Share

Bab 91: Kejutan

Mentari menunggu semalaman, namun Cahya tidak kunjung menunjukkan batang hidungnya. Dia yakin kalau kakaknya telah menelepon ibu mertuanya.

Dalam hatinya dia bertanya-tanya apa yang mereka bicarakan. Dia tidak bisa menduga reaksi mertuanya. Lebih tepatnya, dia terlalu takut untuk menduganya. Berkali-kali dia mengenyahkan bayangan yang mulai bermunculan di benaknya.

Atau, mungkin saja mereka belum berbicara. Mungkin mertuanya tidak mengangkat telepon, karena itu Cahya diam saja.

"Besok kita jalan-jalan." Kata-kata yang keluar dari mulut Cahya membuat Mentari dan ibu hanya meliriknya. Namun, disambut riang oleh Winar, diikuti teriakan girang Feliz yang menirukan keriangan kakak sepupunya.

"Bukannya besok kamu ada arisan?" sergah suami Cahya.

"Jalan-jalan besok lebih penting," bantah Cahya cepat. "Jauh lebih penting."

"Tumben sekali kamu menganggap hal lain lebih penting daripada arisan kamu bersama teman-temanmu," ucap ibu tidak habis pikir.

"Urusan Mentari yang paling penting sekarang.
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status