Share

Bab 5. Tekad Baja Abidzar

Penulis: Mianirah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-26 06:33:06

Tawaran damai dari Zayra ditolak mentah-mentah oleh Abidzar. Itu pula nan menjadi alasan mengapa Zayra kembali ke setelan awal hubungannya dengan sang tuan muda, tak lain dan tak bukan, layaknya anjing dan kucing.

Saling menggonggong-mengeong dengan nada tinggi tak berkesudahan, serta saling cakar melampiaskan amarah juga pembalasan dari kekalahan di waktu yang lalu. Persis seperti yang terjadi di ruang kerja nan ditempati Manager Pemasaran Perusahan Raksasa Dantex Group a.k.a Abidzar Khafi Daneswara.

“Kau, kenapa kau ada di sini?” tanya Abidzar syok, sekaligus merasakan aura tak mengenakkan terhadap kehadiran Zayra di hadapannya. Satu pekan tinggal bersama, tentu membuat Abidzar hafal di luar kepala bagaimana tabiat si istri sementara.

“Menumpang BAB,” balas Zayra berwajah datar. Namun, ekspresi tersebut berubah murka secepat kilat kala si wanita melihat Abidzar mengangguk seolah percaya.

“Tentu saja bekerja!” Zayra membanting tumpukan berkas di tangannya ke meja kerja sang suami. “Mulai hari ini, saya adalah sekretaris anda. Tapi jangan harap saya akan sama seperti sekretaris anda sebelumnya!”

Abidzar mendengkus sebal. Dia merasa terhina oleh makna tersirat atas kalimat terakhir Zayra yang seratus persen benar. Di samping itu, si tuan muda baru mengerti mengapa Rifal—sekretarisnya yang ramah dan baik hati, tak terdengar suaranya sedari tadi.

Zayra sendiri tak peduli. Wanita itu lanjut berkata, “Hari ini jadwal anda sangat padat, jadi jangan mengajak saya membuang waktu untuk pertengkaran yang tak penting.”

“Kau sendiri yang memulainya,” sela Abidzar, jelas tak terima saat dirinya dipandang sebagai pembuat masalah.

Zayra lantas menghela napas guna menetralkan emosi. Siapapun tahu bahwa jika pria di hadapannya itu tak berulah, tak keras kepala, tak arogan, dan bisa menjalankan tugasnya dengan baik, pasti tidak perlu ada pertengkaran seperti yang terjadi hari ini, seminggu yang lalu, bertahun-tahun dulu, bahkan sejak pertama kali mereka bertemu.

Zayra pun tanpa memberi kesempatan pada Abidzar untuk kembali bereaksi, lekas memulai tugasnya sebagai sekretaris dengan mengarahkan tumpukan berkas supaya lebih dekat pada sang atasan.

“Pelajari semua ini, sengaja sudah saya runut berdasarkan skala urgensinya agar anda tinggal membaca dan mengambil keputusan saja,” Zayra berhenti sejenak. Keningnya berkerut melihat Abidzar menatap tak biasa ke arahnya.

Satu detik menjeda, tak kunjung ada tanda-tanda sang atasan akan berbicara. Zayra pun melanjutkan kata, “Saya harap, anda menyelesaikannya sebelum pukul sebelas siang, sebab di jam tersebut kita sudah harus tiba di ruang meeting Magma Resto—rapat dengan calon Brand Ambassador baru D.A.N Boutique. Catatan penting di pertemuan tersebut adalah kita sudah harus mendapat kesepakatan, alias jangan menghabiskan waktu untuk basa-basi kepanjangan.

Lalu jam dua siangnya, kita harus tiba di pabrik induk untuk memeriksa kualitas benang yang akan diekspor ke seluruh perusahaan cabang DANTEX GROUP di luar negeri bersama Manager Produksi—Pak Bambang Yohanes. Setelah—”

“Cukup!” Abidzar mengangkat tangannya ke hadapan Zayra. “Tolong jangan bicara lagi, saya pusing mendengarnya. Sungguh, suaramu itu seperti ledakan bom molotov, memekakkan telinga, tak ada merdu-merdunya.”

“Baiklah, saya tak akan banyak bicara asal anda mengerjakan semuanya dengan benar,” jawab Zayra yang sebenarnya malas sekali meladeni Abidzar. Lekas, gadis itu berjalan menuju mejanya nan dipisahkan rak setinggi satu meter masih di ruangan yang sama dengan sang atasan.

Namun, belum beberapa langkah menjauh, Zayra kembali menatap Abidzar yang merebahkan kepala di atas lengan yang terlipat di atas meja, khas orang tertekan tingkat berat. “Maaf, izinkan saya bicara dua hal lagi, Tuan Muda.”

“Bicaralah,” Abidzar berkata lemah, tak berdaya mencegah sebab yakin Zayra tak akan menyerah.

“Tuan Besar berpesan supaya Anda bersikap profesional di hadapan Pak Bambang Yohanes, sebab beliau adalah yang paling mengkritik keteledoran Anda terkait peluncuran produk yang lalu. Tuan besar juga mengingatkan bahwa anda harus paham bahwa wajar sekali Pak Bambang Yohanes marah, sebab kerja keras beliau dan timnya hampir sia-sia karena anda.”

“Ya, saya paham.” Abidzar pun mengisyaratkan dengan tangannya agar sang sekretaris segera pergi dari jangkauan matanya.

Dan Zayra cukup kasihan menyadari kenyataan tersebut. “Bahkan untuk bicara arogan pun, kau sudah tak bertenaga, Tuan,” gumamnya prihatin sesaat sebelum telinganya mendengar panggilan lemah dari Abidzar. “Ada apa, Tuan Muda?”

“Apa ada kemungkinan Rifal kembali menjadi sekretaris saya?” tanya Abidzar dengan nol koma nol nol satu persen keyakinan perihal harapannya akan tercapai.

Sementara Zayra tak bisa langsung menjawab. Setahunya, sekretaris lama Abidzar telah dipindahtugaskan oleh Tuan Abrisam ke perusahaan cabang di kota mode—Paris, Perancis. Sepanjang yang dia tahu juga, istri Rifal yang belum lama melahirkan bayi perempuan itu pun sangat senang tinggal di sana. Jadi, jika pun Tuan Besar Abrisam memberi kesempatan pada Rifal untuk kembali pulang, belum tentu pria itu bersedia.

“Oh, tidak ada ya,” ucap Abidzar setelah menyaksikan kebungkaman Zayra. “Memprotes pun tak akan mempan, Papa benar-benar menghukum saya denga—”

“Ada, tentu saja kemungkinan itu ada, Tuan Muda,” potong Zayra cepat. Dia mendekati Abidzar dengan wajah bersemangat, dan berseru optimis, “Saya akan bicara pada Tuan Sam supaya beliau kembali menempatkan sekretaris lama anda di sini! Jangan risau, jangan khawatir, selama ini, Tuan Sam selalu menerima masukan saya dengan senang hati.”

“Benarkah?” Binar yang sempat redup di mata Abidzar, muncul kembali dengan sangat cemerlang.

“Ya,” sahut Zayra lantang. “Tentunya asalkan anda mengerjakan tugas-tugas anda dengan baik. Bahkan, bukan hanya sekretaris lama anda yang kembali, tapi dengan itu anda juga akan mendapatkan kursi CEO tanpa dikritik para dewan direksi. Saya yang menjamin itu akan terjadi nanti.”

“Saya percaya. Papa selalu mendengarkan apa yang kau katakan. Dia dan Mama bahkan terlihat lebih menyayangimu dibandingkan saya,” aku Abidzar tak sepenuhnya salah.

Dia pun menatap Zayra bergantian dengan tumpukan berkas di meja kerjanya dan berkata, “Kembalilah ke mejamu, saya akan mempelajari dokumen-dokumen ini dengan baik. Lihat saja, sebelum pukul sebelas nanti, saya yang akan menghampirimu untuk bergegas ke tempat meeting. Saya tidak akan melewati deadline yang ada, juga akan mengerjakan semuanya dengan sempurna. Bahkan, ya, Pak Bambang Yohanes pun akan tercengang dan menyesal telah menyepelekan saya selama ini. Lihat saja, saya akan membuktikannya. Saya akan membuktikan padamu, pada Papa dan pada dunia, bahwa saya pantas menjadi Presiden Direktur DANTEX GROUP!”

Bagai melihat seorang balita semangat empat lima membereskan mainannya yang berserakan di lantai setelah diiming-imingi akan diajak pergi jalan-jalan oleh ibunya, begitulah penampakan Abidzar di mata Zayra. Wanita itu pun meninggalkan meja sang atasan dengan senyum tipis terpatri di wajah ayunya.

Sampai di meja kerjanya sendiri, Zayra langsung mengirimkan pesan pada Tuan Sam perihal tekad baja Abidzar. Hasilnya tentu Tuan Sam sama senangnya sepertinya, terbukti dari undangan makan malam privat di Resort kenamaan yang beliau kirimkan pada Zayra, Nyonya Ruhi, dan tentunya sang bintang acara, Abidzar Khafi Daneswara.

•••

Pukul sepuluh tiga puluh, Zayra menunggu kedatangan Abidzar sambil mengetukkan jemarinya ke meja kerja. Gadis itu sengaja tak mengajak lebih dahulu, ingin melihat apakah Abidzar menepati tekadnya?

Tak perlu lama menunggu, mata Zayra sontak menyorot sesosok pria berjas hitam yang dengan memesona berdiri di sisi rak pembatas.

“Ayo pergi, Nona Sekretaris,” ajak Abidzar.

Zayra pun lekas berdiri dan menyusul langkah sang atasan setelah membawa beberapa barang yang diperlukan. Selama di perjalanan menuju tempat pertemuan, Zayra dibuat takjub dengan perubahan sikap sang Tuan Muda yang tersenyum ramah sepanjang koridor sampai basement perusahaan, juga siulan senangnya sepanjang mengemudi, bahkan nada riangnya saat mengajak bicara.

“Saya terlihat tampan, bukan?”

Zayra yang sedang minum, langsung tersedak hingga air dalam mulutnya membasahi dashboard mobil pribadi kesayangan sang Tuan Muda.

“Kau ini, suka sekali membuat saya emosi. Untung saja mood saya sedang baik, jadi kau termaafkan,” aku Abidzar yang menoleh sekilas ke arah Zayra dan tersenyum.

Zayra pun menerangkan seraya membersihkan hasil keterkejutannya menggunakan tisu, “Maaf, tadi itu bukannya saya sengaja memancing emosi anda atau tidak dengar, tapi saya terkejut. Apa anda sungguh bertanya demikian?”

“Ya,” balas Abidzar lalu mengerling lewat spion depan ke arah wanita yang duduk di sampingnya. “Saya tampan, kan? Cukup memesona untuk membuat gadis cantik yang sedang minum jadi tersedak, membuat gadis cantik yang sedang berjalan langsung menghentikan langkah, pun gadis-gadis cantik yang sedang memasang lipstik jadi tanpa sadar mencoret sampai ke leher mereka.”

“Itu berlebihan,” komentar Zayra tak habis pikir.

Dan Abidzar—untuk pertama kalinya didengar Zayra, malah tertawa dengan merdunya.

Bab terkait

  • Pernikahan Sementara Tuan Arogan & Nona Perfeksionis   Bab 6. Abidzar Sebleng

    Abidzar tampan? Jelas jawabannya adalah ya! Pria itu lahir dari pasangan suami-istri berwajah rupawan. Ayahnya tampan khas pria Asia Tenggara, berbadan tegap, dengan mata gelap memesona. Ibunya pula berkulit putih, hidung mancung khas wanita Timur Tengah, serta senyum indah menenangkan dengan dagu terbelah. Gen terbaik dari dua orang itu, menyatu dengan sempurna sehingga visual Abidzar sukses memabukkan mata kaum hawa. Sayangnya, sinyal ketampanan yang demikian sama sekali tak berpengaruh lebih pada Zayra. Memang, gadis itu mengakui wajah suaminya jauh di atas rata-rata, tapi baginya, ketampanan wajah bukan prioritas untuk membuatnya terpana. Buktinya, Zayra tetap bisa memasang lipstik dengan benar meski penampilan Abidzar tampak paripurna dari bayangan yang dipantulkan cermin tempatnya berhias. “Tolong ambilkan parfum berbotol lonjong itu, Istriku.”“Panggilan yang anda sematkan untuk saya barusan terdengar ambigu, Tuan. Salah-salah, orang akan berpikir bahwa anda benar-benar me

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-29
  • Pernikahan Sementara Tuan Arogan & Nona Perfeksionis   Bab 1. Pria yang Tak Pernah Berubah

    Pukul sebelas malam, Zayra tiba di mansion mewah bertingkat lima yang tak lain adalah kediaman orang paling berjasa dalam pencapaian kariernya. Wanita muda itu menyeret koper begitu turun dari taxi, dan disambut oleh salah satu petugas keamanan untuk diantarkan sampai ke depan pintu utama.Sembari menunggu pintu dibukakan, Zayra merapikan kerah cardingan-nya yang sedikit melorot. Tepat setelah penampilannya kembali baik, gadis itu balik badan sebab mendengar daun pintu telah dibukakan.“Selamat ma—” Zayra terdiam seketika. Dia pikir, yang membukakan pintu adalah maid, rupanya bukan. Segera, gadis itu memasang senyum sopan pada sosok jangkung berwajah rupawan yang kini berdiri persis di hadapan. “Selamat malam, Tuan Muda. Maaf sudah merepotkan anda membukakan pintu.” Ah, basa-basi, Zayra sebenarnya kurang menyukai hal tersebut, tetapi harus dilakukannya demi kenyamanan bersama. Gadis itu masih tak beranjak, sekadar sopan santun menunggu balasan dari putra sang pemilik rumah. Namun, ap

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-03
  • Pernikahan Sementara Tuan Arogan & Nona Perfeksionis   Bab 2. Berharap Pada Abidzar

    “Selamat malam, Tuan,” sapa Zayra begitu dipersilakan masuk ke ruang kerja Tuan Besar Daneswara yang berada di lantai tiga. “Akhirnya kamu datang juga, Zayra. Maaf membuatmu ke mari malam-malam begini.” Tuan Abrisam pun mengajak Zayra duduk ke sofa, semata supaya perbincangan mereka berjalan lebih santai. Saat Zayra mengangguk atas ucapan maafnya, beliau pun menyambung kata, “Saya benar-benar tak bisa tidur rasanya. Kali ini, kelakuan Abidzar membuat saya hampir mati berdiri. Kamu sudah mendengar ceritanya, bukan?""Ya," Zayra menjawab singkat. Sehingga Tuan Sam tak mampu menahan lidahnya untuk membeberkan, "Bisa-bisanya anak itu tidak jadi merilis produk terbaru kita yang sudah disiapkan dengan sempurna dari segala aspek, hanya karena istri sekretarisnya melahirkan dadakan. Ya Tuhan, padahal dia hanya tinggal—ah, sudahlah. Memikirkan hal itu lagi, membuat saya malu menampakkan wajah di hadapan dewan direksi perusahaan."“Saya turut menyayangkan hal tersebut, Tuan,” ucap Zayra pela

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-03
  • Pernikahan Sementara Tuan Arogan & Nona Perfeksionis   Bab 3. Perintah Zayra

    Tak bisa menolak, tak bisa mengelak. Itulah keadaann Abidzar dan Zayra yang kini duduk bersisian di ranjang luas dalam kamar sang Tuan Muda Daneswara. Mereka hanya diam sambil menghela napas lantaran masih di tahap coba menerima keadaan, di mana keduanya telah sah menjadi sepasang suami-istri sejak setengah jam lalu.Ya, keinginan Tuan Sam berjalan mulus dan secepat kilat. Hanya berselang sehari saja sejak berhasil membuat Zayra berkata setuju, pernikahan pun digelar meski ala kadarnya. Jelas, itu bukan karena mereka yang tak mampu, melainkan sebab syarat dari sang putra yang sulit sekali dijinakkan. Dalam otak tuan dan nyonya Daneswara kala itu hanya pernikahan sah di mata agama dan negara lah yang jadi prioritas. Masalah mengumumkan pernikahan, bisa dilakukan belakangan. Sadar bahwa diam-diaman tak menyelesaikan masalah, Zayra meminta atensi Abidzar lantaran ingin memastikan masa depan. “Bagaimana jalannya pernikahan ini nantinya, Tuan Muda?” “Sudah jelas, status kita hanya seba

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-03
  • Pernikahan Sementara Tuan Arogan & Nona Perfeksionis   Bab 4. Mari Berdamai!

    “Whoa!” Abidzar berseru keras. Matanya mengerling pada Zayra dan berucap, “Kau beringas sekali, Sayang!” Jelas, si suami hanya menyindir. “Sudah saya katakan, dilarang minta berhu—” PletakZayra menjitak kening Abidzar kencang. “Nyonya Ruhi yang bilang, anda selalu tidur hanya dengan bokser. Saya tidak mau anda sembarang lagi menaruh celana seperti kemeja tadi. Jadi, tak perlu bertingkah seolah naga anda itu menggiurkan. Ukurannya pun kecil, anda tak usah terlalu bangga.”“Sembarangan sekali kau bilang kecil. Tahu dari mana memangnya? Lihat saja tak pernah!” “Tak perlu melihat langsung, nanti saya muntah!” “Awas saja kau ketagihan!”“Tidak akan!”Sudah lah, Abidzar hilang akal. Dia langsung saja membuka celananya di hadapan Zayra, bahkan berniat menunjukkan naganya supaya tak lagi diejek.Namun, gerakan pria itu terhenti begitu Zayra bertanya, “Bagaimana rasanya ludah sendiri?” Saraf-saraf otak Abidzar kembali tersambung dan dia mengumpat begitu sadar telah dibodohi. Zayra pun be

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-05

Bab terbaru

  • Pernikahan Sementara Tuan Arogan & Nona Perfeksionis   Bab 6. Abidzar Sebleng

    Abidzar tampan? Jelas jawabannya adalah ya! Pria itu lahir dari pasangan suami-istri berwajah rupawan. Ayahnya tampan khas pria Asia Tenggara, berbadan tegap, dengan mata gelap memesona. Ibunya pula berkulit putih, hidung mancung khas wanita Timur Tengah, serta senyum indah menenangkan dengan dagu terbelah. Gen terbaik dari dua orang itu, menyatu dengan sempurna sehingga visual Abidzar sukses memabukkan mata kaum hawa. Sayangnya, sinyal ketampanan yang demikian sama sekali tak berpengaruh lebih pada Zayra. Memang, gadis itu mengakui wajah suaminya jauh di atas rata-rata, tapi baginya, ketampanan wajah bukan prioritas untuk membuatnya terpana. Buktinya, Zayra tetap bisa memasang lipstik dengan benar meski penampilan Abidzar tampak paripurna dari bayangan yang dipantulkan cermin tempatnya berhias. “Tolong ambilkan parfum berbotol lonjong itu, Istriku.”“Panggilan yang anda sematkan untuk saya barusan terdengar ambigu, Tuan. Salah-salah, orang akan berpikir bahwa anda benar-benar me

  • Pernikahan Sementara Tuan Arogan & Nona Perfeksionis   Bab 5. Tekad Baja Abidzar

    Tawaran damai dari Zayra ditolak mentah-mentah oleh Abidzar. Itu pula nan menjadi alasan mengapa Zayra kembali ke setelan awal hubungannya dengan sang tuan muda, tak lain dan tak bukan, layaknya anjing dan kucing. Saling menggonggong-mengeong dengan nada tinggi tak berkesudahan, serta saling cakar melampiaskan amarah juga pembalasan dari kekalahan di waktu yang lalu. Persis seperti yang terjadi di ruang kerja nan ditempati Manager Pemasaran Perusahan Raksasa Dantex Group a.k.a Abidzar Khafi Daneswara. “Kau, kenapa kau ada di sini?” tanya Abidzar syok, sekaligus merasakan aura tak mengenakkan terhadap kehadiran Zayra di hadapannya. Satu pekan tinggal bersama, tentu membuat Abidzar hafal di luar kepala bagaimana tabiat si istri sementara. “Menumpang BAB,” balas Zayra berwajah datar. Namun, ekspresi tersebut berubah murka secepat kilat kala si wanita melihat Abidzar mengangguk seolah percaya. “Tentu saja bekerja!” Zayra membanting tumpukan berkas di tangannya ke meja kerja san

  • Pernikahan Sementara Tuan Arogan & Nona Perfeksionis   Bab 4. Mari Berdamai!

    “Whoa!” Abidzar berseru keras. Matanya mengerling pada Zayra dan berucap, “Kau beringas sekali, Sayang!” Jelas, si suami hanya menyindir. “Sudah saya katakan, dilarang minta berhu—” PletakZayra menjitak kening Abidzar kencang. “Nyonya Ruhi yang bilang, anda selalu tidur hanya dengan bokser. Saya tidak mau anda sembarang lagi menaruh celana seperti kemeja tadi. Jadi, tak perlu bertingkah seolah naga anda itu menggiurkan. Ukurannya pun kecil, anda tak usah terlalu bangga.”“Sembarangan sekali kau bilang kecil. Tahu dari mana memangnya? Lihat saja tak pernah!” “Tak perlu melihat langsung, nanti saya muntah!” “Awas saja kau ketagihan!”“Tidak akan!”Sudah lah, Abidzar hilang akal. Dia langsung saja membuka celananya di hadapan Zayra, bahkan berniat menunjukkan naganya supaya tak lagi diejek.Namun, gerakan pria itu terhenti begitu Zayra bertanya, “Bagaimana rasanya ludah sendiri?” Saraf-saraf otak Abidzar kembali tersambung dan dia mengumpat begitu sadar telah dibodohi. Zayra pun be

  • Pernikahan Sementara Tuan Arogan & Nona Perfeksionis   Bab 3. Perintah Zayra

    Tak bisa menolak, tak bisa mengelak. Itulah keadaann Abidzar dan Zayra yang kini duduk bersisian di ranjang luas dalam kamar sang Tuan Muda Daneswara. Mereka hanya diam sambil menghela napas lantaran masih di tahap coba menerima keadaan, di mana keduanya telah sah menjadi sepasang suami-istri sejak setengah jam lalu.Ya, keinginan Tuan Sam berjalan mulus dan secepat kilat. Hanya berselang sehari saja sejak berhasil membuat Zayra berkata setuju, pernikahan pun digelar meski ala kadarnya. Jelas, itu bukan karena mereka yang tak mampu, melainkan sebab syarat dari sang putra yang sulit sekali dijinakkan. Dalam otak tuan dan nyonya Daneswara kala itu hanya pernikahan sah di mata agama dan negara lah yang jadi prioritas. Masalah mengumumkan pernikahan, bisa dilakukan belakangan. Sadar bahwa diam-diaman tak menyelesaikan masalah, Zayra meminta atensi Abidzar lantaran ingin memastikan masa depan. “Bagaimana jalannya pernikahan ini nantinya, Tuan Muda?” “Sudah jelas, status kita hanya seba

  • Pernikahan Sementara Tuan Arogan & Nona Perfeksionis   Bab 2. Berharap Pada Abidzar

    “Selamat malam, Tuan,” sapa Zayra begitu dipersilakan masuk ke ruang kerja Tuan Besar Daneswara yang berada di lantai tiga. “Akhirnya kamu datang juga, Zayra. Maaf membuatmu ke mari malam-malam begini.” Tuan Abrisam pun mengajak Zayra duduk ke sofa, semata supaya perbincangan mereka berjalan lebih santai. Saat Zayra mengangguk atas ucapan maafnya, beliau pun menyambung kata, “Saya benar-benar tak bisa tidur rasanya. Kali ini, kelakuan Abidzar membuat saya hampir mati berdiri. Kamu sudah mendengar ceritanya, bukan?""Ya," Zayra menjawab singkat. Sehingga Tuan Sam tak mampu menahan lidahnya untuk membeberkan, "Bisa-bisanya anak itu tidak jadi merilis produk terbaru kita yang sudah disiapkan dengan sempurna dari segala aspek, hanya karena istri sekretarisnya melahirkan dadakan. Ya Tuhan, padahal dia hanya tinggal—ah, sudahlah. Memikirkan hal itu lagi, membuat saya malu menampakkan wajah di hadapan dewan direksi perusahaan."“Saya turut menyayangkan hal tersebut, Tuan,” ucap Zayra pela

  • Pernikahan Sementara Tuan Arogan & Nona Perfeksionis   Bab 1. Pria yang Tak Pernah Berubah

    Pukul sebelas malam, Zayra tiba di mansion mewah bertingkat lima yang tak lain adalah kediaman orang paling berjasa dalam pencapaian kariernya. Wanita muda itu menyeret koper begitu turun dari taxi, dan disambut oleh salah satu petugas keamanan untuk diantarkan sampai ke depan pintu utama.Sembari menunggu pintu dibukakan, Zayra merapikan kerah cardingan-nya yang sedikit melorot. Tepat setelah penampilannya kembali baik, gadis itu balik badan sebab mendengar daun pintu telah dibukakan.“Selamat ma—” Zayra terdiam seketika. Dia pikir, yang membukakan pintu adalah maid, rupanya bukan. Segera, gadis itu memasang senyum sopan pada sosok jangkung berwajah rupawan yang kini berdiri persis di hadapan. “Selamat malam, Tuan Muda. Maaf sudah merepotkan anda membukakan pintu.” Ah, basa-basi, Zayra sebenarnya kurang menyukai hal tersebut, tetapi harus dilakukannya demi kenyamanan bersama. Gadis itu masih tak beranjak, sekadar sopan santun menunggu balasan dari putra sang pemilik rumah. Namun, ap

DMCA.com Protection Status