Share

Bab 6. Hilang

Semalam Rafael tidak pulang ke rumah. 

Delia cukup merasa lega. Setidaknya, ia bisa sedikit lebih bebas.

Pagi ini, ia juga berniat pergi ke kantor. Bertemu banyak orang mungkin bisa mengurangi beban pikiran yang ditanggungnya.

Setelan kemeja berwarna coklat ia padukan dengan rok span selutut, blazernya sengaja tidak Delia kenakan hanya wanita itu sampirkan.

Ia menarik nafasnya panjang lalu ia hembuskan perlahan, "Aku percaya hari ini akan berjalan dengan baik." ucapnya sembari mengenakan heels berwarna putih.

Delia mengambil tas kerjanya lalu bersiap berangkat. 

Namun, bertepatan saat ia membuka pintu Rafael datang.

Matanya menatap Delia sayu, penampilannya juga jauh berantakan. Bahkan membuat Delia terpengarah dengan keadaan Rafael.

"Raf, apa kamu baik-baik saja?" tanyanya khawatir.

Ia mencoba memegang lengan Rafael tetapi pria itu langsung menepisnya kasar.

"Jauhkan tanganmu dari tubuhku!"

Rafael berusaha berjalan namun karena kepalanya pusing, ia ambruk ke pelukan Delia.

"Astaga!" Delia menahannya. Dengan susah payah ia menahan beban Rafael kemudian membawanya ke dalam kamar pria tersebut.

Bruk!

Rafael jatuh ke kasur, Delia bernafas lega.

Hosh... Hosh... Hosh...

Dadanya naik turun, bahkan keringat turun membanjiri wajahnya, "Huh!"

Ia menoleh ke arah Rafael yang sudah memejamkan mata, ada perasaan kasihan sebenarnya melihat penampakan Rafael yang sekarang. Tapi ....

"Ah sudahlah aku harus segera pergi sebelum terlambat."

Saat ia berbalik arah tiba-tiba tangannya ditarik kuat. Hingga membuat Delia sedikit oleng jika dirinya tidak menahan badannya.

"Ugh!"

"Jangan pergi?"

Delia menaikkan sebelah alisnya, ia merasa salah dengar dengan ucapan Rafael.

Perlahan ia melepaskan tangan Rafael yang masih berada di pergelangan tangannya, "Raf aku harus pergi sekarang."

"Jangan..." cegah pria tersebut.

Tangannya pun masih belum lepas dari pergelangan Delia.

"Temani aku di sini,"

Ada perasaan bingung dengan sikap Rafael, namun ia bisa apa?

"Tapi sepertinya dia hanya mengigau," duga Delia, sebab mata pria itu masih terpejam.

Hap....

"Raf!" pekiknya cukup keras.

Sekuat tenaga ia menahan tubuhnya yang kini berada tepat di atas tubuh Rafael. Kedua tangannya memegang bahu pria tersebut, Delia berusaha untuk bangun namun tangan besar milik suaminya melingkar di pinggangnya.

"Raf, lepaskan!"

"Memangnya kau akan pergi ke mana sayang?"

Ia bisa melihat senyum terbit di wajah Rafael. Apa maksudnya?

Tangan itu mulai membelai wajah Delia, membuat seluruh tubuhnya merinding seketika.

"Sadarlah Raf! Apa yang akan kau lakukan?" Delis menepis tangan besar Rafael. Tetapi pria itu semakin menjadi. "Lepaskan, aku mohon!"

"Seperti apa yang kamu katakan tadi, mari kita bermain-main sayang...." Rafael mendekatkan kepalanya ke wajah Delia.

Sebisa mungkin ia menghindari Rafael, "Apa maksudmu?" Delia menggeleng keras. "Jangan Raf, jangan lakukan ini."

"Oh ayolah, aku membayarmu mahal. Lagipula, ini kan yang kau tunggu?karena ini.,"

"Membayar apa?" Tidak ada celah untuk dirinya kabur, matanya sudah mulai memerah. "Aku tidak ingin melakukannya denganmu!" pekik Delia keras.

"Sudahlah, tidak perlu menolak!," Dengan kesadaran yang tersisa ia mulai membuka paksa pakaian Delia.

Sedangkan di bawah kuasa Rafael, wanita itu tidak bisa melakukan apa-apa selain pasrah dengan air mata yang tanpa ia tahan.

Bibir pria tersebut mendekat ke telinga Delia berbisik lirih, "Akan kupuaskan kamu malam ini."

Seketika, Delia menahan tangis.

Pria di hadapannya ini bahkan tidak menyadari bahwa kini sudah pagi. Apalagi, sadar bahwa yang ada depannya adalah Delia.

Ada sesuatu hal penting yang sudah Delia jaga selama ini dan berakhir direnggut paksa, oleh sosok yang menginginkan dirinya hidup saja tidak.

Pagi ini adalah pagi yang paling suram bagi hidup Delia. Pagi yang tidak ada dalam bayangannya, pagi yang membuatnya ingin mengakhiri hidup lagi.

"Maaf, Gladis. Aku akan bertanggung jawab."

Mendengar itu, kekecewaan Delia menjadi sempurna. Tangis yang sedari tadi ditahannya, akhirnya luruh juga. Perlahan, ia merapikan pakaiannya dan mengurung diri di kamar. Ia sungguh takut akan dunia.

"Seharusnya, pernikahan ini tak pernah ada," lirihnya menahan tangis.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status