Malam yang kelam di hiasi bintang kecil di langit gelap di temani semelir angin berhembus pelan. Ia sendirian menikmati keindahan malam di balkon sambil menyesap teh hijau panas. Ia sangat menjaga kebugarannya. Hawa menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan pelan, rasanya bagai mimpi hari ini untuknya. Seorang istri. Itulah statusnya sekarang, bertahun-tahun menunggu waktu dan akhirnya bisa tercapai juga.
Hawa berenisiatif untuk mendekorasi kamar pernikahannya menjadi lebih berkesan di malam pertama mereka. Adam pasti suka saat dirinya mengenakan lingerie merah dan lampu kamar yang hanya menggunakan lilin. Untung saja Hawa sudah membeli semua perlengkapan yang dia butuhkan yaitu kelopak bunga mawar dan lilin aromatherapy untuk di hias di kamarnya.
Ia meninggalkan balkon kamarnya menuju lemari tempat menyimpan lilin aromatherapy dan kelopak bunga mawar. Tangan Hawa lincah menaburi kelopak bunga membentuk gambar hati tepat di atas ranjangnya, beralaskan sprei putih yang semakin mempermanis bentuk dekorasinya.
Tidak lupa juga Hawa melihat di youtube cara membuat angsa dari sebuah handuk. Ia ingin kamarnya di hias seperti hotel ternama, kelopak mawar dan handuk angsa sudah siap. Sisa lilin aromatherapynya, Hawa berhenti sejenak tampak berpikir di mana akan di taruhnya lilin aromatherapy itu. Dia memilih akan menaruh lilin di lantai marmer tepat di depan pintu kamarnya, di atas nakas kecil di samping ranjangnya, dan sudut-sudut kamarnya.
Akhirnya semua selesai sisa mengganti bajunya dengan lingerie dan sedikit make up semakin menambah kesan cantiknya. Hawa menabur bedak di semua area wajah dan memoles lipstik di bibir ranumnya yang berisi bak supermodel. Semuanya sudah beres, Adam pasti sangat senang melihat penampilannya sekarang. Tentu saja, pria sangat menyukai keindahan. Dia tidak lupa menyemprotkan parfum andalannya.
Hawa menengok jam dinding sudah menunjukkan pukul 10 malam. Ia tampak gusar karena Adam belum juga datang padahal pria itu berjanji akan datang. Hawa keluar dari kamarnya menuju pintu utama rumahnya, melihat keluar di pekarangan depan tak ada mobil Adam disana. Raut wajah kecewa sudah tercipta. Harus berapa lama lagi menunggu Adam?
Wanita itu ingin menjadi istri yang baik makanya ia bersabar menunggu suaminya pulang. Hawa lelah menunggu ia menyandarkan tubuhnya di sofa sambil menunggu Adam datang, beberapa menit kemudian dia tertidur di atas sofa.
Satu jam kemudian deruman mobil terdengar, Adam sudah datang. Ia keluar dari mobil dan buru-buru masuk ke dalam rumah. Ia khawatir karena Hawa pasti menunggunya. Adam terkejut melihat istrinya tertidur di sofa, dia menduga wanita itu sudah lama menunggunya. Ada rasa bersalah bersarang di dadanya, sedari tadi Helsi selalu menghalanginya untuk pulang.
Adam tahu kalau itu alasan ibunya agar tidak datang menemui Hawa, mau bagaimana lagi Adam sudah terlanjur berjanji pada Hawa untuk menjaganya seumur hidup. Ia berjalan pelan mendekati istrinya, rasa kasihan muncul di benaknya karena Hawa selalu menderita karena kebencian ibunya.
"Maafkan aku, Sayang." suaranya terdengar lirih. Ia berjongkok di depan Hawa agar tubuhnya bisa sejajar, tangannya memindahkan anak rambut yang menutupi wajah cantik Hawa.
Adam tidak mungkin tega membangunkan istrinya, ia menggendong Hawa ala bridal style memasuki kamar mereka. Langkah Adam nampak hati-hati, sangat takut mengganggu tidur istrinya. Setelah sampai di depan kamar, Adam mendorong pintu menggunakan lengannya. Matanya melotot saat melihat kejutan yang istrinya siapkan, lampu lilin menyinari kamar yang meredup serta kelopak bunga yang sangat cantik menghias ranjangnya.
Pria manapun pasti tersentuh dengan perjuangan Hawa yang ingin melihat suaminya bahagia. Adam meletakkannya di atas ranjang pelan, rasa bersalah semakin menghantuinya.
"Hasil dekorasimu sangat cantik, sayang. Aku sangat mencintaimu." Adam mengecup kening istrinya merasa puas apalagi dengan lingerie seksi yang Hawa pakai membuat libidonya naik ingin mencicipi Hawa. Sayang sekali tak ada jatah malam ini karena istrinya sudah tidur.
Rasa lengket di kulit Adam membuatnya semakin gerah. Adam melepas sepatunya dan melonggarkan dasi yang terasa mencekik di lehernya. Ia masuk ke kamar mandi membersihkan dirinya agar tampak lebih fresh dan keinginan untuk menyentuh Hawa bisa hilang di kepalanya.
Setelah keluar dari kamar mandi ia mengambil baju piama satin miliknya untuk di kenakan tidur. Adam naik ke ranjang, tidur di samping istrinya menatap wajah Hawa yang tidak membosankan. Wanita itu bagai minuman membuat penikmatnya semakin kecanduan. Tentu saja itu sangat membahagiakan.
Lama dalam lamunan Adam merasa perutnya keroncongan. Ia sangat jengkel padahal ia masih ingin memandang wajah Hawa. Tidak ingin berlama lagi di tempat tidur, Adam bergegas pergi ke dapur.
"Bi Linda! Kau dimana?
"Saya disini tuan muda. Apa ada yang bisa saya bantu?"
"Perutku tidak berhenti berbunyi. Aku ingin makan sesuatu yang bisa mengganjal rasa lapar ini," keluh Adam.
"Baik, Tuan. Saya akan membuat pasta agar tuan tidak merasa lapar lagi."
"Terima kasih, ya Bibi."
"Sama-sama. Ini sudah kewajban saya untuk membuat Tuan senang." Pembantu itu pergi begitu saja. Ia tidak mau menunda membuat makanannya. Adam memperhatikan pembantunya memasak dengan cekatan seolah kegiatan itu sudah kebiasaan untuknya.
Beberapa menit kemudian masakan Bibi Linda sudah di sajikan di meja makan di hadapan Adam. Cacing perutnya semakin meronta minta di isi saat mencium bau masakan Bibi Linda yang begitu menggugah selera. Enak sekali. Seandainya Hawa menemaninya makan di meja ini, Tentu saja sangat menyenangkan.
Adam mencicipi masakan itu sambil memandangi Bi Linda. "Bibi, masakanmu sangat enak." puji Adam memberi senyuman pada wanita paruh baya itu. Sebenarnya Bibi Linda sudah bertahun-tahun bekerja pada keluarganya termasuk mengasuh Adam sewaktu bayi. Wanita itu bagai Ibu kedua untuk Adam, Ia sangat baik dan pengertian.
"Terimakasih atas pujiannya Tuan muda. Apa ada yang Tuan muda inginkan lagi?" tanyanya.
"Tidak ada. Bibi boleh istirahat," ucap Adam memasukkan makanan di mulutnya.
"Sebelum saya pergi saya ingin memberitahu kalau Nona Hawa tadi terlihat cemas menunggui Tuan muda pulang sampai-sampai ketiduran di sofa. Saya kasihan padanya." Bibi Linda memasang wajah yang tidak bisa di mengertinya.
"Iya, Bi. Hawa mungkin lelah menungguiku pulang hingga tertidur. Aku merasa tidak enak padanya." Ia berhenti makan sejenak menyahut perkataan wanita paruh baya itu.
Bibi Linda pergi meninggalkan Adam yang masih makan disana. Setelah makanannya habis ia bangkit dari kursinya lalu membawa piringnya ke westafel untuk di cucinya. Adam tipikal lelaki yang tidak ingin menyusahkan orang lain apalagi ia masih mampu mengerjakannya.
Adam bergegas ke kamarnya menemui Hawa yang masih terlelap. Ia tidur tepat di samping wanita itu, memandangi wajah cantiknya. Tak lama kemudian rasa kantuk menguasainya.
Cahaya pagi yang indah menerobos masuk di celah gorden kamar milik pasangan yang masih terlelap. Hawa merasakan kulitnya terasa hangat akibat panas mentari pagi. Tangannya bergerak menutupi wajahnya menghalangi silau membuatnya perlahan membuka mata.Hawa menggeliat dan merentangkan tangannya meregangkan otot-otot yang kaku setelah tidur semalaman. Ada yang tidak beres kenapa Hawa merasa ada yang berat di atas perutnya, sebelum melihat apa yang terjadi ia mengusap wajahnya dulu lalu membuka selimut pelan-pelan melihat semuanya.Sebuah tangan kekar bertengger di sana matanya membulat, lalu berganti menatap orang yang tidur nyenyak di sampingnya. Apa-apaan ini? Kenapa Hawa ketiduran padahal ia sudah bersusah payah semalam menunggui Adam di sofa dan sekarang ia berada di atas tempat tidur. Adam pasti telah menggendongnya untuk tidur di kamar ini.Hawa memutar tubuhnya menghadap ke Adam memperhatikan maha karya Allah yang sempurna tidur
Beberapa menit kemudian Adam sampai di kamarnya untuk membawakan istrinya sarapan pagi, Adam mengedarkan pandangan ke setiap sudut kamar. Ia tak menemukan Hawa tidur di atas ranjang mereka. Hatinya mulai gelisah dan khawatir kalau Hawa sampai meninggalkannya, apa mungkin ini hanya pikiran bodohnya yang terlalu takut kehilangan wanita itu.Tangannya cekatan menaruh Sandwich dan susu yang dia bawa tadi di atas nakas lalu berinisiatif mencari Hawa di kamar mandi. Adam menarik nafas panjang saat berada di balik pintu, ia baru saja ingin mengetuknya tapi Hawa sudah lebih dulu membuka pintu.Hawa yang hanya berbalut kimuno di atas lutut dan handuk yang di gelung di atas kepalanya menandakan dia baru saja membersihkan dirinya di dalam sana. Ia cukup kaget melihat suaminya yang mematung di hadapannya, ia tahu betul ekspresi suaminya yang tampak cemas memikirkan sesuatu yang mengganggu pikirannya."Ternyata kau mandi ya, sayang. Aku pikir kau tadi pergi meninggalkanku sendi
Hawa bisa mendengar perdebatan mereka di dalam kamar, ia tahu seharusnya tidak datang ke sini. Helsi pasti akan sangat marah padanya saat melihatnya masuk di ruangan itu. Hawa terpaksa mengikuti intruksi suaminya untuk masuk ke dalam. Keringat dingin tanpa di undang seolah menusuk tulangnya, Adam membawanya ke dalam kandang singa yang lapar.Perlahan kakinya melangkah dan mendorong pintu ruangan, semua orang tengah melihatnya sekarang. Hawa benar-benar tidak tahu pikirannya sekarang, sesampai di dalam nyawanya seakan mengembang kemana-mana. Adam menghampirinya lalu menarik tangan Hawa mendekati Helsi yang sudah memasang wajah sangar. Tamatlah hidupnya hari ini Hawa percaya pasti tidak akan baik-baik saja di tempat ini."Adam mau Mama menerimanya sebagai menantu. Tidak akan ada hal buruk terjadi, Mama jangan khawatir. Adam juga mau mengadakan resepsi pernikahan untuk para kolega perusahaan dalam waktu dekat. Adam capek menyembunyikan pernikah
Sepulang dari rumah sakit Adam mengantar Hawa ke toko bunganya. Wanita itu tetap bersikukuh ingin bekerja sekalipun ia sudah menikah. Toko bunganya sangat berarti bagi Hawa, di tempat ini dia akan merasa bahagia saat melihat bunga bermekaran dengan menebarkan wangi semerbak."Aku masuk dulu yah, hati-hati kalau mengemudi jangan ugal-ugalan." Hawa memperingatinya sambil mencium tangan suaminya."Iya, sayang. Aku berangkat kerja dulu." Adam juga pamit pergi. Hawa mengangguk bersiap keluar dari mobilnya, saat akan menutup pintu mobil Adam berteriak lalu berkata, "Kau melupakan sesuatu.""Apa itu?" tanya Hawa memasang wajah bingung."Aku belum menciummu sayang,""Ada-ada saja kau Adam. Baiklah, yang mana ingin kau cium?" Hawa melongokkan kepalanya ke mulut mobil menanti Adam menciumnya."Aku cuma mau cium yang ini," jelas Adam mengecup singkat bibir istrinya. Hawa tersenyum lalu menutup pintu mobil, saat akan melangkah, Adam berteriak lagi sambil memb
Seharian Hawa tidak begitu bersemangat bahkan makanpun hanya sepotong roti yang bisa di masukkan ke mulutnya. Kata-kata Naina terus menggema di pikirannya, ia terlalu takut untuk melihat bagaimana pernikahan mereka hancur jika tak segera di perbaiki. Sahabatnya benar, ia tidak boleh menganggap semuanya masalah kecil. Pernikahan tanpa restu ibunya bisa saja kandas jika tak segera di kokohkan.Hawa hanya bisa menatap murung bunga-bunga yang sudah ia rangkai dalam buket. Biasanya hatinya akan membaik menatap keindahan bunga lily putih kesukaannya tapi tidak hari ini. Ia patah semangat, Hawa menengok jam dinding yang sudah menunjukkan sedikit lagi pukul 5 sore. Adam pasti akan menjemputnya sebentar lagi, Hawa merapikan rambutnya yang sudah berantakan di tiup angin.Ia bergegas menyelesaikan pekerjaannya karena tidak ingin Adam menunggunya terlalu lama sedangkan Naina entah di mana keberadaan gadis itu, mungkin saja ia sedang sibuk di taman merapikan bunga-bunga yang mulai la
Leon mengemudi pelan saat baru saja pulang dari rumah sakit. Tubuhnya benar-benar lelah akibat mengambil pekerjaan yang terlalu banyak padahal dia pemilik rumah sakit. Dia bisa saja angkat-angkat kaki di rumah sambil menunggu uang transferan rumah sakitnya tapi Leon tidak mau seperti itu. Leon memilih profesi dokter karena itu cita-citanya, sejak kecil dia memiliki mimpi untuk membantu orang yang sakit agar sembuh.Entah kenapa pikiran Leon terlintas pada kejadian tadi di rumah sakit. Saat ia tidak sengaja mendengar percakapan Hawa dan mertuanya di kamar itu, pria itu merasa prihatin atas hidup Hawa. Ya, siapapun merasa sakit hati jika di benci mertua sendiri. Ia muak ingin marah dan memaki Adam yang tidak bisa membela istrinya, walau bagaimanapun Hawa punya hati yang harus di jaga.Jika Adam tidak mendapatkan restu seharusnya ia berusaha tegas pada ibunya bahwa ia benar-benar mencintai Hawa. Bahkan jika ia berada di posisi itu, Leon akan mengancam minggat dari rumah d
Leon menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 3 subuh, pria itu masih berada di apartment Hawa yang sedang sakit. Ia begitu jengkel dengan Adam yang tak kunjung pulang, istrinya demam dan Adam susah untuk di hubungi. Pria itu berulang kali mengutuk tidak percaya kenapa Hawa memilih suami seperti Adam yang tidak bertanggung jawab. Apa ia tidak ingat Hawa menunggunya di toko bunga sampai kehujanan? Matanya tak merasa mengantuk sedikitpun, ia hanya mau menunggu Adam dan memberinya pelajaran.Jika Adam tidak mampu menjaga Hawa dengan baik, Leon siap dengan sepenuh hatinya menerima Hawa. Ia tak peduli bagaimana status Hawa menjadi seorang single parent, hatinya akan selalu menjadi milik wanita itu. Leon yang tiduran di sofa ruang tamu melipat kedua tangannya ke dada, ia memejamkan mata erat-erat, berpikir keras apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Baju basah yang Leon kenakan sudah kering di badan, tampilannya sudah sangat berantakan.Pagi-pagi buta Adam pulang ke
Selepas Leon pergi Adam menatap istrinya yang terlihat lemas. Hawa memang sakit dan Adam yang di penuhi rasa cemburu hanya mementingkan dirinya sendiri mencurigai istrinya, otaknya harusnya bisa mempercayai Hawa apalagi wanita itu sudah bersamanya bertahun-tahun. Jika memang Hawa ingin selingkuh pasti sudah di lakukannya dari dulu.Adam tidak mempedulikan rasa sakit di wajahnya, ia langsung menggendong Hawa membawa wanita itu ke kamarnya. Hawa tidak berkata apapun hanya membuang mukanya tak ingin melihat suaminya.Lagi-lagi Hawa harus menyembunyikan rasa sakitnya, jika ingin bertahan dalam pernikahannya dia harus mengalah. Hawa tidak pernah meragukan sedikitpun cinta Adam padanya, tapi untuk kali ini ia sangat ketakutan melihat sikapnya yang posesif. Saat tiba di kamar Adam meletakkan Hawa di atas ranjang kemudian menyelimuti istrinya sampai ke dada, ia berlutut di lantai mensejajarkan posisinya dengan ranjang. Tangan Adam perlahan menyentuh kepala istrinya memasang wa
Acara resepsi sudah selesai sang mempelai sudah lebih dulu pergi meninggalkan acara menuju kamar hotel termahal di tempat resepsinya. Helsi sejak tadi tak bisa menahan kekesalannya karena harus di tinggalkan dengan segudang pekerjaan yang belum selesai. Wedding organizer yang di sewanya lambat membereskan semuanya dan Helsi yang bertanggung jawab untuk itu."Sial! Di sini aku harus jadi pembantu sementara wanita itu enak-enak tiduran di kasur." Helsi tidak berhenti menggerutu menatap suaminya yang tengah berbicara dengan Raditya membahas bisnis yang tengah mereka jalankan."Nak, Radit bisa bantu Tante angkat ini ke sana?" panggil Helsi lembut pada pria itu. Raditya yang mendengar perintah itu buru-buru ke sana memindahkan kardus yang tidak terpakai, sesuai ke inginan wanita paruh baya itu. Kebencian Helsi memang tidak menurun pada Raditya karena ia pikir anak itu tidak ada sangkut pautnya dengan kematian orang tuanya.Raditya juga sangat menyayangi Helsi karena sud
"Ma ... Pernikahanku dan Hawa tidak terasa sudah sebulan. Besok aku mengadakan resepsi pernikahanku di hotel bintang 5 di pusat kota dengan para kolega perusahaanku. Aku harus melakukan ini demi nama baik perusahaan. Aku tidak mau orang lain berpikir bahwa aku memiliki wanita simpanan. Mama dan Papa harus datang jika masih menyayangiku. Dukungan kalian sangat penting untukku," pria itu memberanikan diri datang ke rumah orang tuanya untuk memberitahu resepsi pernikahan mereka yang tertutup hanya para kolega perusahaan di undang membersihkan nama baik mereka.Helsi mendengar penuturan itu memaki dalam hati untuk keputusan Adam yang terburu-buru. Perih di hatinya belum sembuh setelah pernikahan Adam dan sekarang mereka mengadakan resepsi menunjukkan pada dunia bahwa mereka sudah menikah. Kali ini Adam membuat keputusan secara sepihak melebarkan luka yang sudah teriris dengan pernikahannya dulu dan sekarang menimbulkan luka baru lagi.Wanita paruh baya itu begitu muak deng
Di kantor Adam terus saja memasang wajah murung saat menjalani meeting pun dia tak bersemangat. Pikirannya selalu tertuju pada Hawa yang masih marah padanya, di ruang kantornya Adam tidak fokus sama sekali, kepalanya di taruh di atas meja kerjanya sambil berpikir bagaimana cara membujuk istrinya.Ketukan pintu dari luar tidak Adam gubris, tapi orang itu nyosor saja masuk tanpa menunggu persetujuan dari Adam. Setiba di dalam orang itu nyaris berteriak melihat bos besarnya tampak berantakan padahal selama ini Adam selalu menomor satukan penampilannya."Mungkin ada orang gila yang salah masuk di ruangan ini menyamar sebagai bosku," teriak Dale yang sedang menatapnya sesaat lalu Adam mengacuhkan Dale yang tersenyum mengejek.Sahabatnya itu memangmirip orang gila, bagaimana tidak dasi yang ia lepas tergeletak di lantai, jas kebesaran perusahaan di jadikan bantalan di atas meja, baju kemeja di gelung setinggi lengan dan tiga kancing atas di lepas hingga menampil
Selepas Leon pergi Adam menatap istrinya yang terlihat lemas. Hawa memang sakit dan Adam yang di penuhi rasa cemburu hanya mementingkan dirinya sendiri mencurigai istrinya, otaknya harusnya bisa mempercayai Hawa apalagi wanita itu sudah bersamanya bertahun-tahun. Jika memang Hawa ingin selingkuh pasti sudah di lakukannya dari dulu.Adam tidak mempedulikan rasa sakit di wajahnya, ia langsung menggendong Hawa membawa wanita itu ke kamarnya. Hawa tidak berkata apapun hanya membuang mukanya tak ingin melihat suaminya.Lagi-lagi Hawa harus menyembunyikan rasa sakitnya, jika ingin bertahan dalam pernikahannya dia harus mengalah. Hawa tidak pernah meragukan sedikitpun cinta Adam padanya, tapi untuk kali ini ia sangat ketakutan melihat sikapnya yang posesif. Saat tiba di kamar Adam meletakkan Hawa di atas ranjang kemudian menyelimuti istrinya sampai ke dada, ia berlutut di lantai mensejajarkan posisinya dengan ranjang. Tangan Adam perlahan menyentuh kepala istrinya memasang wa
Leon menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 3 subuh, pria itu masih berada di apartment Hawa yang sedang sakit. Ia begitu jengkel dengan Adam yang tak kunjung pulang, istrinya demam dan Adam susah untuk di hubungi. Pria itu berulang kali mengutuk tidak percaya kenapa Hawa memilih suami seperti Adam yang tidak bertanggung jawab. Apa ia tidak ingat Hawa menunggunya di toko bunga sampai kehujanan? Matanya tak merasa mengantuk sedikitpun, ia hanya mau menunggu Adam dan memberinya pelajaran.Jika Adam tidak mampu menjaga Hawa dengan baik, Leon siap dengan sepenuh hatinya menerima Hawa. Ia tak peduli bagaimana status Hawa menjadi seorang single parent, hatinya akan selalu menjadi milik wanita itu. Leon yang tiduran di sofa ruang tamu melipat kedua tangannya ke dada, ia memejamkan mata erat-erat, berpikir keras apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Baju basah yang Leon kenakan sudah kering di badan, tampilannya sudah sangat berantakan.Pagi-pagi buta Adam pulang ke
Leon mengemudi pelan saat baru saja pulang dari rumah sakit. Tubuhnya benar-benar lelah akibat mengambil pekerjaan yang terlalu banyak padahal dia pemilik rumah sakit. Dia bisa saja angkat-angkat kaki di rumah sambil menunggu uang transferan rumah sakitnya tapi Leon tidak mau seperti itu. Leon memilih profesi dokter karena itu cita-citanya, sejak kecil dia memiliki mimpi untuk membantu orang yang sakit agar sembuh.Entah kenapa pikiran Leon terlintas pada kejadian tadi di rumah sakit. Saat ia tidak sengaja mendengar percakapan Hawa dan mertuanya di kamar itu, pria itu merasa prihatin atas hidup Hawa. Ya, siapapun merasa sakit hati jika di benci mertua sendiri. Ia muak ingin marah dan memaki Adam yang tidak bisa membela istrinya, walau bagaimanapun Hawa punya hati yang harus di jaga.Jika Adam tidak mendapatkan restu seharusnya ia berusaha tegas pada ibunya bahwa ia benar-benar mencintai Hawa. Bahkan jika ia berada di posisi itu, Leon akan mengancam minggat dari rumah d
Seharian Hawa tidak begitu bersemangat bahkan makanpun hanya sepotong roti yang bisa di masukkan ke mulutnya. Kata-kata Naina terus menggema di pikirannya, ia terlalu takut untuk melihat bagaimana pernikahan mereka hancur jika tak segera di perbaiki. Sahabatnya benar, ia tidak boleh menganggap semuanya masalah kecil. Pernikahan tanpa restu ibunya bisa saja kandas jika tak segera di kokohkan.Hawa hanya bisa menatap murung bunga-bunga yang sudah ia rangkai dalam buket. Biasanya hatinya akan membaik menatap keindahan bunga lily putih kesukaannya tapi tidak hari ini. Ia patah semangat, Hawa menengok jam dinding yang sudah menunjukkan sedikit lagi pukul 5 sore. Adam pasti akan menjemputnya sebentar lagi, Hawa merapikan rambutnya yang sudah berantakan di tiup angin.Ia bergegas menyelesaikan pekerjaannya karena tidak ingin Adam menunggunya terlalu lama sedangkan Naina entah di mana keberadaan gadis itu, mungkin saja ia sedang sibuk di taman merapikan bunga-bunga yang mulai la
Sepulang dari rumah sakit Adam mengantar Hawa ke toko bunganya. Wanita itu tetap bersikukuh ingin bekerja sekalipun ia sudah menikah. Toko bunganya sangat berarti bagi Hawa, di tempat ini dia akan merasa bahagia saat melihat bunga bermekaran dengan menebarkan wangi semerbak."Aku masuk dulu yah, hati-hati kalau mengemudi jangan ugal-ugalan." Hawa memperingatinya sambil mencium tangan suaminya."Iya, sayang. Aku berangkat kerja dulu." Adam juga pamit pergi. Hawa mengangguk bersiap keluar dari mobilnya, saat akan menutup pintu mobil Adam berteriak lalu berkata, "Kau melupakan sesuatu.""Apa itu?" tanya Hawa memasang wajah bingung."Aku belum menciummu sayang,""Ada-ada saja kau Adam. Baiklah, yang mana ingin kau cium?" Hawa melongokkan kepalanya ke mulut mobil menanti Adam menciumnya."Aku cuma mau cium yang ini," jelas Adam mengecup singkat bibir istrinya. Hawa tersenyum lalu menutup pintu mobil, saat akan melangkah, Adam berteriak lagi sambil memb
Hawa bisa mendengar perdebatan mereka di dalam kamar, ia tahu seharusnya tidak datang ke sini. Helsi pasti akan sangat marah padanya saat melihatnya masuk di ruangan itu. Hawa terpaksa mengikuti intruksi suaminya untuk masuk ke dalam. Keringat dingin tanpa di undang seolah menusuk tulangnya, Adam membawanya ke dalam kandang singa yang lapar.Perlahan kakinya melangkah dan mendorong pintu ruangan, semua orang tengah melihatnya sekarang. Hawa benar-benar tidak tahu pikirannya sekarang, sesampai di dalam nyawanya seakan mengembang kemana-mana. Adam menghampirinya lalu menarik tangan Hawa mendekati Helsi yang sudah memasang wajah sangar. Tamatlah hidupnya hari ini Hawa percaya pasti tidak akan baik-baik saja di tempat ini."Adam mau Mama menerimanya sebagai menantu. Tidak akan ada hal buruk terjadi, Mama jangan khawatir. Adam juga mau mengadakan resepsi pernikahan untuk para kolega perusahaan dalam waktu dekat. Adam capek menyembunyikan pernikah