Cahaya pagi yang indah menerobos masuk di celah gorden kamar milik pasangan yang masih terlelap. Hawa merasakan kulitnya terasa hangat akibat panas mentari pagi. Tangannya bergerak menutupi wajahnya menghalangi silau membuatnya perlahan membuka mata.
Hawa menggeliat dan merentangkan tangannya meregangkan otot-otot yang kaku setelah tidur semalaman. Ada yang tidak beres kenapa Hawa merasa ada yang berat di atas perutnya, sebelum melihat apa yang terjadi ia mengusap wajahnya dulu lalu membuka selimut pelan-pelan melihat semuanya.
Sebuah tangan kekar bertengger di sana matanya membulat, lalu berganti menatap orang yang tidur nyenyak di sampingnya. Apa-apaan ini? Kenapa Hawa ketiduran padahal ia sudah bersusah payah semalam menunggui Adam di sofa dan sekarang ia berada di atas tempat tidur. Adam pasti telah menggendongnya untuk tidur di kamar ini.
Hawa memutar tubuhnya menghadap ke Adam memperhatikan maha karya Allah yang sempurna tidur di sampingnya. Senyum cantik terulas mengaguminya, ia menyentuh pipi Adam ingin merasakan hangat kulitnya. Hobi Hawa adalah menatap Adam dalam diam.
"Adam benar-benar sangat tampan. Aku semakin jatuh cinta padanya," gumam Hawa dalam hati tidak melepaskan pandangannya.
"Sudah puas memandangiku?" suara bariton mengagetkan Hawa hingga spontan tangannya menjauh dari area itu.
"Siapa yang memandangimu? Tadi aku hanya terkejut karena kau sudah di sampingku padahal tadi malam aku tidur di sofa sendirian." Hawa berusaha menyangkal tak ingin mengakuinya.
"Kau pandai sekali berakting sayang. Apa tadi malam kau ingat apa yang terjadi? Tadi malam benar-benar malam yang indah karena saat kau tidurpun aku tetap mendapatkan jatahku," bisik Adam di telinga Hawa yang langsung membelalakkan mata mendengar penuturannya.
"A-apa yang kau lakukan padaku?" tanya wanita polos itu.
"Lihat saja sendiri!" perintah Adam.
"Adam... Adam... kau---" potongnya setelah melihat tubuhnya di dalam selimut yang entah kemana lingerie itu pergi hanya pakaian dalam saja tertera di sana. Hawa bertanya-tanya dalam hati kalau sesuatu terjadi semalam saat ia tertidur.
"Kenapa kau meniduriku saat aku tidak sadar? Tega sekali kau mengambil keperawanan yang kujaga selama bertahun-tahun," rajuk Hawa pura-pura ngambek untuk mencuri perhatian pria itu.
"Haha... Memangnya kenapa kalau aku mengambil keperawanan istriku sendiri. Tidak seorangpun memarahiku termasuk dirimu," sahut Adam sekarang ia memindahkan posisi tubuhnya di atas Hawa mengurung wanita itu agar tak mudah lari. Senyum hangat tersungging lagi di bibir tipis pria itu, entah kenapa ia sangat senang melihat Hawa memasang wajah kesal padahal tadi malam Adam tak mengambil keperawanan.
"Aktingmu bagus sekali Adam! Seharusnya kau mendapat piala nominasi aktor terbaik di Indonesia. Sekalipun aku istrimu, kau meniduriku tanpa persetujuan dariku berarti kau berbuat dzolim. Aku tidak mau tahu kau harus tanggung jawab." Hawa meladeni candaan pria itu.
"Wow, istri kecilku yang manis. Aku, kan sudah menikahimu berarti aku pria yang bertanggung jawab. Benar, kan?" pancing Adam lagi. Adu mulut mereka semakin seru membuat Hawa tertawa lebar.
"Itu tidak cukup. Cium aku sekarang! Tanggung jawabmu adalah menciumku," cetus Hawa malu-malu membuang wajah ke samping tidak berani menatap wajahnya.
"Hanya itu?" tanya Adam.
"Ya, hanya itu." Hawa menjawab spontan dengan antusias.
"Bagaimana kalau aku menginginkan hal lebih sebagai sarapan pagiku hari ini. Kita benar-benar melewatkannya tadi malam." Hanya suara kesepian terdengar di telinga Hawa, ia merasa bersalah karena tak memberikan malam pertama pada Adam.
"Apapun yang kau inginkan," ujar Hawa juga tak sabar melakukan penyatuan itu juga.
"Dasar nakal! Baiklah sayang aku akan melakukannya dengan hati-hati. Bilang padaku jika kau merasa kesakitan." Suara Adam bagai peringatan yang harus Hawa turuti. Ia tidak mau Hawa merasa tidak nyaman apalagi tersiksa saat melakukan penyatuan itu. Anggukan Hawa sebagai tanda setuju dengan permintaannya.
Pria itu senang mendapat persetujuan dari dirinya, ia memegang kedua pipi istrinya lalu mencium dengan cara yang lembut membuat Hawa terasa terbang ke awan. Gelora membara di antara mereka membuat siapapun yang merasakannya akan lupa diri, butuh beberapa lama untuk melakukan foreplay agar membuat istrinya merasa senang.
Perlahan mereka berdua melepas pakaian membuangnya ke sembarang arah, tak peduli di mana pakaian itu terlempar. Hasrat mendamba sudah membara dan bersiap di lepaskan. Adam merasa sudah cukup dengan foreplay nya tidak menunggu lebih lama untuk merasakan surga dunia.
****
Dua jam kemudian Adam menggeliat saat perutnya terasa keroncongan, ia menengok jam dinding yang sudah menunjukkan siang hari. Matanya terbelalak tidak menyangka ia bangun kesiangan setelah melakukan penyatuan pertama mereka yang begitu berarti bagi Adam, mahkota kesucian Hawa hanya dia yang mendapatkannya.
Pria itu tersenyum senang menengok ke arah Hawa yang meniduri tangan Adam sebagai bantalnya. Keringat membanjiri dahi Hawa karena melayani Adam yang begitu ganas, pria itu meminta beberapa ronde karena tidak puas. Permainan penyatuan itu sungguh menyenangkan dan tidak akan pernah bosan sampai kapanpun.
Adam menarik tangannya di kepala Hawa, menidurkan kepalanya di bantal. Ia mengangkat selimut menggeser tubuhnya untuk turun dari ranjang tanpa membangunkan istrinya. Adam masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lengket, setelah mandinya cukup Adam keluar dengan balutan handuk di pinggangnya lalu mengenakan kaos oblong putih sesuai bentuk tubuhnya dan celana pendek. Tidak lupa Adam menyisir rambut miliknya yang sudah mulai memanjang.
Sebelum keluar dari kamar ia menghampiri istrinya dan mengecup dahinya. Kakinya terus melangkah berniat membuat kejutan untuknya, Adam punya rencana agar menyenangkan istrinya yang mungil itu.
Adam pergi ke dapur dan membuat sandwich berisi daging yang lezat serta segelas susu yang cocok untuk menjaga kesehatan.Sambil memasak Adam bernyanyi ria tanpa mempedulikan pembantunya yang melihatnya tertawa kecil, tingkahnya seperti anak-anak dan tampak lucu.
"Tuan biar aku saja yang menyiapkan sarapan anda. Ini adalah tugasku," kata Bibi Linda ingin menggantikan posisi pria itu.
"Tidak, Bik. Aku ingin membuatkan sarapan spesial untuk istriku tercinta." suara Adam tampak kegirangan.
"Anda sangat romantis Tuan. Seharusnya Nona muda yang menyiapkan sarapan malah anda yang melakukannya."
"Hawa masih tidur dia sangat kelelahan. Aku tidak ingin membangunkannya hanya untuk sarapan secuil ini. Aku bisa melakukannya, Bi. Istriku itu akan menjadi wanita paling bahagia di dunia ini," jelas Adam menuangkan sandwichnya di piring dan mematikan kompornya.
Apalagi yang harus Adam lakukan bahkan ketika Hawa meminta hidupnya maka dengan senang hati Adam memberikannya. Pria itu menjadi idaman semua wanita dan hanya Hawa yang beruntung mendapatkannya. Setelah menyiapkannya Adam pergi meninggalkan Bibi Linda menuju kamar miliknya. Ia akan memberikan kejutan pada Hawa, semoga saja wanita itu menyukainya.
Beberapa menit kemudian Adam sampai di kamarnya untuk membawakan istrinya sarapan pagi, Adam mengedarkan pandangan ke setiap sudut kamar. Ia tak menemukan Hawa tidur di atas ranjang mereka. Hatinya mulai gelisah dan khawatir kalau Hawa sampai meninggalkannya, apa mungkin ini hanya pikiran bodohnya yang terlalu takut kehilangan wanita itu.Tangannya cekatan menaruh Sandwich dan susu yang dia bawa tadi di atas nakas lalu berinisiatif mencari Hawa di kamar mandi. Adam menarik nafas panjang saat berada di balik pintu, ia baru saja ingin mengetuknya tapi Hawa sudah lebih dulu membuka pintu.Hawa yang hanya berbalut kimuno di atas lutut dan handuk yang di gelung di atas kepalanya menandakan dia baru saja membersihkan dirinya di dalam sana. Ia cukup kaget melihat suaminya yang mematung di hadapannya, ia tahu betul ekspresi suaminya yang tampak cemas memikirkan sesuatu yang mengganggu pikirannya."Ternyata kau mandi ya, sayang. Aku pikir kau tadi pergi meninggalkanku sendi
Hawa bisa mendengar perdebatan mereka di dalam kamar, ia tahu seharusnya tidak datang ke sini. Helsi pasti akan sangat marah padanya saat melihatnya masuk di ruangan itu. Hawa terpaksa mengikuti intruksi suaminya untuk masuk ke dalam. Keringat dingin tanpa di undang seolah menusuk tulangnya, Adam membawanya ke dalam kandang singa yang lapar.Perlahan kakinya melangkah dan mendorong pintu ruangan, semua orang tengah melihatnya sekarang. Hawa benar-benar tidak tahu pikirannya sekarang, sesampai di dalam nyawanya seakan mengembang kemana-mana. Adam menghampirinya lalu menarik tangan Hawa mendekati Helsi yang sudah memasang wajah sangar. Tamatlah hidupnya hari ini Hawa percaya pasti tidak akan baik-baik saja di tempat ini."Adam mau Mama menerimanya sebagai menantu. Tidak akan ada hal buruk terjadi, Mama jangan khawatir. Adam juga mau mengadakan resepsi pernikahan untuk para kolega perusahaan dalam waktu dekat. Adam capek menyembunyikan pernikah
Sepulang dari rumah sakit Adam mengantar Hawa ke toko bunganya. Wanita itu tetap bersikukuh ingin bekerja sekalipun ia sudah menikah. Toko bunganya sangat berarti bagi Hawa, di tempat ini dia akan merasa bahagia saat melihat bunga bermekaran dengan menebarkan wangi semerbak."Aku masuk dulu yah, hati-hati kalau mengemudi jangan ugal-ugalan." Hawa memperingatinya sambil mencium tangan suaminya."Iya, sayang. Aku berangkat kerja dulu." Adam juga pamit pergi. Hawa mengangguk bersiap keluar dari mobilnya, saat akan menutup pintu mobil Adam berteriak lalu berkata, "Kau melupakan sesuatu.""Apa itu?" tanya Hawa memasang wajah bingung."Aku belum menciummu sayang,""Ada-ada saja kau Adam. Baiklah, yang mana ingin kau cium?" Hawa melongokkan kepalanya ke mulut mobil menanti Adam menciumnya."Aku cuma mau cium yang ini," jelas Adam mengecup singkat bibir istrinya. Hawa tersenyum lalu menutup pintu mobil, saat akan melangkah, Adam berteriak lagi sambil memb
Seharian Hawa tidak begitu bersemangat bahkan makanpun hanya sepotong roti yang bisa di masukkan ke mulutnya. Kata-kata Naina terus menggema di pikirannya, ia terlalu takut untuk melihat bagaimana pernikahan mereka hancur jika tak segera di perbaiki. Sahabatnya benar, ia tidak boleh menganggap semuanya masalah kecil. Pernikahan tanpa restu ibunya bisa saja kandas jika tak segera di kokohkan.Hawa hanya bisa menatap murung bunga-bunga yang sudah ia rangkai dalam buket. Biasanya hatinya akan membaik menatap keindahan bunga lily putih kesukaannya tapi tidak hari ini. Ia patah semangat, Hawa menengok jam dinding yang sudah menunjukkan sedikit lagi pukul 5 sore. Adam pasti akan menjemputnya sebentar lagi, Hawa merapikan rambutnya yang sudah berantakan di tiup angin.Ia bergegas menyelesaikan pekerjaannya karena tidak ingin Adam menunggunya terlalu lama sedangkan Naina entah di mana keberadaan gadis itu, mungkin saja ia sedang sibuk di taman merapikan bunga-bunga yang mulai la
Leon mengemudi pelan saat baru saja pulang dari rumah sakit. Tubuhnya benar-benar lelah akibat mengambil pekerjaan yang terlalu banyak padahal dia pemilik rumah sakit. Dia bisa saja angkat-angkat kaki di rumah sambil menunggu uang transferan rumah sakitnya tapi Leon tidak mau seperti itu. Leon memilih profesi dokter karena itu cita-citanya, sejak kecil dia memiliki mimpi untuk membantu orang yang sakit agar sembuh.Entah kenapa pikiran Leon terlintas pada kejadian tadi di rumah sakit. Saat ia tidak sengaja mendengar percakapan Hawa dan mertuanya di kamar itu, pria itu merasa prihatin atas hidup Hawa. Ya, siapapun merasa sakit hati jika di benci mertua sendiri. Ia muak ingin marah dan memaki Adam yang tidak bisa membela istrinya, walau bagaimanapun Hawa punya hati yang harus di jaga.Jika Adam tidak mendapatkan restu seharusnya ia berusaha tegas pada ibunya bahwa ia benar-benar mencintai Hawa. Bahkan jika ia berada di posisi itu, Leon akan mengancam minggat dari rumah d
Leon menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 3 subuh, pria itu masih berada di apartment Hawa yang sedang sakit. Ia begitu jengkel dengan Adam yang tak kunjung pulang, istrinya demam dan Adam susah untuk di hubungi. Pria itu berulang kali mengutuk tidak percaya kenapa Hawa memilih suami seperti Adam yang tidak bertanggung jawab. Apa ia tidak ingat Hawa menunggunya di toko bunga sampai kehujanan? Matanya tak merasa mengantuk sedikitpun, ia hanya mau menunggu Adam dan memberinya pelajaran.Jika Adam tidak mampu menjaga Hawa dengan baik, Leon siap dengan sepenuh hatinya menerima Hawa. Ia tak peduli bagaimana status Hawa menjadi seorang single parent, hatinya akan selalu menjadi milik wanita itu. Leon yang tiduran di sofa ruang tamu melipat kedua tangannya ke dada, ia memejamkan mata erat-erat, berpikir keras apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Baju basah yang Leon kenakan sudah kering di badan, tampilannya sudah sangat berantakan.Pagi-pagi buta Adam pulang ke
Selepas Leon pergi Adam menatap istrinya yang terlihat lemas. Hawa memang sakit dan Adam yang di penuhi rasa cemburu hanya mementingkan dirinya sendiri mencurigai istrinya, otaknya harusnya bisa mempercayai Hawa apalagi wanita itu sudah bersamanya bertahun-tahun. Jika memang Hawa ingin selingkuh pasti sudah di lakukannya dari dulu.Adam tidak mempedulikan rasa sakit di wajahnya, ia langsung menggendong Hawa membawa wanita itu ke kamarnya. Hawa tidak berkata apapun hanya membuang mukanya tak ingin melihat suaminya.Lagi-lagi Hawa harus menyembunyikan rasa sakitnya, jika ingin bertahan dalam pernikahannya dia harus mengalah. Hawa tidak pernah meragukan sedikitpun cinta Adam padanya, tapi untuk kali ini ia sangat ketakutan melihat sikapnya yang posesif. Saat tiba di kamar Adam meletakkan Hawa di atas ranjang kemudian menyelimuti istrinya sampai ke dada, ia berlutut di lantai mensejajarkan posisinya dengan ranjang. Tangan Adam perlahan menyentuh kepala istrinya memasang wa
Di kantor Adam terus saja memasang wajah murung saat menjalani meeting pun dia tak bersemangat. Pikirannya selalu tertuju pada Hawa yang masih marah padanya, di ruang kantornya Adam tidak fokus sama sekali, kepalanya di taruh di atas meja kerjanya sambil berpikir bagaimana cara membujuk istrinya.Ketukan pintu dari luar tidak Adam gubris, tapi orang itu nyosor saja masuk tanpa menunggu persetujuan dari Adam. Setiba di dalam orang itu nyaris berteriak melihat bos besarnya tampak berantakan padahal selama ini Adam selalu menomor satukan penampilannya."Mungkin ada orang gila yang salah masuk di ruangan ini menyamar sebagai bosku," teriak Dale yang sedang menatapnya sesaat lalu Adam mengacuhkan Dale yang tersenyum mengejek.Sahabatnya itu memangmirip orang gila, bagaimana tidak dasi yang ia lepas tergeletak di lantai, jas kebesaran perusahaan di jadikan bantalan di atas meja, baju kemeja di gelung setinggi lengan dan tiga kancing atas di lepas hingga menampil
Acara resepsi sudah selesai sang mempelai sudah lebih dulu pergi meninggalkan acara menuju kamar hotel termahal di tempat resepsinya. Helsi sejak tadi tak bisa menahan kekesalannya karena harus di tinggalkan dengan segudang pekerjaan yang belum selesai. Wedding organizer yang di sewanya lambat membereskan semuanya dan Helsi yang bertanggung jawab untuk itu."Sial! Di sini aku harus jadi pembantu sementara wanita itu enak-enak tiduran di kasur." Helsi tidak berhenti menggerutu menatap suaminya yang tengah berbicara dengan Raditya membahas bisnis yang tengah mereka jalankan."Nak, Radit bisa bantu Tante angkat ini ke sana?" panggil Helsi lembut pada pria itu. Raditya yang mendengar perintah itu buru-buru ke sana memindahkan kardus yang tidak terpakai, sesuai ke inginan wanita paruh baya itu. Kebencian Helsi memang tidak menurun pada Raditya karena ia pikir anak itu tidak ada sangkut pautnya dengan kematian orang tuanya.Raditya juga sangat menyayangi Helsi karena sud
"Ma ... Pernikahanku dan Hawa tidak terasa sudah sebulan. Besok aku mengadakan resepsi pernikahanku di hotel bintang 5 di pusat kota dengan para kolega perusahaanku. Aku harus melakukan ini demi nama baik perusahaan. Aku tidak mau orang lain berpikir bahwa aku memiliki wanita simpanan. Mama dan Papa harus datang jika masih menyayangiku. Dukungan kalian sangat penting untukku," pria itu memberanikan diri datang ke rumah orang tuanya untuk memberitahu resepsi pernikahan mereka yang tertutup hanya para kolega perusahaan di undang membersihkan nama baik mereka.Helsi mendengar penuturan itu memaki dalam hati untuk keputusan Adam yang terburu-buru. Perih di hatinya belum sembuh setelah pernikahan Adam dan sekarang mereka mengadakan resepsi menunjukkan pada dunia bahwa mereka sudah menikah. Kali ini Adam membuat keputusan secara sepihak melebarkan luka yang sudah teriris dengan pernikahannya dulu dan sekarang menimbulkan luka baru lagi.Wanita paruh baya itu begitu muak deng
Di kantor Adam terus saja memasang wajah murung saat menjalani meeting pun dia tak bersemangat. Pikirannya selalu tertuju pada Hawa yang masih marah padanya, di ruang kantornya Adam tidak fokus sama sekali, kepalanya di taruh di atas meja kerjanya sambil berpikir bagaimana cara membujuk istrinya.Ketukan pintu dari luar tidak Adam gubris, tapi orang itu nyosor saja masuk tanpa menunggu persetujuan dari Adam. Setiba di dalam orang itu nyaris berteriak melihat bos besarnya tampak berantakan padahal selama ini Adam selalu menomor satukan penampilannya."Mungkin ada orang gila yang salah masuk di ruangan ini menyamar sebagai bosku," teriak Dale yang sedang menatapnya sesaat lalu Adam mengacuhkan Dale yang tersenyum mengejek.Sahabatnya itu memangmirip orang gila, bagaimana tidak dasi yang ia lepas tergeletak di lantai, jas kebesaran perusahaan di jadikan bantalan di atas meja, baju kemeja di gelung setinggi lengan dan tiga kancing atas di lepas hingga menampil
Selepas Leon pergi Adam menatap istrinya yang terlihat lemas. Hawa memang sakit dan Adam yang di penuhi rasa cemburu hanya mementingkan dirinya sendiri mencurigai istrinya, otaknya harusnya bisa mempercayai Hawa apalagi wanita itu sudah bersamanya bertahun-tahun. Jika memang Hawa ingin selingkuh pasti sudah di lakukannya dari dulu.Adam tidak mempedulikan rasa sakit di wajahnya, ia langsung menggendong Hawa membawa wanita itu ke kamarnya. Hawa tidak berkata apapun hanya membuang mukanya tak ingin melihat suaminya.Lagi-lagi Hawa harus menyembunyikan rasa sakitnya, jika ingin bertahan dalam pernikahannya dia harus mengalah. Hawa tidak pernah meragukan sedikitpun cinta Adam padanya, tapi untuk kali ini ia sangat ketakutan melihat sikapnya yang posesif. Saat tiba di kamar Adam meletakkan Hawa di atas ranjang kemudian menyelimuti istrinya sampai ke dada, ia berlutut di lantai mensejajarkan posisinya dengan ranjang. Tangan Adam perlahan menyentuh kepala istrinya memasang wa
Leon menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 3 subuh, pria itu masih berada di apartment Hawa yang sedang sakit. Ia begitu jengkel dengan Adam yang tak kunjung pulang, istrinya demam dan Adam susah untuk di hubungi. Pria itu berulang kali mengutuk tidak percaya kenapa Hawa memilih suami seperti Adam yang tidak bertanggung jawab. Apa ia tidak ingat Hawa menunggunya di toko bunga sampai kehujanan? Matanya tak merasa mengantuk sedikitpun, ia hanya mau menunggu Adam dan memberinya pelajaran.Jika Adam tidak mampu menjaga Hawa dengan baik, Leon siap dengan sepenuh hatinya menerima Hawa. Ia tak peduli bagaimana status Hawa menjadi seorang single parent, hatinya akan selalu menjadi milik wanita itu. Leon yang tiduran di sofa ruang tamu melipat kedua tangannya ke dada, ia memejamkan mata erat-erat, berpikir keras apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Baju basah yang Leon kenakan sudah kering di badan, tampilannya sudah sangat berantakan.Pagi-pagi buta Adam pulang ke
Leon mengemudi pelan saat baru saja pulang dari rumah sakit. Tubuhnya benar-benar lelah akibat mengambil pekerjaan yang terlalu banyak padahal dia pemilik rumah sakit. Dia bisa saja angkat-angkat kaki di rumah sambil menunggu uang transferan rumah sakitnya tapi Leon tidak mau seperti itu. Leon memilih profesi dokter karena itu cita-citanya, sejak kecil dia memiliki mimpi untuk membantu orang yang sakit agar sembuh.Entah kenapa pikiran Leon terlintas pada kejadian tadi di rumah sakit. Saat ia tidak sengaja mendengar percakapan Hawa dan mertuanya di kamar itu, pria itu merasa prihatin atas hidup Hawa. Ya, siapapun merasa sakit hati jika di benci mertua sendiri. Ia muak ingin marah dan memaki Adam yang tidak bisa membela istrinya, walau bagaimanapun Hawa punya hati yang harus di jaga.Jika Adam tidak mendapatkan restu seharusnya ia berusaha tegas pada ibunya bahwa ia benar-benar mencintai Hawa. Bahkan jika ia berada di posisi itu, Leon akan mengancam minggat dari rumah d
Seharian Hawa tidak begitu bersemangat bahkan makanpun hanya sepotong roti yang bisa di masukkan ke mulutnya. Kata-kata Naina terus menggema di pikirannya, ia terlalu takut untuk melihat bagaimana pernikahan mereka hancur jika tak segera di perbaiki. Sahabatnya benar, ia tidak boleh menganggap semuanya masalah kecil. Pernikahan tanpa restu ibunya bisa saja kandas jika tak segera di kokohkan.Hawa hanya bisa menatap murung bunga-bunga yang sudah ia rangkai dalam buket. Biasanya hatinya akan membaik menatap keindahan bunga lily putih kesukaannya tapi tidak hari ini. Ia patah semangat, Hawa menengok jam dinding yang sudah menunjukkan sedikit lagi pukul 5 sore. Adam pasti akan menjemputnya sebentar lagi, Hawa merapikan rambutnya yang sudah berantakan di tiup angin.Ia bergegas menyelesaikan pekerjaannya karena tidak ingin Adam menunggunya terlalu lama sedangkan Naina entah di mana keberadaan gadis itu, mungkin saja ia sedang sibuk di taman merapikan bunga-bunga yang mulai la
Sepulang dari rumah sakit Adam mengantar Hawa ke toko bunganya. Wanita itu tetap bersikukuh ingin bekerja sekalipun ia sudah menikah. Toko bunganya sangat berarti bagi Hawa, di tempat ini dia akan merasa bahagia saat melihat bunga bermekaran dengan menebarkan wangi semerbak."Aku masuk dulu yah, hati-hati kalau mengemudi jangan ugal-ugalan." Hawa memperingatinya sambil mencium tangan suaminya."Iya, sayang. Aku berangkat kerja dulu." Adam juga pamit pergi. Hawa mengangguk bersiap keluar dari mobilnya, saat akan menutup pintu mobil Adam berteriak lalu berkata, "Kau melupakan sesuatu.""Apa itu?" tanya Hawa memasang wajah bingung."Aku belum menciummu sayang,""Ada-ada saja kau Adam. Baiklah, yang mana ingin kau cium?" Hawa melongokkan kepalanya ke mulut mobil menanti Adam menciumnya."Aku cuma mau cium yang ini," jelas Adam mengecup singkat bibir istrinya. Hawa tersenyum lalu menutup pintu mobil, saat akan melangkah, Adam berteriak lagi sambil memb
Hawa bisa mendengar perdebatan mereka di dalam kamar, ia tahu seharusnya tidak datang ke sini. Helsi pasti akan sangat marah padanya saat melihatnya masuk di ruangan itu. Hawa terpaksa mengikuti intruksi suaminya untuk masuk ke dalam. Keringat dingin tanpa di undang seolah menusuk tulangnya, Adam membawanya ke dalam kandang singa yang lapar.Perlahan kakinya melangkah dan mendorong pintu ruangan, semua orang tengah melihatnya sekarang. Hawa benar-benar tidak tahu pikirannya sekarang, sesampai di dalam nyawanya seakan mengembang kemana-mana. Adam menghampirinya lalu menarik tangan Hawa mendekati Helsi yang sudah memasang wajah sangar. Tamatlah hidupnya hari ini Hawa percaya pasti tidak akan baik-baik saja di tempat ini."Adam mau Mama menerimanya sebagai menantu. Tidak akan ada hal buruk terjadi, Mama jangan khawatir. Adam juga mau mengadakan resepsi pernikahan untuk para kolega perusahaan dalam waktu dekat. Adam capek menyembunyikan pernikah