dibanding mulut para jalang di luar sana. Minuman beralkohol tinggi tersebut terus-menerus membasahi kerongkongan Dave.

Andreas yang tiba-tiba muncul lantas menghampiri sahabat masa kecilnya. Urusannya dengan relasi bisnis mereka sudah beres dengan ditandatanganinya kontrak puluhan dollar tadi.

Hal tersebutlah yang menyebabkan wajah maskulin Andreas tersenyum sumringah. Sangat berbanding terbalik dengan muka Dave yang ditekuk kesal. Andreas sampai harus menepuk pundak pria tiga puluh tahun ini agak kuat.

"Kenapa wajahmu kelihatan kesal sekali. Apa pestanya semembosankan itu? Padahal aku sangat menikmati acara yang mereka buat," tutur Andreas tertawa kecil menilik ekspresi Dave yang terlalu berlebihan.

Dave menoleh. Dia semakin sengit menatap Andreas. "Persetan dengan pesta. Kenapa kau mengajakku kalau tahu ada mereka juga di sini. Kau sengaja mempertemukan kami? Sampai mati pun aku tidak sudi memandang wajahnya."

Andreas otomatis mengikuti arah pandang Dave. Sekarang dia tahu alasan sahabatnya bersikap demikian. Sumpah demi Tuhan, dia pun tidak tahu ada 'mereka' di sini.

Kesibukannya mengurus kerjasama bersama kolega bisnis mereka mengakibatkan feelingnya sedikit tidak peka akan keadaan sekitar.

Setelah berbulan-bulan kembali ke Indonesia agaknya momen inilah yang mempertemukan Dave dengan masa lalunya.

"Kau tidak perlu mempedulikan mereka. Anggap saja angin lalu. Mungkin mereka juga salah satu kolega Mr. Chou," jelas Andreas agar Dave bisa sedikit santai berada di tengah-tengah pesta yang tentu dibalas tatapan bengis ala hitler.

Tidak mungkin ini cuma kebetulan semata. Sangat tidak masuk akal. Selain tidak mempercayai Tuhan, Dave juga tidak gampang menelan kata-kata yang disebut sebagai takdir.

Andreas tidak lagi berani buka mulut. Dia sadar akan kilatan kebencian yang Dave perlihatkan. Dari jutaan manusia di muka bumi ini memang dialah yang paling mengetahui kepahitan di balik kisah masa lalu sang sahabat.

Bukannya puas, Dave semakin menjadi-jadi. Dia menenggak puluhan kali cairan bening itu tanpa takut apa pun. Saat mencegah pun tangan Andreas berkali-kali ditepis.

Terlalu sesak menatap kemesraan sepasang anak manusia itu di sudut ruangan membuat Dave memilih pergi meninggalkan Andreas.

"Kau mau kemana, Dev."

"Jangan ikuti aku," teriak Dave di antara kerumunan tamu kapal pesiar ini. Langkah kakinya mengarah ke area luar kapal, menjumpai beberapa staf yang berjaga di sana.

"Boleh aku menumpang boat yang akan berlabuh di pinggir pantai nanti?" Otomatis Dave bertanya. Si penjaga pun terdiam sesaat. Dia meneliti Dave dari ujung kepala hingga kaki.

"Oalah, penumpangnya udah full, Mas. Untuk boat berikutnya datang 5 menit lagi tapi harga sewanya lebih mahal dari yang ini."

"Saya gak masalah sama uang. Yang penting bisa turun dari sini."

"Baik, Mas. Silakan tunggu ya. Sebentar lagi boatnya datang." Dave mengangguk saja. Jujur, dia sangat ingin cepat-cepat beranjak dari kapal berkapasitas 50 penumpang ini.

Lima menit menunggu akhirnya boat itu datang. Dave lekas bersiap-siap turun. Dari kejauhan terlihat Andreas mengikutinya. Berkat pergerakannya yang lincah dia bisa satu boat dengan Dave.

"Harusnya kau tidak meninggalkan pesta begitu saja. Mr. Chou pasti akan bertanya padaku nanti kemana kau pergi."

"Katakan saja aku sedang tidak enak badan." Usai mengatakan sebaris kalimat template itu Dave menjauh. Dia membakar sebatang rokoknya di area belakang boat ini.

Meski sadar telah mencemari udara sekitar, Dave seakan tidak peduli. Mulutnya juga butuh hiburan selain menenggak cairan semacam vodka, akan tetapi perhatiannya segera teralihkan tatkala menilik sesosok wanita yang berdiri di dekat jembatan.

Dave melebarkan pupilnya. Bukan, jelas sosok itu bukan hantu. Dave yakin sekali. Namun, semakin lama diperhatikan, makin janggal pula gerak-gerik wanita tersebut.

Detik demi detik berjalan barulah jantungnya dibuat mencelos. Wanita itu benar-benar mendekat ke tepian jembatan, membungkukkan badannya seolah akan bunuh diri di sana.

****

Related chapters

  • Pernikahan di Atas Kertas   Bagian 2

    Suasana laut yang tenang di malam hari jadi saksi bisu dimana Dave menyaksikan percobaan bunuh diri seseorang. Jelas dia shock bukan main. Terlebih tingkah aneh wanita tersebut membungkukkan badannya lebih lama tanpa beranjak sedikit pun. Semburan angin pun ikut menerbangkan helaian rambutnya. Dave melihat semua itu di tengah deru ombak yang menghantam bibir pantai. Kepanikan mulai menyelimuti pikirannya ketika sadar inilah waktu yang tepat bagi wanita asing tersebut melompat. Jelas tubuhnya akan hanyut dibawa arus pantai yang ganas sehingga tidak ada seorang pun sadar telah terjadi aksi bunuh diri di sini. "Aku harus mencegahnya. Dia pikir nyawa adalah mainan." Dave segera bergerak menuju bagian depan boat ini. Menghitung berapa lama lagi kapal yang dia tumpangi tiba di tepi pantai. Namun, sepertinya laju kapal ini terasa semakin melambat. Dave berdecak tidak sabaran. Percuma punya mesin bertenaga tinggi kalau untuk sampai ke pinggir pantai saja memakan waktu kurang lebih dua pul

    Last Updated : 2023-08-16
  • Pernikahan di Atas Kertas   Bagian 3

    "Apa kau mempermainkanku?" Garis pandang mereka saling bersinggungan. Tatapan sinis mulai Dave layangkan. "Menggantikan posisi calon suamimu? Jangan konyol! Kau pikir aku akan percaya ucapanmu?" Dave malah meledakkan sedikit tawa kecilnya, terkesan sekali meledek ucapan tidak masuk akal Aaradya barusan."Kenapa kau tidak mempercayaiku? Apa aku terlihat seperti pembohong di matamu?" tekan gadis bermantel katun ini frustasi. "Aku tidak akan mau bunuh diri hanya karena masalah sepele. Hidupku sudah terlalu hancur dan kau seenaknya bersikap seperti itu seolah-olah kaulah Tuhan yang tahu segalanya."Raut putus asa tergambar di wajah cantik Aaradya. Dia begitu tersakiti mendengar perkataan nyelekit dari bibir pria asing ini. Dave terdiam beberapa saat. Helaan napasnya berhembus pelan. "Sekarang ikut aku. Kalau yang kau katakan itu benar maka dengan senang hati aku bersedia menggantikan posisi calon suamimu," balas Dave menatap manik mata itu dalam seolah-olah yang dia katakan barusan buka

    Last Updated : 2023-08-16
  • Pernikahan di Atas Kertas   Bagian 4

    Selama dua puluh tiga tahun bernapas Aaradya tidak menyangka takdir secepat kilat mengubah kehidupannya. Itu pun setelah peristiwa konyol itu terjadi lalu dia sesali sampai detik ini. Niat hati ingin bunuh diri karena batal menikah, Aaradya malah dipertemukan dengan pria gila seperti Dave. Bagaimana tidak disebut gila bila pria asing yang baru dia kenal selama kurun waktu dua puluh empat jam tersebut tidak mengada-ngada hendak melamarnya. Apalagi sikapnya begitu berani di hadapan sang ayah. "Apa semua ini sudah cukup untuk meminang putrimu? Tenang saja di dalamnya terdapat beberapa emas batangan juga uang tunai."Sebuah peti besar bak berisi harta karun pun terlihat, menimbulkan tanda tanya besar di benak semua orang. Dave berdiri pongah di tempatnya. Kuluman senyum itu entah mengapa sangat tidak Alan sukai. Pria sialan ini terlalu menyombongkan hartanya yang tidak seberapa itu"Anggap saja semua ini adalah mahar," lanjut Dave masih terlihat tenang seakan-akan tidak terjadi apa-apa

    Last Updated : 2023-08-16
  • Pernikahan di Atas Kertas   Bagian 5

    "Sialan, dia curang!" Andreas mengumpat keras. Emosinya mulai naik ke ubun-ubun melihat kecurangan yang Alan lakukan. Jelas kakak Aaradya itu sengaja. Dia sama sekalo tidak membiarkan Dave memberikan perlawanan. Lebih parahnya, Alan malah menyerang titik kelemahan sahabatnya yang belum pulih tatkala menolong Aaradya tempo hari.Tanpa pikir panjang Andreas menyuruh anak buahnya mengeluarkan Dave dari pertarungan curang tersebut. Namun, baru lima langkah maju, anggota tubuh sang bos bergerak. Terlihat dari tangannya yang perlahan mengepal bersama kelopak mata yang mulai terbuka. Tanpa Andreas sadari, helaan napas Dave mulai teratur diikuti kekuatannya untuk berdiri.Alan yang terlalu gembira tidak menyadari situasi ini dan semua itu Dave manfaatkan untuk menyerang titik syaraf sang rival. Kurang dari enam puluh detik sahabatnya itu sukses menumbangkan sang lawan. "Kalahkan dia, Dave. Tunjukkan seberapa kuat dirimu," ucap Andreas mensugesti sahabat karibnya agar bangkit lalu memenangk

    Last Updated : 2023-08-16
  • Pernikahan di Atas Kertas   Bagian 6

    Tangan Aaradya begitu erat melingkar di lengan calon suaminya. Dengan didampingi ayahanda serta sang kakak, keduanya berjalan menuju altar pernikahan. Sesosok anak kecil yang merupakan keponakannya turut membawa sebuah baki bunga yang di dalamnya terdapat sekotak cincin berlian. Binar bahagia terpancar jelas di mata sang mempelai pria yang tidak lain dan tidak bukan adalah Dave Bachtra. Pun tatapan hangat yang terus dia layangkan ke semua orang mampu menambah keharuan prosesi sakral ini. Hari bahagia yang dia tunggu akhirnya tiba juga. Seumur hidup Dave tidak pernah berpikir akan berada di situasi seperti ini. "Tersenyumlah. Semua orang menatap ke arah kita," bisik Dave lembut di telinga Aaradya. "Bukankah ini yang kau inginkan?" lanjutnya bertanya bahkan senyum manis itu tidak pernah pudar sama sekali.Sementara Aaradya yang ditatap serta diminta demikian merasa gugup. Walau semula merasa janggal dengan rencana konyol pria di sebelahnya ini, tetap saja rona malu-malu itu terpatri

    Last Updated : 2023-09-15
  • Pernikahan di Atas Kertas   Bagian 7

    Hanya keheningan yang terdengar di kamar tiga kali tiga meter ini. Lilin yang menyala di sudut-sudut ruangan semakin membuat Aaradya gugup. Suasana kamar pengantinnya begitu romantis. Tapi, entah kenapa dia tidak tahan berada satu ruangan dengan Dave. Pria yang sudah sah menjadi suaminya. Tanpa memboyong sang istri ke hotel, Dave lebih memilih memanfaatkan kamar Aaradya sebelum gadis itu benar-benar akan meninggalkan rumah orangtuanya. "Tidurlah. Tidak perlu takut. Aku bukan pembunuh bayaran yang musuh ayahmu kirim," ucap Dave membuyarkan lamunan Aaradya. Entah mengapa gadis itu betah sekali tidak beranjak dari duduknya. Dia diam sesekali mengedarkan pandangan ke segala arah. Masuknya Dave ke kamar ini membuat Aaradya bagai orang bodoh padahal ini adalah tempatnya beristirahat selama bertahun-tahun."Aku akan tidur di sofa kalau kau khawatir terjadi sesuatu," kata Dave lagi mulai mengambil selimut cadangan dari lemari. Wajahnya yang penuh senyuman semakin membuat Aaradya merasa ane

    Last Updated : 2023-09-16

Latest chapter

  • Pernikahan di Atas Kertas   Bagian 7

    Hanya keheningan yang terdengar di kamar tiga kali tiga meter ini. Lilin yang menyala di sudut-sudut ruangan semakin membuat Aaradya gugup. Suasana kamar pengantinnya begitu romantis. Tapi, entah kenapa dia tidak tahan berada satu ruangan dengan Dave. Pria yang sudah sah menjadi suaminya. Tanpa memboyong sang istri ke hotel, Dave lebih memilih memanfaatkan kamar Aaradya sebelum gadis itu benar-benar akan meninggalkan rumah orangtuanya. "Tidurlah. Tidak perlu takut. Aku bukan pembunuh bayaran yang musuh ayahmu kirim," ucap Dave membuyarkan lamunan Aaradya. Entah mengapa gadis itu betah sekali tidak beranjak dari duduknya. Dia diam sesekali mengedarkan pandangan ke segala arah. Masuknya Dave ke kamar ini membuat Aaradya bagai orang bodoh padahal ini adalah tempatnya beristirahat selama bertahun-tahun."Aku akan tidur di sofa kalau kau khawatir terjadi sesuatu," kata Dave lagi mulai mengambil selimut cadangan dari lemari. Wajahnya yang penuh senyuman semakin membuat Aaradya merasa ane

  • Pernikahan di Atas Kertas   Bagian 6

    Tangan Aaradya begitu erat melingkar di lengan calon suaminya. Dengan didampingi ayahanda serta sang kakak, keduanya berjalan menuju altar pernikahan. Sesosok anak kecil yang merupakan keponakannya turut membawa sebuah baki bunga yang di dalamnya terdapat sekotak cincin berlian. Binar bahagia terpancar jelas di mata sang mempelai pria yang tidak lain dan tidak bukan adalah Dave Bachtra. Pun tatapan hangat yang terus dia layangkan ke semua orang mampu menambah keharuan prosesi sakral ini. Hari bahagia yang dia tunggu akhirnya tiba juga. Seumur hidup Dave tidak pernah berpikir akan berada di situasi seperti ini. "Tersenyumlah. Semua orang menatap ke arah kita," bisik Dave lembut di telinga Aaradya. "Bukankah ini yang kau inginkan?" lanjutnya bertanya bahkan senyum manis itu tidak pernah pudar sama sekali.Sementara Aaradya yang ditatap serta diminta demikian merasa gugup. Walau semula merasa janggal dengan rencana konyol pria di sebelahnya ini, tetap saja rona malu-malu itu terpatri

  • Pernikahan di Atas Kertas   Bagian 5

    "Sialan, dia curang!" Andreas mengumpat keras. Emosinya mulai naik ke ubun-ubun melihat kecurangan yang Alan lakukan. Jelas kakak Aaradya itu sengaja. Dia sama sekalo tidak membiarkan Dave memberikan perlawanan. Lebih parahnya, Alan malah menyerang titik kelemahan sahabatnya yang belum pulih tatkala menolong Aaradya tempo hari.Tanpa pikir panjang Andreas menyuruh anak buahnya mengeluarkan Dave dari pertarungan curang tersebut. Namun, baru lima langkah maju, anggota tubuh sang bos bergerak. Terlihat dari tangannya yang perlahan mengepal bersama kelopak mata yang mulai terbuka. Tanpa Andreas sadari, helaan napas Dave mulai teratur diikuti kekuatannya untuk berdiri.Alan yang terlalu gembira tidak menyadari situasi ini dan semua itu Dave manfaatkan untuk menyerang titik syaraf sang rival. Kurang dari enam puluh detik sahabatnya itu sukses menumbangkan sang lawan. "Kalahkan dia, Dave. Tunjukkan seberapa kuat dirimu," ucap Andreas mensugesti sahabat karibnya agar bangkit lalu memenangk

  • Pernikahan di Atas Kertas   Bagian 4

    Selama dua puluh tiga tahun bernapas Aaradya tidak menyangka takdir secepat kilat mengubah kehidupannya. Itu pun setelah peristiwa konyol itu terjadi lalu dia sesali sampai detik ini. Niat hati ingin bunuh diri karena batal menikah, Aaradya malah dipertemukan dengan pria gila seperti Dave. Bagaimana tidak disebut gila bila pria asing yang baru dia kenal selama kurun waktu dua puluh empat jam tersebut tidak mengada-ngada hendak melamarnya. Apalagi sikapnya begitu berani di hadapan sang ayah. "Apa semua ini sudah cukup untuk meminang putrimu? Tenang saja di dalamnya terdapat beberapa emas batangan juga uang tunai."Sebuah peti besar bak berisi harta karun pun terlihat, menimbulkan tanda tanya besar di benak semua orang. Dave berdiri pongah di tempatnya. Kuluman senyum itu entah mengapa sangat tidak Alan sukai. Pria sialan ini terlalu menyombongkan hartanya yang tidak seberapa itu"Anggap saja semua ini adalah mahar," lanjut Dave masih terlihat tenang seakan-akan tidak terjadi apa-apa

  • Pernikahan di Atas Kertas   Bagian 3

    "Apa kau mempermainkanku?" Garis pandang mereka saling bersinggungan. Tatapan sinis mulai Dave layangkan. "Menggantikan posisi calon suamimu? Jangan konyol! Kau pikir aku akan percaya ucapanmu?" Dave malah meledakkan sedikit tawa kecilnya, terkesan sekali meledek ucapan tidak masuk akal Aaradya barusan."Kenapa kau tidak mempercayaiku? Apa aku terlihat seperti pembohong di matamu?" tekan gadis bermantel katun ini frustasi. "Aku tidak akan mau bunuh diri hanya karena masalah sepele. Hidupku sudah terlalu hancur dan kau seenaknya bersikap seperti itu seolah-olah kaulah Tuhan yang tahu segalanya."Raut putus asa tergambar di wajah cantik Aaradya. Dia begitu tersakiti mendengar perkataan nyelekit dari bibir pria asing ini. Dave terdiam beberapa saat. Helaan napasnya berhembus pelan. "Sekarang ikut aku. Kalau yang kau katakan itu benar maka dengan senang hati aku bersedia menggantikan posisi calon suamimu," balas Dave menatap manik mata itu dalam seolah-olah yang dia katakan barusan buka

  • Pernikahan di Atas Kertas   Bagian 2

    Suasana laut yang tenang di malam hari jadi saksi bisu dimana Dave menyaksikan percobaan bunuh diri seseorang. Jelas dia shock bukan main. Terlebih tingkah aneh wanita tersebut membungkukkan badannya lebih lama tanpa beranjak sedikit pun. Semburan angin pun ikut menerbangkan helaian rambutnya. Dave melihat semua itu di tengah deru ombak yang menghantam bibir pantai. Kepanikan mulai menyelimuti pikirannya ketika sadar inilah waktu yang tepat bagi wanita asing tersebut melompat. Jelas tubuhnya akan hanyut dibawa arus pantai yang ganas sehingga tidak ada seorang pun sadar telah terjadi aksi bunuh diri di sini. "Aku harus mencegahnya. Dia pikir nyawa adalah mainan." Dave segera bergerak menuju bagian depan boat ini. Menghitung berapa lama lagi kapal yang dia tumpangi tiba di tepi pantai. Namun, sepertinya laju kapal ini terasa semakin melambat. Dave berdecak tidak sabaran. Percuma punya mesin bertenaga tinggi kalau untuk sampai ke pinggir pantai saja memakan waktu kurang lebih dua pul

  • Pernikahan di Atas Kertas   Bagian 1

    Dave mencengkeram sloki berisi vodka miliknya kuat. Entah kenapa perasaan tidak senang itu memusat di kepalanya kala menyaksikan kemesraan di antara sepasang anak manusia yang tengah berdansa diiringi alunan merdu saksofon. Suasana yang harusnya terdengar romantis malah membuatnya menyunggingkan senyuman sinis. Iri? Tentu saja tidak! Hanya saja matanya sedikit perih disuguhi pemandangan menjijikan di depan sana. Keintiman mereka sungguh tidak layak dipertontonkan kepada siapa pun. Membuat seisi perutnya bergejolak mual. "Memalukan," cibir Dave tatkala kedua sejoli itu kembali berciuman di tengah gemerlapnya ruang dansa. Pemandangan pantai lepas yang kapal pesiar ini suguhkan tidak sedikit pun membuat Dave bisa menikmatinya. Terlebih saat penampakkan sepasang kekasih tidak tahu malu tersebut mengisi tujuh puluh persen retina matanya. Embusan angin laut pun seakan tidak mampu mendinginkan seisi kepala Dave yang terbakar. Daripada memandangi sepasang insan tidak tahu malu itu saling

DMCA.com Protection Status